PRAKTIKUM FARMASETIKA
FAK 3211
(MINAT FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK SEMESTER 6)
PENYUSUN:
I.
Skrining
Administratif
Skrining
Farmasetis
Skrining Resep
Skrining Klinis
Penyiapan Obat
Peracikan
Etiket
Kemasan
Kejelasan tulisan
Kelengkapan Resep
Keaslian Resep
Kejelasan Instruksi
Dosis
Bentuk Sediaan
Cara Pemberian
Inkompatibiltas
Alergi
Adverse Drug Reactions
Interaksi (Obat-Obat, Obatmakanan, Obat-Penyakit)
Kesesuaian (Lama terapi,
dosis, cara pemberian, jumlah
obat)
Penyerahan Obat
Informasi/Konseling
Monitoring
2
b.
a. Persyaratan administratif
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
yang berlaku. Resep mempunyai dua makna penting yaitu sebagai dokumen legal dan
sebagai alat komunikasi antara penulis resep (prescriber) dan penerima resep
(dispenser). Oleh karena itu, resep harus memenuhi persyaratan administratif dan
ditulis dengan jelas agar tidak menimbulkan salah interpretasi bagi dispenser.
Resep memiliki:
1. Nama, SIP, dan alamat dokter
2. Tanggal penulisan resep
3. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
4. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
5. Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta
6. Cara pemakaian yang jelas
7. Informasi lainnya
Beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam resep antara lain:
1. Jika informasi yang diperlukan tidak ada maka apoteker harus menanyakan
kepada pasien dan/atau dokter.
2. Jika dokter menginginkan resep diulang, maka diberi tanda iter. Jika iter
ditulis di sebelah kiri R/ maka yang diulang hanya R/ di sebelah kanannya, jika
ditulis di atas R/ maka semua resep diulang sesuai jumlah yang ditulis. Iter 3x
artinya pasien akan mendapatkan obat 4 kali.
3. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh ada iterasi.
4. Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya, dokter menulis pada bagian
kanan resep sebagai berikut: cito, statim, urgent, atau PIM (periculum in mora,
berbahaya bila ditunda)
5. Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras diulang tanpa
sepengetahuan dokter, dokter akan menulis n.i. (ne iteratur, tidak boleh diulang)
6. Resep dapat ditulis kembali dalam bentuk salinan resep (apograph, copy resep).
Selain memuat keterangan resep asli, copy resep juga memuat nama apotek dan
alamatnya, nama apoteker dan nomor SIPA-nya, tanda tangan apoteker pengelola
apotek, dan tanda det (jika obat sudah diserahkan) atau nedet (jika obat
belum diserahkan).
7. Jika copy resep ternyata mengandung narkotika (misalnya karena jumlah obat
yang diminta sebelumnya baru diberikan sebagian), maka copy resep hanya dapat
ditebus di apotek yang memiliki resep aslinya.
8. Resep yang mengandung narkotika tidak dapat ditebus di luar kota tempat obat
diresepkan.
b.
Kesesuaian Farmasetis
1. Bentuk sediaan
Perlu diperhatikan apakah bentuk sediaan yang diberikan kepada pasien dapat
digunakan dengan baik oleh pasien, misalnya jika obatnya adalah tablet, pastikan
anak-anak dapat menelannya; jika bentuknya pulveres, perhatikan apakah rasanya
terlalu pahit atau tidak; atau jika bentuknya sirup, apakah jumlah sendok yang
digunakan sudah sesuai dengan dosis yang diperlukan.
2. Inkompatibilitas (tak tercampurkannya obat)
Fisika
Inkompatibiltas fisika adalah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak
diinginkan pada pencampuran 2 obat atau lebih tanpa ada perubahan susunan
kimianya. Beberapa contoh peristiwa inkompatibilitas fisika:
i. Tidak dapat larut (serbuk dalam cairan) atau tidak dapat campur (cairan
dalam cairan) dua sediaan
Contoh: serbuk golongan sulfa sukar larut dalam air sehingga akan
mengendap. Minyak ikan (oleum lecorris aselli) tidak dapat campur dalam
air.
ii. Peristiwa adsorbsi
Contoh: ekstrak belladona bersama bolus alba: ekstrak belladona inaktif
karena diadsorbsi oleh bolus alba.
iii. Meleleh atau menjadi lembab (liquifaction) karena adanya penurunan titik
lebur, penurunan tekanan uap relatif, atau bebasnya air hablur
Contoh: menthol dicampur camphor akan menyebabkan penurunan titik
lebur sehingga serbuk menjadi lembek. Kalii bromidi dan Natrii iodida akan
menyebabkan penurunan tekanan uap relatif sehingga campuran serbuk
menjadi basah. Campuran magnesii sulfat dan natrii sulfat akan membentuk
garam rangkap dengan bebasnya air hablur dari magnesii dan natrii sulfat.
iv. Praecipitation
Obat dalam pelarutnya kemudian ditambahkan pelarut lain yang tidak larut,
maka pelarut ini akan mendesak pelarut sehingga terjadi pengendapan
(senyawa asal).
Contoh:
R/ Chinin HCl
Amm. Chloride
10
Aqua
150
m.f.potio
ammonium chloride
StddC1
v. Pembentukan gel
Kimia
Inkompatibilitas kimia adalah perubahan-perubahan yang terjadi karena
timbulnya reaksi-reaksi kimia pada waktu mencammpurkan bahan-bahan obat.
Beberapa contoh inkompatibilitas kimia:
i. Terbentuknya endapan yang tidak larut (senyawa baru)
Contoh:
AgNO3 + HCl AgCl + HNO3 (Perak klorida mengendap)
ii. Kekeruhan
R/ Zinci Sulfat
0,40
Natrii biborat
1,00
Aquadest ad
1000
S. Collyrium
R/ Sulfadiazin
1
Fenobarbital Na 0,6
OBH ad
300
m.f.potio
S. t.d.d C I
R/ Aminophyllin
Ephedrin HCl
Prednison
Luminal
Vitamin C
c. Pertimbangan klinis
1. Adanya alergi
Apoteker harus mendapatkan informasi seluas-luasnya tentang kondisi pasien,
termasuk jika belum ada keterangan tentang alergi.
2. Efek samping
3. Interaksi Obat
Menurut mekanismenya, interaksi obat dapat terjadi baik secara farmasetis,
farmakokinetik maupun farmakodinamik. Interaksi farmasetis adalah interaksi
yang terjadi saat obat belum sampai ke tubuh, yaitu pada inkompatibilitas fisika
dan kimia. Secara farmakokinetik, interaksi dapat terjadi selama proses absorbsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Secara farmakodinamik, interaksi terjadi
antara 2 atau lebih obat yang mengakibatkan adanya kompetisi dalam
pendudukan reseptor sehingga meniadakan salah satu efek dari obat yang
digunakan.
Contoh interaksi pada proses absorbsi misalnya obat yang satu merubah
kecepatan atau jumlah obat lain yang diabsorbsi. Pada proses distribusi,
mekanisme dapat terjadi karena terbatasnya protein plasma darah yang
dibutuhkan oleh obat untuk berikatan. Pada proses metabolisme, mekanisme
7
interaksi bisa berupa inhibisi atau induksi enzim pemetabolisme obat. Pada proses
ekskresi, misalnya suatu obat menyebabkan perubahan pH urin sehingga merubah
klirens obat lainnya.
Efek dari interaksi obat:
a. Efek sinergis: 1+1 = 10 (Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga
menghasilkan efek yang jauh lebih besar)
b. Efek antagonis: 1+1 = 1 (Obat A dan obat B diminum bersamaan sehingga
efeknya meniadakan salah satu obat)
c. Efek additif: 1+1 = 2 (Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga
memberikan efek ganda).
Dosis pemeliharaan, yaitu pada konsentrasi efektif. Efek obat harus selalu
terpelihara pada jendela terapi.
Dosis terapi pada periode waktu tertentu. Dosis yang diberikan hanya dalam
waktu tertentu tingkat terapi yang diinginkan, seperti pada pemberian
antibiotika terhadap pengobatan infeksi dan obat-obat dengan t1/2 pendek.
Dosis tunggal atau terapi jangka pendek. Dosis ini diberikan pada keadaan
efek obat yang diinginkan hanya untuk sesaat, seperti pada pengobatan
simptomatik.
Usia bayi dan anak-anak sangat peka terhadap obat karena fungsi hati,
ginjal, dan sistem enzimnya belum sempurna. Begitu juga pada orang tua
karena fungsi hati dan ginjal yang telah menurun. Dosis untuk orang tua:
o 65-74 tahun:
Bobot badan
8
Jenis Kelamin
Beratnya penyakit
Karena banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan dosis,
perlu dicek kembali apakah dosis yang diminta di resep sesuai dengan dosis lazim
anak atau dewasa, dan tidak melebihi dosis maksimal sesuai usia pasien. Dosis
lazim adalah jumlah obat yang sering digunakan dan merupakan dosis terapi.
Dosis maksimal adalah jumlah maksimal obat yang dapat diberikan tanpa
menimbulkan efek toksis.
Perhitungan dosis maksimal yang ada pada literatur semuanya menggunakan
dosis dewasa. Jika pasiennya anak-anak, ada beberapa pendekatan rumus yang
dapat digunakan untuk menghitung dosis maksimal anak, diantaranya:
Contoh:
R/ Phenobarbital
40 mg
Lactosum
qs
m.f. pulv dtd no X
t.t.d.d. pulv I
Pro: Shinta (3 tahun 9 bulan)
x 300 mg = 71,43 mg
x 600 mg = 142,68 mg
R/Kotrimoksazol
2,4
Phenobarbital
0,6
Sir. simplex
Aqua
aa
60
S.t.d.d.sendok kecil I
Pro: Anne (12 tahun)
Perhitungan dosis maksimal phenobarbital pada anak usia 12 tahun adalah:
12
20
12
20
x 300 mg = 180 mg
x 600 mg = 360 mg
Jika dokter memang menginginkan dosis obat lebih dari dosis maksimal, maka
dokter akan memberi tanda seru atau tanda tangan.
III.
COMPOUNDING
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan
memberikan etiket pada wadah. Setelah apoteker melakukan pengatasan problema
yang ditemukan ketika melakukan skrining, maka langkah selanjutnya adalah
meracik dan menyiapkan obat.
a. Peracikan
Perhatikan cara penimbangan yang baik dan pengambilan bahannya.
b. Etiketing
Etiket harus jelas dan mudah dibaca. Saat ini belum ada aturan baku dari IAI
mengenai informasi apa saja yang harus dimuat dalam etiket, namun etiket
yang baik setidaknya memuat:
Nama pasien
Aturan pemakaian
Tanda lain yang diperlukan, misalnya gojog dahulu atau diminum rutin
sampai habis.
IV.
V.
VI.
11
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Kepmenkes No.1027/MENKES/SK/IX/2004, Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotik, Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 2009a, PP No. 51 tahun 2009, Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Depkes
RI, Jakarta.
Boh, L.E., 1992, Clinical Clerkship Manual, Applied Therapeutics Inc.,
Vancouver, Washington
Cohen, M.R., 1999, Medication Error, American Pharmaceutical Association,
Washington
M. Aslam, Chik Kaw Tan, Adji Prayitno, 2003, Farmasi Klinis, Elex Media
Komputindo, Jakarta
Melanie, J.R., 1997, Talking with Patient, A guide to Patient Counseling,
William&Wilkins
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting: Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Winter, M.E., 1994, Basic Clinical Pharmacokinetics, 3rd edition, Applied
Therapeutics Inc., Vancouver, Washington
12