Anda di halaman 1dari 90

Otitis Eksterna

1. Miringitis
2. Mastoiditis
3. Otitis Media (akut, supuratif, non-supuratif)
4. Gangguan Fungsi Tuba
5. Barotrauma
6. BPPV
7. Meniere
8. Motion sickness
9. Trauma telinga
10. Tuli (geriatri, anak, akibat obat ototoksik, tuli mendadak, NIHL)

OTITIS EKSTERNA
Pendahuluan
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab
timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma
local dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang
menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma
local yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan
eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),
strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Istilah
otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian
luar.
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh
liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap
pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi
bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus
dan proteus, atau jamur.
Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab
dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna
sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor
pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang
merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk (1984)
menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang
telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk
(1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat
menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.
Batasan

Otitis eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yang disebabkan
oleh kuman maupun jamur (otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak
enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk
kambuhan. Pengobatan amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita
terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga.
Etiologi
Swimmers ear (otitis eksterna) sering dijumpai, didapati 4 dari 1000
orang, kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda. Terdiri dari inflamasi,
iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap
air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang
dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna
(swimmers ear). Bentuk yang paling umum adalah bentuk boil (Furunkulosis)
salah satu dari satu kelenjar sebasea 1/3 liang telinga luar.
Pada otitis eksterna difusa disini proses patologis membatasi kulit
sebagian kartilago dari otitis liang telinga luar, konka daun telinga penyebabnya
idiopatik, trauma, iritan, bakteri atau fungal, alergi dan lingkungan. Kebanyakan
disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen yang paling sering
adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn, gentamicin, polimixin, anti
bakteri (Holmes et al, 1982) dan anti histamin. Sensitifitas poten lainnya adalah
metal dan khususnya nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut yang
mungkin digunakan untuk mengorek telinga. Infeksi merupakan penyakit yang
paling umum dari liang telinga luar seperti otitis eksterna difusa akut pada
lingkungan yang lembab.
Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang
sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga.
Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa
mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang
mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.

Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan


penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit
yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri
atau jamur.
Klasifikasi Otitis Eksterna
A. Penyebab tidak diketahui :
Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis, asteotosis
Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil.
Otitis eksterna membranosa.
Meningitis kronik idiopatik.
Lupus erimatosus, psoriasis.
B. Penyebab infeksi
Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima,

sellulitis, erisipelas.
Bakteri gram (-) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa,

otitis eksterna granulosa, perikondritis.


Bakteri tahan asam : mikrobakterium TBC.
Jamur dan ragi (otomikosis) : saprofit atau patogen.
Meningitis bullosa, herpes simplek, herpes zoster, moluskum

kontangiosum, variola dan varicella.


Protozoa
Parasit
C. Erupsi
neurogenik
:
proritus

simpek,

neurodermatitis

lokalisata/desiminata, ekskoriasi, neurogenik.


D. Dermatitis alergika, dermatitis kontakta (venenat), dermatis atopik, erupsi
karena obat, dermatitis eksamatoid infeksiosa, alergi fisik.
E. Lesi traumatika : kontusio dan laserasi, insisi bedah, hemorhagi (hematom
vesikel dan bulla), trauma (terbakar, frosbite, radiasi dan kimiawi).
F. Perubahan senilitas.
G. Deskrasia vitamin.
H. Diskrasia endokrin.
Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel/ bisul)
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel
rambut di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan

menimbulkan furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada


seseorang yang menderita diabetes.
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya
dari ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat
bila mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel
menutup liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan.
Terdapat tanda infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang telinga.
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta :
1. Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi
dengan 10% ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada
stadium abses dilakukan insisi pada abses dan tampon larutan
rivanol 0,1%.
2. Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang
cukup berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid,
eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg
BB.
3. Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid
(dewasa).
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik
yaitu adanya penyakit diabetes mellitus.
Otitis Eksterna Difus
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat
infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri
penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya.
Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas.
Tidak terdapat furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna
sirkumskripta (furunkel = bisul). Kandang-kadang kita temukan sekret yang
berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir (musin) merupakan
sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis
media.

Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon


yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik
antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat
antibiotika sistemik.
Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi
di daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang
ditemukan juga kandida albikans atau jamur lain.
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga,
tetapi sering pula tanpa keluhan. Pengobatannya ialah dengan membersihkan
liang telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke
liang telinga biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga
obat anti-jamur (sebagai salep) yang diberikan secara topikal.
Gejala Klinis
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering
mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat
peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,
sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit
yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja
dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar
dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal
dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri
tekan daun telinga.

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan


pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan
penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda
permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik
merupakan keluhan utama.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat
lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang
deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam
telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.
Tanda-Tanda Klinis
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :
1. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang
telinga menyempit.
2. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan
eksudat positif
3. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
4. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema
positif.
Menurut Senturia HB (1980) :
Eritema kulit, sekret yang kehijau-hijauan dan edema kulit liang telinga
merupakan tanda-tanda klasik dari otitis diffusa akuta. Bau busuk dari sekret tidak
terjadi. Otitis eksterna diffusa dapat dibagi atas 3 stadium yaitu :
1. Pre Inflammatory
2. Peradangan akut (ringan/ sedang/ berat)
3. Radang kronik
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari keadaan yang serupa dengan otitis eksterna antara
lain meliputi :
1. Otitis eksterna nekrotik
7

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Otitis eksterna bullosa


Otitis eksterna granulose
Perikondritis yang berulang
Kondritis
Furunkulosis dan karbunkulosis
Dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis seboroika.
Karsinoma liang telinga luar yang mungkin tampak seperti infeksi stadium
dini diragukan dengan proses infeksi, sering diobati kurang sempurna.
Tumor ganas yang paling sering adalah squamous sel karsinoma,
walaupun tumor primer seperti seruminoma, kista adenoid, metastase
karsinoma mamma, karsinoma prostat, small (oat) cell dan karsinoma sel
renal. Adanya rasa sakit pada daerah mastoid terutama dari tumor ganas
dan dapat disingkirkan dengan melakukan pemeriksaan biopsi.

MIRINGITIS
DEFINISI
Miringitis Infeksiosa (Infectious Myringitis) adalah suatu peradangan pada
gendang telinga.
PENYEBAB
Penyebabnya adalah infeksi virus atau bakteri.
GEJALA
Pada gendang telinga ditemukan lepuhan-lepuhan berisi cairan (vesikel).
Nyeri

timbul

secara

tiba-tiba

dan

berlangsung

selama

24-48

jam.

Jika disertai demam dan hilangnya pendengaran kemungkinan penyebabnya


adalah infeksi bakteri.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan
otoskop.
PENGOBATAN
Infeksi diatasi dengan antibiotik.
Untuk mengurangi nyeri diberikan obat pereda nyeri atau dilakukan pemecahan
vesikel.

MASTOIDITIS

Definisi
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada prosesus mastoideus
(tulang yang menonjol di belakang telinga) atau proses peradangan mastoideus
sel-sel udara dalam tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang
dewasa . Penyebab penyakit ini biasanya terjadi jika otitis media akut yang tidak
diobati secara tuntas menyebar dari telinga tengah ke tulang di sekitarnya, yaitu
prosesus mastoideus Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-gejala
peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya
sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi
telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya)

Etiologi
a. S. Aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada
infeksi ini
b. S. Pnemonieae pada anak-anak

Patofisiologi
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri
yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada
infeksi telinga tengah.. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan
yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat
menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir
sebagian dari anak-anak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit

10

infeksi telinga tengah sebelumnya.. Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal
yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita
dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak
yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik.
Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat
menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah,
lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan
kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada
berat dan ringannya penyakit.

Gejala
Biasanya gejala muncul dalam waktu 2 minggu atau lebih setelah otitis
media akut, dimana penyebaran infeksi telah merusak bagian dalam dari prosesus
mastoideus. Di dalam tulang juga bisa terbentuk abses (penimbunan nanah).Kulit
yang melapisi prosesus mastoideus menjadi merah, membengkak dan nyeri bila
ditekan. Daun telinga terdorong ke samping dan ke bawah.
Gejala lainnya adalah demam, nyeri di sekitar dan di dalam telinga serta
keluarnya cairan kental dari telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini

11

menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.
Nyeri cenderung menetap dan berdenyut dimana nyeri biasanya dirasakan
dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal
ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat
berkomunikasi. Pembengkakan di belakang telinga, dapat menyebabkan telinga
untuk tetap keluar Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung
pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi

Diagnosis
Dari pemeriksaan fisik didapatkan

Kemerahan pada kompleks mastoid

Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir (warna bergantung


dari bakteri)

Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)

Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)

Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lainnya.

Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnnya.

Pemeriksaan penunjang
Yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur mikrobiologi, pengukuran
sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan adanya infeksi,
pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya penyebaran ke dalam
ruangan di dalam kepala. Pemeriksaan lainnnya adalah CT-scan kepala
(didapatkan sel-sel udara dalam prosesus mastoideus terisi oleh cairan [dalam
keadaan normal terisi oleh udara] dan melebar), MRI-kepala dan foto polos
kepala.

12

Tatalaksana
Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti
peradangan dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis.
Tetapi pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil
resistensi.

Pengobatan

yang

lebih

invasif

adalah

pembedahan

untuk

pengangakatan sebagiam tulamg dan pembuangan nanah pada mastoid yang


disebut mastoidektomi. Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka, hal ini
dilakukan jika dengan pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke
fungsi yang normal.

Pencegahan
Obati infeksi telinga secara tuntas

13

OTITIS MEDIA AKUT


Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring
dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba
ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibodi.
Otitis media akut terjadi karena factor pertahanan tubuh ini terganggu.
Sumbatan tuba eustachius merupakan factor penyebab utama dari otitis media.
Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam
telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah
dan terjadi peradangan.
Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran
nafas atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran nafas, makin
besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh
karena tuba eustachiusnya pendek, lebar dam letaknya agak horizontal. Selain itu
juga disebabkan oleh:

Tonsilitis
Rhinitis dan sinusitis kronis
Nasal allergi
Tumor nasopharing
Deformitas (Cleft palate)
Prematuritas
Sosial ekonomi yang rendah.

Patofisiologi
Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti
Streptokokus hemolitikus, stafilokokus aureus, pneumokokus. Selain itu kadangkadang ditemukan juga hemofilus influenza, escherichia colli, streptokokus
anhemolitikus, proteus vulgaris dan pseudomonas aurugenosa. Hemofillus
influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun. Respon dari
infeksi tersebut adalah pembentukan reaksi inflamasi akut ditandai dengan
vasodilatasi yang khas, eksudasi, invasi leukosit, dan respon imunologi lokal
didalam rongga telinga tengah, dimana hal tersebut menghasilkan gambaran klinis

14

dari otitis media akut. Selain diakibatkan oleh bakteri OMA juga bisa disebabkan
oleh infeksi virus, ataupun saling berkaitan. Dimana Infeksi virus yang menyerang
dan merusak lapisan mukosa saluran pernafasan dapat mempermudah bakteri
menjadi pathogen di nasofaring, tuba eustachius dan rongga telinga bagian tengah.
Stadium Otitis Media Akut
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5
stadium. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membrane timpani yang
diamati melalui liang telinga luar.
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membran
timpani akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, akibat
absorbs udara. Kadang-kadang membrane timpani tampak normal (tidak
ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi,
tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis
media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi. Gejala klinisnya
berupa pendengaran yang berkurang, nyeri telinga.
2. Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di
membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta
edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang
serosa sehingga sukar terlihat. Gejala klinisnya berupa nyeri telinga,
gangguan tidur, pendengaran berkurang, serta dapat disertai tinitus dan
demam.
3. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,
menyebabkan membrane timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga
luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,
serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi
iskemia, akibat tekanan pada kepiler-kepiler, serta timbul tromboflebitis

15

pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini
pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan
berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi rupture.
Bila tidak dilakukan insisi membrane timpani (miringotomi) pada stadium
ini, maka kemungkinan besar membrane timpani akan rupture dan nanah
keluar ke liang telinga luar.
Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali,
sedangkan apabila terjadi rupture, maka lubang tempat rupture tidak
mudah tertutup kembali.
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani
dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak
yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak
dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut
stadium perforasi.
5. Stadium Resolusi
Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka
sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik
atau virulansi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan
sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat
menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila secret menetap di
kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
Gejala Klinik OMA
Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien.
Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam
telinga, keluha di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat
batuk pilek sebelumnya.
Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri
terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang

16

dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat
sampai 39.5C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba
anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak
memegang telinga yang sakit. Bila terjadi rupture membrane timpani, maka secret
mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.
Terapi
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.
a. Pada stadium oklusi terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba
eustachius, sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Untuk ini
diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik
(anak<12 tahun) atau HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik yang
berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain itu sumber infeksi
harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah
kuman, bukan oleh virus atau alergi.
b. Terapi pada stadium pre-supurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung dan
analgesika. Antibiotika yang dianjurkan ialah golongan penisilin atau
ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuscular agar didapatkan
konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis
yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan
kekambukan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari.
Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada
anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB perhari, dibagi
dalam 4 dosis,atau amoksisilin 40mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis, atau
eritromisin 40 mg/kg BB/ hari.
c. Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai
dengan miringitomi, bila membrane timpani masih utuh. Dengan
miringotoni gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat
dihindari.
d. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar dan kadang
terlihat secret keluar secara berdenyut. Pengobatan yang diberikan adalah
obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.

17

Biasanya secret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam
waktu 7-10 hari.
e. Pada stadium resolusi, maka membrane timpani berangsur normal
kembali, secret tidak ada lagi dan perforasi membrane timpani menutup.
Bila tidak terjadi resulusi biasanya akan tampak secret mengalir di liang
telinga luar melalui perforasi di membrane timpani. Keadaan ini dapat
disebabkan karena berlatjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada
keadaan demikian, antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3
minggu setelah pengobatan secret masih tetap banyak, kemungkinan telah
terjadi mastoiditis.
Empiric Therapy Regimens
The preferred antibacterial drugs should be effective against Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, and Moraxella catarrhalis.[1, 2, 3]
Uncomplicated acute otitis media in nonimmunocompromised adults

Amoxicillin 875 mg PO BID or 500 mg TID for 5-7d or

Cefuroxime 500 mg PO BID for 5-7d or

Cefpodoxime 200 mg PO BID for 5-7d or

Cefdinir 300 mg PO BID for 5-7d or

Ceftriaxone 2 g IM/IV once

Penicillin-allergic patients:

Levofloxacin 500 mg/day PO for 7-10d or

Moxifloxacin 400 mg/day PO for 7-10d or

Clindamycin 300 mg PO TID/QID for 7-10d

Uncomplicated acute otitis media in immunocompromised adults

Amoxicillin-clavulanate 875 mg/125 mg PO BID or 500 mg PO TID for


10-14d or

Cefpodoxime 200 mg PO BID for 7-10d or

Cefdinir 300 mg PO BID for 7-10d or

Clindamycin 300 mg PO TID for 7-10d

Recurrent acute otitis media


18

No antibiotics within past month:

Amoxicillin-clavulanate 875 mg/125 mg PO BID for 7-10d or

Cefdinir 300 mg PO BID for 7-10d or

Cefpodoxime 200 mg PO BID for 7-10d or

Cefprozil 500 mg PO BID for 10d or

Cefuroxime 500 mg PO BID for 7-10d or

Ceftriaxone 1 g/day IM for 3d

Antibiotics within past month:

Ceftriaxone 1 g/day IM for 3d or

Clindamycin 300 mg PO TID for 7-10d

Specific Organisms and Therapeutic Regimens


Organism-specific therapeutic regimens for pediatric acute otitis media are
provided below, including those for Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Moraxella catarrhalis, and viral or sterile effusion.
Streptococcus pneumoniae
Intermediate resistance or penicillin-susceptible:

Amoxicillin 80-90 mg/kg/day (maximum 3 g/24h) PO divided BID for 510d or

Ceftriaxone 50 mg/kg (maximum 1 g) IM 1 dose

Highly resistant and severe disease with complications:

Vancomycin 40 mg/kg/day (maximum 4 g/24h) IV divided q6-8h for 10d

Haemophilus influenzae

Amoxicillin-clavulanate 80-90 mg/kg/day (maximum 4 g/24h) PO divided


BID for 5-10d or

Ceftriaxone 50 mg/kg (maximum 1 g) IM 1 dose or

Cefdinir 14 mg/kg/day (maximum 600 mg/24h) PO daily or divided BID


for 5-10d or

Cefpodoxime 10 mg/kg/day (maximum 400 mg/24h) PO daily or divided


BID for 5-10d or

19

Cefuroxime 30 mg/kg/day (maximum 1 g/24h) PO divided BID for 5-10d

Moraxella catarrhalis

Amoxicillin-clavulanate 80-90 mg/kg/day (maximum 4 g/24h) PO divided


BID for 5-10d or

Ceftriaxone 50 mg/kg (maximum 1 g) IM 1 dose or

Cefdinir 14 mg/kg/day (maximum 600 mg/24h) PO daily or divided BID


for 5-10d or

Cefpodoxime 10 mg/kg/day (maximum 400 mg/24h) PO daily or divided


BID for 5-10d or

Cefuroxime 30 mg/kg/day (maximum 1 g/24h) PO divided BID for 5-10d

20

OTITIS MEDIA SUPURATIF


Telinga tengah biasanya steril meskipun terdapat mikroba di
nasofaring dan faring.S e c a r a f i s i o l o g i k t e r d a p a t m e k a n i s m e
p e n c e g a h a n m a s u k n y a m i k r o b a k e d a l a m telinga tengah oleh silia
mukosa dan tuba eustachius, enzim dan antibodi.
Otitis media terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu.
Sumbatan tubaeustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis
media. Karena fungsinya terganggu, pencegahan muasi hormon ke dalam
telinga tengah dan terjadi peradangan.Pencetus lain adalah infeksi saluran nafas
atas.
Otitis media supuratif terbagi 2 :
1.OM Supuratif Akut (OMA)
2.OM. Supuratif Kronis (OMSK)
Penyebab keduanya adalah bakteri golongan coconus.
OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT
Otitis media akut terjadi karena factor pertahanan ini
terganggu. Sumbatan tubaeustachius merupakan penyebab
utama dari otitis media. Karena fungsi tuba terganggu,
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga
t e r g a n g g u , sehingga kuman masuk ke telinga tengah dan terjadi peradangan.
Pencetus OMA ialah infeksi saluuran napas atas. Pada anak, makin sering anak
terserang infeksi saluran napas atas maka makin besar kemungkinan terjadinya
OMA. Pada bayi, terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba
eustachiusnya pendek, lebar, dan agak horizontal letaknya.
Patologi
Kuman penyebab utama adalah sterptococus hemoliticfus,
staphilococus aureus, p n e u m o c o c u s . k a d a n g d i t e m u k a n
h a e m o f i l l u s i n f l u e n z a , e . c o l i , s t e r p t o c o c u s anhaemoliticus,
21

proteus vulgaris, dan pseudomonas aeruginosa.H. Influenza sering ditemukan


pada anak yang berusia di bawah 5 tahun

Stadium OMA
Perubahan nukosa telinga tengah sebagai akibat infejsi dapat dibagi atas 5 stadium
:
1 .S ta di u m Ok lu si Tuba E us ta c hi us
Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di
dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara.Kadang membran timpani
terlihat normal atau berwarmna keruh pucat.Efusi mungkin telah terjadi , tapi
tidak dapat dideteksiStadium ini sulit dibedakan dengan otitis media serosa yang
disebabkan olehvirus atau alergi
2.Stadium Hiperemis
Tampa k p e mbu l uh da ra h me l e b ar di me mb r an ti mpa n i
s e h i n g g a m e m b r a n timpani tampak hipermeis serta edema.Sekret yang
terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga suikar
dilihat
3 . S t a d i u m S u p u r a s i Edema
yang hebat pada mukosa telinga tenagh dan hancurnya sel
e p i t e l superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum
timpani yangmenyebakan membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga
luar Pasien tampak sangat sakit, dan suhu meningkat, serta rasa nyeri
di telinga bertambah hebat.Bila tidak dilakukan insisi (miringotomi) pada
stadium ini, kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan keluar
nanah ke liang telinga luar. Dann b i l a r u p t u r , m a k a l u b a n g t e m p a t
r u p t u r ( p e r f o r a s i ) t i d a k a k a n m e n u t u p kembali

22

4.Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian
a n t i b i o t i k a a t a u virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur
membran timpani
5.Stadium Resolusi

Gejala Klinik OMA


Gejala tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien.
Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utamanya adalah rasa
nyeri di dalam telinga dan panas yang tinggi, biasanya terdapat riwayat batuk
pilek sebelumnya,.P a d a a n a k y a n g l e b i h b e s a r / p a d a d e w a s a ,
d i s a m p i n g r a s a n y e r i j u g a t e r d a p a t gangguan pendengaran berupa rasa
penuh di telinga atau rasa kurang dengar.Pada bayi dan anak kecil, gejala
khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5 C (pada stadium
supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba tiba anak menjerit waktu tidur,
diare, kejang, dan kadang kadang anak memegang telinga yang
sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke
liang telinga , suhu tubuh turun anak tertidur tenang
Terapi
Pengobatan OMA tergantung stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi,
penggobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali
tubaeustachius, sehingga tekanan negatif pada telinga tengah hilang,
sehingga diberikanobat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan
fisiologik untuk anak <12 tahun, atau HCl efedrin 1 % dalam larutan
fisiologik untuk anak > 12 tahun dan pada orangdewasa.
Sumber infeksi harus diobati

23

Antibiotik diberikan jika penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi
Stadium Presupurasi
adalah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila
membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi. Antibiotik yang dianjurkan ialah golongan penisilin
(ampicillin)..Antibiotik yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau
ampicilin. Terapi awal diberikan penicillin intramuscular agar didapatkan
konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang
terselubung,. Gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.
Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 7hari . Bila pasien alergi terhadap
penisilin, maka diberikan eritromisin.Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis
50 100 mg/kgBB per hari, dibagidalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mb/kgBB
dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40mg/kgBB/hari
Pada stadium supurasi
disamping diberikan antibiotik, idealnya harus disertaidengan miringotomi, bila
membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejal gejala klinis lebih
cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.
Pada stadium perforasi
sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat keluarnya sekret secara
berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obatcuci telinga H2O2 3%
selama 3 5 bhari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan
perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 10 hari
Pada stadium resolusi
Maka membran timpani berangsur normal kembali, secret tidak ada lagi dan
perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan
tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi membran timpani.
Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa teling tengah.
Pada keadaan demikian, antibiotika dapat dilajutkan sampai 3 minggu. Bila 3
minggu setrelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi
mastoiditis.

24

Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tenagh lebih dari 3
minggu,maka keadaan ini disebut OMS subakut.
Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau
dua bulan, maka keadaan ini disebut OMSK
Komplikasi
Sebelum adanya antibiotika, , OMA dapat menimbulkan yaitu abses
subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak )

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK


Dulu disebut otitis media perforata atau dalam sebutan sehari hari
adalah congek.otitis media supuratif kronis adalah infeksi kronis di telinga
tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus
menerus atauhilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau
berupa nanah.
Patofisiolosi
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis
media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.
Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif sub
akut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah :
1 . Te r a p i y a n g t e r l a m b a t d i b e r i k a n .
2. Terapi ya ng tidak adekuat.
3 . Vi r u l e n s i k u m a n y a n g t i n g g i .
4. Daya tahan tubuh pasien rendah (kurang gizi).
5.Higiene buruk.

25

Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe OMSK.


Perforasi membrana timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau
atik.
Jenis OMSK
OMSK dibagi atas 2 jenis yaitu : 1. OMSK tipe Benigna (tipe aman), 2. OMSK
tipe M a l i g n a ( t i p e b a h a y a ) . B e r d a s a r k a n a k t i v i t a s s e k r e t y a n g
keluar dikenal jugaOMSK aktif dan OMSK tenang, OMSK
a k t i f a d a l a h O M S K d e n g a n s e k r e t y a n g keluar dari capung cavum
timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan cavum
timpani terlihat basah / kering.Proses peradangan pada OMSK tipe benigna
terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang, perforasi
terletak di sentral, umumnya tipe benigna jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya, juga tidak terdapat kolestaetom. Yang dimaksud
OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai oleh
kolestaetom, jenis ini dikenal dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe
tulang, perforasi terletak di marginal atau atik, kadang kadang terdapat juga
koleteatom pada OMSK dengan perforasi sub total, sebagian besar komplikasinya
berbahaya dan fatal.
Gejala Klinis
Mengingat OMSK tipe maligna seringkali menimbulkan komplikasi yang
berhahaya,m a k a p e r l u d i t e g a k k a n d i a g n o s i s d i n i .
W a l a u p u n d i a g n o s i s p a s t i b a r u d a p a t ditegakkan di kamar
operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman akan
adanya OMSK tipe maligna, yaitu :
1.Perforasi pada marginal atau pada atik, tanda ini biasanya
t a n d a d i n i d a r i OMSK tipe maligna, sedangkan kasus yang sudah lanjut
dapat terlihat.
2.Abses atau fistel retro auriguler (belakang telinga).

26

3.Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari
telinga tengah.
4.Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom).
5.Terlihat bayangan kolesteatom pada poto rontgen mastoid.
Terapi OMSK
T er a p i O M S K t i d a k j a r a n g m e m e r l u k a n w a k t u l a m a s e r t a
harus berulang ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering
a t a u s e l a l u k a m b u h l a g i . Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau
beberapa keadaan, yaitu :
1.Adanya perforasi membran timpani yang permanen.
2.Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus
paranasal.
3.Sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversible dalam rongga
mastoid.
4.Gizi dan higiene yang kurang
Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah
k o n s e r v a t i f a t a u d e n g a n medikamentosa. Bila sekret
y a n g k e l u a r t e r u s m e n e r u s , m a k a d i b e r i k a n o b a t pencuci
telinga, berupa larutan H202 3 % selama 3 5 hari. Setelah sekret
berkurang,maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang
mengandung AB d a n k o r t i k o s t e o r i d . O b a t t e t e s t e l i n g a s e b a i k n y a
j a n g a n d i b e r i k a n s e c a r a t e r u s menerus lebih dari 1 atau 2 Minggu
atau pada OMSK yang sudah terkena obat tetes sebanyak yang bersifat
ototoksik. Secara oral diberikan AB dari golongan ampisilin,atau eritromisin.
Pada infeksi yang dicurigai penyebabnya telah resisten terhadap
ampisilin dapat diberikan ampisilin as. Klavulanat.
Bila sekret telah kering, terapi perforasi masih ada setelah di observasi selama2
bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau
t i m p a n o p l a s t i . O p e r a s i i n i bertujuan menghentikan infeksi secara

27

permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah


terjadinya perforasi atau perusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau
terjadi infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati lebih
dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi
atau tonsilektomi.
Prinsip OMSK tipe maligna yaitu pembedahan mastoidektomi.
T er a p i k o n s e r v a t i f d e n g a n m e d i k a m e n t o s a h a n y a m e r u p a k a n
terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila
terdapat abses sub periosteal retroaurikuler, maka d i
lakukan insisi abses, sebaiknya dilakukan
t e r s e n d i r i s e b e l u m d i l a k u k a n mastoidektomi.
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung
melalui aditus adantrum, oleh karenanya infeksi kronis telinga tengah
yang sudah berlangsung lama biasanya disertai infeksi kronis dari rongga
mastoid yang dikenal dengan mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan
mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat
dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau
maligna antara lain :1 . M a s t o i d e k t o m i s e d e r h a n a .
2.Mastoidektomi radikal.
3.Mastoidektomi radikal dengan modifikasi.
4.Miringoplasti.
5.Timpanoplasti.
6.Pendekatan ganda timpanoplasti.
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi
atau kolesteatom, sarana yang tersedia, serta pengalaman operator.
Kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu sesuai dengan luasnya
infeksi atau kerusakan.
Komplikasi

28

Komplikasi otitis media terjadi bila sawar (barier) pertahanan telinga


tengah y a n g n o r m a l d i l e w a t i , s e h i n g g a m e m u n g k i n k a n
i n f e k s i m e n j a l a r k e s t r u k t u r sekitarnya. Pertahanan
p e r t a m a i a l a h m u k o s a c a v u m t i m p a n i y a n g m e n y e r u p a i mukosa
saluran nafas yang mampu melokalisasi dan mengatasai infeksi. B i l a s a w a r
ini runtuh, masih ada sawar yang kedua, yaitu dinding tulang
cavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini masih runtuh, maka struktur lunak
di sekitarnya akan terkena. Runtuhnya periosteum akan menyebabkan terjadinya
abses sub periosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak berbahaya.Tetapi bila
infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal dan ke arah cranial relatif
berbahaya. Pada kebanyakan kasus, bila sawar tulang terlampaui, suatu
dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi akan terbentuk. Pada kasus
akut atau suatu eksaserbasi akut, penyebaran biasanya melalui
osteotromboflebitis (hematogen). Pada kasus ini, terutama yang kronis
penyebaran biasanya melalui erosi tulang. Cara p e n y e b a r a n y a n g l a i n n y a
i a l a h m e l a l u i j a l a n y a n g s u d a h a d a m i s a l n y a f e n e s t r a rotundum,
meatus akustikus interna, duktus perilimfatik atau duktus endolimfatik.

29

OTITIS MEDIA NON SUPURATIF


Nama lainnya adalah otitis media musinosa , otitis
m e d i a e f u s i , o t i t i s m e d i a sekretoria, otitis media mucoid (glue ear).
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang non
purulen di telinga tengah , sedangkan membran timpani terlihat utuh.
Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani yang utuh tanpa
adanya tanda tanda infeksi disebut otitis media dengan efusi. A p a b i l a e f u s i
t e r s e b u t e n c e r d i s e b u t otitis media serosa danapabila kental seperti lem
disebut otitis media mukoid (glue ear)
.Ottis media efusi terbatas pada keadaan timpani utuh tanpa ada tanda
radang . Bila efusi tersebut berbentuk pus, membran timpani utuh dan disertai
tanda tanda radangmaka disebut otitis media akut
Otitis media serosa
terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma
y a n g mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian
besar terjadi akibat adanya tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media
mukoid , cairan yang ada dit e l i n g a t e n g a h t i m b u l a k i b a t s e k r e s i
aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat didalam mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Faktor
y a n g berperan utama adalah terganggunya fungsi tuba eustachius.
Faktor lainnya adalah adenoid hipertropi , adenoiditis, sumbing
palatum, tumor di nasofaring, barotrauma, s i n u s i t i s , r h i n i t i s ,
defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergi
s e r i n g berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan dalam telinga
tengah.
Pada dasarnya otitis media serosa dibagi atas dua jenis, yaitu :
30

Otitis media serosa akut (Barotrauma)


Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara t i b a t i b a yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.Otitis media serosa akut lebih
sering terjadi pada orang dewasa.
Keadaan akut ini dapat disebabkan oleh :

sumbatan tuba, misalnya pada barotrauma


virus, biasanya infeksi virus saluran napas atas
alergi pada jalan napas atas
idiopatik

Gejala dan tanda:


Gejala yang menonjol adalah pendengaran berkurang
Telinga terasa tersumbat
Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga
yangsakit (diplacusis binauralis)
Kadang terasa ada cairan yang bergerak pada telinga saat posisi kepala berubah.

Terdapat sedikit nyeri pada telinga saat awal tuba terganggu


dimanat i m b u l t e k a n a n n e g a t i f p a d a t e l i n g a t e n g a h
( m i s a l n y a p a d a b a r o t r a u m a ) . Setelah sekret terbentuk, tekanan ini
pelan pelan menghilang.

Nyeri tidak ada jika penyebabnya virus atau alergi


Kadang terdapat vertigo, tinitus, pusing
Pada otoskop, membran timpani terlihat retraksi.
K a d a n g t e r l i h a t gelembung udara atau permukaan cairan pada cavum

timpani
Tuli konduktif dapat terdeteksi dengan garpu tala

Pengobatan :
Medika mentosa:

Yaitu : obat vasokostriktor lokal(tetes hidung), antihistamin

31

Pembedahan :

Dilakukan jika dalam 1 atau 2 minggu gejala masih menetap.


Dilakukan miringotomi, serta pemasangan pipa
ventilasi( grommettube)

Otitis media serosa kronik (glue ear)


Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara bertahap tanpa
rasanyeri dengan gejala gejala pada telinga yang berlangsung lama.Bila sekret
kental seperti lem maka disebut
glue ear.
Otitis media serosa kronik sering terjadi pada anak anak.
Otitis media serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus
dipikirkan kemungkinan karsinoma nasofaring.
Otitis media serosa kronik dapat terjadi sebagai gejala sisa dari otitis
media akut y a n g t i d a k s e m b u h s e m p u r n a , i n f e k s i v i r u s ,
k e a d a a n a l e r g i , a t a u g a n g g u a n mekanis pada tuba.
Gejala dan tanda :

Tuli lebih menonjol daripada otitis media serosa akut, yaitu 40- 50 dB
Membran timpani terlihat utuh, retraksi,suram, kuning kemerahan atau
keabu-abuan

Pengobatan :

Jika masih baru, bisa diberikan dekongestan tetes


h i d u n g s e r t a kombinasi anti histamin dekongestan per oral.

Pengobatan dilakukan selama 3 bulan.


Jika pengobatan medikamentosa tidak
b e r h a s i l , m a k a d i l a k u k a n pengeluarkan sekret dengan
m i r i n g o t o m i d a n m e m a s a n g p i p a v e n t i l a s i (grommet tube)

32

Atasi/obati faktor penyebab, seperti alergi, pembesaran adenoid


atautonsil, infeksi hidung atau sinus

33

GANGGUAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS


Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah
dengan nasofaring. Fungsi tuba:
1. Ventilasi untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama
dengan tekanan udara luar.
2. Drainase secret
3. Proteksi menghalangi masuknya secret dari nasofaring ke telinga tengah.
Fungsi ventilasi dapat dibuktikan dengan :
a. Perasat Valsalva
Cara: meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung dipencet serta mulut
ditutup.
Hasil: Tuba Terbuka terasa udara masuk ke dalam rongga telinga tengah yang
menekan membrane timpani ke arah lateral.
KI: ada infeksi pada jalan napas atas.
b. Perasat Toynbee
Cara: menelan ludah sambil hidung dipencet serta mulut ditutup.
Hasil: Tuba Terbuka terasa membrane timpani tertarik ke medial.
Perasat ini lebih fisiologis.
Tuba Eustachius terdiri dari:

Cartilago Dua pertiga dalam (ke arah nasofaring)


Tulang Sepertiganya.
Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal dari
tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak dibawah 9
bulan adalah 17,5 mm.
Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen
diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan, dan
menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot tensor veli palatine apabila
perbedaan antara 20-40 mmHg.
Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa hal:

1. Tuba Terbuka Abnormal


34

Adalah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke telinga


tengah waktu respirasi. Dapat disebabkan oleh hilangnya jaringan lemak di sekitar
mulut tuba sebagai akibat turunnya berat badan yang hebat, penyakit kronis
(rhinitis atrofi dan faryngitis), gangguan fungsi otot seperti Myastenia Gravis,
penggunaan obat anti-hamil pada wanita dan penggunaan esterogen pada laki-laki.
Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga tengah atau
autofoni (gema suara sendiri terdengar lebih keras). Keluhan ini sangat
mengganggu sehingga pasien mengalami stress berat.
Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat membran timpani yang atrofi, tipis,
dan bergerak pada respirasi (a telltale diagnostic sign).
Pengobatan cukup dengan obat penenang, dan bila tidak berhasil digunakan
pemasangan pipa ventilasi (Grommet)
2. Myoklonus palatal
Ialah kontraksi ritmik dari otot-otot palatum yang terjadi secara periodic.
Hal ini menimbulkan bunyi klik dalam telinga pasien dan kadang-kadang dapat
didengar oleh pemeriksa. Keadaan ini jarang terjadi dan penyebab yang pasti
belum diketahui.
3. Palatoskisis
Terjadi gangguan otot tensor veli palatine dalam membuka tuba. Hal ini
menyebabkan terjadinya kelainan telinga tengah pada anak dengan palatoskisis
lebih besar dibandingkan dengan anak normal. Dianjurkan untuk melakukan
koreksi palatoskisis sedini mungkin.
4. Obstruksi tuba
Dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di nasofaring,
peradangan adenoid atau

tumor nasofaring. Gejala klinik awal adalah

terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media serosa). Oleh karena itu,
setiap pasien dewasa dengan otitis media kronik unilateral harus dipikirkan
adanya ca nasofaring. Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga bisa disebabkan
oleh tampon posterior hidung (Bellocq tempon) atau oleh sikatriks akibat trauma
operasi (adenoidektomi).

35

BAROTRAUMA
Barotitis Media (Aerotitis, Barotrauma)

DEFINISI
Barotitis Media (Aerotitis, Barotrauma) adalah gangguan telinga yang terjadi
akibat perubahan tekanan udara di telinga luar dan telinga tengah yang dipisahkan
oleh gendang telinga.
Gendang telinga merupakan pemisah antara saluran telinga dan telinga tengah.
Jika tekanan udara di dalam saluran telinga dan tekanan udara di dalam telinga
tengah tidak sama, maka bisa terjadi kerusakan pada gendang telinga.
Dalam keadaan normal, tuba eustakius (yang merupakan penghubung antara
telinga tengah dan hidung bagian belakang) membantu menjaga agar tekanan di
kedua tempat tersebut tetap sama dengan cara membiarkan udara dari luar masuk
ke telinga tengah atau sebaliknya.
PENYEBAB
Penyebab terjadinya barotrauma adalah penyumbatan pada tuba eustakius.
Jika tuba eustakius mengalami penyumbatan sebagian maupun penyumbatan total
akibat adanya jaringan parut, infeksi atau alergi, maka udara tidak akan sampai ke
telinga tengah dan terjadilah perbedaan tekanan.
Faktor resiko terjadinya barotrauma adalah:
Perubahan ketinggian : misalnya penerbangan, menyelam atau bepergian ke
daerah pegunungan.
Hidung tersumbat akibat alergi, pilek atau infeksi saluran nafas atas.
GEJALA
Penderita akan merasakan nyeri pada salah satu atau kedua telinganya, yang
disertai dengan hilangnya pendengaran yang sifatnya ringan.
Penderita juga merasakan telinganya penuh dan pusing.
36

Jika keadaannya berat atau berlangsung lama maka ketulian bisa bertambah berat,
penderita merasakan adanya tekanan di dalam telinganya dan mungkin akan
terjadi perdarahan hidung.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Pada pemeriksaan telinga dengan otoskop akan tampak penggembungan ringan
atau retraksi (tarikan ke dalam) pada gendang telinga.
PENGOBATAN
Jika selama mengikuti penerbangan perubahan tekanan yang terjadi secara tibatiba menyebabkan rasa penuh atau nyeri di telinga, maka untuk menyamakan
tekanan di telinga tengah dan mengurangi rasa nyeri bisa diatasi dengan:
menguap
mengunyah permen karet
mengisap permen
menelan.
Mengunyah atau menelan bisa membantu membuka tuba eustakius sehingga
udara bisa keluar-masuk untuk menyamakan tekanan dengan udara luar.
Penderita infeksi atau alergi hidung dan tenggorokan bisa mengalami rasa nyeri
ketika bepergian dengan pesawat terbang atau menyelam.
Untuk meringankan penyumbatan dan membantu membuka tuba eustakius bisa
diberikan dekongestan, misalnya penilefrin dalam bentuk tetes hidung atau obat
semprot.
PENCEGAHAN
Gunakan dekongestan atau antihistamin sebelum mengalami perubahan
ketinggian.
Selama menderita infeksi saluran nafas atas atau selama serangan alergi
sebaiknya tidak mengikuti penerbangan, menyelam atau bepergian ke daerah
dengan ketinggian yang berbeda.

37

38

BENIGN PAROXYSMAL POSITION VERTIGO (BPPV)


Definisi
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) merupakan vertigo yang
ditandai dengan episode berulang singkat yang dipicu oleh perubahan posisi
kepala. BPPV merupakan penyebab tersering dari vertigo berulang dan vertigo
ini disebabkan oleh stimulasi abnormal dari cupula karena adanya freefloating otoliths ( canalolithiasis) atau otolith yang telah beradhesi dengan
cupula (cupulolithiasis) dalam satu dari tiga kanal semisirkular.
Epidemiologi
BPPV adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai, kira-kira
107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak pada perempuan serta usia
tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35 tahun
yang tidak memiliki riwayat cedera kepala. BPPV sangat jarang ditemukan
pada anak.
Etiologi
Pada sekitar 50% kasus penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Beberapa
kasus BPPV diketahui setelah mengalami jejas atau trauma kepala leher,
infeksi telinga tengah atau operasi stapedektomi. Banyak BPPV yang timbul
spontan, disebabkan kelainan di otokonial berupa deposit yang berada di
kupula bejana semisirkuler posterior. Deposit ini menyebabkan bejana
menjadi sensitif terhadap perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi
kepala yang berubah. Penyebab utama BPPV pada orang di bawah umur 50
tahun adalah cedera kepala. Pada orang yang lebih tua, penyebab utamanya
adalah degenerasi sistem vestibuler pada telinga tengah. BPPV meningkat
dengan semakin meningkatnya usia. Selain itu disebutkan juga bahwa BPPV
dapat merupakan suatu komplikasi dari operasi implant maksilaris.

Mekanisme Patologi
39

Lepasnya

debris

otolith

dapat

menempel pada cupula (cupulolithiasis)


atau dapat mengambang bebas di kanal
semisirkular (canalolithiasis) (gambar 1).
Penelitian patologis telah menunjukkan
bahwa kedua kondisi tersebut dapat terjadi.
Debris otholith menyingkir dari cupula dan
memberikan sensasi berputar melalui efek
gravitasi langsung pada cupula atau dengan
menginduksi

aliran

endolymph

selama

gerakan kepala di arah gravitasi (gambar 2).


Menurut

teori

cupulolithiasis,

deposit

cupula (heavy cupula) akan memicu efek


gravitasi pada krista. Namun, gerakan
debris yang bebas mengambang adalah
mekanisme patofisiologi yang saat ini
diterima sebagai ciri khas BPPV. Menurut
teori canalolithiasis, partikel mengambang bebas bergerak di bawah pengaruh
gravitasi ketika merubah posisi kanal dalam bidang datar vertical. Tarikan
hidrodinamik partikel menginduksi aliran endolymph, menghasilkan perpindahan
cupular dan yang penting mengarah ke respon yang khas diamati.
Beberapa studi telah berusaha untuk mengidentifikasi utrikular (otolithic)
abnormalitas di BPPV, tetapi telah menghasilkan hasil yang tidak konsisten.
Pasien dengan BPPV dapat menunjukkan kelainan di vestibular yang
menimbulkan potensial myogenic, horizontal visual subjektif dan gain during
off-vertical axis rotation
Gejala
Penderita BPPV biasanya akan menimbulkan keluhan jika terjadi
perubahan posisi kepala pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa
berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur,

40

berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari,
mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala ditengadahkan ke belakang.
Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.
Kadang-kadang pada penderita BPPV dapat disertai rasa mual dan
seringkali pasien merasa cemas. Penderita biasanya menyadari keadaan ini
dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat
menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala dalam posisi tegak
lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi. Pada hampir sebagian besar
pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam
jangka waktu beberapa hari sampai beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun. BPPV khususnya dapat dibedakan dari
Menire disease karena biasanya pada BPPV tidak terjadi gangguan
pendengaran atau telinga berdenging (tinnitus).
Diagnosis
Diagnosis BPPV dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20
detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik
di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke
atas dan belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual.
2. Pemeriksaan fisik
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan,
dan pada evaluasi neurologis normal. Pemeriksaan fisis standar untuk
BPPV adalah : Dix-Hallpike dan Tes kalori.
a. Dix-Hallpike Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki
masalah dengan leher dan punggung. Tujuannya adalah untuk
memprovokasi serangan vertigo dan untuk melihat adanya nistagmus.
-

Cara melakukannya sebagai berikut :


Pertama-tama jelaskan pada penderita

mengenai

prosedur

pemeriksaan, dan vertigo mungkin akan timbul namun menghilang


setelah beberapa detik.
41

Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga


ketika posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o40o,
penderita diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus

yang muncul.
Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau kanalis semisirkularis
posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi
otolith untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di kanalis

semisirkularis posterior.
Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita,
penderita direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat

periksa.
Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi

tersebut dipertahankan selama 10-15 detik.


Komponen cepat nistagmus harusnya up-bet (ke arah dahi) dan

ipsilateral.
Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah
yang berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar ke

arah berlawanan.
Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi
kiri 45o dan seterusnya.

42

Gambar Uji Dix-Hallpike


Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan
provokasi ke belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak
tampak lagi nistagmus. Pada pasien BPPV setelah provokasi
ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, 40 detik, kemudian
nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya
kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu
menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan
nistagmus.
b. Tes kalori
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini
dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30 oC,
sedangkan suhu air panas adalah 44oC. volume air yang dialirkan
kedalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik.
Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah
telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan
air dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga
dalam. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau
air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit ( untuk
menghilangkan pusingnya).
Diagnosis Banding
1. Vestibular Neuritis
Vestibular

neuronitis

penyebabnya

tidak

diketahui,

pada

hakikatnya merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan


pusing berat dengan mual, muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri
atau berjalan. Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari.
Sebagian pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk mengatasi gejala dan
dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan dan

43

ketidakseimbangan selama beberapa bulan, serangan episodik dapat


berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak ada perubahan pendengaran.
2. Labirintitis
Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan
mekanisme telinga dalam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan
patologik yang berbeda. Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau
supuratif. Labirintitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur
didekatnya, dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak
bedanya.

Labirintitis

toksik

biasanya

sembuh

dengan

gangguan

pendengaran dan fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh produkproduk toksik dari suatu infeksi dan bukan disebabkan oleh organisme
hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri akut yang
meluas ke dalam struktur-struktur telinga dalam. Kemungkinan gangguan
pendengaran dan fungsi vestibular cukup tinggi. Yang terakhir, labirintitis
kronik dapat timbul dari berbagai sumber dan dapat menimbulkan suatu
hidrops endolimfatik atau perubahan-perubahan patologik yang akhirnya
menyebabkan sklerosi labirin.
3. Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya
belum diketahui, dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan
pendengaran, tinitus, dan serangan vertigo. Terutama terjadi pada wanita
dewasa.
Penatalaksanaan
BPPV dengan mudah diobati. Partikel dengan sederhana perlu
dikeluarkan dari kanal semisirkular posterior dan mengembalikannya ke mana
mereka berasal.
Beberapa manuver yang dapat dilakukan, antara lain :
1. Canalith Reposisi Prosedur (CRP)/Epley manuver :
CRP adalah pengobatan non-invasif untuk penyebab paling umum
dari vertigo, terutama BPPV, CRP pertama kali digambarkan sebagai
pengobatan untuk BPPV di tahun 1992. Saat ini CRP atau maneuver
Epley telah digunakan sebagai terapi BPPV karena dapat mengurangi
44

gejala BPPV pada 88% kasus. CRP membimbing pasien melalui


serangkaian posisi yang menyebabkan pergerakan canalit dari daerah di
mana dapat menyebabkan gejala (yaitu, saluran setengah lingkaran dalam
ruang cairan telinga dalam) ke daerah telinga bagian dalam dimana canalit
tidak menyebabkan gejala (yaitu, ruang depan). Canalit biasanya berada
pada organ telinga bagian dalam yang disebut organ otolith, partikel kristal
ini dapat bebas dari organ otolith dan kemudian menjadi mengambang
bebas di dalam ruang telinga dalam.
Dalam kebanyakan kasus BPPV canalit bergerak di kanal ketika
posisi kepala berubah sehubungan dengan gravitasi, dan gerakan dalam
kanal menyebabkan defleksi dari saraf berakhir dalam kanal (cupula itu).
Ketika saraf berhenti dirangsang, pasien mengalami serangan tiba-tiba
vertigo.
Berdasarkan penelitian meta analisis acak terkendali CRP memiliki
tingkat efektivitas yang sangat tinggi. CRP telah diuji dalam berbagai
percobaan terkontrol, dalam studi ini, 61-80% dari pasien yang diobati
dengan CRP memiliki resolusi BPPV dibandingkan dengan hanya 10-20%
dari pasien dalam kelompok kontrol. Berdasarkan temuan dari tinjauan
sistematis literatur, American Academy of Neurology menyimpulkan
bahwa CRP adalah "merupakan terapi yang efektif dan aman yang
ditetapkan yang harus ditawarkan untuk pasien dari segala usia dengan
BPPV kanal posterior (Level rekomendasi A)". Selain itu, American
Academy of Otolaryngology - Bedah Kepala dan Leher Foundation,
membuat rekomendasi bahwa "dokter harus memperlakukan pasien
dengan BPPV kanal posterior dengan Manuver reposisi partikel"
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yoon Kyung Kim dan
teman-teman ditunjukkan bahwa untuk mengontrol gejala BPPV maka
diperlukan pelaksanaan maneuver Epley 1,97 kali. Hal ini membuktikan
bahwa maneuver Epley marupakan maneuver yang paling efektif pada
BPPV.

45

Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ronald dengan


menggunakan subyek sebanyak 40 pasien dengan BPPV dirawat dengan
menggunakan prosedur reposisi canalith (maneuver Epley) dibandingkan
dengan

pembiasaan latihan vestibular untuk menentukan pendekatan

pengobatan yang paling efektif. Dua puluh pasien tambahan dengan BPPV
tidak diobati dan menjadi kelompok kontrol. Intensitas dan durasi gejala
dimonitor selama periode 3 bulan. Semua pasien telah menunjukkan
pengurangan gejala-gejala di kelompok perlakuan. Prosedur reposisi
canalith tampaknya memberikan resolusi gejala dengan perlakuan yang
lebih sedikit, tetapi hasil jangka panjangnya bagus, efektif dalam
mengurangi BPPV. Sejumlah besar pasien dalam kelompok kontrol (75%)
terus punya vertigo.
- Indikasi Canalith Reposisi Prosedur (CRP)/Epley manuver :
1. Episode berulang pusing dipicu BPPV.
2. Positif menemukan gejala dan nistagmus dengan pengujian posisi (misalnya, uji
Dix-Hallpike).
Keterbatasan Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley manuver :
1. Penggunaan CRP pada pasien tidak memiliki BBPV (diagnosis

yang salah).
2. Salah kinerja masing-masing komponen CRP

Prosedur manuver Epley :

46

Gambar 1. Manuver Epley


Pertama posisi duduk, kepala menoleh ke kiri ( pada gangguan

keseimbangan / vertigo telinga kiri ) (1)


Kemudian langsung tidur sampai kepala menggantung di
pinggir tempat tidur (2), tunggu jika terasa berputar / vertigo
sampai

hilang,

kemudian

putar kepala

ke

arah

kanan

(sebaliknya) perlahan sampai muka menghadap ke lantai (3),


-

tunggu sampai hilang rasa vertigo.


Kemudian duduk dengan kepala tetap pada posisi menoleh ke
kanan dan kemudian ke arah lantai (4), masing-masing gerakan

ditunggu lebih kurang 30 60 detik.


Dapat dilakukan juga untuk sisi yang lain berulang kali sampai
terasa vertigo hilang.
Operasi dilakukan pada sedikit kasus pada pasien dengan

BPPV berat. Pasien ini gagal berespon dengan manuver yang


diberikan dan tidak terdapat kelainan patologi intrakranial pada
pemeriksaan radiologi. Gangguan BPPV disebabkan oleh respon
stimulasi kanalis semisirkuler posterior, nervus ampullaris, nervus
vestibuler superior, atau cabang utama nervus vestibuler. Oleh
karena itu, terapi bedah tradisional dilakukan dengan transeksi
langsung nervus vestibuler dari fossa posterior atau fossa medialis
dengan menjaga fungsi pendengaran.

47

Prognosis setelah dilakukan CRP (canalith repositioning


procedure) biasanya bagus. Remisi dapat terjadi spontan dalam 6
minggu, meskipun beberapa kasus tidak terjadi. Dengan sekali
pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-25%. CRP/Epley maneuver
terbukti efektif dalam mengontrol gejala BPPV dalam waktu lama.
2. Latihan Semont Liberatory :

Gambar 2. Manuver Semont Liberatory

Keterangan Gambar :
-

Pertama posisi duduk (1), untuk gangguan vertigo telinga kanan, kepala

menoleh ke kiri.
Kemudian langsung bergerak ke kanan sampai menyentuh tempat tidur
(2) dengan posisi kepala tetap, tunggu sampai vertigo hilang (30-6-

detik)
Kemudian tanpa merubah posisi kepala berbalik arah ke sisi kiri (3),
tunggu 30-60 detik, baru kembali ke posisi semula.

Hal ini dapat

dilakukan dari arah sebaliknya, berulang kali.


Latihan ini dikontraindikasikan pada pasien ortopedi dengan kasus fraktur
tulang panggul ataupun replacement panggul.
3.

Latihan Brandt Daroff


Latihan Brand Daroff merupakan suatu metode untuk mengobati
BPPV, biasanya digunakan jika penanganan di praktek dokter gagal.
Latihan ini 95% lebih berhasil dari pada penatalaksanaan di tempat
48

praktek. Latihan ini dilakukan dalam 3 set perhari selama 2 minggu.


Pada tiap-tiap set, sekali melakukan manuver dibuat dalam 5 kali. Satu
pengulangan yaitu manuver dilakukan pada masing-masing sisi berbeda
(membutuhkan waktu 2 menit).
Cara latihan Brand-Darroff :

Gambar 3. Manuver Brand-Darroff


Hampir sama dengan Semont Liberatory, hanya posisi kepala
berbeda, pertama posisi duduk, arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan
ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk, arahkan kepala ke kanan
lalu jatuhkan badan ke sisi kiri, masing-masing gerakan ditunggu kirakira 1 menit, dapat dilakukan berulang kali, pertama cukup 1-2 kali kiri
kanan, besoknya makin bertambah.
TERAPI BEDAH
Dengan CRP berulang dan latihan Brandt-Daroff, pasien masih dapat
mengalami veritigo persisten akibat disabilitas posisi atau frekuensi kambuhan
yanga merupakan refrakter dari manuver reposisi. Terapi bedah dapat
dipertimbangkan dalam kesempatan yang jarang, yang disebut juga
incratable BPPV.

49

Transeksi nervus ampula posterior yang mempersarafi kanal posterior


(singular neurectomy) atau oklusi kanal semisirkular posterior (saluran
penutup) telah dilakukan untuk incratable BPPV.
Neurektomi tunggal, dijelaskan oleh Gacek pada tahun 1974, merupakan
prosedur yang efisien yang dibuat untuk mengontrol gejala incratable
BPPV., dengan risiko yang dapat diterima gangguan pendengaran pasca
operasi. Penyumbatan dan oklusi kanal juga merupakan teknik yang efektif
dengan rendahnya resiko gangguan pendengaran.
Namun, intervensi bedah diterapkan jika seluruh CRMs/latihan telah
dicoba dan gagal.

TERAPI MEDIKAMENTOSA
Obat rutin seperti vestibular supresan (misalnya antihistamin dan
benzodiazepine) tidak dianjurkan pada pasien BPPV karena penggunaan obat
vestibulosuppresan yang berkepanjangan hingga lebih dari 2 minggu dapat
mengganggu mekanisme adaptasi susunan saraf pusat terhadap abnormalitas
vestibular perifer yang sudah terjadi. Selain itu, efek samping yang timbul bisa
berupa kantuk, letargi, dan perburukan keseimbangan. Dokter dapat
memberikan obat untuk 1) mengurangi sensasi berputar dari vertigo atau 2)
mengurangi gejala pusing yang menyertai. Namun, tidak ada vestibular
supresan yang efektif seperti CRMs untuk BPPV dan tidak dapat digunakan
sebagai pengganti untuk maneuver reposisi.
Obat anti vertigo, seperti dimenhydrinate (Dramamine), belladonna
alkaloid scopolamine (Transderm-Scop), dan benzodiazepine (Valium),
diindikasikan untuk mengurangi gejala pusing dan mual sebelum melakukan
CRM.
Edukasi
Langkah-langkah berikut ini dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo:
- Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi
- Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri
dari tempat tidur

50

Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang


Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu

benda dari ketinggian


Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar
(horisontal) atau bila leher dalam posisi mendongak.

51

PENYAKIT MENIERE
DEFINISI
Penyakit Meniere adalah suatu penyakit yang ditandai oleh serangan berulang
vertigo (perasaan berputar), tuli dan tinnitus (telinga berdenging).
EPIDEMIOLOGI
Terjadi pada usia 30-60 tahun
Wanita lebih banyak dari pada pria
ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui.
PATOFLOW

52

GEJALA
Gejalanya berupa seangan vertigo, mual dan muntah mendadak, yang
berlangsung selama 3-24 jam dan kemudian menghilang secara perlahan.
Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya
tekanan

di

dalam

telinga.

Pendengaran di telinga yang terkena berfluktuasi (kadang jelas, kadang kurang)


tetapi

semakin

lama

semakin

memburuk.

Tinnitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum,


setelah

maupun

selama

serangan

vertigo.

Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada
10-15%

penderita,

penyakit

ini

menyerang

kedua

telinga.

Pada salah satu bentuk penyakit Meniere, tuli dan tinnitus terjadi beberapa bulan
atau

beberapa

tahun

sebelum

seangan

vertigo.

Setelah serangan vertigo mulai, bisa terjadi perbaikan fungsi pendengaran.


KLASIFIKASI
a. Penyakit Meniere vestibular
Penyakit Meniere vestibular ditandai dengan adanya vertigo episodic
sehubungan dengan tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear.
Tanda dan gejala:

Vertigo hanya bersifat episodic

Penurunan respons vestibuler atau tak ada respons total pada telinga yang
sakit

Tak ada gejala koklear

Tak ada kehilangan pendengaran objektif

Kelak dapat mengalami gejala dan tanda koklear

b. Penyakit Meniere klasik


Tanda dan gejala:

Mengeluh vertigo

Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi

53

tinitus

Penyakit Meniere koklea

c. Penyakit Meniere koklea


Penyakit Meniere koklea dikenali dengan adanya kehilangan pendengaran
sensorineural progresif sehubungan dengan tnitus dan tekanan dalam telinga
tanpa temuan atau gejala vestibuler.
Tanda dan gejala:

Kehilangan pendengaran berfluktuasi

Tekanan atau rasa penuh aural

Tinnitus

Kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji

Tak ada vertigo

Uji labirin vestibuler normal

Kelak akan menderita gejala dan tanda vestibuler


DIAGNOSA
Diagnosis

ditegakkan

berdasarkan

gejala-gejalanya.

Pemeriksaan yang dilakukan unruk membedakan penyakit meniere dari


penyebab
-

vertigo
CT

scan

lainnya:
atau

MRI

Stimulasi

kepala

kalorik

Elektroensefalografi

Elektronistagmografi

- Audiometri/audiologi.
PENGOBATAN
Untuk meringankan vertigo bisa diberikan scopolamin, antihistamin, barbiturat
atau

diazepam.

Tindakan pembedahan untuk mengurangi vertigo adalah neurektomi vestibuler,


dimana dilakukan pemotongn saraf yang menuju ke kanalis semisirkularis
54

(bagian

dari

telinga

tengah

yang

mengatur

keseimbangan).

Jika vertigo sangat mengganggu dan terjadi gangguan pendengaran yang berat,
dilakukan labirintektomi, yaitu pengangkatan koklea (bagian dari telinga tengah
yang

mengatur

pendengaran)

dan

kanalis

semisirkularis.

PENCEGAHAN
Taktik perawatan diri tertentu dapat membantu mengurangi dampak penyakit
Meniere. Pertimbangkan tips ini:
1.

Duduk atau berbaring segera ketika Anda merasa pusing. Selama episode
vertigo, hindari hal-hal yang dapat membuat tanda-tanda dan gejala lebih
buruk, seperti gerakan tiba-tiba, lampu-lampu terang, menonton televisi atau
membaca.

2.

Istirahat selama dan setelah serangan. Jangan terburu-buru untuk kembali


ke kegiatan normal.

3.

Waspadalah terhadap kemungkinan kehilangan keseimbangan. Jatuh bisa


menyebabkan cedera serius. Gunakan pencahayaan yang baik jika Anda
bangun di malam hari. Pertimbangkan berjalan dengan tongkat untuk
stabilitas jika Anda mengalami masalah keseimbangan kronis.

4.

Hindari mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin-mesin berat jika


Anda sering mengalami episode vertigo. Melakukan hal itu dapat
menyebabkan kecelakaan dan cedera.

PROGNOSIS
Sindrom menier tidak dapat diprediksi,gejala dapat memburuk,menghilang
sama sekali atau kembali pada saat yang bersamaan

55

MOTION SICKNESS
Definisi
Motion sickness atau kinetosis, juga dikenal sebagai mabuk perjalanan, adalah
suatu kondisi di mana ada perselisihan antara gerakan visual dirasakan dan rasa
sistem vestibular dari gerakan. Tergantung pada penyebabnya juga dapat disebut
sebagai mabuk laut, mobil, penyakit sakit atau mabuk udara simulasi.
Pusing, kelelahan, dan mual adalah gejala yang paling umum dari penyakit
gerakan. Sindrom Sopite di mana seseorang merasa lelah atau kelelahan juga
berhubungan dengan penyakit gerakan. Mual dalam bahasa Yunani berarti mabuk
laut (kapal Naus berarti). Jika gerak menyebabkan mual tidak diselesaikan,
penderita akan sering muntah. Tidak seperti penyakit biasa, muntah pada mabuk
cenderung tidak untuk meredakan rasa mual.
Kejadian
Sekitar 33% dari orang yang rentan terhadap mabuk bahkan dalam keadaan ringan
seperti berada di sebuah perahu di air tenang, meskipun hampir 66% dari orang
yang rentan dalam kondisi yang lebih berat. Individu dan hewan tanpa sistem
vestibular fungsional kebal terhadap penyakit gerakan.
Mabuk di laut dapat hasil dari berada di tempat tidur sebuah perahu bergulir tanpa
bisa melihat cakrawala. Dendeng gerakan tiba-tiba cenderung lebih buruk untuk
penyakit gerakan yang halus memprovokasi dari lambat, karena mereka
mengganggu keseimbangan cairan lebih. Sebuah "corkscrewing" perahu akan
marah orang lebih dari satu yang meluncur lancar di gelombang mendekat. Mobil
mengemudi cepat di seluruh berliku jalan atau naik dan turun serangkaian bukit
akan marah orang lebih dari mobil yang bergerak lebih halus, jalan lurus. Melihat
ke bawah ke pangkuan seseorang untuk berkonsultasi peta atau mencoba untuk
membaca buku sambil seorang penumpang di mobil juga dapat membawa pada

56

penyakit gerakan. Mabuk adalah terbesar untuk gerak sinusoidal vertikal dalam
rentang frekuensi Hz dan 0,05-0,8 maksimal pada 0,167 Hz.
Penyebab
Hipotesis yang paling umum untuk penyebab penyakit gerakan adalah bahwa ia
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap neurotoksin. Para postrema
daerah di otak yang bertanggung jawab untuk merangsang muntah saat racun
terdeteksi, dan untuk menyelesaikan konflik antara visi dan keseimbangan. Ketika
merasa gerak tetapi tidak melihat itu (misalnya, dalam sebuah kapal tanpa
jendela), telinga bagian dalam mengirimkan ke otak bahwa itu indra gerak, tapi
mata memberitahu otak bahwa semuanya masih. Sebagai hasil dari kejanggalan
tersebut, otak akan sampai pada kesimpulan bahwa salah satu dari mereka
berhalusinasi dan selanjutnya menyimpulkan bahwa halusinasi adalah karena
menelan racun. Otak merespon dengan muntah merangsang, untuk membersihkan
toksin seharusnya.
Jenis
Mabuk dapat dibagi menjadi tiga kategori:

Gerak penyakit yang disebabkan oleh gerakan yang dirasakan tetapi tidak

terlihat
Mabuk kendaraan disebabkan oleh gerakan yang terlihat tapi tidak merasa
Mabuk kendaraan disebabkan ketika kedua sistem mendeteksi gerakan,
tetapi mereka tidak sesuai.

Gerak yang dirasakan tetapi tidak terlihat


Dalam kasus ini, gerak dirasakan oleh sistem vestibular dan karenanya gerakan
dirasakan, tetapi tidak ada gerak atau gerak sedikit yang terdeteksi oleh sistem
visual.
Suatu bentuk khusus dari penyakit gerakan, penyakit mobil cukup umum dan
sering dibuktikan oleh ketidakmampuan untuk membaca peta atau buku selama

57

perjalanan. Mobil penyakit hasil dari konflik sensorik yang timbul di otak dari
input sensorik yang berbeda. Sebagian besar mata melihat bagian dalam mobil
yang bergerak sedangkan sistem vestibular dari gerak indera telinga bagian dalam
sebagai kendaraan berjalan sekitar sudut atau di atas bukit dan bahkan gundukan
kecil. Oleh karena itu efeknya terburuk ketika melihat ke bawah, tetapi dapat
dikurangi dengan melihat luar kendaraan.
Mabuk udara
Mabuk udara adalah sensasi yang disebabkan oleh perjalanan udara. Ini adalah
bentuk khusus dari mabuk dan dianggap sebagai respon normal pada orang sehat.
Mabuk udara terjadi ketika sistem saraf pusat menerima pesan yang bertentangan
dari tubuh (termasuk mata telinga bagian dalam, dan otot) yang mempengaruhi
keseimbangan dan kesetimbangan. Ini adalah dasarnya sama dengan carsickness
tetapi terjadi di pesawat terbang. Namun, beberapa perbedaan yang signifikan
adalah bahwa pesawat mungkin bank dan kemiringan tajam dan karena ukuran
jendela kecil, penumpang cenderung hanya melihat interior pesawat stasioner.
Faktor lain adalah bahwa saat dalam penerbangan, ada sedikit yang bisa dilihat di
luar jendela yang akan menunjukkan gerakan ke sistem visual.
Mabuk laut
Mabuk laut adalah bentuk penyakit gerakan ditandai oleh perasaan mual dan,
dalam kasus yang ekstrim, vertigo dialami setelah menghabiskan waktu di
kerajinan di atas air. Hal ini, sekali lagi, pada dasarnya sama dengan carsickness,
meskipun gerak sebuah perahu cenderung lebih konstan. Hal ini biasanya
disebabkan oleh gerakan goyang dari kerajinan atau gerakan saat direndam dalam
air. Dengan mabuk udara, bisa sulit untuk visual mendeteksi gerakan bahkan jika
kita melihat di luar perahu karena air tidak menawarkan titik tetap yang dapat
digunakan untuk menilai visual gerak. Beberapa pengalaman orang mabuk
perjalanan namun mereka tidak mengalami mabuk laut. Juga cenderung menjadi
lebih buruk ketika itu berkabut.

58

Sentrifugal
Perangkat berputar seperti sentrifus digunakan dalam pelatihan astronot dan
wahana taman hiburan seperti Rotor dan Gravitron dapat menyebabkan penyakit
gerakan pada banyak orang. Sementara interior centrifuge tidak muncul untuk
bergerak, satu akan mengalami rasa gerakan. Selain itu, gaya sentrifugal dapat
menyebabkan sistem vestibular memberikan satu arti bahwa ke bawah dalam arah
menjauh dari pusat centrifuge daripada arah ke bawah benar.
Karena berputar Pusing
Ketika satu berputar dan berhenti tiba-tiba, cairan di telinga bagian dalam terus
memutar menyebabkan rasa terus berputar, sementara sistem visual seseorang
tidak lagi mendeteksi gerakan.
Gerak yang terlihat tapi tidak merasa
Dalam kasus ini, gerakan terdeteksi oleh sistem visual dan karenanya gerakan
yang dilihat, tapi tidak ada gerakan atau gerak sedikit yang dirasakan oleh sistem
vestibular. Motion sickness yang timbul dari situasi tersebut telah disebut sebagai
Penyakit Gerak visual Terimbas (VIMS).
Gerak karena film dan video lainnya sakit
Jenis penyakit ini sangat lazim ketika orang yang rentan yang menonton film di
layar besar seperti Imax tetapi juga dapat terjadi di bioskop format yang biasa atau
bahkan saat menonton TV. Demi kebaruan, teater Imax dan lainnya jenis
panorama yang dramatis sering menunjukkan gerakan seperti terbang di atas
lanskap atau mengendarai roller coaster. Ada cara yang sedikit untuk mencegah
jenis penyakit gerakan kecuali untuk menutup mata seseorang selama adegan
tersebut atau untuk menghindari film tersebut.
Di bioskop Format biasa, contoh dari sebuah film yang menyebabkan mabuk pada
orang banyak adalah The Blair Witch Project. Teater pelanggan diperingatkan efek
yang mungkin memuakkan, memperingatkan wanita hamil pada khususnya.

59

Dalam hal ini, camcorder digunakan untuk film film. Sebagai kamera adalah
tangan memegang, kamera menjadi sasaran gerak jauh lebih banyak daripada ratarata kamera film.
Rumah film, seringkali difilmkan dengan kamera genggam, juga cenderung
menyebabkan penyakit gerak pada mereka yang melihatnya. Kamera-orang jarang
pemberitahuan ini selama syuting sejak / nya rasa nya gerak sesuai dengan gerak
yang terlihat melalui jendela bidik kamera. Mereka yang melihat film sesudahnya
hanya melihat gerakan, yang mungkin cukup besar, tanpa rasa gerakan.
Menggunakan fungsi zoom tampaknya berkontribusi mabuk serta zoom tidak
fungsi normal dari mata. Penggunaan tripod atau camcorder dengan teknologi
stabilisasi gambar saat syuting dapat meminimalkan efek ini.
Simulasi penyakit
Simulasi penyakit, atau penyakit simulator, adalah suatu kondisi dimana
seseorang menunjukkan gejala yang mirip dengan mabuk yang disebabkan oleh
bermain komputer / simulasi / video game.
Teori yang paling umum penyebab penyakit simulasi adalah bahwa ilusi gerak
yang diciptakan oleh dunia maya, dikombinasikan dengan tidak adanya gerakan
terdeteksi oleh telinga dalam, menyebabkan postrema daerah dalam otak manusia
untuk

menyimpulkan

bahwa

seseorang

berhalusinasi

dan

selanjutnya

menyimpulkan bahwa halusinasi adalah karena menelan racun. Otak merespon


dengan mual dan muntah menginduksi massa, untuk membersihkan toksin
seharusnya. Menurut teori ini, penyakit simulasi hanyalah bentuk lain dari
penyakit gerakan.
Gejala-gejala ini sering digambarkan sebagai sangat mirip dengan mabuk, dan
dapat berkisar dari sakit kepala, mengantuk, mual, pusing, muntah dan
berkeringat. Penelitian yang dilakukan di University of Minnesota memiliki siswa
memainkan Halo untuk kurang dari satu jam, dan menemukan bahwa hingga 50
persen merasa sakit setelahnya.

60

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh US Army Research Institut untuk Ilmu
Perilaku dan Sosial dalam laporan yang diterbitkan Mei 1995 berjudul "Laporan
Teknis 1027 - Penyakit Simulator di Lingkungan Virtual", dari 742 eksposur 11
pilot dari simulator penerbangan militer, "kira-kira setengah dari pilot (334)
melaporkan pasca-efek dari beberapa jenis: 250 (34%) melaporkan bahwa gejala
hilang dalam waktu kurang dari 1 jam, 44 (6%) melaporkan bahwa gejala
berlangsung lebih dari 4 jam, dan 28 (4%) melaporkan bahwa gejala berlangsung
lebih lama dari 6 jam. Ada juga 4 (1%) melaporkan kasus kilas balik spontan
terjadi .
Fenomena ini dikenal dalam budaya populer sebelum itu dikenal sebagai penyakit
simulasi. Dalam film komedi 1983 Joystick, manajer arcade video lokal
mengatakan, "Alasan mengapa saya tidak pernah memainkan permainan ini, juga,
mereka membuat saya secara fisik sakit Maksudku,. Setiap kali saya melihat di
salah satu layar, mereka membuat saya pusing. "
Gerak karena sakit Virtual Reality
Mabuk karena virtual reality sangat mirip dengan penyakit simulasi dan mabuk
karena film. Dalam virtual reality, Namun, efeknya dibuat lebih akut sebagai
semua titik referensi eksternal diblokir dari visi, gambar simulasi 3-dimensi dan
dalam beberapa kasus suara stereo yang juga dapat memberikan rasa gerak.
Simulator dunia yang paling maju, NADS-1, yang terletak di Driving Simulator
Lanjutan Nasional yang mampu secara akurat merangsang sistem vestibular
dengan bidang 360 derajat horizontal dan 16 derajat pandangan dasar kebebasan
gerak. Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan gerakan rotasi di lingkungan
sekitarnya virtual dapat menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam mual
dan gejala lain dari penyakit gerakan.
Gerakan yang dilihat dan dirasakan tapi tidak sesuai

61

Efek Coriolis
Ketika bergerak dalam kerangka acuan yang berputar seperti di centrifuge atau
lingkungan di mana gravitasi adalah simulasi dengan gaya sentrifugal, efek
Coriolis menyebabkan rasa gerak dalam sistem vestibular yang tidak cocok
dengan gerakan yang terlihat.
Kadang-kadang ketika mengendarai kendaraan untuk waktu yang lama di jalan
buruk dipertahankan pada kecepatan yang sangat lambat (10-20 km / jam) dua
indra gagal untuk berkorespondensi. Karena kualitas jalan yang buruk kendaraan
akan brengsek terlalu banyak memberikan rasa gerak parah pada telinga bagian
dalam. Namun karena kecepatan lambat mata tidak rasa gerak jumlah yang
proporsional.
Pengobatan
Banyak obat dan preventatives untuk mabuk telah diusulkan.
Aktivitas
Salah satu saran yang umum adalah untuk hanya melihat keluar dari jendela
kendaraan bergerak dan untuk menatap ke arah cakrawala di arah perjalanan. Hal
ini membantu untuk kembali mengarahkan perasaan batin keseimbangan dengan
memberikan penegasan kembali visual gerak.
Di malam hari, atau di sebuah kapal tanpa jendela, akan sangat membantu untuk
hanya menutup mata, atau jika mungkin, tidur siang. Ini menyelesaikan konflik
input antara mata dan telinga dalam. Tidur siang juga membantu mencegah efek
psikogenik (yaitu efek dari penyakit yang diperbesar dengan berpikir tentang hal
itu).

62

Sebuah metode sederhana untuk meredakan mabuk perjalanan umum dan ringan
adalah mengunyah [kutipan diperlukan]. Mengunyah permen karet memiliki
efektifitas luar biasa untuk mengurangi penyakit mobil di terpengaruh mereka.
Permen karet, bagaimanapun, adalah bukan satu-satunya satu mungkin
mengunyah untuk meringankan efek ringan dari penyakit mobil, mengemil
permen atau hanya mengunyah secara umum tampaknya mengurangi efek buruk
dari konflik antara visi dan keseimbangan.
Segar, udara dingin juga dapat meredakan mabuk sedikit, meskipun kemungkinan
ini berhubungan untuk menghindari bau busuk yang dapat memperburuk mual.
Obat
Over-the-counter

dan

resep

obat

yang

tersedia,

seperti

Dramamine

(dimenhydrinate), Stugeron (cinnarizine), dan Bonine / Antivert (meclozine).


Skopolamin efektif dan kadang-kadang digunakan dalam bentuk patch
transdermal (1,5 mg) atau sebagai bentuk tablet lebih baru (0,4 mg). Pemilihan
sebuah transdermal patch atau tablet skopolamin ditentukan oleh dokter setelah
mempertimbangkan usia pasien, berat, dan lamanya waktu pengobatan yang
diperlukan.
Menariknya, banyak pengobatan farmakologis yang efektif untuk mual dan
muntah pada beberapa kondisi medis mungkin tidak efektif untuk penyakit
gerakan. Sebagai contoh, metoclopramide dan proklorperazin, walaupun
digunakan secara luas untuk mual, tidak efektif untuk gerak-penyakit pencegahan
dan pengobatan. Hal ini disebabkan fisiologi pusat muntah SSP dan masukan dari
zona pemicu kemoreseptor versus telinga bagian dalam. Penenang obat anti
histamin seperti bekerja prometazin cukup baik untuk mabuk, meskipun mereka
dapat menyebabkan kantuk yang signifikan.

63

Jahe umumnya dianggap anti emetik-efektif. Satu review percobaan menunjukkan


bahwa menghisap minum jahe atau teh jahe dapat membantu meredakan mual,
sementara studi sebelumnya menunjukkan bahwa itu hanya efek plasebo. Tes
yang dilakukan di televisi menunjukkan Mythbusters dan Detektif Makanan
dukungan. teori bahwa jahe adalah pengobatan yang efektif untuk mual yang
disebabkan oleh penyakit gerakan.
Jahe dilaporkan untuk menenangkan katup pilorus terletak di dasar perut. Ini
relaksasi katup memungkinkan perut untuk beroperasi secara normal dimana isi
akan memasuki usus kecil bukannya dipertahankan dalam perut. Ini adalah efek
yang tidak diinginkan dari retensi di lambung yang akhirnya menghasilkan
muntah. Muntah tidak mabuk laut tetapi hanya gejala atau efek samping;
meskipun efeknya paling sering dikaitkan dengan mabuk laut. Link ini dilaporkan
studi jahe, perhatikan komentar tentang muntah kurang saat mengambil jahe, tapi
tidak mual kurang.
Stugeron tidak tersedia di Amerika Serikat baik over-the-counter atau dengan
resep. Ini telah terlibat dalam memicu kelumpuhan dan telah dilarang oleh FDA.
Elektronik
Seperti astronot sering mengalami mabuk perjalanan, NASA telah melakukan
penelitian ekstensif mengenai penyebab dan pengobatan untuk penyakit gerakan.
Salah satu perawatan tampak sangat menjanjikan adalah untuk orang yang
menderita dari penyakit gerak untuk memakai kacamata rana LCD yang
menciptakan visi stroboskopik dari 4 Hz dengan berdiam dari 10 milidetik.

64

TRAUMA TELINGA
Trauma Telinga Luar
Laserasi
Sering mengorek2 telinga dengan jari atau suatu jepit rambut atau klip
kertas

laserasi dinding kanalis perdarahan sementara, pasien cemas

segera hubungi dokter


Tidak memerlukan pengobatan tapi hentikan perdarahan
Kalau ada laserasi hebat pada aurikula eksplorasi dulu apakah ada
kerusakan tulang rawan atau tidak. Tulang rawan perlu diperiksa sebelum
reparasi plastik pada kulit. Kalau ada luka infeksi pada perikondrium beri
antibiotik profilaktik
Frosbite
Frosbite pada aurikulatimbul cepat pada suhu rendah+angin
dingin yang kuat. Terjadi perubahan yang perlahan-lahantidak
terasa nyeri sampai telinga (tergantung pada dalamnya cedera dan
lamanya paparan). Cedera dianggap sebagai kerusakan selular dan
gangguan mikrovaskular. Yang mengarah pada iskemia lokal.
Terapi:
Pemanasan cepat dengan air hangat bersuhu anatar 100-108 derajat
sampai terlihat tanda-tanda pencairan.
Beri analgesik
Kalau ada infeksi beri antibiotik

Hematoma

Sering ditemukan pada pegulat atau petinju.

Kalau tidak diobati terbentuknya telinga bunga kol

65

Terapi: insisi dan drainase kumpulan darah dalam kondisi


sterilpemasangan balut tekan pada konka

Terapi paling baik dilakukan segera setelah cedera, sebelum terjadi


organisasi hematoma

*Para pegulat diingatkan untuk memakai pelindung kepala pada


saat berlatih

Trauma Telinga Tengah


Perforasi membran timpani : karena adanya tekanan mendadak (trauma
ledakan) atau adanya benda asing dalam liang telinga
Gejala :

nyeri, sekret berdarah, gangguan pendengaran

Perawatan :

Perforasi bersih tanpa komplikasi : melindungi telinga dari air dan


pemberian antibiotik sistemik

Perforasi terkontaminasi : tetes telinga antibiotik. Jangan menutup


perforasi sampai infeksi teratasi.

Trauma Telinga Dalam


Energi akustik
Energi mekanis

Pada cedera yang mengakibatkan trauma mekanis terhadap tulang


temporal, maka dapat terjadi fraktur pada tulang tersebut, yang
biasanya disertai dengan gangguan lainnya berupa gangguan
kesadaran, hematoma subdural atau epidural.

Fraktur temporal :

Fraktur longitudinal : berawal dari foramen magnum dan


berjalan ke luar menuju ke liang telinga. Telinga biasanya
berdarah

dan

terjadi

gangguan

pendengaran

yang

konduktif.

Fraktur tranversal : sering menyebabkan cedera labirin dan


saraf fasialis karena garis frakturnya melintasi labirin.

66

67

GANGGUAN PENDENGARAN PADA GERIATRI


Perubahan patologik pada organ auditorik akibat proses degenerasi pada
usia lanjut dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi
pada kelompok geriatri umumnya tuli sensorineural, namun dapat juga tuli
konduktif atau tuli campuran.
Organ-organ pendengaran akan mengalami proses degeneratif. Pada
telinga luar terjadi perubahan pada berkurangnya elastisitas jaringan daun telinga
dan liang telinga. Kelenjar-kelenjar sebasea dan seruminosa mengalami gangguan
fungsi sehingga produksinya berkurang, juga terjadi penyusutan jaringan lemak
sebagai bantalan di sekitar liang telinga. Hal ini menyebabkan kulit daun telinga
maupun liang telinga menjadi kering dan mudah mengalami trauma. Serumen
cenderung mengumpul, mengeras, dan menempel dengan jaringan kulit liang
telinga.
Bagian liang telinga 2/3 dalam mudah luka saat mengeluarkan kotoran
karena kulit yang melapisinya lebih tipis.
Serumen cenderung menumpuk karena terjadi peningkatan produksi
serumen dari bagian 1/3 liang telinga, bertambah banyaknya rambut liang telinga,
yang tampak lebih tebal dan panjang.
Bagian telinga lain seperti membran timpani, tulang-tulang pendengaran,
otot-otot di telinga tengah juga mengalami perubahan walaupun tidak terlalu
bermakna.
Perubahan mikroskopis struktur telinga tengah menurut Etholm dan Belai
(1974) didapatkan:
1.
2.
3.
4.

Membran timpani menipis dan lebih kaku


Arthritis sendi sering terjadi pada antar tulang-tulang pendengaran
Atrofi dan degenerasi serabut-serabut otot pendengaran di telinga tengah
Proses penulangan dan perkapuran pada tulang rawan di sekitar Tuba
Eustachius.
Struktur telinga bagian dalam yaitu sensorik, saraf, pembuluh darah,

jaringan penunjang, maupun sinaps saraf, rentan terhadapat proses degeneratif.


Organ corti paling rentan terhadap proses degeneratif. Perubahan pada sel-sel
68

rambut luar di bagian basal koklea sangat besar pengaruhnya dalam penurunan
ambang pendengaran pada usia lanjut.
TULI KONDUKTIF PADA GERIATRI
Pada telinga luar dan telinga tengah proses degeneratif dapat menyababkan
kelainan berupa;
1. Berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran pinna daun
2.
3.
4.
5.

telinga
Atrofi dan bertambah kakunya liang telinga
Penumpukan serumen
Membran timpani bertambah tebal dan kaku
Kekauan sendi tulang-tulang pendengaran
Kelenjar-kelenjar serumen mengalami atrofi, sehingga produksi kelenjar

serumen berkurang dan menyebabkan serumen menjadi lebih kering, sehingga


terjadi serumen prop, membran timapani bertambah kaku dan tebal , kekakuan
pada persendian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduksi.
TULI SARAF PADA GERIATRI
Presbikusis adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi, umumnya pada usia
65 tahun, simetris pada telinga kiri dan kanan, terjadi pada frekuensi 1000 Hz atau
lebih.
Etiologi
Presbikusis merupakan akibat proses degenerasi yang memiliki hubungan
dengan faktor-faktor herediter, pola makanan, arterioskerosis, infeksi, bising, gaya
hidup atau bersifat multifaktor. Progresifitas penurunan pendengaran dipengaruhi
oleh usia dan jenis kelamin, laki-laki lebih cepat dibandingkan perempuan.
Patologi
Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan N.VIII. Pada
koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-sel rambut
penunjang pada organ Corti. Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskular juga
terjadi pada stria vaskularis. Ukuran sel-sel ganglion, saraf, dan myelin akson
saraf juga mengalami penurunan jumlah.

69

Klasifikasi
No.
1.
2.
3.

4.

Jenis
Sensorik

Patologi
Lesi terbatas pada koklea. Atrofi organ Corti, jumlah sel-sel

Neural
Metabolik

rambut dan sel-sel penunjang berkurang.


Sel-sel neuron pada koklea dan jaras auditorik berurang.
Atrofi stria vaskularis. Potensial mikrofonik menurun.

(Strial

Fungsi sel dan keseimbangan bio-kimia/bioelektrik koklea

presbycusis)
Mekanik

berkurang.
Terjadi perubahan gerakan mekanik duktus koklearis.

(Cochlear

Atrofi ligamentum spiralis.

presbycusis) Membran basilaris lebih kaku.


Berdasrkan perubahan patologik yang trjadi,

Schuknecht

dkk

menggolongkan presbikusis menjadi 4 jenis yaitu,


Gejala Klinik
Keluhan utama presbukusis berupa berkurangnya pendengaran secara
perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinag. Kapan berkurangnya
pendenngan tidak diketahui pasti.
Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien
dapat mendengar suara percakapan, tapi sulit untuk memahaminya, terutama bila
diucapkan dengan cepat di tempat dengan latar belakang bising (cocktail party
deafness). Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal
ini disebabkan oleh faktor kelelahan saraf (recruitment).
Diagnosis
Dengan pemeriksaan otoskopik, tampak membran timpani suram,
mobilitasnya berkurang. Pada tes penala didapatkan tuli sensorineural.
Pemeriksaan audiometrik nada murni menunjukkan suatu tuli saraf nada tinggi,
bilateral, dan simetris.
Pada tahap awal terdapat penurunan tajam (sloping) setelah frekuensi 2000
Hz. Ini khas pada presbikusis jenis sensorik dan neural.

70

Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih
mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan.
Pada tahap lanjut terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.
Pemeriksaan

audiometrik

tutur

menunjukkan

adanya

gangguan

diskriminasi wicara (speech discrimination). Tampak pada presbikusis neural dan


koklear.
Penatalaksanaan
Rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan dengan
pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Perlu dikombinasikan dengan latihan
membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar (audiotory training).

71

TULI PADA ANAK

Tuli Sebagian (impaired hearing)


Keadaan fungsi pendengaran berkurang namun masih dapat dimanfaatkan utuk
berkomunikasi dengan atau tanpa bantuan alat bantu dengar
Tuli Total (deaf)
Keadaan fungsi pendengaran yang sedemikian terganggunya sehingga tidak dapat
berkomunikasi sekalipun mendapat perkerasan (amplified)
Etiologi
a. Prenatal
- Genetik herediter
- Non genetic : terjadi pada trimester pertama bisa disebabkan oleh infeksi,
kekurangan gizi, gangguan metabolik, dan obat ototoksik
b. Perinatal
- Prematuritas
- BBLR (< 2500 gram)
- Tindakan dengan alat (ekstraksi vakum atau forsep)
- Hiperbilirubinemia (> 20 mg/100 ml)
- Asfiksia
- Anoksia otak (APGAR < 5 dalam 5 menit pertama)
c. Postnatal
- Infeksi bakterial atau viral
- Perdarahan pada telinga tengah
- Trauma temporal
Faktor Resiko
Menurut Joint Committee on Infant Hearing (1990) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran bawaan


Riwayat infeksi prenatal (TORCHS)
Kelainana anatomi telinga
Lahir premature
BBLR
Persalinan dengan tindakan
Hiperbilirubinemia
Asfiksia berat, APGAR rendah (0-3)

72

Pemeriksaan
1. Free Field Test
Di dalam ruang tenang, menggunakan sumber suara seperti baby reactometer,
Neometer, Viena tone, ataupun yang lainnya.
Kemudian dinilai kemampuan anak dalam memberi respon terhadap sumber
bunyi.
2. Behavioral Observation
Respon terhadap sumber bunyi berupa perubahan sikap atau reflex. Kalau tidak
berhasil dilakukan sekali lagi dan jika tidak berhasil, pemeriksaan ketiga
dilakukan 1 minggu setelahnya. Kemudian jika respon tidak ada maka
dilakukan pemeriksaan audiologik lanjutan yang lebih lengkap
3. Conditioned Test
Anak dilatih dulu sebelumnya kemudian dilakukan pemeriksaan memakai
audiometri.
4. Audiometri Nada Murni
Dilakukan pada anak dengan usia > 4 tahun. Menggunakan nada murni.
5. B.E.R.A (Brain Evoked Response Audiometry)
Rehabilitasi
Dilakukan secepat mungkin dimana masa proses belajar mendengar dan berbicara
sekitar 2-3 tahun.
Dapat memakai alat bantu dengar.
Implan koklea
Implan koklea
Suatu

perangkat

elektronik

yang

berfungsi

memperbaiki

kemampuan

pendengaran.
Indikasi : tuli sara berat bilateral atau tuli total bilateral
Terdapat komponen dalam dan komponen luar.
1. Komponen luar : mikrofon, speech processor, kabel penghubung mikrofon
dengan speech processor, dan transmitter
2. Komponen dalam : receiver dan multi chanel electrode

73

74

GANGGUAN TELINGA AKIBAT OBAT OTOTOKSIK

DEFINISI

kerusakan karena efek toksik obat di telinga dalam, kokleal, dan atau
vestibuler.

ETIOLOGI
Agen-Agen Ototoksik
Antibiotik

Aminoglikosida

Streptomisin

Dihidrostreptomisin

Neomisin

Gentamisin

Diuretik

Furosemid

As. Etakrinat

Bumetamid

Manitol

Analgetik dan antipiretik

Salisilat

Kinin

klorokuin

Antineoplastik

bleomisin

nitrogen mustard

cis-platinum

Lain-lain

75

pentobarbital

heksadin

mandelamin

praktolol

Zat kimia

karbon monoksida

minak chenopodium

nikotin

alcohol

kalium bromat

Logam Berat

Air raksa

Emas

Timbale

arsen

Obat-obat tertentu menyebabkan gangguan pendengaran dan

keseimbangan,

tetapi sebagian besar obat lebih banyak menyebabkan gangguan pendengaran.


Hampir seluruh obat tersebut dibuang dari tubuh melalui ginjal. Karena itu setiap
kelainan fungsi ginjal akan meningkatkan kemungkinan

penimbunan obat di

dalam darah dan mencapai kadar yang bisa menyebabkan kerusakan.


Dari semua jenis antibiotik, neomisin memiliki efek yang paling berbahaya
terhadap

pendengaran,

diikuti

oleh

kanamisin

dan

amikasin.

Viomisin, gentamisin dan tobramisin bisa mempengaruhi pendengaran dan


keseimbangan.
Antibiotik

streptomisin

lebih

banyak

mempengaruhi

keseimbangan.

76

Vertigo (perasaan berputar) dan gangguan keseimbangan akibat streptomisin


cenderung bersifat sementara. Tetapi kadang bisa terjadi sindroma Dandy, dimana
gangguan keseimbangan bersifat menetap dan berat sehingga penderita
mengalami

kesulitan

jika

berjalan

dalam

ruangan

yang

gelap.

Jika diberikan suntikan asam etakrinat dan furosemid kepada penderita gagal
ginjal yang juga menjalani pengobatan dengan antibiotik, akan terjadi tuli
permanen atau tuli sementara.
Aspirin dalam dosis yang sangat tinggi yang digunakan dalam jangka panjang
bisa menyebabkan tuli dan tinnitus (telinga berdenging), yang biasanya bersifat
sementara.
Kuinin bisa menyebabkan tuli permanen.
Jika terjadi perforasi gendang telinga, obat-obat yang bisa menyebabkan
kerusakan telinga tidak dioleskan/diteteskan langsung ke dalam telinga karena
bisa diserap ke dalam cairan di telinga dalam.
Antibiotik yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran tidak diberikan
kepada:
- wanita hamil
- usia lanjut
- orang yang sebelumnya telah menderita ketulian.
Kepekaan setiap orang terhadap obat-obat tersebut bervarisi, tetapi biasanya
ketulian bisa dihindari jika kadar obat dalam darah berada dalam kisaran yang
dianjurkan. Karena itu biasanya dilakukan pemantauan terhadap kadar obat dalam
darah. Jika memungkinkan, sebelum dan selama menjalani pengobatan dilakukan
tes pendengaran.
Biasanya tanda awal dari kerusakan adalah ketidakmampuan untuk mendengarkan
suara dengan nada tinggi.

77

Bisa terjadi tinnitus (telinga berdenging) atau vertigo.


GEJALA KLINIS
tinitus, ketulian, dan vertigo
PENATALAKSANAAN
Tuli yang diakibatkan oleh obat-obat ototoksik tidak dapat diobati. Bila pada
waktu pemberian obat-obat ototoksik terjadi pada gangguan telinga dalam (dapat
diketahui secara audiometrik), maka pengobatan dengan obat-obatan tersebut
harus segera dihentikan. Berat ringannya ketulian yang terjadi tergantung kepada
jenis obat, jumlah dan lamanya pengobatan. Kerentanan pasien termasuk yang
menderita insufisiensi ginjal dan sifat obat itu sendiri. Apabila ketulian sudah
terjadi dapat divoba melakukan rehabilitasi antara lain dengan alat bantu dengar
(ABD), psikoterapi, auditory trainining, termasuk cara menggunakan sisa
pendengaran dengan alat bantu dengar, belajar komunikasi total dengan belajar
membaca bahasa isyarat. Pada tuli total biilateral mungkin dapat dipertimbangkan
pemasangan implan koklea (Cochlear implant).
PROGNOSIS
Sangat tergantung kepada jenis obat, jumlah dan lamanya pengobatan, kerentanan
pasien. Pada umumnya prognois tidak begitu baik malah mungkin buruk.

78

TULI MENDADAK
Definisi
Tuli yang terjadi secara tiba-tiba.
Jenis ketulian sensorineural.
Penurunan pendengaran sensorineural 30dB atau lebih, paling sedikit tiga
frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan audiometric dan berlangsung kurang
dari 3 hari.
Etiologi

Iskemia koklea

Dapat disebabakan oleh spasme, thrombosis atau perdarahan arteri auditiva


interna.
Iskemia mengakibatkan degenerasi luas pada sel-sel ganglion stria vaskularis dan
ligaen spiralis pembentukan jaringan ikat dan penulangan.

Infeksi virus

Ex: virus parotis, virus campak, virus influenza B, dan mononucleosis


menyebabakn kerusakan pada organ corti, membrane tektoria, dan selubung
myelin saraf akustikus.

Trauma kepala

Trauma bising yang keras

Perubahan tekanan atmosfer

Autoimun

Obat ototoksin

Penyakit Meniere

Neuroma akustik

Gejala

Timbul mendadak atau menahun secara tidak jelas.

79

Dapat unilateral atau bilateral

Disertai tinitus dan vertigo

Diagnosis

Anamnesis

Bagaimana proses terjadinya tuli, gejala yang menyertai serta factor predisposisi.

Pemeriksaan fisik dan THT

Audiologi

Tes penala: rinne positif, weber lateralisasi ke telinga yang sehat, Schwabach
memendek. (tuli sensorineural)

Untuk

Laboratorium
memeriksa

kemungkinana

infeksi

virus,

bakteri,

hiperlipidemia,

hiperfibrinogen, hipotiroid, penyakit autoimun, faal hemostatis.

Pemeriksaan penunjang lainnya.

Penatalaksanaan

Total bed rest selama dua minggu

Vasodialtasi complamin injeksi

Prednisone (kortikosteroid)

Vitamin C 500 mg 1x1 tablet/hari

Neurobion (neurotonik) 3x1 tablet/hari

Diet rendah garam dan rendah kolesterol

Inhalasi oksigen 4x15 menit (2liter/menit)

Obat anti virus sesuai penyebabnya

Hipertonik oksigen terapi (HB)

Pemasangan alat bantu dengar

Psikoterapi

80

Evaluasi pendengaran dilakukan setiap minggu dalam satu bulan (kallinen et


al,1997):

Sangat baik perbaikan lebih dari 30dB pada 5 frekuensi

Sembuh perbaikan ambang pendengaran kurang dari 30dB pada


frekuensi 250Hz, 500Hz, 1000Hz, 2000Hz, dan di bawah 25dB pada frekuensi
4000Hz

Baik bila rerata perbaiakn 10-30 dB pada 5 frekuensi

Tidak ada perbaikan terdapat perbaikan kurang dari 10 dB pada 5


frekuensi.

81

NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL)


PENDAHULUAN
Berdasarkan survei "Multi Center Study" di Asia Tenggara, Indonesia
termasuk 4 negara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6%,
sedangkan 3 negara lainnya yakni Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%) dan India
6,3%). Angka prevalensi sebesar 4,6% tergolong cukup tinggi, sehingga dapat
menimbulkan masalah sosial di tengah masyarakat. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan pada tahun 2000 terdapat 250 juta
penduduk dunia menderita gangguan pendengaran dan 75 juta - 140 juta
diantaranya terdapat di Asia Tenggara.
Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah
penggunaan mesin-mesin, alat-alat transportasi berat, dan lain sebagainya.
Akibatnya kebisingan makin dirasakan mengganggu dan dapat memberikan
dampak pada kesehatan. Biaya yang harus ditanggung akibat kebisingan ini sangat
besar. Misalnya, bila terjadi di tempat-tempat bisnis dan pendidikan, maka bising
dapat mengganggu komunikasi yang berakibat menurunnya kualitas bisnis dan
pendidikan. Sama halnya dengan akibat yang ditimbulkan pada masyarakat yang
lokasi tempat tinggalnya berdekatan dengan sumber bising. Trauma akustik
ataupun gangguan pendengaran lain yang timbul akibat bising, gangguan sistemik
yang timbul akibat kebisingan, penurunan kemampuan kerja, bila dihitung
kerugiannya secara nominal dapat mencapai milyaran rupiah.
Industri yang terutama membawa risiko kehilangan pendengaran antara lain
pertambangan, pembuatan terowongan, penggalian (peledakan, pengeboran),
mesin-mesin berat ( pencetakan besi, proses penempaan, dll), pekerjaan
mengemudikan mesin dengan mesin pembakaran yang kuat (pesawat terbang,
truk, bajaj, kenderaan konstruksi, dll), pekerjaan mesin tekstil dan uji coba mesinmesin jet. Pada umumnya gangguan pendengaran yang disebabkan bising timbul
setelah bertahun-tahun pajanan. Kecepatan kemunduran tergantung pada tingkat
bising, komponen impulsif dan lamanya pajanan, serta juga pada kepekaan
individual yang sifat-sifatnya tetap tidak diketahui.
82

Salah satu bising industri yang dianggap perlu untuk diteliti adalah bising
pesawat terbang. Penelitian mengenai pengaruh bising pesawat terbang terhadap
kemampuan pendengaran pekerja telah banyak dilakukan. Diantarannya yaitu
penelitian yang dilakukan di London Inggris dimana peneliti membandingkan
antara subjek dengan tingkat kebisingan pesawat terbang yang tinggi dengan
tingkat kebisingan pesawat terbang yang rendah. Hasilnya adalah didapat kejadian
gangguan pendengaran lebih tinggi pada subjek dengan tingkat kebisingan
pesawat terbang yang tinggi. Penelitian lainnya juga menunjukkan hal yang sama,
dimana pada pekerja bandara laki-laki di Korea menunjukkan perbedaan yang
significant pada kejadian hilangnya pendengaran (lebih dari 25 dB) antara subjek
yang terpapar bising dengan yang tidak terpapar bising pesawat terbang (p< 0.5).
Hampir 60,8 % dari pekerja yang terpapar bising tersebut tercatat sebagai
pengguna HPDs (Hearing Protective Devices).
Mengingat besarnya masalah tersebut dan pentingnya kesehatan indera
pendengaran sebagai salah satu faktor penting dalam meningkatkan mutu sumber
daya manusia, maka diperlukan adanya perhatian yang lebih terhadap masalah
kesehatan indera pendengaran khususnya tuli akibat pemajanan bising
(TAB/NIHL).
BISING
Definisi
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. Kebisingan yaitu
bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alatalat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.

83

Baku Tingkat Kebisingan


Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Baku
tingkat kebisingan (Nilai Ambang Batas, NAB) peruntukan kawasan/lingkungan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Peruntukan kawasan / lingkungan
kegiatan
Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan pemukiman
2. Perdagangan dan jasa
3. Perkantoran dan perdagangan
4. Ruang terbuka hijau
5. Industri
6. Pemerintahan dan fasilitas umum
7. Rekreasi
8. Khusus :- Bandar udara- Stasiun
Kereta Api - Pelabuhan Laut- Cagar
Budaya
Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya
2. Sekolah dan sejenisnya
3. Tempat ibadah dan sejenisnya

Tingkat kebisingan
(dB)
55
70
65
50
70
60
70
70

55
55
55

Tabel 2.1 Baku tingkat kebisingan (Nilai Ambang Batas,


NAB)
peruntukan kawasan/lingkungan

TULI AKIBAT BISING


Definisi
Tuli akibat bising (TAB) adalah tuli sensorineural yang terjadi akibat
terpapar oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama.
84

Faktor yang Mempengaruhi


Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan yaitu intensitas
kebisingan, frekwensi kebisingan, lamanya waktu pemaparan bising, kerentanan
individu, jenis kelamin, usia dan kelainan di telinga tengah. Tuli sensorineural
dapat disebabkan oleh toksin (seperti arsen dan quinine) dan antibiotika seperti
streptomisin yang dapat merusak koklea.
Patogenesis
Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel
rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang
menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan
lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga
mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan
durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya
stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan
hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut.
Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel
penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut,
dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus
pendengaran pada batang otak.
Gambaran Klinis
Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara (
speech discrimination ) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat
menyebabkan kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan.
Bunyi dengan nada tinggi, seperti suara bayi menangis atau deringan telepon
dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinitus
merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu
ketajaman pendengaran dan konsentrasi.

85

Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced
hearing loss ) adalah bersifat sensorineural, hampir selalu bilateral, jarang
menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss ).
Secara klinis pajanan bising pada organ pendengaran dapat menimbulkan
reaksi adaptasi, peningkatan ambang dengar sementara (temporary threshold shift)
dan peningkatan ambang dengar menetap ( permanent threshold shift). Reaksi
adaptasi merupakan respons kelelahan akibat rangsangan oleh bunyi dengan
intensitas 70 dB SPL atau kurang, keadaan ini merupakan fenomena fisiologis
pada saraf telinga yang terpajan bising. Peningkatan ambang dengar sementara,
merupakan keadaan terdapatnya peningkatan ambang dengar akibat pajanan
bising dengan intensitas yang cukup tinggi. Pemulihan dapat terjadi dalam
beberapa menit atau jam. Jarang terjadi pemulihan dalam satuan hari. Peningkatan
ambang dengar menetap, merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan ambang
dengar menetap akibat pajanan bising dengan intensitas sangat tinggi (explosif)
atau berlangsung lama yang menyebabkan kerusakan pada berbagai struktur
koklea, antara lain kerusakan organ Corti, sel-sel rambut, stria vaskularis, dan
lainnya.(7,8)
Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB. Apabila paparan bising
dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran yang signifikan,
kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000
Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz, dengan
paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz
akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 15 tahun.
Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan
juga mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi
wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat
gangguan pendengaran yang terjadi.
Diagnosis
Gangguan pendengaran yang terjadi akibat bising ini berupa tuli saraf
koklea dan biasanya mengenai kedua telinga. Pada anamnesis biasanya mula-mula
pekerja mengalami kesulitan berbicara di lingkungan yang bising, jika berbicara

86

biasanya mendekatkan telinga ke orang yang berbicara, berbicara dengan suara


menggumam, biasanya marah atau merasa keberatan jika orang berbicara tidak
jelas, dan sering timbul tinitus. Biasanya pada proses yang berlangsung perlahanlahan ini, kesulitan komunikasi kurang dirasakan oleh pekerja bersangkutan;
untuk itu informasi mengenai kendala komunikasi perlu juga ditanyakan pada
pekerja lain atau pada pihak keluarga.
Pada pemeriksaan fisik, tidak tampak kelainan anatomis telinga luar sampai
gendang telinga. Pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorokan perlu dilakukan
secara lengkap dan seksama untuk menyingkirkan penyebab kelainan organik
yang menimbulkan gangguan pendengaran seperti infeksi telinga, trauma telinga
karena agen fisik lainnya, gangguan telinga karena agen toksik dan alergi. Selain
itu pemeriksaan saraf

pusat perlu dilakukan untuk menyingkirkan adanya

masalah di susunan saraf pusat yang (dapat) menggangggu pendengaran


Penatalaksanaan
Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya
dari lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapt dipergunakan alat
pelindung telinga terhadap bising, seperti sumbat telinga (ear plug), tutup telinga
(ear muff) dan pelindung kepala (helmet).
Oleh karena itu akibat bising adalah tuli sensorineural yang bersifat
menetap,

bila

gangguan

pendengaran

sudah

mengakibatkan

kesulitan

berkomunikasi dengan volume percakapan biasa, dapat dicoba pemAsangan alat


bantu dengar/ ABD (hearing aid). Apabila pendengaran sudah sedemikian buruk,
sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapat berkomunikasi denga adekuat
perlu

dilakukan

psikoterapiagar

dapat

menerima

keadaannya.

Latihan

pendengaran (auditory training) agar dapat menggunakan sisa pendengara dengan


ABD secara efisien dibantu dengan membaca ucapan bibir (lip reading), mimik
dan gerakan anggota badan, serta bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi. Di
samping itu, oleh karena pasien mendengar suaranya sendiri sangat lemah,
rehabilitasi suara juga diperlukan agar dapat mengendalikan volume, tinggi
rendah dan irama percakapan. Pada pasien yang telah mengalami tuli

total

87

bilateral dapat dipertimbangkan untuk pemasangan implan koklea (cochlear


implant).
PEMERIKSAAN
Sound Level Meter ( SLM )
SLM adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan,
yang terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit attenuator dan beberapa alat
lainnya. Alat ini mengukur kebisingan antara 30 130 dB dan dari frekwensi 20
20.000 Hz. SLM dibuat berdasarkan standar ANSI ( American National Standard
Institute ) tahun 1977 dan dilengkapi dengan alat pengukur 3 macam frekwensi
yaitu A, B dan C yang menentukan secara kasar frekwensi bising tersebut.
Jaringan frekwensi A mendekati frekwensi karakteristik respon telinga untuk
suara rendah yang kira-kira dibawah 55 dB . Jaringan frekwensi B dimaksudkan
mendekati reaksi telinga untuk batas antara 55 85 dB. Sedangkan jaringan
frekwensi C berhubungan dengan reaksi telinga untuk batas diatas 85 dB.
Audiometri
Audiometri adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level
pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan
audiometer, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai.
Alat yang dikenal sebagai audiometer, dikembangkan pada awal 1920-an,
mencontoh rangkaian oktaf dari skala C seperti pada garputala. Intensitas nada
dapat dipertahankan pada tingkat tertentu, tidak seperti garputala dimana
intensitas nada segera berkurang setelah dibunyikan. Nada dapat pula diinterupsi
sesuai kehendak, atau intensitas dapat dilemahkan pada interval tertentu dengan
hambatan elektris, dengan demikian intensitas bunyi dapat dihitung. Hanya
tinggal menambahkan satuan intensitas, suatu notasi decibel dan kontunuitas
intensitas, dan lahirlah suatu era modern audiometri nada murni.
Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien
pada stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbedabeda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada di atas.

88

Grafiknya terdiri atas skala desibel. Suara dipresentasikan dengan earphone (air
conduction) dan skull vibrator (Bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka
diindikasikan adanya CHL (Conduction hearing Loss). Turunnya nilai ambang
pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL (Sensorineural
Hearing Loss).
Pada pemeriksaan audiometri, pasien menggunakan headphone sesuai
dengan telinga yang diperiksa (warna merah untuk telinga kanan dan biru untuk
telinga kiri). Pemeriksaan dimulai pada frekwensi 1000 Hz, selanjutnya 2000 Hz,
4000 Hz & 8000 Hz. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan pada 1000Hz dan
menurun (500 Hz, 250 Hz, 125 Hz). Pada masing-masing frekuensi pemeriksaan
ambang dengar dimulai dengan intensitas diatas perkiraan ambang dengarnya,
selanjutnya diturunkan sampai pasien tidak mendengar stimulus bunyinya (tidak
menunjuk jari). Ambang dengar pasien adalah intensitas terkecil yang dapat
didengar oleh pasien. Pemeriksaan audiometri dilakukan pada ruangan kedap
suara atau jika tidak ada dapat digunakan ruangan yang sunyi.
Prognosis
Tuli akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural koklea yang sifatnya
menetap, dan tidak dapat diobati dengan obat maupun pembedahan. Penggunaan
alat bantu dengar hanya sedikit manfaatnya bagi pasien, bahkan alat tersebut
hanya memberikan rangsangan vibrotaktil dan bukannya perbaikan diskriminasi
bicara pada pasien tersebut. Untuk sebagian pasien dianjurkan pemakaian implan
koklearis. Implan koklearis dirancang untuk pasien-pasien dengan tuli
sensorineural.

89

DAFTAR PUSTAKA

Adams L, George dkk. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC
Ganong WF. 1983. Fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiology) Edisi
10. Jakarta: EGC
Soetirto, I.,Hendarmin, H., Bashiruddin, J., 2007. Gangguan Pendengaran dan
Kelainan Telinga dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi VI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

90

Anda mungkin juga menyukai