8.
8.1 Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian korupsi;
- Untuk mengetahui jenis-jenis korupsi;
9.
10. LANDASAN TEORI
10.1Pengertian Korupsi
11.
Arti kata korupsi secara harfiah,
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang
Negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi
atau orang lain. Pengertian lainnya, perbuatan yang
buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, dan sebagainya (WJS Poerwadarminta:1976).
Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus
hukum, yang dimaksud corruptie adalah korupsi,
perbuatan curang, perbuatan curang, tindak pidana
yang merugikan keuangan negara (Subekti dan
Tjitrosoedibio: 1973). Selanjutnya Baharudin Lopa
mengutip pendapat David M. Chalmers, menguraikan
istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang
menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan
dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang
menyangkut bidang kepentingan umum. Hal ini
diambil dari definisi yang berbunyi financial
manipulations and deliction injurious to the economy
are often labeled corrupt (Evi Hartanti: 2008).
12.
Masyarakat
pada
umumnya
menggunakan istilah korupsi untuk merujuk pada
serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan
hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan
dengan merugikan orang lain. Bagi masyarakat, hal
yang paling identik dengan korupsi adalah
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk
keuntungan pribadi.
13.
Dalam Kamus Lengkap Oxford
(The Oxford Unabridged Dictionary), korupsi
didefinisikan sebagai ketidakjujuran atau perusakan
integritas dalam pelaksanaan tugas-tugas publik, yang
biasanya dengan penyuapan atau balas jasa.
Sedangkan pengertian singkat yang dipergunakan
World Bank, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan
public untuk keuntungan pribadi (the abuse of public
office for private gain). Asian Development Bank
4.
5.
d.
1.
2.
3.
e.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
34.
Kasus ini dianalisis dengan
memecah ke dalam unsur tindak pidana
korupsi pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 jo.
UU No. 20 Tahun 2001 sebagai berikut:
Setiap orang
35.
Fakta
perbuatan
yang
dilakukan dan kejadian yang ditemukan
adalah B adalah seorang Dirut BUMN. Alat
bukti pendukung yang dapat digunakan
adalah keterangan dari terdakwa B, KTP atas
nama B, dan SK pengangkatan B sebagai
Dirut BUMN.
Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu
korporasi
36.
Fakta
perbuatan
yang
dilakukan dan kejadian yang ditemukan
adalah:
Pada tanggal 10 Januari 2005, B mendapat
transfer uang sebesar Rp 15 M dari F
F telah mendapat kekayaan berupa asset tanah
seluas 50 Ha dengan harga di bawah NJOP/harga
pasar.
37.
Alat bukti yang dapat
digunakan mendukung fakta tersebut di atas
adalah:
Keterangan dari terdakwa B
Keterangan dari saksi F
Keterangan dari petugas bank
Print-out rekening koran
Dengan cara melawan hukum
38.
Fakta
perbuatan
yang
dilakukan dan kejadian yang ditemukan
adalah:
B telah menjual tanah negara aset per usahaan
(BUMN) yang dipimpinnya kepada F seluas 50
Ha.
Sebelum menjual, B mengadakan beberapa kali
pertemuan dengan F untuk melakukan negosiasi
harga dan tata cara pembayaran.
Setelah tercapai kesepakatan, B mengupayakan
penurunan harga NJOP atas tanah sehingga sesuai
dengan kesepakatannya dengan F
B meminta F agar mencari 2 perusahaan lain
untuk melengkapi persyaratan administrasi
penjualan secara lelang.
B menunjuk panitia penaksir harga dan panitia
penjualan
untuk
memenuhi
formalitas
administrasi proses penjualan secara lelang serta
telah menetapkan harga tanah dan pembelinya
serta sistem pembayaran secara bertahap.
Padahal menurut SK Menkeu penjualan harus
dengan prosedur lelang terbuka untuk umum dan
pembayarannya harus dengan tunai.
Pada tanggal 10 Januari 2005 aset tanah tersebut
dijual dengan harga Rp 100 M, padahal menurut
SK Meneg BUMN penjualan tanah aset BUMN
adalah sesuai dengan NJOP tertinggi tahun
berjalan dan atau harga pasar sehingga seharusnya
aset tersebut dijual dengan harga Rp 150 M.
4.
39.
Alat bukti yang dapat
digunakan untuk mendukung kejadian
tersebut adalah:
Keterangan dari Saksi F
Keterangan dari Panitia penaksir Harga
Keterangan dari Panitia penjualan
Keterangan dari Kantor PBB
Keterangan dari Perusahaan Appraisal
Keterangan dari Komisaris Perusahaan
Keterangan dari Para Direksi
Keterangan dari Notaris
Surat, seperti dokumen yang berhubungan dengan
penjualan, NJOP tanah, SK Panitia.
SK Menteri Keuangan
SK Meneg BUMN
Akta Jual Beli
Sertifikat tanah
Kwitansi penjualan
Print-out Rekening Koran Perusahaan BUMN
40.
41.
Dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara
42.
Fakta
perbuatan
yang
dilakukan dan kejadian yang ditemukan
adalah negara dirugikan sebesar Rp 50 M.
Hal ini dapat didukung oleh keterangan dari
ahli BPKP, dan surat berupa laporan hasil
perhitungan kerugian keuangan negara.
43.
44.
Dari analisis di atas, dapat
disimpulkan bahwa keempat unsur tindak
pidana korupsi pada Pasal 2 UU No 31 Tahun
1999 jo UU No 20 Tahun 2001
terpenuhi.Keseluruhan rangakan perbuatan
yang telah dilakukan oleh B adalah sebuah
tindak pidana korupsi berdasarkan Pasal 2
UU No. 31 Tahun 1999 jo.UU No. 2o Tahun
2001 sehingga B dituntut untuk dipidana
penjara.
45.
45.1Kasus Kedua
46.
W salah seorang pejabat di
sebuah lembaga Negara dan telah ditunjuk
menjadi ketua panitia /penanggungjawab
proyek pengadaan barang pada tahun 2005 di
lembaga tersebut.
47.
Pada akhir tahun anggaran,
S selaku salah seorang pemeriksa dari
instansi
yang
berwenang
melakukan
pemeriksaan keuangan telah ditugaskan
untuk
melakukan
pemeriksaan
pertanggungjawaban keuangan atas proses
pengadaan barang yang telah dilakukan oleh
W. Dalam melakukan pemeriksaan, S
menemukan adanya sejumlah indikasi
penyimpangan dalam proses pengadaan yang
mengakibatkan timbulnya kerugian Negara.
W mengetahui hal tersebut, lalu berusaha
melakukan pendekatan kepada S dengan
menawarkan uang sebesar Rp 300 juta dan
4.
S
sedang
melakukan
pemeriksaan
pertanggungjawaban keuangan atas pelaksanaan
pengadaan barang yang dilakukan oleh W.
58.
Alat
bukti
yang
mendukung terjadinya kegiatan tersebut
adalah:
Keterangan dari Saksi S.
SK S sebagai Pegawai Negeri.
Surat Tugas S untuk melakukan pemeriksaan di
lembaga W.
Keterangan dari Atasan S.
Dengan maksud supaya berbuat atau tidak
berbuat sesuatu dalam jabatannya sehingga
bertentangan dengan kewajibannya
59.
Fakta
perbuatan
yang
dilakukan dan kejadian yang ditemukan
adalah:
Pemberian uang oleh W S dimaksudkan agar S
dalam membuat laporan hasil pemeriksaan tidak
mencantumkan temuan tentang adanya indikasi
penyimpangan dalam pengadaan barang.
W diketahui bahwa hal tersebut bertentangan
dengan kewajiban S selaku Pemeriksa.
60.
Alat bukti yang dapat
digunakan untuk mendukung kegiaatan
tersebut di atas adalah:
Keterangan dari Terdakwa W dan Keterangan dari
Saksi S
Keterangan dari Anggota Tim S
Keterangan dari Atasan S
Surat berupa Laporan Hasil Pemeriksaan
Keuangan
61.
62.
Dari
analisis
singkat
tersebut dapat disimpulkan bahwa keempat
unsur tindak pidana korupsi pada Pasal 5 ayat
(1) huruf a UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU
No. 20 Tahun 2001 terpenuhi. Keseluruhan
rangkaian perbuatan yang telah dilakukan
oleh W adalah sebuah tindak pidana korupsi
berdasarkan Pasal 5 ayat (1) huruf a UU No.
31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
sehingga W dituntut untuk dipidana penjara.
63.
63.1Kasus Ketiga
64.
X selaku Panitera pada
salah satu Pengadilan Negeri di Jakarta
adalah panitera dalam perkara penipuan
dengan Terdakwa Y (Terdakwa Y dalam
perkara penipuannya tidak ditahan).
65.
Pada tanggal 2 Januari
2006, X didatangi oleh Y di ruang kerjanya
untuk melobi Ketua Majelis Hakim yaitu
Hakim A yang menangani perkara tersebut
agar dalam putusan persidangan Y
dinyatakan tidak terbukti bersalah dan
diputus bebas, dan X akan mendapat uang
dari Y.
Terhadap hal tersebut, X
menyanggupi dan meminta agar uang
tersebut
diserahkan
terlebih
dahulu
kepadanya sebelum perkaranya diputus.
a.
b.
c.
d.
66.
Pada tanggal 10 Januari
2006 sekitar pukul 14.00 WIB, Y mendatangi
X diruang kerjanya dengan membawa satu
buah tas hitam yang di dalamnya berisi uang
Rp 500 juta dan menyerahkannya kepada X,
lalu X menerima tas yang berisi uang
tersebut.
67.
Pada tanggal 24 Januari
2006, dalam sidang perkara penipuan dengan
Terdakwa Y, ternyata majelis hakim
menyatakan Terdakwa Y terbukti bersalah
melakukan penipuan dan menjatuhkan
hukuman pidana penjara selama 5 tahun.
Mendengar putusan tersebut, Terdakwa Y
langsung marah dan berteriak bahwa
seharusnya ia dibebaskan karena ia telah
menyerahkan uang Rp 500 juta kepada X.
68.
Atas kejadian tersebut, Y
melaporkan
X
ke
Polres.
Dalam
pengakuannya X menyatakan ia telah melobi
Hakim A selaku Ketua Majelis Hakim,
namun Hakim A tidak bersedia membantu Y,
sedangkan uang Rp 500 juta telah habis ia
gunakan untuk membayar hutang-hutangnya.
69.
Polres
kemudian
melakukan penyidikan dengan menetapkan X
dan Y, masing-masing sebagai Tersangka
(berkas terpisah) dan perkara tersebut oleh
Jaksa dilimpahkan ke Pengadilan Negeri.
70.
Kasus ini dianalisis dengan
memecah ke dalam unsur tindak pidana
korupsi Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo.
UU No. 20 Tahun 2001 sebagai berikut:
Pegawai negeri atau penyelenggara negara
71.
Fakta
perbuatan
yang
dilakukan atau kejadian yang ditemukan
adalah si X selaku Panitia Pengadilan
Negeri.Alat bukti yang mendukung hal
tersebut adalah keterangan dari saksi adan
saksi Y, keterangan dari terdakwa X, dan SK
Pengangkatan selaku Panitera.
Menerima hadiah atau janji
72.
Fakta
perbuatan
yang
dilakukan dan kejadian yang ditemukan
adalah pada tanggal 10 Januari 2006 di ruang
kerjanya, X menerima uang sejumlah Rp 500
juta dari si Y. Alat bukti yang dapat
mendukung adalah keterangan dari saksi Y,
keterangan dari terdakwa X, keterangan dari
saksi-saksi lain, sebagian dari uang Rp 500
juta.
Diketahuinya
73.
Fakta
perbuatan
yang
dilakukan dan kejadian yang ditemukan
adalah si Y mengetahui.Hal ini didukung
oleh keterangan saksi Y.
Patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan
yang berhubungan dengan jabatannya dan
menurut pikiran orang yang memberikan hadiah
76.
Dari analisis di atas dapat
disimpulkan bahwa keempat unsur tindak pidana
korupsi pada Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo.UU
No. 20 Tahun 2001 terpenuhi.Keseluruhan rangkaian
perbuatan yang telah dilakukan oleh X adalah sebuah
tindak pidana korupsi berdasarkan Pasal 11 UU No.
31 Tahun 1999 jo.UU No. 20 Tahun 2001 sehingga X
dituntut untuk dipidana penjara.
77.
78. 3.4 Kasus Keempat
79.
X selaku Panitera pada salah satu
Pengadilan Negeri di Jakarta adalah panitera dalam
perkara penipuan dengan Terdakwa Y (Terdakwa Y
dalam perkara penipuannya tidak ditahan).
80.
Pada tanggal 2 Januari 2006, X
didatangi oleh Y di ruang kerjanya untuk melobi
Ketua Majelis Hakim yaitu Hakim A yang menangani
perkara tersebut agar dalam putusan persidangan Y
dinyatakan tidak terbukti bersalah dan diputus bebas,
dan X akan mendapat uang dari Y. Terhadap hal
tersebut, X menyanggupi dan meminta agar uang
tersebut diserahkan terlebih dahulu kepadanya
sebelum perkaranya diputus.
81.
Pada tanggal 10 Januari 2006 sekitar
pukul 14.00 WIB, Y mendatangi X diruang kerjanya
dengan membawa satu buah tas hitam yang di
dalamnya berisi uang Rp 500 juta dan
menyerahkannya kepada X, lalu X menerima tas yang
berisi uang tersebut.
82.
Pada tanggal 24 Januari 2006, dalam
sidang perkara penipuan dengan Terdakwa Y, ternyata
majelis hakim menyatakan Terdakwa Y terbukti
bersalah melakukan penipuan dan menjatuhkan
hukuman pidana penjara selama 5 tahun. Mendengar
putusan tersebut, Terdakwa Y langsung marah dan
berteriak bahwa seharusnya ia dibebaskan karena ia
telah menyerahkan uang Rp 500 juta kepada X.
83.
Atas
kejadian
tersebut,
Y
melaporkan X ke Polres. Dalam pengakuannya X
menyatakan ia telah melobi Hakim A selaku Ketua
Majelis Hakim, namun Hakim A tidak bersedia
membantu Y, sedangkan uang Rp 500 juta telah habis
ia gunakan untuk membayar hutang-hutangnya.
84.
Polres
kemudian
melakukan
penyidikan dengan menetapkan X dan Y, masingmasing sebagai Tersangka (berkas terpisah) dan
perkara tersebut oleh Jaksa dilimpahkan ke Pengadilan
Negeri.
85.
Kasus di atas selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan matrik unsur tindak pidana
korupsi Pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20
Tahun 2001 dengan hasil sebagai berikut:
a. Setiap orang
86.
Fakta
perbuatan
yang
dilakukan atau kejadian yang ditemukan
berupa Si Y. Alat bukti yang mendukung
dapat berupa keterangan dari saksi X,
keterangan dari saksi lain, serta keterangan
dari terdakwa Y.
b. Memberi hadiah atau janji
87.
Fakta
perbuatan
yang
dilakukan dan kejadian yang ditemukan
adalah pada tanggal 10 Januari 2006 di ruang
kerja X, Y memberikan uang sejumlah Rp
500 juta kepada X. Alat bukti yang dapat
digunakan untuk mendukung kejadian
tersebut adalah keterangan dari saksi X,
keterangan terdakwa Y, keterangan dari
saksi-saksi lain, dan sebagian dari uang Rp
500 juta.
c. Kepada pegawai negeri
88.
Fakta
perbuatan
yang
dilakukan dan kejadian yang ditemukan
adalah X selaku Panitera Pengadilan Negeri.
Alat bukti yang mendukung kejadian tersebut
berupa keterangan dari saksi X, keterangan
dari saksi lain, dan SK Pengangkatan selaku
Panitera.
d. Dengan mengingat kekuasaan atau wewenang
yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,
atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap
melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut.
89.
Fakta
perbuatan
yang
dilakukan dan kejadian yang ditemukan
adalah Y mengetahui selaku Panitera yang
memegang perkaranya dapat melobi Ketua
Majelis Hakim yang menangani perkaranya
untuk membebaskan Y dalam perkara
penipuan yang telah dilakukannya.Alat bukti
yang mendukung perbuatan tersebut berupa
keterangan dari terdakwa Y.
90.
91.
Dari analisis di atas dapat
disimpulkan bahwa keempat unsur tindak
pidana korupsi pada Pasal 13 UU 31 Tahun
1999 jo UU 20 Tahun 2001terpenuhi.
Keseluruhan rangkaian perbuatan yang telah
dilakukan oleh Y adalah sebuah tindak pidana
korupsi berdasarkan Pasal 13 UU 31 Tahun
1999 jo UU 20 Tahun 2001 sehingga Y
dituntut untuk dipidana penjara.
5.
a.
92.
KESIMPULAN
93.
Korupsi telah merusak
pilar-pilar kehidupan, maka sebagai warga
negara, khususnya mahasiswa Politeknik
Keuangan Negeri STAN kita perlu:
Mengetahui apa itu korupsi dan jenis-jenis
korupsi, karena dengan mengetahui kita akan
b.
c.
6.
96.
97. [1] Ali, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia Modern, Jakarta: Pustaka, 1993.
98. [2] Hartanti, Evi. Tindak Pidana Korupsi,
Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
99.__[3] Komisi Pemberantasan Korupsi.Memahami
Untuk
Membasmi,
Jakarta:
Komisi
Pemberantasan Korupsi, 2006.
100._[4] ____,
Undang-Undang
tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999.
101.[5] ____, Undang-Undang tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
102.