SKRIPSI
Oleh :
Metha Nurdiana Sisnarwastu Djati
03.40.0100
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2008
Perpustakaan Unika
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
viii
xi
xii
ABSTRAKSI .............................................................................................
xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................
10
10
10
10
11
11
14
16
B. Bullying ........................................................................
22
22
24
Perpustakaan Unika
27
D. Hipotesis .......................................................................
29
30
30
30
30
2. Bullying ..................................................................
31
32
1. Populasi ..................................................................
32
32
33
36
36
2. Reliabilitas .............................................................
37
38
39
41
41
42
47
Perpustakaan Unika
49
49
50
B. Pembahasan ..................................................................
50
56
B. Saran .............................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA
Perpustakaan Unika
BAB I
PENDAHULUAN
2
Perpustakaan Unika
kehidupan yang penuh stres pada saat ini seperti adanya nilai standar Ujian
Nasional yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, bencana yang terjadi
dimana-mana, dan berbagai peristiwa hidup yang menyedihkan. Hal yang sama
diungkapkan oleh Susilowati (2008) yang mengatakan bahwa penyebab depresi
dikarenakan siswa mengalami tekanan dalam penyesuaian diri dalam berinteraksi
dengan orang lain. Menurut data di Instalasi Gawat Darurat (IRD) RSU dr Soetomo Surabaya, lima remaja
bunuh diri setiap bulannya, dan data ini belum termasuk dari rumah sakit lainnya. Menurut Indarini (2007), rata-rata
orang bunuh diri karena depresi. Ada banyak hal yang menjadi penyebab depresi,
faktor
pekerjaan, kebutuhan ekonomi, selain itu juga faktor usia juga mempengaruhi,
sehingga angka bunuh diri pada remaja cukup tinggi. Bunuh diri karena depresi
menjadi penyebab ketiga (bahkan kedua) kematian pada remaja. Survei Badan
Kesehatan Dunia (WHO) di 14 negara (1990) memperlihatkan bahwa depresi
merupakan masalah kesehatan yang mengakibatkan beban sosial nomor empat
terbesar di dunia. Prediksi WHO dalam dua dekade mendatang diperkirakan lebih
dari 300 juta penduduk dunia menderita depresi. Pada tahun 2020 depresi akan
menempati
masalah
kesehatan
nomor
dua
terbesar
setelah
penyakit
3
Perpustakaan Unika
apatis, putus asa, dan yang terburuk depresi juga bisa menimbulkan keinginan
untuk bunuh diri seperti diungkapkan Suryanto (2007). Berkaitan dengan remaja,
National Institute of Mental Health (dalam Siswanto, 2007, h.73) menyebutkan
bahwa gangguan depresi memiliki pengaruh yang sangat mendalam terhadap
berfungsinya
dan
penyesuaian
diri
pada
remaja
terutama
pada
masa
4
Perpustakaan Unika
berbagai macam situasi dan stres. Pada remaja, umumnya depresi terjadi karena
proses kematangan yang normal, stres yang berkaitan dengan pengaruh hormon
seks, dan tidak tergantung konflik dengan orang tua. Depresi juga reaksi terhadap
hal-hal yang mengganggu seperti kematian teman, putus dengan pacar, atau
kegagalan di sekolah (Van Voorhees, 2007). Sedangkan menurut Seligman (1989,
dalam Santrock, 2003, h.530) depresi pada remaja terjadi karena meluasnya
perasaan tidak berdaya, yang disebabkan karena meningkatnya penekanan pada
diri sendiri, kemandirian, dan individualisme, serta menurunnya penekanan pada
hubungan dengan orang lain, keluarga, dan agama. Contoh nyata penyebab siswa
menjadi depresi menurut Akito dari Universitas Waseda (2007), bahwa siswa di
Jepang saat ini cenderung tidak mampu mengontrol dirinya ketika mereka
menghadapi penderitaan, seperti persoalan pertengkaran yang disebabkan oleh
murid yang kuat terhadap murid yang lemah. Kasus serupa juga terjadi di
Indonesia dimana faktor lingkungan terutama teman sebaya juga dapat menjadi
penyebab depresi bahkan bunuh diri pada siswa (Suryanto, 2007). Mappiare
(1982, h.130) menyebutkan bahwa remaja yang merasa diterima oleh teman
sebayanya akan merasa berarti, berharga, dan dibutuhkan. Sebaliknya, remaja
yang merasa tidak diterima atau ditolak oleh teman sebayanya dapat mengalami
gangguan psikis dan sosial, diantaranya depresi. Depresi pada siswa umumnya
juga disebabkan oleh faktor lingkungan atau dengan teman sekolah. Herbert
(2004, h.66) mengungkapkan bahwa kesehatan mental pada siswa banyak
dipengaruhi oleh kekerasan yang terjadi antar siswa yang kemudian dapat
menimbulkan depresi. Berdasarkan hasil penelitian diindikasikan bahwa korban
5
Perpustakaan Unika
kekerasan antar siswa dapat mengalami depresi (Herbert, 2004, h.83). Kekerasan
yang dimaksud adalah bullying atau sering disebut peer victimization dan hazing.
Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku berupa pemaksaan atau usaha
menyakiti secara fisik maupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang
lebih lemah oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempersepsikan
dirinya lebih kuat. Bullying secara sederhana diartikan sebagai penggunaan
kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok sehingga
korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya (Suryanto, 2007). Perbuatan
pemaksaan atau menyakiti ini terjadi di dalam sebuah kelompok, misalnya
kelompok siswa satu sekolah, itulah sebabnya disebut sebagai peer victimization
(Djuwita, 2007). Sedangkan hazing adalah perilaku yang sama namun dilakukan
oleh anggota yang lebih senior kepada yuniornya. Kebiasaan hazing ini bermula
dari masa orientasi sekolah (MOS) yang biasanya hanya diadakan beberapa hari,
namun kemudian secara informal diperpanjang sendiri oleh anggota-anggota
senior dalam proses penerimaan anggota baru ke dalam kelompok mereka.
Djuwita juga menjelaskan kasus lain dari bullying yang berkenaan dengan
kegiatan orientasi sekolah untuk siswa baru, dimana siswa senior kerap
"membenarkan diri" memerintah adik-adik kelasnya yang baru masuk. Menurut
Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA, 2007), bullying sendiri merupakan situasi
dimana seseorang yang kuat menekan, memojokkan, melecehkan, menyakiti
seseorang yang lemah dengan sengaja dan berulang-ulang. Pihak yang kuat dalam
hal ini tidak hanya fisik namun juga secara mental, dan korban bullying tidak
dapat mempertahankan dirinya sendiri karena lemah secara fisik atau mental.
6
Perpustakaan Unika
Menurut Mellor (2007), bullying tumbuh subur karena secara umum bullying
sangat terkait dengan relasi kuasa. Menurut hasil penelitian Djuwita disebutkan
bahwa budaya feodalisme juga merupakan salah satu faktor terjadinya bullying.
Ketika orang muda harus menghormati mereka yang usianya lebih tua apa pun
perlakuan mereka; ketika sebagian guru menganggap bullying di sekolah akan
berlalu seiring waktu; dan ketika orang tua melihat bullying sebagai ujian bagi
anak agar menjadi pribadi tahan banting dan disiplin. Di Indonesia, sejak 5 tahun
terakhir, gejala bullying di sekolah mulai diperhatikan media massa, walau dengan
istilah yang beragam. Dalam bahasa pergaulan kita sering mendengar istilah
gencet-gencetan atau juga senioritas. Masih banyak bentuk bullying yang tidak
terlihat langsung, padahal dampaknya sangat serius. Misalnya, ketika ada siswa
yang dikucilkan, difitnah, dipalak, dan masih banyak lagi kekerasan lain yang
termasuk dalam perilaku bullying ini (Djuwita, 2006).
Peristiwa-peristiwa bullying ini seperti gunung es, hanya beberapa yang
tampak dan terekspos keluar. Namun yang tidak disadari oleh orang tua, guru dan
lingkungan bahwa bullying tidak hanya terjadi secara fisik saja, namun juga
bullying secara mental juga dapat terjadi pada siswa. Banyak orang beranggapan
bahwa bullying bukanlah masalah yang serius, padahal tanpa kita sadari tindakan
bullying terjadi setiap hari di lingkungan rumah, sekolah, kantor dan di mana pun.
Ironisnya, masyarakat cenderung mendiamkan dan menyepelekan hal itu.
Penelitian yang dilakukan Yayasan Sejiwa pada 2004-2006 menunjukkan bahwa
banyak guru di Indonesia yang menganggap bullying bukan masalah serius
(Suryanto, 2007). Padahal bullying menandakan minimnya perhatian sekaligus
7
Perpustakaan Unika
8
Perpustakaan Unika
sekolah sehingga mereka merasa enggan atau malas untuk datang ke sekolah
lantaran trauma. Hal ini senada dengan Bangu (2007) yang mengatakan bahwa
10-16 % siswa di Indonesia yang di survei melaporkan bahwa mereka telah
diejek, di olok-olok, di kucilkan, di pukul, di tendang, atau di dorong setidaknya
sekali dalam setiap minggunya di sekolah. Bullying bisa dilakukan oleh seorang
individu atau sekelompok individu. Target atau korban bullying juga bisa seorang
individu ataupun sekelompok individu. Namun dalam konteks bullying di sekolah,
korban biasanya adalah murid secara perseorangan atau tidak dilakukan kepada
sekelompok murid.
Alexander (dalam SEJIWA, 2008, h.10) menjelaskan bahwa bullying
adalah masalah kesehatan publik yang perlu mendapatkan perhatian karena orangorang yang menjadi korban bullying kemungkinan akan menderita depresi dan
kurang percaya diri. Penelitian-penelitian juga menunjukkan bahwa siswa yang
menjadi korban bullying akan mengalami kesulitan dalam bergaul, merasa takut
datang ke sekolah sehingga absensi mereka tinggi dan ketinggalan pelajaran,
mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan kesehatan
mental maupun fisik jangka pendek maupun panjang mereka akan terpengaruh
(Rigby, 1999 dalam Djuwita, 2006). Sedangkan menurut Bangu (2007), anak
yang dibulisering menampakan sikap : mengurung diri atau menjadi school
phobia, minta p indah sekolah, konsentrasi berkurang, prestasi belajar menurun,
suka membawa barang-barang tertentu (sesuai yang di minta si pembuli), anak
jadi penakut, gelisah, tidak bersemangat, menjadi pendiam, mudah sensitif,
menyendiri, menjadi kasar dan dendam, mudah cemas, mimpi buruk, melakukan
9
Perpustakaan Unika
perilaku bullying kembali terhadap orang lain. Pendapat lain juga dikemukan oleh
Mellor (2007) yang mengatakan bahwa dalam tingkatan tertentu, efek bullying
bisa menurunkan kemampuan akademis siswa. Ini lantaran siswa seringkali
merasa gundah, sulit berkonsentrasi sehingga kurang bergairah dalam belajar.
Mereka juga seringkali takut (karena trauma) dan tidak percaya diri. Dampaknya,
potensi siswa gagal diberdayakan di sekolah. Sementara itu menurut Sheras
(2002, h.54) anak yang menjadi korban bullying dalam waktu yang cukup lama
akan menunjukkan gejala atau perilaku seperti menjadi malu, penuh ketakutan dan
atau kecemasan, memiliki self esteem yang rendah, menarik diri dari lingkungan
sosialnya, mengalami kelemahan secara fisik, dan emosional. Ciri-ciri individu
yang mengalami bullying seperti gelisah, tidak bersemangat, menjadi pendiam,
menyendiri, sulit berkonsentrasi, dan menjadi tidak bergairah juga terdapat pada
individu yang mengalami depresi seperti yang diungkapkan oleh Mahendratto
(2007).
Berdasarkan uraian di atas, bullying dapat menjadi penyebab seorang
individu menjadi depresi. Depresi berdampak pada hilangnya minat terhadap
aktifitas belajar, konsentrasi yang menurun, serta hilangnya gairah hidup pada
siswar. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut apakah bullying menimbulkan depresi
pada siswa SMA.
B. Tujuan
10
Perpustakaan Unika
C. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik manfaat praktis
maupun teoritis.
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan rujukan untuk
memetakan penyebab dari depresi sehingga dapat memberikan treatment
yang tepat terhadap depresi yang disebabkan oleh bullying.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi
pengembangan psikologi klinis dan psikologi sosial; khususnya mengenai
kaitan antara bullying dengan depresi pada siswa SMA.
Perpustakaan Unika
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b.
11
12
Perpustakaan Unika
: 17-21 tahun
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelajar SMA berada
dalam rentang umur remaja yang berada dalam masa transisi dari anak-anak
menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan biologis, kognitif, dan sosialemosional, yang terbagi dalam batasan-batasan usia tertentu. Pada penelitian ini,
peneliti membagi remaja berdasarkan rentang usia sesuai pendapat Hurlock yang
meliputi remaja awal, yaitu ketika individu berusia 13-17 tahun. Pemilihan
pembagian remaja berdasarkan rentang usia sesuai Hurlock ini dikarenakan teori
tersebut dianggap sesuai dengan kondisi sosio-budaya masyarakat Indonesia.
Apabila mengacu pada perubahan fungsi remaja dari makhluk aseksual menjadi
makhluk seksual, individu di Indonesia mulai berubah dari aseksual menjadi
seksual di usia 13 tahun dan dianggap berakhir menjadi individu yang kurang
bertanggung jawab secara hukum di usia 17 tahun. Masa remaja awal menurut
Hurlock ini juga merupakan rentang usia yang ideal bagi seseorang berada dalam
masa pendidikan sebagai pelajar SMA di Indonesia, yaitu antara 15-17 tahun.
Kehidupan
remaja
sebagai
pelajar
selalu
penuh
dinamika
dan
permasalahan. Ada yang dapat dihadapi, ada pula yang terasa berat untuk dilalui.
Tekanan-tekanan dari luar maupun dari dalam diri seseorang terkadang dapat
menimbulkan depresi. Menurut Hawari (2001, h.91), depresi merupakan salah
satu betuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan
kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus
asa. Hal yang sama dikemukakan oleh National Institute of Mental Health (dalam
Siswanto, 2007, h.75), yang mendefinisikan gangguan depresi sebagai suatu
penyakit tubuh yang menyeluruh(whole-body), yang meliputi tubuh, suasana
13
Perpustakaan Unika
adalah suatu perasaan kesepian atau perasaan yang asing bagi dirinya, merasa
kehilangan. Seseorang yang mengalami depresi akan merasa terisolasi dan dunia
kelihatan asing dan tempat yang keras. Kebiasaan berpikir yang alamiah dan
perilaku yang tenang tidak ada disaat dibutuhkan. Lebih lanjut De Paulo
mengatakan bahwa depresi merupakan penyakit periodik (episodic). Episode
tersebut dapat berlangsung seminggu atau sebulan atau setahun tergantung dari
banyaknya simptom terselesaikan. Simptom tersebut bisa berasal dari faktor
eksternal atau internal (perubahan hormonal). Sebagian besar individu tidak
mengetahui bahwa dirinya mengalami depresi.
Dari penjabaran mengenai definisi depresi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa depresi pada siswa SMA adalah suatu pemikiran negatif tentang diri,
perasaan sedih yang mendalam, putus asa dan tidak berpengharapan, dan merasa
14
Perpustakaan Unika
15
Perpustakaan Unika
satu bentuk interaksi sosial negatif, dimana di dalamnya terdapat lebih dari
satu orang pembuli yang menunjukkan perilaku agresif yang telah
direncanakan, dan dalam kenyataannya menyebabkan stres kepada individu
yang kurang dominan (korban).
c. Faktor dalam kehidupan, meliputi pengalaman kehilangan seseorang yang
berharga.
Lebih lanjut, National Institute of Mental Health (2007) menyebutkan
bahwa penyebab depresi pada remaja, anak-anak, dan orang dewasa adalah
penolakan sosial, permasalahan keluarga, dan kegagalan dalam ujian. Menurut
Nevid (2005, h.177), kejadian yang menimbulkan stres, masalah, dan konflik
keluarga, kurangnya dukungan sosial, faktor genetis juga bisa berperan. Seligman
(dalam Clerq 1994, h. 120-121) mengemukakan bahwa bila seseorang atau hewan
mengalami kejadian yang tidak dapat mereka kontrol, dalam dirinya timbul suatu
harapan ketidakmampuan menguasai keadaan dalam situasi yang sama. Dalam
situasi-situasi tersebut mereka akan menunjukkan perilaku ketidakberdayaan yang
dipelajari. Orang ini memandang dirinya tidak berdaya untuk menjaga hal-hal
negatif di masa depan. Menurut Seligman orang menjadi depresi karena mereka
percaya apapun yang mereka kerjakan tidak akan membuat perbedaan. Selain itu
juga disebutkan bahwa depresi merupakan kepercayaan yang dipelajari dalam
ketidakberdayaan seseorang. Seligman (Oltmanns dan Emery, 1998, h. 174) juga
mengatakan bahwa penderita depresi percaya bahwa mereka tidak mempunyai
harapan dan tidak dapat menguasai keadaan dalam hidup mereka.
16
Perpustakaan Unika
iritabilitas
(mudah
tersinggung,
kegelisahan,
atau
kehilangan kesabaran.
b. Perubahan dalam motivasi :
1) Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan untuk memulai
(kegiatan) di pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur
2) Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial
3) Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas menyenangkan
4) Menurunnya minat pada seks
17
Perpustakaan Unika
18
Perpustakaan Unika
c. Gangguan atau kesulitan tidur (insomnia) tidak dapat tidur kembali setelah
terbangun ditengah malam dan bangun terlalu pagi, atau pada beberapa
pasien memiliki keinginan untuk tidur sepanjang waktu
d. Perubahan dalam aktivitas, menjadi lesu, malas atau gelisah
e. Kehilangan minat dan kesenangan dalam aktivitas sehari-hari
f. Kehilangan energi, kelelahan yang berlebihan
g. Konsep diri yang negatif, menyalahkan diri sendiri, dan merasa bersalah
h. Mengeluh atau membuktikan kesulitan dalam berkonsentrasi
i. Adanya keinginan untuk bunuh diri
Gejala
depresi
dalam
DSM
IV-TR
(Nevid
dkk,
2005,
h.231)
mengungkapkan bahwa gangguan depresi mayor dicirikan sebagai satu atau dua
episode depresi mayor sekurang-kurangnya dua minggu timbul perasaan depresi
atau hilangnya minat disertai oleh sekurang-kurangnya empat gejala tambahan
depresi. Empat gejala tambahan depresi meliputi perubahan dalam selera makan
atau berat tubuh, berkurangnya energi, perasaan tidak berharga atau bersalah,
kesulitan berpikir atau sulit konsentrasi, pikiran untuk bunuh diri.
Depresi mengacu pada suasana hati atau gejala klinis yaitu suatu kombinasi
dari emosional dan afeksi, kognitif, dan tingkah laku (Oltmans dan Emery, 1998,
h. 152). Gejala-gejala tersebut antara lain :
a. Gejala afektif pada orang yang menderita depresi adalah : penderita
memiliki perasaan yang murung dan sedih.
b. Gejala kognitif pada orang yang menderita depresi adalah : penderita
depresi
mudah
mengalihkan
perhatiannya.
Mereka
sukar
dalam
19
Perpustakaan Unika
20
Perpustakaan Unika
d. Gejala fisik
Gejala fisik depresi antara lain : hilangnya nafsu makan atau penambahan
nafsu makan, gangguan tidur, kelelahan, serta hilangnya energi.
Lewinsohn, dkk.(1994, dalam Nevid dkk, 2005, h.169) menjelaskan
bahwa depresi pada remaja memiliki gejala yang hampir sama seperti yang
dialami oleh orang dewasa, beberapa gejala yang dialami oleh remaja adalah :
a. Kecenderungan penurunan prestasi di sekolah
b. Perubahan dalam penampilan dan kebersihan pribadi
c. Berlaku merugikan /negatif dan membantah
d. Kepercayaan yang tidak umum atau halusinasi
e. Nafsu makan berubah secara teratur (bertambah atau kehilangan berat badan)
f. Gelisah, menarik diri, atau menjadi lambat atau lebih banyak berdiam diri
(menghabiskan waktu dengan bengong, malas bergerak)
g. Kehilangan tenaga, mengeluh merasa capek atau lelah setiap saat
h. Mengeluh selalu merasa bersalah atau merasa tidak berharga
i. Keyakinan bahwa hidup itu sudah tidak berharga untuk dijalani
Greist dan Jefferson (1987, h.2-3) mengatakan bahwa depresi yang
patologik juga mempunyai gejala-gejala psikis dan fisik. Gejala psikis yang sering
terjadi antara lain perasaan sedih yang mendalam, perasaan tidak berguna,
perasaan berdosa, putus asa, ingin mati, dan sebagainya. Bila gejala depresi
memberat dapat terjadi tindakan sampai bunuh diri. Gejala fisik yang terjadi
antara lain : gangguan tidur, berat badan berkurang, hilang nafsu makan dan
libido. Pada depresi ringan justru akan nampak hal sebaliknya, seperti tidur terus,
21
Perpustakaan Unika
dan nafsu makan bertambah. Pemikiran orang yang menderita depresi sering
bersifat negatif, baik tentang dirinya sendiri, masa sekarang, maupun masa yang
akan datang. Penderita depresi juga sering mengeluh tentang melemahnya daya
konsentrasi dan ingatan serta kesulitan dalam mengambil keputusan. Penderita
seringkali merasa cemas, merasa sesuatu yang menakutkan akan terjadi, tetapi
sesuatu itu tidak jelas. Dapat juga timbul rasa takut yang berlebih-lebihan atau
ketakutan yang tidak wajar terhadap situasi-situasi tertentu. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh National Institute of Mental Health (2007) yang menyebutkan
bahwa gejala depresi pada remaja adalah perasaan sedih, cemas atau kosong yang
terus menerus, perasaan tidak mempunyai harapan, pesimis, merasa bersalah,
tidak berharga, dan perasaan tidak berdaya. Remaja sendiri juga kehilangan minat,
aktifitas, dan kesenangan akan hobi yang dulu sering dilakukan. Lewinsohn,
dkk.(1994, dalam Nevid dkk, 2005, h.169) menjelaskan bahwa depresi pada
remaja memiliki gejala yang hampir sama seperti yang dialami oleh orang
dewasa.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
gejala-gejala depresi pada siswa SMA meliputi empat hal yang utama yaitu gejala
emosional (mood), gejala kognitif, gejala motivasional, dan gejala fisik. Gejala
emosional yaitu kesedihan dan kekesalan sedangkan gejala kognitif terutama
terdiri dari pikiran negatif. Gejala motivasional yaitu individu cenderung pasif dan
cederung sulit memulai aktivitas, dan gejala fisik berupa hilangnya nafsu makan
atau penambahan nafsu makan, gangguan tidur, kelelahan serta hilangnya energi.
Gejala-gejala depresi ini telah mencakup sebagian besar gejala-gejala depresi
22
Perpustakaan Unika
yang diungkap oleh para ahli lain, dan seorang individu tidak harus memiliki
keempat gejala tersebut untuk dapat didiagnosis sebagai menderita depresi, tetapi
lebih kepada banyaknya gejala yang dimiliki.
B. Bullying
1. Pengertian Bullying
Pengertian bullying masih menjadi perdebatan dan belum menemukan
suatu definisi yang diakui secara universal, sehingga belum ada pengertian yang
baku hingga saat ini. Bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang
berarti banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Istilah ini akhirnya di
ambil untuk menguraikan suatu tindakan yang destruktif. Berbeda dengan negara
lain, seperti di Norwegia, Finlandia, Denmark, dan Finlandia yang menyebutkan
bullying dengan istilah mobbing atau mobbning. Istilah aslinya berasal dari
Inggris, yaitu mob yang menekankan bahwa biasanya mob adalah kelompok orang
yang anonim dan berjumlah banyak dan terlibat kekerasan (Heinemann, 1972 &
Olweus 1973a dalam Olweus, 2004, h. 8). Tattum (dalam Rigby, Smith, and
Pepler, 2007, h.5) memandang bahwa bullying adalah keinginan untuk menyakiti
dan sebagian besar harus melibatkan ketidakseimbangan kekuatan yaitu orang
atau kelompok yang menjadi korban adalah yang tidak memiliki kekuatan dan
perlakuan ini terjadi berulang-ulang dan diserang secara tidak adil. Berbeda
dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya
dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu pendek, bullying biasanya terjadi
secara berkelanjutan dalam jangka waktu cukup lama, sehingga korbannya terus-
23
Perpustakaan Unika
menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. Hal ini didukung oleh
pernyataan yang dikemukakan Djuwita (dalam Mellor, 2007) bahwa bullying
adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau
kelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya, dan
peristiwanya mungkin terjadi berulang. Pendapat yang relatif sama dikemukakan
oleh SEJIWA (2007) yang menyatakan bahwa bullying adalah situasi dimana
seseorang yang kuat (bisa secara fisik maupun mental) menekan, memojokkan,
melecehkan, menyakiti seseorang yang lemah dengan sengaja dan berulang-ulang,
untuk menunjukkan kekuasaannya. Dalam hal ini sang korban tidak mampu
membela atau mempertahankan dirinya sendiri karena lemah secara fisik atau
mental.
Hal yang penting disini bukan sekedar tindakan yang dilakukan, tetapi apa
dampak tindakan tersebut terhadap korbannya. Misalnya, seorang siswa
mendorong bahu temannya dengan kasar; bila yang didorong merasa
terintimidasi, apalagi bila tindakan tersebut dilakukan berulang-ulang, maka
perilaku bullying telah terjadi. Bila siswa yang didorong tak merasa takut atau
terintimidasi, maka tindakan tersebut belum dapat dikatakan bullying (SEJIWA,
2007). Sedangkan Mellor (2007) mendefiniskan bullying dari sudut pandang
korban yaitu bullying terjadi ketika seorang secara terang-terangan di sakiti oleh
tindakan orang lain, dan ia tidak memiliki kekuatan untuk mencegah terjadinya
kekejaman tersebut (2007). Menurut Sullivan (2000, h. 14) bullying juga harus
dibedakan dari tindakan atau perilaku agresif lainnya. Pembedaannya adalah tidak
bisa dikatakan bullying jika seseorang menggoda orang lain secara bercanda,
24
Perpustakaan Unika
perkelahian yang terjadi hanya sekali, dan perbuatan kasar atau perkelahian yang
tidak bertujuan untuk menyebabkan kehancuran atau kerusakan baik secara
material maupun mental. Selain itu tidak bisa dikatakan bullying jika termasuk
perbuatan kriminal seperti penyerangan dengan senjata tajam, kekerasan fisik,
perbuatan serius untuk menyakiti atau membunuh, pencurian serius, dan
pelecehan seksual yang dilakukan hanya sekali.
Definisi yang diterima secara luas adalah yang dibuat Olweus (2004, h.9)
yang menyatakan bahwa siswa yang mengalami bullying adalah ketika siswa
secara berulang-ulang dan setiap saat mendapat perlakuan negatif oleh seorang
atau lebih siswa lain. Tindakan negatif disini adalah ketika seseorang secara
sengaja melukai atau mencoba melukai, atau membuat seseorang tidak nyaman.
Intinya secara tidak langsung tersirat dalam definisi perilaku agresif.
Berdasarkan uraian di atas, pengertian korban bullying adalah ketika
seseorang secara terang-terangan di sakiti oleh tindakan orang lain dan setiap saat
atau terus-menerus mendapat perlakuan negatif baik secara mental maupun fisik
oleh seorang atau lebih, dan korban tidak memiliki kekuatan untuk mencegah
terjadinya kekejaman tersebut.
2. Bentuk-bentuk Bullying
Sheras (2002, h. 36 48) mengatakan bahwa bentuk bullying dapat berupa
bullying secara fisik, bullying secara verbal, bullying secara sosial dan bullying
secara seksual. Perilaku bullying secara fisik berupa menendang, memukul,
mendorong dan tindakan penyerangan fisik yang lain. Bullying verbal contohnya
25
Perpustakaan Unika
26
Perpustakaan Unika
mengintimidasi,
27
Perpustakaan Unika
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada tiga bentuk bullying yang
dialami oleh korban yaitu bullying secara fisik, bullying secara psikologis, dan
bullying secara verbal.
merupakan salah satu bentuk interaksi sosial dimana di dalamnya terdapat lebih
dari satu orang pembuli yang menunjukkan perilaku agresif yang telah
28
Perpustakaan Unika
29
Perpustakaan Unika
depan. Hasil yang paling tragis dari korban bullying adalah bunuh diri.
Bentuk-bentuk bullying yang bertujuan menyakiti merupakan stresor negatif
bagi seseorang dan hal ini menunjukkan bahwa bullying merupakan salah
satu stresor dari luar diri siswa yang berdampak negatif. Ketika seorang
siswa tidak mendapat dukungan dan perhatian dari keluarga, teman dan
lingkungan pergaulannya maka akan menimbulkan dampak yang negatif,
salah satunya adalah depresi.
Berdasarkan uraian tersebut, bullying merupakan stresor negatif dari
luar yang menjadi salah satu penyebab timbulnya depresi. Oleh karena itu
bullying berhubungan dengan timbulnya depresi pada siswa SMU.
D. Hipotesis
Ada hubungan positif antara bullying dengan depresi pada siswa SMA.
Semakin tinggi siswa mengalami bullying, maka semakin tinggi tingkat depresi
pada siswa SMA, begitu juga sebaliknya.
Perpustakaan Unika
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Azwar (1998,
h.5) pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data data numerikal
(angka) yang diolah dengan metoda statistika. Pada dasarnya, pendekatan
kuantitatif dilakukan pada penelitian yang dilakukan dalam rangka menguji
hipotesis dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas
kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh
signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang
diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar.
2. Variabel bebas
: bullying
Perpustakaan Unika
dan
gejala
fisik.
Semakin
tinggi
skor
yang
diperoleh,
2. Bullying
Korban bullying adalah ketika seseorang secara terang-terangan di sakiti
oleh tindakan orang lain dan setiap saat atau terus-menerus mendapat perlakuan
negatif baik secara mental maupun fisik oleh seorang atau lebih, dan ia tidak
memiliki kekuatan untuk mencegah terjadinya kekejaman tersebut.
Ada tiga bentuk bullying yang dialami oleh korban, yaitu bullying secara
fisik, bullying secara verbal dan bullying secara psikologis. Bullying pada siswa
SMA diungkap melalui skala bullying yang disusun berdasarkan tiga bentuk
bullying, yaitu bullying secara fisik, bullying secara verbal dan bullying secara
psikologis. Semakin tinggi skor yang diperoleh, mengindikasikan tingkat bullying
pada siswa yang semakin tinggi. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh,
mengindikasikan tingkat bullying pada siswa SMA yang semakin rendah.
Perpustakaan Unika
Perpustakaan Unika
mengambil sampel untuk memperoleh satu kelas secara acak, dimana setiap kelas
memiliki satu kesempatan yang sama untuk terpilih.
Perpustakaan Unika
b. Gejala kognitif
Gejala kognitif terutama terdiri dari pikiran negatif. Individu yang
mengalami depresi cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah,
merasa tidak kuat dan menyalahkan diri sendiri atas kegagalan. Mereka
merasa pesimistik bahwa mereka dapat melakukan sesuatu untuk
memperbaiki hidup.
c. Gejala motivasional
Motivasi mengalami surut pada depresi. Orang yang mengalami depresi
cenderung pasif dan cenderung sulit memulai aktivitas.
d. Gejala fisik
Gejala fisik depresi antara lain : hilangnya nafsu makan atau penambahan
nafsu makan, gangguan tidur, kelelahan, serta hilangnya energi.
Skala ini terdiri dari 16 item favourable dan 16 item unfavourable dan
berbentuk skala tertutup.
Pada butir pernyataan yang favourable, subyek akan memperoleh skor
empat (4) untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor tiga (3) untuk jawaban
Sesuai (S), skor dua (2) untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor satu (1)
untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan pada butir pernyataan
unfavourable, subyek akan memperoleh skor empat (4) untuk jawaban Sangat
Tidak Sesuai (STS), skor tiga (3) untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), skor dua
(2) untuk jawaban Sesuai (S), dan skor satu (1) untuk jawaban Sangat Sesuai
(SS). Rancangan item skala depresi pada remaja dapat dilihat pada tabel 1.
Perpustakaan Unika
Tabel 1
Blue Print Depresi Pada Siswa SMA
Gejala Depresi pada
Favourable
Unfavourable
Remaja
Emosional (mood)
4
4
Kognitif
4
4
Motivasional
4
4
Fisik
4
4
Jumlah
16
16
Jumlah
8
8
8
8
32
2. Skala Bullying
Dalam penelitian ini, skala korban bullying disusun berdasarkan tiga
bentuk bullying, yaitu:
e. Bullying secara fisik, adalah tindakan berupa kontak fisik yang negatif
seperti memukul, mendorong, menendang dan tindakan fisik negatif yang
lain yang dilakukan terhadap korbannya.
f. Bullying secara verbal, adalah tindakan berupa intimidasi, menjuluki,
mengancam dan mengejek yang dilakukan terhadap korbannya.
g. Bullying secara psikologis yaitu menunjukkan raut wajah yang tidak
menyenangkan, menolak keikutsertaan dalam kelompok, mengucilkan dan
mendiamkan yang dialami oleh korban.
Penyajian skala
jawaban, yaitu Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (K), Sering (S), dan Sering
Sekali (SS). Adapun skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai dengan 4.
Skor satu (1) untuk jawaban Tidak Pernah, skor dua (2) untuk jawaban
Kadang-kadang, skor tiga (3) untuk Sering, dan skor empat (4) untuk Sering
Sekali. Rancangan item skala bullying pada remaja dapat dilihat pada tabel 2.
Perpustakaan Unika
No.
1.
2.
3.
Tabel 2
Blue Print Skala Bullying
Bentuk-bentuk Bullying
Fisik
Verbal
Psikologis
Jumlah
Total item
9
9
9
27
Perpustakaan Unika
2. Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas instrumen selanjutnya dilakukan reliabilitas
instrumen dengan tujuan agar data yang diperoleh dapat mencerminkan variabel
penelitian, maka alat pengumpul data yang akan digunakan harus reliabel.
Menurut Arikunto (1998, h.170-172), suatu instrumen dikatakan reliabel
jika instrumen itu memberikan hasil yang relatif sama meskipun digunakan untuk
mengukur berulang kali. Suatu skala instrumen dianggap reliabel, dapat
dipercaya, bila secara konsisten memberi hasil yang sama jika diterapkan pada
sampel yang sama pada waktu yang berbeda. Dengan demikian reliabilitas
(keterandalan) suatu instrumen merupakan syarat dalam proses pengumpulan data,
sehingga dapat secara konsisten memberi hasil yang sama meskipun digunakan
berulangkali pada waktu yang berbeda.
Uji reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach
yang dioperasikan dengan menggunakan program SPSS versi 13.0. Alasan
penggunaan Alpha Cronbach karena koefisien alpha memberikan harga yang
lebih kecil atau sama besar dengan reliabilitas yang sebenarnya, sehingga ada
kemungkinan reliabilitas tes lebih tinggi daripada koefisien alpha, koefisien alpha
bersifat fleksibel karena dapat digunakan untuk butir dikotomi maupun non
dikotomi, hasil yang diperoleh lebih murni dan hasil reliabilitas dengan
menggunakan teknik ini akan lebih cermat karena dapat mendekati hasil yang
sebenarnya. (Azwar, 1998, h.28).
Perpustakaan Unika
Perpustakaan Unika
BAB IV
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
39
40
Perpustakaan Unika
41
Perpustakaan Unika
pertimbangan-pertimbangan
tersebut,
maka
penulis
B. Persiapan Penelitian
1. Administrasi Perizinan
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mengajukan
mengajukan permohonan untuk memperoleh surat pengantar yang dikeluarkan
oleh Dekan Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata yang dikeluarkan pada
tanggal 13 Maret 2008 dengan nomor surat 610/B.7.3/FP/III/2008 yang ditujukan
kepada Kepala Sekolah SMAN 5 Semarang. Kemudian Kepala Sekolah
mengeluarkan surat ijin bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Surat
keterangan perizinan dapat dilihat pada lampiran G.
42
Perpustakaan Unika
43
Perpustakaan Unika
No.
1.
2.
3.
Tabel 3
Sebaran Item Skala Bullying
Bentuk-bentuk Bullying
Favourable
Fisik
1,4,7,10, 3,16,19,22,25,
Verbal
2,5,8,11,14,17,20,23,26
Psikologis
3,6,9,12,15,18,21,24,27
Unfavourable
(UF).
Untuk
pernyataan
favourable
44
Perpustakaan Unika
(STS), nilai 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), nilai tiga untuk
jawaban sesuai (S), dan nilai 4 untuk jawaban sangat sesuai (SS).
Untuk pernyataan unfavourable nilai 4 untuk jawaban sangat tidak
sesuai (STS), nilai 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS), nilai 2 untuk
jawaban sesuai (S), dan nilai 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS).
Adapun sebaran item skala dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Sebaran Item Skala Depresi pada Siswa SMA
No.
Gejala-gejala
Favourable
Unfavourable
1.
Emosional
1,9,17,25
5,13,21,29
2.
Kognitif
6,14,22,30
2,10,18,26
3.
Motivasional
3,11,19,27
7,15,23,31
4.
Fisik
8,16,24,32
4,12,20,28
45
Perpustakaan Unika
No.
1.
Bentuk-bentuk
bullying
Fisik
2.
Verbal
3.
Psikologis
Tabel 5
Sebaran Item Valid dan Gugur
Skala Bullying
Favourable
Jumlah
1, 4, 7*, 10*,13,16, 19*,
22*, 25
2, 5*, 8,11, 14, 17, 20*, 23,
26
3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24,
27*
Jumlah
27
Keterangan: Tanda * adalah nomor item gugur
Gugur
Valid
27
20
Tabel 6
Sebaran Item Baru
Skala Bullying
No. Bentuk-bentuk bullying
Favourable
1.
Fisik
1, 4, 7(13), 10(16), 13(25)
2.
Verbal
2, 5(8), 8(11), 11(14), 14(17), 16(23), 18(26)
3.
Psikologis
3, 6, 9, 12, 15, 17(18), 19(21), 20(24)
Keterangan: Dalam tanda ( ) adalah nomor item lama
2. Skala Depresi pada Siswa SMA
Penggunaan validitas dan reliabilitas terhadap alat ukur
dilakukan dengan menggunakan SPSS seri 13.0. Hasil uji validitas
Skala depresi pada siswa SMA menunjukkan koefisien yang bergerak
dari 0,328 sampai dengan 0,632. Hasil uji validitas terhadap 32 item
skala depresi, sebanyak 19 item yang dinyatakan valid dan 13 item
yang dinyatakan gugur. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan
Alpha Cronbach pada skala depresi pada siswa SMA adalah 0,834
dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji reliabilitas ini selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran C-2, sedangkan untuk skala penelitian
dapat dilihat pada lampiran A-2.
46
Perpustakaan Unika
Tabel 7
Sebaran Item Valid dan Gugur
Skala Depresi pada siswa SMA
No.
1.
2.
3.
4.
Gejala-gejala
Favourable
Unfavourable Jmlh
Emosional
1*,9,17,25
5,13,21,29
8
Kognitif
6*,14,22,30* 2*,10,18*,26
8
Motivasional 3*,11*,19,27 7,15*,23*,31
8
Fisik
8*,16,24*,32* 4*,12,20,28
8
Jumlah
16
16
32
Keterangan: Tanda * adalah nomor item yang gugur.
Gugur
1
4
4
4
13
Valid
7
4
4
4
19
Tabel 8
Sebaran Item Baru
Skala Depresi pada Siswa SMA
No.
Gejala-gejala
Favourable
Unfavourable
1.
Emosional
1(9), 9(17), 16(25)
5, 13, 18(21), 19(29)
2.
Kognitif
6(14), 14(22)
2(10), 10(26)
3.
Motivasional
3(19), 11(27)
7,15 (31)
4.
Fisik
8(16)
4(12), 12(27), 17(28)
Keterangan: Dalam tanda ( ) adalah nomor item lama
C. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2008 dan 2 April 2008
pada 125 siswa SMAN 5 Semarang yang terbagi menjadi tiga kelas yaitu kelas
X3, kelas X4, dan kelas X6 dengan menggunakan Teknik Cluster Random
Sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan skala penelitian
kepada siswa di dalam kelas yang telah ditentukan. Kelas pertama adalah kelas X4
dengan jumlah siswa 44 orang, dan 2 orang siswa absen sehingga skala yang
disebar hanya 42 dan skala yang memenuhi syarat atau diisi lengkap hanya 40.
Setelah itu penelitian berikutnya adalah kelas X3 yang memiliki jumlah siswa 43
orang dan 3 orang absen untuk keperluan OSIS, sehingga skala yang disebar
hanya 40 dan semuanya diisi dengan lengkap. Kelas terakhir adalah kelas X6
47
Perpustakaan Unika
dengan jumlah murid 42 orang dan absen 2 orang sehingga skala yang disebar
hanya 40 dan 2 skala gugur karena tidak diisi dengan lengkap sehingga skala yang
lengkap berjumlah 38. Setelah data terkumpul, peneliti melaksanakan analisis
data. Setiap subyek penelitian diberi dua buah skala yaitu skala Bullying, dan
skala Depresi pada siswa SMA. Dari 122 skala, hanya 118 yang memenuhi syarat
yaitu diisi dengan lengkap.
Perpustakaan Unika
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
Penelitian ini menggunakan dua macam skala, yaitu skala bullying, dan
skala depresi pada siswa sma. Sebelum menggunakan korelasi Product Moment
untuk uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilaksanakan uji asumsi menyangkut uji
normalitas dan uji linieritas. Tujuan dilakukannya uji normalitas yaitu sebagai
salah satu syarat digunakannya korelasi Product Moment. Teknik tersebut sebagai
salah satu teknik statistik parametrik menghendaki adanya suatu distribusi yang
normal. Melalui uji normalitas, maka akan diketahui apakah distribusi kedua
variabel tersebut normal atau tidak dan untuk mengetahui apakah sampel yang
diambil telah representative dengan populasi.
Uji asumsi dilakukan dengan bantuan program komputer Statistical
Packages for Social Sciences (SPSS) for Windows versi 13.0.
a. Uji Normalitas
Setelah
dilakukan
penghitungan
uji
normalitas
dengan
48
49
Perpustakaan Unika
variabel depresi pada remaja normal. Data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran E-1.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas hubungan antara variabel bullying dengan variabel
depresi pada remaja diperoleh nilai F linier sebesar 8,833 dengan p<0,05.
Perolehan ini menunjukkan bahwa variabel bullying dengan variabel
depresi pada remaja memiliki hubungan yang linier. Hasil uji linieritas
dapat dilihat pada lampiran E-2.
2. Hasil Analisis
Setelah dilakukan uji asumsi, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis
menggunakan korelasi Product Moment dengan program Statistical Packages for
Social Science (SPSS) for Windows versi 13.0. Hasil yang diperoleh dari analisis
data adalah ada hubungan positif yang sangat signifikan antara bullying dengan
depresi pada siswa SMA yang ditunjukkan dengan nilai rx1 y sebesar 0,266
dengan p<0,01. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F.
Berdasarkan uji hipotesis dalam penelitian ini diperoleh hasil koefisien
korelasi antara bullying dengan depresi pada siswa SMA sebesar 0,266 dengan
p<0,01. Hal tersebut berarti hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara bullying dengan depresi pada siswa SMA, diterima.
B. Pembahasan
50
Perpustakaan Unika
bullying psikologis, fisik, dan verbal. Bullying yang berkaitan sangat erat dengan
timbulnya depresi adalah bullying secara psikologis, yaitu sebesar 0,307 dengan
p<0,01. Hal ini dikarenakan bullying psikologis tidak dapat diamati secara
langsung oleh perilaku yang tampak, contohnya adalah gosip, pengucilan, dan
efeknya langsung kepada mental seseorang. Perkataan seseorang mungkin
dianggap biasa, namun bagi orang tertentu perkataan orang tersebut sudah
menjadi perilaku bullying secara psikologis. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Sullivan (2000, h.2) yang menyatakan bahwa kasus bullying
psikologis seperti fenomena gunung es, mengendap di bawah permukaan dan
sukar untuk dideteksi. Jika bullying secara psikologis ini dilakukan terus-menerus
dapat mempengaruhi kesehatan mental siswa (Sullivan, 2000, h. x). Hal ini
didukung oleh hasil penelitian dari Buhs dkk (2006, h. 11) yang menyatakan
bahwa bullying secara psikologis walaupun tidak terlihat seperti bullying verbal
dan bullying fisik, tetapi memberikan dampak yang lebih besar dari pada bullying
verbal dan bullying fisik. Bullying secara psikologis membuat siswa tidak
dilibatkan dalam aktivitas dengan teman dan remaja mengalami penyesuaian diri
yang buruk karena siswa menarik diri dari pergaulan dengan teman. Bentuk
bullying kedua adalah bullying verbal yang berkaitan erat terhadap depresi pada
siswa SMA dengan koefisien korelasi 0,166 dengan p<0,01. Bullying secara
verbal seringkali dilakukan oleh siswa, namun sebagian besar tidak menyadari
dampaknya terhadap orang yang dibuli, sebagai contoh adalah pengejekan kepada
teman atau pemberian nama julukan yang merendahkan. Suatu hal yang wajar
bagi anak-anak remaja usia sekolah pada masa ini dengan memberikan nama
51
Perpustakaan Unika
julukan kepada temannya yang dianggap lucu hanya untuk iseng. Menurut Sheras
(2002, h.41), bullying yang dilakukan oleh remaja (14-18 tahun) lebih banyak
dilakukan secara verbal untuk menjalin hubungan dengan yang lain (seperti
menggosipkan teman sekelas), berusaha membalas dendam (menghina saingan
atau musuh), atau mengukuhkan posisi menjadi yang dominan (mengganggu
anak-anak yang kurang agresif). Namun seperti halnya bullying psikologis,
banyak sekali bentuk-bentuk dari bullying verbal yang bila dilakukan secara terusmenerus akan menimbulkan gangguan bagi korbannya. Dampak kronis dari
bullying verbal ini adalah berkurangnya rasa percaya diri, rendahnya self esteem,
menderita depresi dan kecemasan (Sheras, 2002, h.42). Tidak ada hubungan
antara bullying fisik terhadap depresi pada siswa SMA. Hal ini dapat dilihat dari
koefisien korelasi antara bullying fisik dengan depresi pada remaja yaitu sebesar
0,118 dengan p>0,05. Hal ini disebabkan karena perilaku bullying fisik terhadap
korbannya tidak menimbulkan depresi pada siswa SMA. Berbeda dengan bullying
psikologis yang langsung menyerang secara mental, bullying fisik terjadi namun
dampaknya lebih menyakitkan secara psikologis. Seseorang yang mengalami
bullying secara fisik sering kali tidak berdaya untuk membalas. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Sullivan (2000, h. x) yang mengatakan bahwa
korban bullying secara fisik berisiko menderita kelemahan fisik, dibuang oleh
kelompoknya, atau menjadi korban gosip, diberi julukan dan diremehkan. Bila
dilakukan terus menerus maka akan membuat kesehatan mental siswa terganggu.
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak emosional dan
ketidakpastian. Remaja pun juga harus beradaptasi dengan lingkungannya,
52
Perpustakaan Unika
53
Perpustakaan Unika
depan dan masih merasa optimis bahwa mereka dapat melakukan sesuatu untuk
memperbaiki hidup, hal ini bisa dilihat dari koefisien korelasi yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara bullying dengan gejala depresi secara kognitif
dengan koefisien korelasi sebesar 0,099 dengan p>0,05. Lebih lanjut, tidak ada
hubungan antara bullying dengan gejala fisik yang timbul akibat depresi, hal ini
bisa dilihat dari koefisien korelasi sebesar 0,076 dengan p>0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa pada korban bullying tidak sampai menimbulkan hilangnya
nafsu makan atau penambahan nafsu makan, gangguan tidur, kelelahan, serta
hilangnya energi.
Jadi dari hubungan antara bullying dan depresi dapat disimpulkan bahwa
54
Perpustakaan Unika
mengakibatkan adanya skala yang tidak dapat dipakai karena ada item yang
tidak diisi.
4. Kurangnya keseriusan siswa dalam mengerjakan angket karena longgarnya
pengawasan terhadap siswa oleh guru jaga selama mengerjakan skala,
sehingga hasilnya kurang mencerminkan kondisi subyek yang sebenarnya.
Perpustakaan Unika
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap penelitian
mengenai bullying dengan depresi pada siswa, maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan positif sangat signifikan antara bullying dengan depresi pada siswa
SMAN 5 Semarang. Semakin tinggi bullying pada siswa maka semakin tinggi
pula depresi pada siswa, dan sebaliknya semakin rendah bullying pada siswa maka
semakin rendah pula depresi pada siswa. Sumbangan efektif bullying terhadap
depresi sebesar 7,1%, pada penelitian Hubungan antara Bullying dengan Depresi
pada Pelajar SMA. Ini berarti bullying hanya memberikan pengaruh 7,1 %
terhadap timbulnya depresi pada siswa, sehingga sisanya dipengaruhi oleh faktor
lainnya misalnya permasalahan keluarga, kegagalan dalam ujian, dan faktor
genetis.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, penulis hendak
mengemukakan beberapa saran yang ditujukan kepada beberapa pihak. Saransaran tersebut sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Sekolah diharapkan dapat memberi perhatian lebih terhadap masalahmasalah yang berpotensi menyebabkan timbulnya depresi, terutama yang
berkaitan dengan perilaku bullying yang menjadi salah satu faktor
55
56
Perpustakaan Unika
Perpustakaan Unika
DAFTAR PUSTAKA
bullying
di
sekolah.
Buhs, Eric S., Ladd, Garry W., Herald, Sarah L. 2006. Peer Exclusion and
Victimization : Processes That Mediate the Relation Between Peer
Group Rejection and Children`s Classroom Engagement and
Achievement?. Journal of Educational Psychology Vol. 98 No.1.
Burns. D.D. 1988. Terapi Kognitif : pendekatan baru bagi penanganan
depresi. Alih bahasa : Santosa. Jakarta : Erlangga
Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Davis, S. 2003. Schools Where Everyone Belongs : Practical Strategies for
reducing bullying. Published by Stop Bullying Now, Maine 04284
De Clerq, L. 1994. Tingkah laku Abnormal. Jakarta : Gramedia Widiasarana
Indonesia.
De Paulo, J. R., Horvitz, L.A. 2002. Understanding Depression. New York : John
and Willey Sons.
57
Perpustakaan Unika
kekerasan
terselubung
di
sekolah.
Greist, John H. dan Jefferson, J.W. 1987. Depresi dan Penyembuhannya. Alih
bahasa : Cahya Subrata. Jakarta : Gunung Mulia.
Hadi, S. 2000. Metode Penelitian. Yogyakarta : Andi Offset.
Hawari, H.D. 2001. Manajemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Herbert, W.M., Roberto, H.P., Rhonda, G.C., Linda, F. 2004. Bullying,
implications for the classroom. Edited by Sanders,C.E., Phye, G.D. USA
: Elsevier Academic Press.
Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Ed.5. Penterjemah : Istiwidayanti. Jakarta :
Erlangga.
Indarini, N. 2007. Banyak Guru Anggap Bullying Bukan Masalah Serius.
http://www.detiknews.com 28/11/2007
Izn. 2007. 70% Anak tak nyaman sekolah karena bullying. www.pdpersi.co.id
28/11/2007
Kristo,
F.Y.
2007.
Blog
dihina.
Gadis
bunuh
http://forum.detikinet.com/forum displayphp?f=222 06/08/2008
diri.
58
Perpustakaan Unika
Oltmanns, F.T., Emery, E.R. 1998. Abnormal Psychology Edisi 2. Prentice Hall :
New Jersey.
Olweus, D. 2004. Bullying at school. Australia : Blackwell publishing.
Rambe, A. M. 2007. Depresi pada anak. www.kompas.com 12/01/2008
Sarason, G.I., Sarason, R.B. 1989. Abnormal Psychology Edisi 6. Prentice Hall :
New Jersey.
Santrock, J.W. 2003. Perkembangan Remaja (Adolescence). Ed.6. Alih bahasa :
Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih Jakarta : Erlangga.
Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Remaja. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
SF . 2007. Siswa SMU PL dianiaya. www.kompas.com 28/12/2007
Sheras, P. 2002. Your Child: Bully or Victim? Understanding and ending
schoolyard tyranny. USA : Skylight Press.
Siswanto. 2007. Kesehatan mental, konsep cakupan dan perkembangannya.
Yogyakarta : Andi Offset.
Smith, P.K., Pepler, Debra, and Rigby, Ken. 2007. Bullying in Schools : How
successful can Interventions be?.www.cambridge.org.:Cambridge
University Press
Sullivan, K. 2000. The Anti-Bullying Handbook. United Kingdom : Oxford
University Press.
Suryanto, S.B. 2007. Bullying bikin anak depresi dan bunuh diri. www.migasindonesia.net. 28/11/2007
Susilowati, P. 2008 . Waspadai depresi pada remaja. Http://www.epsikologi.com 08/06/2008
Tim SEJIWA. 2006. Sejiwa: Mengenali Bullying. www.sejiwa.org. Email
address : sejiwa@cbn.net.id : Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa),
tanggal akses 02/12/2007
-----------------. 2007. Bullying: Panduan bagi Orang Tua dan Guru mengatasi
kekerasan di sekolah dan lingkungan. Jakarta : dalam proses
penerbitan oleh Grasindo.
Suryabrata, S. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
59
Perpustakaan Unika
2008.
Depresi
pada
remaja.
http://finance.google.ca/group/google.finance.6406891/post? 08/06/2008
60
Jepang
Hadapi
Depresi.
Perpustakaan Unika
LAMPIRAN
61
Perpustakaan Unika
LAMPIRAN A
SKALA PENELITIAN
(1) SKALA BULLYING PENELITIAN
(2) SKALA DEPRESI PADA SISWA SMA PENELITIAN
62
Perpustakaan Unika
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2008
SKALA PENELITIAN
A-1
Sehubungan dengan penelitian untuk tugas akhir saya, perkenankanlah
saya memohon kesediaan anda meluangkan waktu untuk mengisi skala penelitian
yang tersedia di lembar berikut ini. Skala penelitian ini berisi beberapa pernyataan
yang saya harapkan dapat diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi
yang anda rasakan saat ini. Hasil dari skala penelitian ini akan digunakan untuk
kepentingan akademik, sehingga semua informasi dari anda akan terjamin
kerahasiaannya. Atas bantuan dan kerjasamanya, saya mengucapkan terima kasih.
I. IDENTITAS
Nama :
Usia :
Kelas :
II. PETUNJUK
Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan. Pilihlah dan tentukan jawaban
mana yang paling sesuai dengan diri anda sebenarnya. Dalam hal ini semua
pernyataan dengan cara menyilang (X) salah satu dari 4 (empat) alternatif jawaban
di bawah ini :
TP
: Tidak Pernah
: Kadang-kadang
: Sering
SS
: Sering Sekali
Contoh :
No.
Pernyataan
1.
2.
TP
X
X
63
SS
Perpustakaan Unika
No.
Pernyataan
TP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
64
SS
Perpustakaan Unika
No.
Pernyataan
TP
16.
17.
18.
19.
Kakak
kelas
atau
teman-teman
saya
65
SS
Perpustakaan Unika
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2008
SKALA PENELITIAN
A-2
Sehubungan dengan penelitian untuk tugas akhir saya, perkenankanlah
saya memohon kesediaan anda meluangkan waktu untuk mengisi skala penelitian
yang tersedia di lembar berikut ini. Skala penelitian ini berisi beberapa pernyataan
yang saya harapkan dapat diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi
yang anda rasakan saat ini. Hasil dari skala penelitian ini akan digunakan untuk
kepentingan akademik, sehingga semua informasi dari anda akan terjamin
kerahasiaannya. Atas bantuan dan kerjasamanya, saya mengucapkan terima kasih.
I. IDENTITAS
Nama :
Usia :
Kelas :
II. PETUNJUK
Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan. Pilihlah dan tentukan jawaban
mana yang paling sesuai dengan diri anda sebenarnya. Dalam hal ini semua
pernyataan dengan cara menyilang (X) salah satu dari 4 (empat) alternatif jawaban
di bawah ini :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S
: Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Contoh :
No.
Pernyataan
1. Saat ini saya bahagia
2.
TP
K S
X
X
66
SS
Perpustakaan Unika
No.
Pernyataan
1.
2.
Banyak
hal
bisa
saya
STS
lakukan
dengan
kemampuan saya
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
67
TS
SS