Anda di halaman 1dari 71

Perpustakaan Unika

HUBUNGAN ANTARA BULLYING


DENGAN DEPRESI PADA SISWA SMA

SKRIPSI

Oleh :
Metha Nurdiana Sisnarwastu Djati
03.40.0100

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2008

Perpustakaan Unika

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................

ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................

iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................

iv

KATA PENGANTAR ...............................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

xii

ABSTRAKSI .............................................................................................

xiii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................

B. Tujuan Penelitian .........................................................

10

C. Manfaat Penelitian .......................................................

10

1. Manfaat Teoritis .....................................................

10

2. Manfaat Praktis ......................................................

10

BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN


A. Depresi .........................................................................

11

1. Pengertian Depresi pada Siswa SMA ....................

11

2. Penyebab Depresi pada Siswa SMA ......................

14

3. Gejala Depresi pada Siswa SMA ...........................

16

B. Bullying ........................................................................

22

1. Pengertian Bullying ................................................

22

2. Bentuk Bentuk Bullying ......................................

24

Perpustakaan Unika

C. Hubungan antara Bullying dengan Depresi pada Siswa


SMA .............................................................................

27

D. Hipotesis .......................................................................

29

BAB III : METODE PENELITIAN


A. Metode Penelitian Yang Digunakan ............................

30

B. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................

30

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian .....................

30

1. Depresi pada Siswa SMA ......................................

30

2. Bullying ..................................................................

31

D. Populasi dan Pengambilan Sampel ..............................

32

1. Populasi ..................................................................

32

2. Teknik Pengambilan Sampel ..................................

32

E. Metode Pengumpulan Data ..........................................

33

F. Validitas Dan Reliabilitas ............................................

36

1. Validitas Alat Ukur ................................................

36

2. Reliabilitas .............................................................

37

G. Metode Analisis Data ...................................................

38

BABIV : PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN


A. Orientasi Kancah Penelitian .........................................

39

B. Persiapan Penelitian .....................................................

41

1. Administrasi Perizinan ...........................................

41

2. Penyusunan Alat Ukur ...........................................

42

C. Pelaksanaan Penelitian .................................................

47

Perpustakaan Unika

BAB V: HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ............................................................

49

1. Uji Asumsi .............................................................

49

2. Hasil Analisis .........................................................

50

B. Pembahasan ..................................................................

50

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ..................................................................

56

B. Saran .............................................................................

56

DAFTAR PUSTAKA

Perpustakaan Unika

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) di Indonesia memiliki berbagai
macam permasalahan. Bentuk-bentuk permasalahan siswa yang sering kali
muncul dalam pemberitaan media massa adalah perilaku agresifitas siswa, yaitu
tawuran, membolos, perkelahian antar sesama murid, bahkan bunuh diri. Selain
belajar sebagai kewajiban utamanya, para siswa yang berada dalam rentang usia
remaja ini juga memiliki tugas perkembangan sebagai seorang remaja, yaitu
mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita (Havighurst, dalam Hurlock, 1992, h. 10). Hinton (1989, dalam
Susilowati) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan
hormonal, perubahan tingkat dan pola hubungan sosial sehingga remaja
cenderung mempersepsikan orang tua secara berbeda. Selain itu, masa
pertumbuhan remaja, jarang dapat berlangsung dengan lancar. Banyak masalah
yang terjadi semakin serius hingga menyebabkan depresi yang berkepanjangan.
Interaksi dengan lingkungan sosial juga merupakan hal yang rentan bagi remaja
dalam melepaskan emosi-emosinya baik secara positif maupun negatif. Umumnya
para orang tua seringkali tidak menyadari perubahan pada diri anak. Tidak adanya
dukungan dari lingkungan dan adanya tekanan-tekanan yang berasal dari dalam
dan luar diri membuat remaja menjadi tertekan, cemas, stres, bahkan depresi yang
mengarah pada bunuh diri. Beberapa kasus siswa bunuh diri diakibatkan oleh

2
Perpustakaan Unika

kehidupan yang penuh stres pada saat ini seperti adanya nilai standar Ujian
Nasional yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, bencana yang terjadi
dimana-mana, dan berbagai peristiwa hidup yang menyedihkan. Hal yang sama
diungkapkan oleh Susilowati (2008) yang mengatakan bahwa penyebab depresi
dikarenakan siswa mengalami tekanan dalam penyesuaian diri dalam berinteraksi
dengan orang lain. Menurut data di Instalasi Gawat Darurat (IRD) RSU dr Soetomo Surabaya, lima remaja
bunuh diri setiap bulannya, dan data ini belum termasuk dari rumah sakit lainnya. Menurut Indarini (2007), rata-rata
orang bunuh diri karena depresi. Ada banyak hal yang menjadi penyebab depresi,

antara lain karena

faktor

pekerjaan, kebutuhan ekonomi, selain itu juga faktor usia juga mempengaruhi,
sehingga angka bunuh diri pada remaja cukup tinggi. Bunuh diri karena depresi
menjadi penyebab ketiga (bahkan kedua) kematian pada remaja. Survei Badan
Kesehatan Dunia (WHO) di 14 negara (1990) memperlihatkan bahwa depresi
merupakan masalah kesehatan yang mengakibatkan beban sosial nomor empat
terbesar di dunia. Prediksi WHO dalam dua dekade mendatang diperkirakan lebih
dari 300 juta penduduk dunia menderita depresi. Pada tahun 2020 depresi akan
menempati

masalah

kesehatan

nomor

dua

terbesar

setelah

penyakit

kardiovaskuler. Fakta ini membuktikan bahwa depresi harus mendapatkan


perhatian yang lebih serius lagi, karena orang dengan depresi ringan masih tetap
bisa bekerja. Namun, jika orang tersebut sampai mengurung diri, tidak bisa
bekerja atau sekolah, tidak bisa makan, tidak melakukan aktifitas apa-apa, bahkan
timbul gejala psikotik seperti suara-suara yang menjelekkan dirinya, maka orang
tersebut mengalami depresi berat. Begitu pula bila remaja yang berada dalam
masa sekolah mengalami depresi, akibatnya dapat mengakibatkan penurunan
prestasi belajar, karena tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar, merasa gelisah,

3
Perpustakaan Unika

apatis, putus asa, dan yang terburuk depresi juga bisa menimbulkan keinginan
untuk bunuh diri seperti diungkapkan Suryanto (2007). Berkaitan dengan remaja,
National Institute of Mental Health (dalam Siswanto, 2007, h.73) menyebutkan
bahwa gangguan depresi memiliki pengaruh yang sangat mendalam terhadap
berfungsinya

dan

penyesuaian

diri

pada

remaja

terutama

pada

masa

perkembangannya. Pada umumnya, gejala-gejala depresi yang dialami oleh


remaja antara lain mengalami kesedihan yang terus-menerus; ketidakmampuan
untuk menikmati aktivitas yang sebelumnya menyenangkan; meningkatnya
aktivitas atau mudah tersinggung; sering mengeluhkan penyakit-penyakit yang
bersifat fisik seperti sakit kepala atau perut; sering tidak masuk sekolah atau
prestasi yang buruk di sekolah; kebosanan yang menetap; energi yang rendah,
konsentrasi yang buruk; perubahan besar dalam pola-pola makan dan tidur
(Vicnett dalam Siswanto, 2007, h.80).
Menurut Maramis (2006), istilah depresi dalam ilmu kesehatan jiwa
dipergunakan untuk menggambarkan suatu kondisi gangguan jiwa yang secara
klinis tampil dalam bentuk suasana perasaan murung, kehilangan gairah hidup,
lesu, pesimis atau putus asa, serta kehilangan rasa percaya diri, disertai berbagai
keluhan fisik/somatis, seperti berat badan turun, disfungsi seksual, dan gangguan
tidur. DSM IV (1994, h.107) menyebutkan bahwa depresi adalah gangguan
suasana hati (mood disorder). Chaplin (2005, h.130) menjelaskan bahwa depresi
adalah keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai
dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme menghadapi
masa yang akan datang. Depresi juga bisa menjadi respon sementara bagi

4
Perpustakaan Unika

berbagai macam situasi dan stres. Pada remaja, umumnya depresi terjadi karena
proses kematangan yang normal, stres yang berkaitan dengan pengaruh hormon
seks, dan tidak tergantung konflik dengan orang tua. Depresi juga reaksi terhadap
hal-hal yang mengganggu seperti kematian teman, putus dengan pacar, atau
kegagalan di sekolah (Van Voorhees, 2007). Sedangkan menurut Seligman (1989,
dalam Santrock, 2003, h.530) depresi pada remaja terjadi karena meluasnya
perasaan tidak berdaya, yang disebabkan karena meningkatnya penekanan pada
diri sendiri, kemandirian, dan individualisme, serta menurunnya penekanan pada
hubungan dengan orang lain, keluarga, dan agama. Contoh nyata penyebab siswa
menjadi depresi menurut Akito dari Universitas Waseda (2007), bahwa siswa di
Jepang saat ini cenderung tidak mampu mengontrol dirinya ketika mereka
menghadapi penderitaan, seperti persoalan pertengkaran yang disebabkan oleh
murid yang kuat terhadap murid yang lemah. Kasus serupa juga terjadi di
Indonesia dimana faktor lingkungan terutama teman sebaya juga dapat menjadi
penyebab depresi bahkan bunuh diri pada siswa (Suryanto, 2007). Mappiare
(1982, h.130) menyebutkan bahwa remaja yang merasa diterima oleh teman
sebayanya akan merasa berarti, berharga, dan dibutuhkan. Sebaliknya, remaja
yang merasa tidak diterima atau ditolak oleh teman sebayanya dapat mengalami
gangguan psikis dan sosial, diantaranya depresi. Depresi pada siswa umumnya
juga disebabkan oleh faktor lingkungan atau dengan teman sekolah. Herbert
(2004, h.66) mengungkapkan bahwa kesehatan mental pada siswa banyak
dipengaruhi oleh kekerasan yang terjadi antar siswa yang kemudian dapat
menimbulkan depresi. Berdasarkan hasil penelitian diindikasikan bahwa korban

5
Perpustakaan Unika

kekerasan antar siswa dapat mengalami depresi (Herbert, 2004, h.83). Kekerasan
yang dimaksud adalah bullying atau sering disebut peer victimization dan hazing.
Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku berupa pemaksaan atau usaha
menyakiti secara fisik maupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang
lebih lemah oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempersepsikan
dirinya lebih kuat. Bullying secara sederhana diartikan sebagai penggunaan
kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok sehingga
korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya (Suryanto, 2007). Perbuatan
pemaksaan atau menyakiti ini terjadi di dalam sebuah kelompok, misalnya
kelompok siswa satu sekolah, itulah sebabnya disebut sebagai peer victimization
(Djuwita, 2007). Sedangkan hazing adalah perilaku yang sama namun dilakukan
oleh anggota yang lebih senior kepada yuniornya. Kebiasaan hazing ini bermula
dari masa orientasi sekolah (MOS) yang biasanya hanya diadakan beberapa hari,
namun kemudian secara informal diperpanjang sendiri oleh anggota-anggota
senior dalam proses penerimaan anggota baru ke dalam kelompok mereka.
Djuwita juga menjelaskan kasus lain dari bullying yang berkenaan dengan
kegiatan orientasi sekolah untuk siswa baru, dimana siswa senior kerap
"membenarkan diri" memerintah adik-adik kelasnya yang baru masuk. Menurut
Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA, 2007), bullying sendiri merupakan situasi
dimana seseorang yang kuat menekan, memojokkan, melecehkan, menyakiti
seseorang yang lemah dengan sengaja dan berulang-ulang. Pihak yang kuat dalam
hal ini tidak hanya fisik namun juga secara mental, dan korban bullying tidak
dapat mempertahankan dirinya sendiri karena lemah secara fisik atau mental.

6
Perpustakaan Unika

Menurut Mellor (2007), bullying tumbuh subur karena secara umum bullying
sangat terkait dengan relasi kuasa. Menurut hasil penelitian Djuwita disebutkan
bahwa budaya feodalisme juga merupakan salah satu faktor terjadinya bullying.
Ketika orang muda harus menghormati mereka yang usianya lebih tua apa pun
perlakuan mereka; ketika sebagian guru menganggap bullying di sekolah akan
berlalu seiring waktu; dan ketika orang tua melihat bullying sebagai ujian bagi
anak agar menjadi pribadi tahan banting dan disiplin. Di Indonesia, sejak 5 tahun
terakhir, gejala bullying di sekolah mulai diperhatikan media massa, walau dengan
istilah yang beragam. Dalam bahasa pergaulan kita sering mendengar istilah
gencet-gencetan atau juga senioritas. Masih banyak bentuk bullying yang tidak
terlihat langsung, padahal dampaknya sangat serius. Misalnya, ketika ada siswa
yang dikucilkan, difitnah, dipalak, dan masih banyak lagi kekerasan lain yang
termasuk dalam perilaku bullying ini (Djuwita, 2006).
Peristiwa-peristiwa bullying ini seperti gunung es, hanya beberapa yang
tampak dan terekspos keluar. Namun yang tidak disadari oleh orang tua, guru dan
lingkungan bahwa bullying tidak hanya terjadi secara fisik saja, namun juga
bullying secara mental juga dapat terjadi pada siswa. Banyak orang beranggapan
bahwa bullying bukanlah masalah yang serius, padahal tanpa kita sadari tindakan
bullying terjadi setiap hari di lingkungan rumah, sekolah, kantor dan di mana pun.
Ironisnya, masyarakat cenderung mendiamkan dan menyepelekan hal itu.
Penelitian yang dilakukan Yayasan Sejiwa pada 2004-2006 menunjukkan bahwa
banyak guru di Indonesia yang menganggap bullying bukan masalah serius
(Suryanto, 2007). Padahal bullying menandakan minimnya perhatian sekaligus

7
Perpustakaan Unika

kemampuan guru untuk menghindarkan anak didiknya dari ancaman kekerasan,


baik itu psikis maupun fisik dari teman-temannya (Izn, 2007).
Kasus-kasus bullying tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi diseluruh
dunia, termasuk negara-negara maju seperti Amerika dan Jepang. Hal ini dapat
dilihat dari hasil survei yang telah dilakukan Institut Nasional Kesehatan Anak
dan Perkembangan Manusia di Amerika Serikat (NICHD) pada tahun 2001 yang
memaparkan bahwa lebih dari 16% siswa sekolah di Amerika mengaku
mengalami bullying oleh murid lain. Survei ini dilakukan pada 15.686 siswa kelas
6 sampai dengan 10 di berbagai sekolah negeri maupun swasta di A.S.
Departemen Kehakiman A.S sendiri mengeluarkan hasil statistik yang sangat
mencengangkan di tahun 2001, bahwa 77% pelajar A.S mengalami bullying baik
secara fisik, verbal maupun mental. Kasus bullying di Jepang juga diungkap
melalui penelitian Werly (2001, dalam SEJIWA, 2008, h.10) yang menyebutkan
bahwa 10% pelajar yang stres karena bullying, dan sudah pernah melakukan usaha
bunuh diri paling tidak sekali. Penelitian tentang Bullying di Indonesia masih
belum banyak dilakukan. Hanya ada beberapa penelitian tentang bullying,
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan tim fakultas Psikologi UI, yang
menyatakan bahwa bullying yang terjadi di SMA adalah Group Bullying dan
gejala ini lebih banyak terjadi di kalangan Sekolah Menengah Atas (SMA),
terutama di kota-kota seperti Jakarta, Bogor dan Bandung (Djuwita, 2006).
Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Huneck (dalam Indarini, 2007),
mengungkapkan bahwa 59 % siswa di Indonesia yang di survei, pernah
mendengar ejekan yang menyakitkan hati dan perasaannya setiap harinya di

8
Perpustakaan Unika

sekolah sehingga mereka merasa enggan atau malas untuk datang ke sekolah
lantaran trauma. Hal ini senada dengan Bangu (2007) yang mengatakan bahwa
10-16 % siswa di Indonesia yang di survei melaporkan bahwa mereka telah
diejek, di olok-olok, di kucilkan, di pukul, di tendang, atau di dorong setidaknya
sekali dalam setiap minggunya di sekolah. Bullying bisa dilakukan oleh seorang
individu atau sekelompok individu. Target atau korban bullying juga bisa seorang
individu ataupun sekelompok individu. Namun dalam konteks bullying di sekolah,
korban biasanya adalah murid secara perseorangan atau tidak dilakukan kepada
sekelompok murid.
Alexander (dalam SEJIWA, 2008, h.10) menjelaskan bahwa bullying
adalah masalah kesehatan publik yang perlu mendapatkan perhatian karena orangorang yang menjadi korban bullying kemungkinan akan menderita depresi dan
kurang percaya diri. Penelitian-penelitian juga menunjukkan bahwa siswa yang
menjadi korban bullying akan mengalami kesulitan dalam bergaul, merasa takut
datang ke sekolah sehingga absensi mereka tinggi dan ketinggalan pelajaran,
mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan kesehatan
mental maupun fisik jangka pendek maupun panjang mereka akan terpengaruh
(Rigby, 1999 dalam Djuwita, 2006). Sedangkan menurut Bangu (2007), anak
yang dibulisering menampakan sikap : mengurung diri atau menjadi school
phobia, minta p indah sekolah, konsentrasi berkurang, prestasi belajar menurun,
suka membawa barang-barang tertentu (sesuai yang di minta si pembuli), anak
jadi penakut, gelisah, tidak bersemangat, menjadi pendiam, mudah sensitif,
menyendiri, menjadi kasar dan dendam, mudah cemas, mimpi buruk, melakukan

9
Perpustakaan Unika

perilaku bullying kembali terhadap orang lain. Pendapat lain juga dikemukan oleh
Mellor (2007) yang mengatakan bahwa dalam tingkatan tertentu, efek bullying
bisa menurunkan kemampuan akademis siswa. Ini lantaran siswa seringkali
merasa gundah, sulit berkonsentrasi sehingga kurang bergairah dalam belajar.
Mereka juga seringkali takut (karena trauma) dan tidak percaya diri. Dampaknya,
potensi siswa gagal diberdayakan di sekolah. Sementara itu menurut Sheras
(2002, h.54) anak yang menjadi korban bullying dalam waktu yang cukup lama
akan menunjukkan gejala atau perilaku seperti menjadi malu, penuh ketakutan dan
atau kecemasan, memiliki self esteem yang rendah, menarik diri dari lingkungan
sosialnya, mengalami kelemahan secara fisik, dan emosional. Ciri-ciri individu
yang mengalami bullying seperti gelisah, tidak bersemangat, menjadi pendiam,
menyendiri, sulit berkonsentrasi, dan menjadi tidak bergairah juga terdapat pada
individu yang mengalami depresi seperti yang diungkapkan oleh Mahendratto
(2007).
Berdasarkan uraian di atas, bullying dapat menjadi penyebab seorang
individu menjadi depresi. Depresi berdampak pada hilangnya minat terhadap
aktifitas belajar, konsentrasi yang menurun, serta hilangnya gairah hidup pada
siswar. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut apakah bullying menimbulkan depresi
pada siswa SMA.

B. Tujuan

10
Perpustakaan Unika

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara bullying


dengan depresi pada siswa SMA.

C. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik manfaat praktis
maupun teoritis.
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan rujukan untuk
memetakan penyebab dari depresi sehingga dapat memberikan treatment
yang tepat terhadap depresi yang disebabkan oleh bullying.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi
pengembangan psikologi klinis dan psikologi sosial; khususnya mengenai
kaitan antara bullying dengan depresi pada siswa SMA.

Perpustakaan Unika

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Depresi Pada Siswa SMA


1. Definisi Depresi pada Siswa SMA
Siswa SMA di Indonesia pada umumnya adalah remaja yang berada dalam
usia sekolah. Remaja atau adolescence (Inggris) berasal dari kata Latin adolescere
yang artinya tumbuh ke arah kematangan. Kematangan disini tidak hanya
kematangan secara fisik, tetapi juga kematangan secara sosio-psikologis (Muss,
dalam Sarwono, 2002, h.8). Menurut Santrock (2003, h.26), remaja diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Pada tahun-tahun berikutnya, definisi menjadi semakin berkembang ke
arah yang bersifat konkrit operasional. Ditinjau dari bidang kegiatan WHO, yaitu
kesehatan, masalah yang terutama dirasakan mendesak mengenai kesehatan
remaja adalah kehamilan terlalu awal. Berangkat dari masalah pokok ini, WHO
menetapkan batasan usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Selanjutnya
WHO menyatakan walaupun definisi diatas terutama didasarkan pada usia
kesuburan (fertilitas) wanita, batasan tersebut berlaku juga untuk remaja pria
danWHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian yaitu :
a.

Remaja awal : 10-14 tahun

b.

Remaja akhir : 15-20 tahun

11

12
Perpustakaan Unika

Hurlock (1968, h.12) membagi batasan-batasan remaja sebagai berikut :


a. Pubertas/adolescence

: 10 atau 12-13 tahun

b. Masa Remaja Awal

: 13 atau 14-17 tahun

c. Masa Remaja Akhir

: 17-21 tahun

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelajar SMA berada
dalam rentang umur remaja yang berada dalam masa transisi dari anak-anak
menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan biologis, kognitif, dan sosialemosional, yang terbagi dalam batasan-batasan usia tertentu. Pada penelitian ini,
peneliti membagi remaja berdasarkan rentang usia sesuai pendapat Hurlock yang
meliputi remaja awal, yaitu ketika individu berusia 13-17 tahun. Pemilihan
pembagian remaja berdasarkan rentang usia sesuai Hurlock ini dikarenakan teori
tersebut dianggap sesuai dengan kondisi sosio-budaya masyarakat Indonesia.
Apabila mengacu pada perubahan fungsi remaja dari makhluk aseksual menjadi
makhluk seksual, individu di Indonesia mulai berubah dari aseksual menjadi
seksual di usia 13 tahun dan dianggap berakhir menjadi individu yang kurang
bertanggung jawab secara hukum di usia 17 tahun. Masa remaja awal menurut
Hurlock ini juga merupakan rentang usia yang ideal bagi seseorang berada dalam
masa pendidikan sebagai pelajar SMA di Indonesia, yaitu antara 15-17 tahun.
Kehidupan

remaja

sebagai

pelajar

selalu

penuh

dinamika

dan

permasalahan. Ada yang dapat dihadapi, ada pula yang terasa berat untuk dilalui.
Tekanan-tekanan dari luar maupun dari dalam diri seseorang terkadang dapat
menimbulkan depresi. Menurut Hawari (2001, h.91), depresi merupakan salah
satu betuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan
kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus
asa. Hal yang sama dikemukakan oleh National Institute of Mental Health (dalam
Siswanto, 2007, h.75), yang mendefinisikan gangguan depresi sebagai suatu
penyakit tubuh yang menyeluruh(whole-body), yang meliputi tubuh, suasana

13
Perpustakaan Unika

perasaan (mood). Definisi depresi sendiri menurut Burns (1988, h.143)


digolongkan sebagai gangguan mood atau susasana hati, dimana penderita depresi
mengalami perasaan sedih yang mendalam sehingga tidak dapat berfungsi secara
adekuat dan kadang-kadang kesedihan tersebut berlangsung agak lama dan
penderita tidak dapat keluar dari kesedihan tersebut. DSM IV (1994, h.107)
menjelaskan bahwa depresi adalah gangguan suasana hati (mood disorder).
Gangguan suasana hati mengacu pada pengertian emosi yang tertahan lama, yang
mewarnai kehidupan manusia serta melibatkan depresi maupun kegembiraan
(mania). Depresi meliputi perasaan sedih dan kepatahan hati yang luar biasa,
sedangkan mania dikarakteristikkan melalui perasaan berlebihan atau euphoria
yang mendalam dan tidak realistik. Menurut Greist dan Jefferson (1987, h. 1),
depresi adalah suatu gangguan yang berlangsung cukup lama disertai gejala
gejala dan tanda tanda yang mengganggu kewajaran sikap dan tindakan
seseorang atau yang menyebabkan kesedihan yang amat sangat dan bisa
keduanya. Sedangkan

De Paulo (2002, h. 9-11) berpendapat bahwa depresi

adalah suatu perasaan kesepian atau perasaan yang asing bagi dirinya, merasa
kehilangan. Seseorang yang mengalami depresi akan merasa terisolasi dan dunia
kelihatan asing dan tempat yang keras. Kebiasaan berpikir yang alamiah dan
perilaku yang tenang tidak ada disaat dibutuhkan. Lebih lanjut De Paulo
mengatakan bahwa depresi merupakan penyakit periodik (episodic). Episode
tersebut dapat berlangsung seminggu atau sebulan atau setahun tergantung dari
banyaknya simptom terselesaikan. Simptom tersebut bisa berasal dari faktor
eksternal atau internal (perubahan hormonal). Sebagian besar individu tidak
mengetahui bahwa dirinya mengalami depresi.
Dari penjabaran mengenai definisi depresi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa depresi pada siswa SMA adalah suatu pemikiran negatif tentang diri,
perasaan sedih yang mendalam, putus asa dan tidak berpengharapan, dan merasa

14
Perpustakaan Unika

tidak berguna yang manifestasinya berupa tindakan penarikan diri, dan


kegelisahan yang mengganggu kewajaran sikap dan tindakan seseorang.

2. Penyebab Depresi pada Siswa SMA


Sarason dan Sarason (1989, h. 277) menjelaskan mengenai faktor-faktor
yang menjadi penyebab depresi pada seseorang :
a. Faktor dari individu itu sendiri
1) Faktor biologis
2) Distorsi kognitif
3) Rasa rendah diri
b. Faktor dari lingkungan
1) Kehilangan status dan identitas diri
2) Kehilangan mata pencaharian, penghasilan, dan kemiskinan
3) Ketakutan ancaman
4) Gangguan kesehatan
De Clerq (1994, h.127) menyebutkan faktor-faktor penyebab depresi adalah :
a. Faktor penentu dari dalam diri sendiri termasuk di dalamnya faktor
kognitif, kekurangan saat dilahirkan, kekurangan bio-kemis.
b. Faktor penentu dari lingkungan, meliputi pola interaksi keluarga dan
hubungan sosial. Hubungan sosial yang buruk yaitu perilaku bullying yang
dilakukan oleh teman sebaya atau pun oleh lingkungan dapat membuat
seseorang merasa tertekan dan tidak berdaya sehingga siswa menjadi
depresi. Menurut Ross (dalam Davis, 2003, h.9), bullying merupakan salah

15
Perpustakaan Unika

satu bentuk interaksi sosial negatif, dimana di dalamnya terdapat lebih dari
satu orang pembuli yang menunjukkan perilaku agresif yang telah
direncanakan, dan dalam kenyataannya menyebabkan stres kepada individu
yang kurang dominan (korban).
c. Faktor dalam kehidupan, meliputi pengalaman kehilangan seseorang yang
berharga.
Lebih lanjut, National Institute of Mental Health (2007) menyebutkan
bahwa penyebab depresi pada remaja, anak-anak, dan orang dewasa adalah
penolakan sosial, permasalahan keluarga, dan kegagalan dalam ujian. Menurut
Nevid (2005, h.177), kejadian yang menimbulkan stres, masalah, dan konflik
keluarga, kurangnya dukungan sosial, faktor genetis juga bisa berperan. Seligman
(dalam Clerq 1994, h. 120-121) mengemukakan bahwa bila seseorang atau hewan
mengalami kejadian yang tidak dapat mereka kontrol, dalam dirinya timbul suatu
harapan ketidakmampuan menguasai keadaan dalam situasi yang sama. Dalam
situasi-situasi tersebut mereka akan menunjukkan perilaku ketidakberdayaan yang
dipelajari. Orang ini memandang dirinya tidak berdaya untuk menjaga hal-hal
negatif di masa depan. Menurut Seligman orang menjadi depresi karena mereka
percaya apapun yang mereka kerjakan tidak akan membuat perbedaan. Selain itu
juga disebutkan bahwa depresi merupakan kepercayaan yang dipelajari dalam
ketidakberdayaan seseorang. Seligman (Oltmanns dan Emery, 1998, h. 174) juga
mengatakan bahwa penderita depresi percaya bahwa mereka tidak mempunyai
harapan dan tidak dapat menguasai keadaan dalam hidup mereka.

16
Perpustakaan Unika

Berdasarkan uraian di atas, banyak faktor yang menyebabkan timbulnya


depresi pada remaja usia sekolah, antara lain penolakan sosial, permasalahan
keluarga, dan kegagalan dalam ujian, kejadian yang menimbulkan stres seperti
perilaku bullying yang dialami oleh siswa, masalah, dan konflik keluarga,
kurangnya dukungan sosial, kepercayaan yang dipelajari dalam ketidakberdayaan
seseorang, dan faktor genetis. Jadi, keseluruhan faktor tersebut dapat disimpulkan
menjadi penyebab depresi yang berasal dari dalam diri sendiri atau individu, dari
lingkungan, dan dari dalam kehidupan.

3. Gejala Depresi pada Siswa SMA


Menurut Nevid, dkk (2005, h.230) ciri-ciri umum dari depresi menurut
DSM IV-TR adalah :
a. Perubahan pada kondisi emosional :
1) Perubahan pada mood (periode terus-menerus dari perasaan terpuruk,
depresi, sedih, atau muram).
2) Penuh air mata atau menangis.
3) Meningkatnya

iritabilitas

(mudah

tersinggung,

kegelisahan,

atau

kehilangan kesabaran.
b. Perubahan dalam motivasi :
1) Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan untuk memulai
(kegiatan) di pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur
2) Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial
3) Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas menyenangkan
4) Menurunnya minat pada seks

17
Perpustakaan Unika

5) Gagal untuk berespons pada pujian atau reward


c. Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik :
1) Bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan daripada biasanya
2) Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit,
bangun lebih awal dari biasanya dan merasa kesulitan untuk kembali tidur
di pagi buta-disebut mudah terbangun di pagi buta)
3) Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit)
4) Perubahan dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan)
5) Berfungsi secara kurang efektif daripada biasanya di tempat kerja atau di
sekolah
d. Perubahan kognitif :
1) Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih
2) Berpikir negatif mengenai diri sendiri dan masa depan
3) Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan di masa lalu
4) Kurangnya self esteem atau merasa tidak adekuat
5) Berpikir akan kematian atau bunuh diri
Dalam DSM IV-TR (Nevid, dkk 2005, h.231) dijabarkan mengenai gejalagejala depresi yaitu:
a. Sedih, keadaan depresi
b. Berkurangnya nafsu makan dan kehilangan berat badan atau nafsu makan
meningkat dan berat badan bertambah

18
Perpustakaan Unika

c. Gangguan atau kesulitan tidur (insomnia) tidak dapat tidur kembali setelah
terbangun ditengah malam dan bangun terlalu pagi, atau pada beberapa
pasien memiliki keinginan untuk tidur sepanjang waktu
d. Perubahan dalam aktivitas, menjadi lesu, malas atau gelisah
e. Kehilangan minat dan kesenangan dalam aktivitas sehari-hari
f. Kehilangan energi, kelelahan yang berlebihan
g. Konsep diri yang negatif, menyalahkan diri sendiri, dan merasa bersalah
h. Mengeluh atau membuktikan kesulitan dalam berkonsentrasi
i. Adanya keinginan untuk bunuh diri
Gejala

depresi

dalam

DSM

IV-TR

(Nevid

dkk,

2005,

h.231)

mengungkapkan bahwa gangguan depresi mayor dicirikan sebagai satu atau dua
episode depresi mayor sekurang-kurangnya dua minggu timbul perasaan depresi
atau hilangnya minat disertai oleh sekurang-kurangnya empat gejala tambahan
depresi. Empat gejala tambahan depresi meliputi perubahan dalam selera makan
atau berat tubuh, berkurangnya energi, perasaan tidak berharga atau bersalah,
kesulitan berpikir atau sulit konsentrasi, pikiran untuk bunuh diri.
Depresi mengacu pada suasana hati atau gejala klinis yaitu suatu kombinasi
dari emosional dan afeksi, kognitif, dan tingkah laku (Oltmans dan Emery, 1998,
h. 152). Gejala-gejala tersebut antara lain :
a. Gejala afektif pada orang yang menderita depresi adalah : penderita
memiliki perasaan yang murung dan sedih.
b. Gejala kognitif pada orang yang menderita depresi adalah : penderita
depresi

mudah

mengalihkan

perhatiannya.

Mereka

sukar

dalam

19
Perpustakaan Unika

berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, merasa bersalah, merasa tidak


berguna, pada beberapa orang merasa tidak memiliki harapan, kehilangan
kesenangan sehingga tidak jarang memilih bunuh diri.
c. Gejala somatik pada orang yang menderita depresi adalah : merasa cepat
lelah, sulit tidur meski kadang ada yang terlalu banyak tidur, makan
berlebihan, diet berlebih, sering terbangun pada waktu tidur, bangun dua
jam lebih awal dari biasanya.
Atkinson, dkk (1991, h.430) menyebutkan empat gejala depresi yaitu :
a. Gejala emosional (mood)
Kesedihan dan kekesalan adalah adalah gejala yang paling menonjol pada
depresi. Individu merasa putus asa dan tidak berdaya, seringkali menangis
dan mencoba bunuh diri, hilangnya kegembiraan atau kepuasan dalam
hidupnya.
b. Gejala kognitif
Gejala kognitif terutama terdiri dari pikiran negatif. Individu yang
mengalami depresi cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah,
merasa tidak kuat dan menyalahkan diri sendiri atas kegagalan. Mereka
merasa putus asa tentang masa depan dan merasa pesimistik bahwa mereka
dapat melakukan sesuatu untuk memperbaiki hidup.
c. Gejala motivasional
Motivasi mengalami surut pada depresi. Orang yang mengalami depresi
cenderung pasif dan cenderung sulit memulai aktivitas.

20
Perpustakaan Unika

d. Gejala fisik
Gejala fisik depresi antara lain : hilangnya nafsu makan atau penambahan
nafsu makan, gangguan tidur, kelelahan, serta hilangnya energi.
Lewinsohn, dkk.(1994, dalam Nevid dkk, 2005, h.169) menjelaskan
bahwa depresi pada remaja memiliki gejala yang hampir sama seperti yang
dialami oleh orang dewasa, beberapa gejala yang dialami oleh remaja adalah :
a. Kecenderungan penurunan prestasi di sekolah
b. Perubahan dalam penampilan dan kebersihan pribadi
c. Berlaku merugikan /negatif dan membantah
d. Kepercayaan yang tidak umum atau halusinasi
e. Nafsu makan berubah secara teratur (bertambah atau kehilangan berat badan)
f. Gelisah, menarik diri, atau menjadi lambat atau lebih banyak berdiam diri
(menghabiskan waktu dengan bengong, malas bergerak)
g. Kehilangan tenaga, mengeluh merasa capek atau lelah setiap saat
h. Mengeluh selalu merasa bersalah atau merasa tidak berharga
i. Keyakinan bahwa hidup itu sudah tidak berharga untuk dijalani
Greist dan Jefferson (1987, h.2-3) mengatakan bahwa depresi yang
patologik juga mempunyai gejala-gejala psikis dan fisik. Gejala psikis yang sering
terjadi antara lain perasaan sedih yang mendalam, perasaan tidak berguna,
perasaan berdosa, putus asa, ingin mati, dan sebagainya. Bila gejala depresi
memberat dapat terjadi tindakan sampai bunuh diri. Gejala fisik yang terjadi
antara lain : gangguan tidur, berat badan berkurang, hilang nafsu makan dan
libido. Pada depresi ringan justru akan nampak hal sebaliknya, seperti tidur terus,

21
Perpustakaan Unika

dan nafsu makan bertambah. Pemikiran orang yang menderita depresi sering
bersifat negatif, baik tentang dirinya sendiri, masa sekarang, maupun masa yang
akan datang. Penderita depresi juga sering mengeluh tentang melemahnya daya
konsentrasi dan ingatan serta kesulitan dalam mengambil keputusan. Penderita
seringkali merasa cemas, merasa sesuatu yang menakutkan akan terjadi, tetapi
sesuatu itu tidak jelas. Dapat juga timbul rasa takut yang berlebih-lebihan atau
ketakutan yang tidak wajar terhadap situasi-situasi tertentu. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh National Institute of Mental Health (2007) yang menyebutkan
bahwa gejala depresi pada remaja adalah perasaan sedih, cemas atau kosong yang
terus menerus, perasaan tidak mempunyai harapan, pesimis, merasa bersalah,
tidak berharga, dan perasaan tidak berdaya. Remaja sendiri juga kehilangan minat,
aktifitas, dan kesenangan akan hobi yang dulu sering dilakukan. Lewinsohn,
dkk.(1994, dalam Nevid dkk, 2005, h.169) menjelaskan bahwa depresi pada
remaja memiliki gejala yang hampir sama seperti yang dialami oleh orang
dewasa.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
gejala-gejala depresi pada siswa SMA meliputi empat hal yang utama yaitu gejala
emosional (mood), gejala kognitif, gejala motivasional, dan gejala fisik. Gejala
emosional yaitu kesedihan dan kekesalan sedangkan gejala kognitif terutama
terdiri dari pikiran negatif. Gejala motivasional yaitu individu cenderung pasif dan
cederung sulit memulai aktivitas, dan gejala fisik berupa hilangnya nafsu makan
atau penambahan nafsu makan, gangguan tidur, kelelahan serta hilangnya energi.
Gejala-gejala depresi ini telah mencakup sebagian besar gejala-gejala depresi

22
Perpustakaan Unika

yang diungkap oleh para ahli lain, dan seorang individu tidak harus memiliki
keempat gejala tersebut untuk dapat didiagnosis sebagai menderita depresi, tetapi
lebih kepada banyaknya gejala yang dimiliki.

B. Bullying
1. Pengertian Bullying
Pengertian bullying masih menjadi perdebatan dan belum menemukan
suatu definisi yang diakui secara universal, sehingga belum ada pengertian yang
baku hingga saat ini. Bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang
berarti banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Istilah ini akhirnya di
ambil untuk menguraikan suatu tindakan yang destruktif. Berbeda dengan negara
lain, seperti di Norwegia, Finlandia, Denmark, dan Finlandia yang menyebutkan
bullying dengan istilah mobbing atau mobbning. Istilah aslinya berasal dari
Inggris, yaitu mob yang menekankan bahwa biasanya mob adalah kelompok orang
yang anonim dan berjumlah banyak dan terlibat kekerasan (Heinemann, 1972 &
Olweus 1973a dalam Olweus, 2004, h. 8). Tattum (dalam Rigby, Smith, and
Pepler, 2007, h.5) memandang bahwa bullying adalah keinginan untuk menyakiti
dan sebagian besar harus melibatkan ketidakseimbangan kekuatan yaitu orang
atau kelompok yang menjadi korban adalah yang tidak memiliki kekuatan dan
perlakuan ini terjadi berulang-ulang dan diserang secara tidak adil. Berbeda
dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya
dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu pendek, bullying biasanya terjadi
secara berkelanjutan dalam jangka waktu cukup lama, sehingga korbannya terus-

23
Perpustakaan Unika

menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. Hal ini didukung oleh
pernyataan yang dikemukakan Djuwita (dalam Mellor, 2007) bahwa bullying
adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau
kelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya, dan
peristiwanya mungkin terjadi berulang. Pendapat yang relatif sama dikemukakan
oleh SEJIWA (2007) yang menyatakan bahwa bullying adalah situasi dimana
seseorang yang kuat (bisa secara fisik maupun mental) menekan, memojokkan,
melecehkan, menyakiti seseorang yang lemah dengan sengaja dan berulang-ulang,
untuk menunjukkan kekuasaannya. Dalam hal ini sang korban tidak mampu
membela atau mempertahankan dirinya sendiri karena lemah secara fisik atau
mental.
Hal yang penting disini bukan sekedar tindakan yang dilakukan, tetapi apa
dampak tindakan tersebut terhadap korbannya. Misalnya, seorang siswa
mendorong bahu temannya dengan kasar; bila yang didorong merasa
terintimidasi, apalagi bila tindakan tersebut dilakukan berulang-ulang, maka
perilaku bullying telah terjadi. Bila siswa yang didorong tak merasa takut atau
terintimidasi, maka tindakan tersebut belum dapat dikatakan bullying (SEJIWA,
2007). Sedangkan Mellor (2007) mendefiniskan bullying dari sudut pandang
korban yaitu bullying terjadi ketika seorang secara terang-terangan di sakiti oleh
tindakan orang lain, dan ia tidak memiliki kekuatan untuk mencegah terjadinya
kekejaman tersebut (2007). Menurut Sullivan (2000, h. 14) bullying juga harus
dibedakan dari tindakan atau perilaku agresif lainnya. Pembedaannya adalah tidak
bisa dikatakan bullying jika seseorang menggoda orang lain secara bercanda,

24
Perpustakaan Unika

perkelahian yang terjadi hanya sekali, dan perbuatan kasar atau perkelahian yang
tidak bertujuan untuk menyebabkan kehancuran atau kerusakan baik secara
material maupun mental. Selain itu tidak bisa dikatakan bullying jika termasuk
perbuatan kriminal seperti penyerangan dengan senjata tajam, kekerasan fisik,
perbuatan serius untuk menyakiti atau membunuh, pencurian serius, dan
pelecehan seksual yang dilakukan hanya sekali.
Definisi yang diterima secara luas adalah yang dibuat Olweus (2004, h.9)
yang menyatakan bahwa siswa yang mengalami bullying adalah ketika siswa
secara berulang-ulang dan setiap saat mendapat perlakuan negatif oleh seorang
atau lebih siswa lain. Tindakan negatif disini adalah ketika seseorang secara
sengaja melukai atau mencoba melukai, atau membuat seseorang tidak nyaman.
Intinya secara tidak langsung tersirat dalam definisi perilaku agresif.
Berdasarkan uraian di atas, pengertian korban bullying adalah ketika
seseorang secara terang-terangan di sakiti oleh tindakan orang lain dan setiap saat
atau terus-menerus mendapat perlakuan negatif baik secara mental maupun fisik
oleh seorang atau lebih, dan korban tidak memiliki kekuatan untuk mencegah
terjadinya kekejaman tersebut.

2. Bentuk-bentuk Bullying
Sheras (2002, h. 36 48) mengatakan bahwa bentuk bullying dapat berupa
bullying secara fisik, bullying secara verbal, bullying secara sosial dan bullying
secara seksual. Perilaku bullying secara fisik berupa menendang, memukul,
mendorong dan tindakan penyerangan fisik yang lain. Bullying verbal contohnya

25
Perpustakaan Unika

adalah mencela, mengejek, memberi julukan yang merendahkan, mengancam dan


membuat gosip. Bullying dalam bentuk sosial yaitu sengaja dijauhi, ditolak,
diasingkan dan bercanda yang keterlaluan sedangkan bentuk bullying secara
seksual

biasanya dialami oleh perempuan. Bentuknya berupa intimidasi dan

rumor secara seksual yang disebarkan ke teman-teman, sentuhan yang tidak


pantas, labeling seksual (pelacur). Pendapat yang sama diungkapkan Olweus
(2004, h. 9) bahwa bullying itu berbentuk tindakan negatif secara fisik, verbal
maupun psikologis. Tindakan negatif secara fisik berupa memukul, mendorong,
menendang, mencubit dan bentuk penguasaan secara kontak fisik yang lain.
Tindakan verbal dapat berupa ancaman, ejekan, menggoda dan memanggil dengan
nama julukan yang tidak disukai. Bentuk psikologis dari bullying yaitu raut wajah
yang tidak menyenangkan, tidak memasukan dalam kegiatan kelompok atau
menolak keterlibatan seseorang dalam kegiatan kelompok. Hal ini senada dengan
yang diungkapkan oleh Bangu (2007) yang menyatakan bahwa bullying dapat
berupa tindakan fisik, verbal atau psikologis. Tindakan fisik muncul dalam
aktivitas menonjok, memaksa, memukul, mendorong, mencekik, menendang,
meninju, menggigit, mencubit, mencakar, meludahi, mencengkeram, merusak
properti pribadi, mengancam, menodong dengan senjata dan lain sebagainya.
Tindakan verbal antara lain mengejek, menghina, mengolok-olok, menakuti lewat
telepon, ancaman kekerasan, pemerasan, mencela, gossip, menyebarkan rumor,
penghinaan ras, mengancam lewat alat komunikasi elektronik, pesan tanpa nama
pengirim. Tindakan psikologis yakni tidak diikutsertakan seseorang dalam satu
kelompok, mengucilkan, menyebarkan gosip, merusak hubungan, menghina

26
Perpustakaan Unika

pakaian yang di kenakan, memandang hina, menatap dengan agresif dan


sebagainya. Mellor (2007) juga mengungkap hal yang sama bahwa bullying
terbagi tiga, yang pertama, bullying fisik seperti memukul, mencubit, menampar,
atau memalak. Kedua, bullying verbal seperti memaki, menggosip atau mengejek
dan, bullying psikologis seperti mengintimidasi, mengecilkan, mengabaikan dan
diskriminasi.
SEJIWA (2007) menggolongkan bentuk bullying sedikit berbeda. Menurut
SEJIWA ada 3 (tiga) bentuk bullying yaitu fisik seperti menggigit, menendang,
mendorong, mencubit, mencakar, menampar, menjambak, meludahi, memukul,
melempar barang, memalak, memilin telinga. Verbal seperti

mengintimidasi,

menjuluki, menghina, menyebar rumor, memfitnah, merendahkan, mencela,


memaki, mengancam, komentar-komentar rasis dan yang terakhir non verbal yaitu
mengejek, mengucilkan, memandang sinis, ekspresi wajah merendahkan,
mendiamkan, mengabaikan, mempermalukan. Bentuk-bentuk bullying seperti
yang diungkapkan di atas dapat disimpulkan ada 3 (tiga) hal yang utama yaitu
bullying secara fisik, bullying secara verbal dan bullying secara psikologis atau
nonverbal. Bullying fisik adalah tindakan berupa kontak fisik yang negatif seperti
memukul, mendorong, menendang dan tindakan fisik negatif yang lain. Bentuk
verbal berupa intimidasi, menjuluki, mengancam dan mengejek sedangkan
bullying secara psikologis atau nonverbal yaitu menunjukkan raut wajah yang
tidak menyenangkan, menolak keikutsertaan dalam kelompok, mengucilkan dan
mendiamkan.

27
Perpustakaan Unika

Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada tiga bentuk bullying yang
dialami oleh korban yaitu bullying secara fisik, bullying secara psikologis, dan
bullying secara verbal.

C. Hubungan antara Bullying dengan Depresi pada Siswa SMA


Remaja sebagai seorang siswa seringkali menghadapi kesulitan dalam
kehidupannya. Permasalahan terhadap teman, sekolah, dan keluarga serta
lingkungan sekitarnya juga mempengaruhi siswa dalam perkembangnnya.
Lingkungan yang tidak kondusif, ataupun permasalahan yang menekan dapat
membuat siswa menjadi cemas, stres, bahkan depresi. Salah satu penyebab siswa
depresi biasanya yang berhubungan dengan pelajaran, masalah keluarga, dan
interaksi sosialnya. Salah satu bentuk dari interaksi sosial yang negatif adalah
perilaku abuse. Perilaku abuse yang dialami anak dapat berakibat depresi pada
anak atau remaja. Echols dan Shadily (dalam Siswanto, 2007, h. 122)
mendefinisikan abuse sebagai penyalagunaan, perlakuan kejam, siksaan, makian,
memperlakukan dengan kasar atau kejam atau keji, memaki-maki dan
mengkhianati. Perilaku abuse dengan kategori physical abuse dan emotional
abuse bila dilakukan terus-menerus pada individu tertentu, maka kategori perilaku
abuse tersebut merupakan perilaku bullying. Seseorang yang mengalami bullying
akan merasa tertekan bila setiap saat mendapat perlakuan yang tidak
menyenangkan tersebut.

Menurut Ross (dalam Davis, 2003, h.9), bullying

merupakan salah satu bentuk interaksi sosial dimana di dalamnya terdapat lebih
dari satu orang pembuli yang menunjukkan perilaku agresif yang telah

28
Perpustakaan Unika

direncanakan, dan dalam kenyataannya menyebabkan stres kepada individu yang


kurang dominan (korban). Perilaku agresif

bisa berupa kontak fisik secara

langsung dan atau serangan tidak langsung yaitu secara verbal.


Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa siswa yang menjadi korban
bullying akan mengalami kesulitan dalam bergaul, merasa takut datang ke sekolah
sehingga absensi mereka tinggi dan ketinggalan pelajaran, mengalami kesulitan
berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan kesehatan mental maupun fisik
jangka pendek maupun panjang mereka akan terpengaruh (Rigby, 1999 dalam
Djuwita, 2006). Menurut Sullivan (2000, h.x) anak yang menjadi target oleh
kekerasan remaja ini (korban pembulian) berisiko menderita kelemahan fisik,
ditolak dan dibuang, atau menjadi korban gosip, diberi julukan dan diremehkan.
Bila terus berlanjut maka efeknya bisa membuat kesehatan mental remaja
terganggu. Davis (2003, h. 19) juga menyatakan hal yang sama melalui penelitian
yang pernah dilakukan, yaitu bullying dapat mengakibatkan kecenderungan
depresi meningkat, bunuh diri, agresivitas, dan penurunan prestasi akademik. Bila
gejala tersebut muncul dan menetap pada diri anak dalam waktu relatif lama,
akan berakibat anak mengalami tekanan atau stres. Kondisi stres yang dialami
siswa tersebut, bila tidak disadari dan tidak mendapatkan penanganan secara
serius akan menjadikan siswa mengalami depresi. Pendapat ini didukung oleh
Rigby, dkk (2007, h. 1) yang menyatakan korban bullying akan mengalami
harga diri rendah, kecemasan, depresi, tidak percaya pada orang lain, gejala
psikosomatis dan penolakan sekolah. Korban bullying kemudian diramalkan
akan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kekerasan di masa

29
Perpustakaan Unika

depan. Hasil yang paling tragis dari korban bullying adalah bunuh diri.
Bentuk-bentuk bullying yang bertujuan menyakiti merupakan stresor negatif
bagi seseorang dan hal ini menunjukkan bahwa bullying merupakan salah
satu stresor dari luar diri siswa yang berdampak negatif. Ketika seorang
siswa tidak mendapat dukungan dan perhatian dari keluarga, teman dan
lingkungan pergaulannya maka akan menimbulkan dampak yang negatif,
salah satunya adalah depresi.
Berdasarkan uraian tersebut, bullying merupakan stresor negatif dari
luar yang menjadi salah satu penyebab timbulnya depresi. Oleh karena itu
bullying berhubungan dengan timbulnya depresi pada siswa SMU.

D. Hipotesis
Ada hubungan positif antara bullying dengan depresi pada siswa SMA.
Semakin tinggi siswa mengalami bullying, maka semakin tinggi tingkat depresi
pada siswa SMA, begitu juga sebaliknya.

Perpustakaan Unika

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Azwar (1998,
h.5) pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data data numerikal
(angka) yang diolah dengan metoda statistika. Pada dasarnya, pendekatan
kuantitatif dilakukan pada penelitian yang dilakukan dalam rangka menguji
hipotesis dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas
kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh
signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang
diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar.

B. Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah objek yang akan diselidiki (Hadi, 2000, h.4),
atau apa yang menjadi perhatian sesuatu penelitian (Arikunto, 1993, h.9). Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel tergantung

: depresi pada siswa SMA

2. Variabel bebas

: bullying

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian


1. Depresi pada Siswa SMA
Depresi pada siswa SMA adalah suatu pemikiran negatif tentang diri,
perasaan sedih yang mendalam, putus asa dan tidak berpengharapan, dan merasa

Perpustakaan Unika

tidak berguna yang manifestasinya berupa tindakan penarikan diri, dan


kegelisahan yang mengganggu kewajaran sikap dan tindakan. Depresi pada siswa
SMA ini diungkap melalui skala depresi yang disusun berdasarkan gejala-gejala
depresi yang meliputi gejala emosional (mood), gejala kognitif, gejala
motivasional

dan

gejala

fisik.

Semakin

tinggi

skor

yang

diperoleh,

mengindikasikan tingkat depresi pada siswa yang semakin tinggi. Sebaliknya


semakin rendah skor yang diperoleh, mengindikasikan tingkat depresi pada siswa
yang semakin rendah.

2. Bullying
Korban bullying adalah ketika seseorang secara terang-terangan di sakiti
oleh tindakan orang lain dan setiap saat atau terus-menerus mendapat perlakuan
negatif baik secara mental maupun fisik oleh seorang atau lebih, dan ia tidak
memiliki kekuatan untuk mencegah terjadinya kekejaman tersebut.
Ada tiga bentuk bullying yang dialami oleh korban, yaitu bullying secara
fisik, bullying secara verbal dan bullying secara psikologis. Bullying pada siswa
SMA diungkap melalui skala bullying yang disusun berdasarkan tiga bentuk
bullying, yaitu bullying secara fisik, bullying secara verbal dan bullying secara
psikologis. Semakin tinggi skor yang diperoleh, mengindikasikan tingkat bullying
pada siswa yang semakin tinggi. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh,
mengindikasikan tingkat bullying pada siswa SMA yang semakin rendah.

Perpustakaan Unika

D. Populasi dan Pengambilan sampel


1. Populasi
Menurut Azwar (1998, h.77), populasi didefinisikan sebagai kelompok
subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai populasi,
kelompok subyek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang
membedakannya dari kelompok subyek lain.
Populasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah siswa SMAN 5
Semarang. Ciri-ciri populasi dalam penelitian ini adalah :
a. Siswa SMA kelas X
b. Terdaftar aktif sebagai siswa di SMA
Mengingat keterbatasan waktu, perijinan, dan biaya, maka tidak seluruh
populasi dikenakan dalam penelitian.

2. Teknik Pengambilan Sampel


Sampel penelitian adalah sejumlah individu dari sebagian populasi (Hadi,
2000, h.70). Sampel merupakan bagian dari populasi, maka sampel harus
memiliki ciri-ciri yang dimiliki populasinya. Representasi sampel terhadap
populasi sangat tergantung pada sejauh mana karakteristik sampel itu sama
dengan karakteristik populasinya. Kesimpulan yang diperoleh pada sampel akan
digeneralisasikan pada populasi penelitian, sehingga sangatlah penting untuk
memperoleh sampel yang representatif bagi populasinya (Azwar, 1998, h.77).
Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah cluster random sampling. Cluster random sampling adalah cara

Perpustakaan Unika

mengambil sampel untuk memperoleh satu kelas secara acak, dimana setiap kelas
memiliki satu kesempatan yang sama untuk terpilih.

E. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode skala. Metode skala adalah suatu metode penelitian yang menggunakan
daftar pernyataan atau pertanyaan yang harus dijawab dan dikerjakan atau daftar
isian yang harus diisi oleh sejumlah subyek. Berdasarkan jawaban atau isian
tersebut, peneliti mengambil kesimpulan mengenai subyek yang diteliti
(Suryabrata, 2000, h.15-16).
Dalam penelitian ini, bentuk skala yang digunakan adalah skala langsung,
yaitu skala yang diisi langsung oleh subyek yang diteliti. Bentuk pertanyaan yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala tertutup, yaitu skala yang
jawabannya dibatasi atau sudah ditentukan sehingga subyek tidak dapat
memberikan respon atau jawaban seluas-luasnya (Suryabrata, 2000, h.79).
Adapun skala yang digunakan untuk pengambilan data adalah :
1. Skala Depresi pada Siswa SMA
Dalam penelitian ini, skala depresi pada siswa SMA disusun berdasarkan
empat gejala utama depresi pada remaja, yaitu:
a. Gejala emosional (mood)
Kesedihan dan kekesalan adalah adalah gejala yang paling menonjol pada
depresi. Individu merasa tidak berdaya, seringkali menangis dan mencoba
bunuh diri, hilangnya kegembiraan atau kepuasan dalam hidupnya.

Perpustakaan Unika

b. Gejala kognitif
Gejala kognitif terutama terdiri dari pikiran negatif. Individu yang
mengalami depresi cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah,
merasa tidak kuat dan menyalahkan diri sendiri atas kegagalan. Mereka
merasa pesimistik bahwa mereka dapat melakukan sesuatu untuk
memperbaiki hidup.
c. Gejala motivasional
Motivasi mengalami surut pada depresi. Orang yang mengalami depresi
cenderung pasif dan cenderung sulit memulai aktivitas.
d. Gejala fisik
Gejala fisik depresi antara lain : hilangnya nafsu makan atau penambahan
nafsu makan, gangguan tidur, kelelahan, serta hilangnya energi.
Skala ini terdiri dari 16 item favourable dan 16 item unfavourable dan
berbentuk skala tertutup.
Pada butir pernyataan yang favourable, subyek akan memperoleh skor
empat (4) untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor tiga (3) untuk jawaban
Sesuai (S), skor dua (2) untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor satu (1)
untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan pada butir pernyataan
unfavourable, subyek akan memperoleh skor empat (4) untuk jawaban Sangat
Tidak Sesuai (STS), skor tiga (3) untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), skor dua
(2) untuk jawaban Sesuai (S), dan skor satu (1) untuk jawaban Sangat Sesuai
(SS). Rancangan item skala depresi pada remaja dapat dilihat pada tabel 1.

Perpustakaan Unika

Tabel 1
Blue Print Depresi Pada Siswa SMA
Gejala Depresi pada
Favourable
Unfavourable
Remaja
Emosional (mood)
4
4
Kognitif
4
4
Motivasional
4
4
Fisik
4
4
Jumlah
16
16

Jumlah
8
8
8
8
32

2. Skala Bullying
Dalam penelitian ini, skala korban bullying disusun berdasarkan tiga
bentuk bullying, yaitu:
e. Bullying secara fisik, adalah tindakan berupa kontak fisik yang negatif
seperti memukul, mendorong, menendang dan tindakan fisik negatif yang
lain yang dilakukan terhadap korbannya.
f. Bullying secara verbal, adalah tindakan berupa intimidasi, menjuluki,
mengancam dan mengejek yang dilakukan terhadap korbannya.
g. Bullying secara psikologis yaitu menunjukkan raut wajah yang tidak
menyenangkan, menolak keikutsertaan dalam kelompok, mengucilkan dan
mendiamkan yang dialami oleh korban.
Penyajian skala

yang diberikan dalam bentuk empat (4) kategori

jawaban, yaitu Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (K), Sering (S), dan Sering
Sekali (SS). Adapun skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai dengan 4.
Skor satu (1) untuk jawaban Tidak Pernah, skor dua (2) untuk jawaban
Kadang-kadang, skor tiga (3) untuk Sering, dan skor empat (4) untuk Sering
Sekali. Rancangan item skala bullying pada remaja dapat dilihat pada tabel 2.

Perpustakaan Unika

No.
1.
2.
3.

Tabel 2
Blue Print Skala Bullying
Bentuk-bentuk Bullying
Fisik
Verbal
Psikologis
Jumlah

Total item
9
9
9
27

F. Validitas dan Reliabilitas


Sejauh mana kepercayaan dapat memberikan pada kesimpulan tergantung
antara lain pada akurasi dan kecermatan data yang diperoleh. Akurasi dan
kecermatan dari hasil pengukuran tergantung pada validitas dan reliabilitas alat
ukurnya (Azwar, 1992, h. 5).
1. Validitas Alat Ukur
Instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen itu benar-benar
mengukur apa yang hendak diukur dan mampu mengukur sejauh hal yang hendak
diukur (Ancok, 1987, h.13).
Rumus yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Carl Pearson
dan dioperasikan dengan menggunakan program SPSS versi 13.0. Menurut Ancok
(1987, h.17), hasil korelasi yang diperoleh dengan menggunakan rumus Product
Moment perlu dikoreksi lagi mengingat adanya kelebihan bobot pada koefisien
relasi tersebut. Kelebihan bobot terjadi karena nilai item yang dikorelasikan
dengan nilai total masih ikut sebagai komponen nilai total sehingga menyebabkan
koefisien relasi menjadi lebih besar.
Rumus yang digunakan untuk mengkoreksi rumus tersebut adalah rumus
Part Whole yang dioperasikan dengan menggunakan program SPSS versi 13.0.

Perpustakaan Unika

2. Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas instrumen selanjutnya dilakukan reliabilitas
instrumen dengan tujuan agar data yang diperoleh dapat mencerminkan variabel
penelitian, maka alat pengumpul data yang akan digunakan harus reliabel.
Menurut Arikunto (1998, h.170-172), suatu instrumen dikatakan reliabel
jika instrumen itu memberikan hasil yang relatif sama meskipun digunakan untuk
mengukur berulang kali. Suatu skala instrumen dianggap reliabel, dapat
dipercaya, bila secara konsisten memberi hasil yang sama jika diterapkan pada
sampel yang sama pada waktu yang berbeda. Dengan demikian reliabilitas
(keterandalan) suatu instrumen merupakan syarat dalam proses pengumpulan data,
sehingga dapat secara konsisten memberi hasil yang sama meskipun digunakan
berulangkali pada waktu yang berbeda.
Uji reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach
yang dioperasikan dengan menggunakan program SPSS versi 13.0. Alasan
penggunaan Alpha Cronbach karena koefisien alpha memberikan harga yang
lebih kecil atau sama besar dengan reliabilitas yang sebenarnya, sehingga ada
kemungkinan reliabilitas tes lebih tinggi daripada koefisien alpha, koefisien alpha
bersifat fleksibel karena dapat digunakan untuk butir dikotomi maupun non
dikotomi, hasil yang diperoleh lebih murni dan hasil reliabilitas dengan
menggunakan teknik ini akan lebih cermat karena dapat mendekati hasil yang
sebenarnya. (Azwar, 1998, h.28).

Perpustakaan Unika

F. Metode Analisis Data


Analisis data adalah cara yang digunakan dalam mengolah data yang
diperoleh, sehingga didapatkan suatu kesimpulan. Teknik analisis data yang
digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik
korelasi Product Moment yang dioperasikan menggunakan program SPSS versi
13. 0.

Perpustakaan Unika

BAB IV
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Orientasi Kancah Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Semarang
(SMAN 5) yang beralamat di Jalan Pemuda No. 143 Semarang. SMAN 5
Semarang. Pertama kali berdiri pada tanggal 1 Agustus 1964 dan menempati
lokasi di jalan Sultan Agung, SMAN 5 Semarang berbagi tempat dengan SPG
Negeri Semarang. Seiring meningkatkan jumlah murid yang ingin melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi, maka pada tanggal 23 Januari 1966, SMAN Negeri 5
Semarang menempati gedung sekolah di jalan Pemuda No. 143 Semarang hingga
sekarang.
SMA Negeri 5 Semarang merupakan sekolah milik pemerintah atau
sekolah negeri yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah (Kepsek) yang
berkoordinasi dengan komite sekolah dan empat orang wakil kepala sekolah
(Wakasek) yang masing-masing menduduki jabatan sebagai Wakasek Bidang
Kesiswaan, Wakasek Bidang Kurikulum, Wakasek Bidang Sarana Prasarana, dan
Wakasek Bidang Hubungan Masyarakat. Sekolah ini memiliki staf pengajar
sebanyak 77 orang, termasuk kepala sekolah dan wakasek. Sekolah ini memiliki
jumlah siswa sebanyak 1.090 orang siswa dan terbagi ke dalam 3 angkatan yaitu
kelas 1, kelas 2, kelas 3. Tiap angkatan terbagi menjadi 9 kelas dan memiliki
jumlah siswa tiap kelasnya rata-rata 40 orang siswa. Kelas X dibedakan lagi
menjadi kelas XI-X7 sebagai kelas biasa dan kelas X8 dan X9 untuk siswa

39

40
Perpustakaan Unika

unggulan dengan saringan tes IQ yang bertujuan untuk menjuruskan siswa-siswi


yang memiliki keunggulan lebih untuk masuk ke program kelas IPA. Jumlah
keseluruhan murid kelas X untuk tahun ajaran 2007/2008 ini adalah 379 orang.
SMAN 5 Semarang memiliki tata tertib bagi para peserta didiknya, dengan
tujuan bahwa disiplin adalah awal keberhasilan. Sanksi bagi siswanya yang
melanggar peraturan disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya. Sebagai contoh,
SMAN 5 Semarang memiliki peraturan yang lain antara lain siswa tidak
diperbolehkan untuk menikah, melakukan hubungan seks dan hamil di luar nikah,
mengkonsumsi dan mengedarkan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba),
bekerja sama dengan pihak lain dalam kejahatan dan melakukan perbuatan
kriminal yang lain, dan berbagai peraturan lain yang sudah tercantum didalam
Angka Kredit Point Pelanggaran Peserta Didik.
Selain beberapa peraturan tersebut, sekolah ini juga memiliki kelebihan
yang menonjol yaitu banyaknya prestasi yang sudah dicapai baik oleh guru
maupun siswa-siswanya dalam bidang akademis, karya ilmiah, seni dan olahraga.
Siswa SMAN 5 Negeri Semarang rata-rata memiliki kemampuan akademis yang
cukup baik, hal ini dapat dilihat dari standar nilai yang merupakan syarat untuk
menjadi siswa SMAN 5 Semarang, yaitu NEM rata-rata setiap mata pelajaran di
atas 75,00.
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 5 Semarang dengan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:
a. Jumlah subyek penelitian di SMAN 5 Semarang memenuhi persyaratan
penelitian.

41
Perpustakaan Unika

b. Ciri-ciri subyek yang diteliti memenuhi syarat-syarat tercapainya tujuan


penelitian. Antara lain perilaku bullying dapat terjadi di sekolah dengan
prestasi baik.
c. Belum pernah diadakan penelitian tentang Hubungan antara bullying dengan
depresi pada siswa SMA.
d. Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mempermudah
pelaksanaan penelitian, menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
e. Peneliti mendapatkan izin dari SMAN 5 Semarang untuk melakukan
penelitian.
Berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan

tersebut,

maka

penulis

mengadakan penelitian di tempat tersebut karena sesuai dengan karakteristik yang


telah ditentukan dalam penelitian ini, yaitu subyek adalah siswa SMA kelas X
yang sedang beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan teman-teman baru.

B. Persiapan Penelitian
1. Administrasi Perizinan
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mengajukan
mengajukan permohonan untuk memperoleh surat pengantar yang dikeluarkan
oleh Dekan Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata yang dikeluarkan pada
tanggal 13 Maret 2008 dengan nomor surat 610/B.7.3/FP/III/2008 yang ditujukan
kepada Kepala Sekolah SMAN 5 Semarang. Kemudian Kepala Sekolah
mengeluarkan surat ijin bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Surat
keterangan perizinan dapat dilihat pada lampiran G.

42
Perpustakaan Unika

2. Penyusunan Alat Ukur


Penyusunan alat ukur dimulai dengan menentukan aspek aspek yang
akan digunakan untuk membuat skala berdasarkan konsep yang telah
dikemukakan dalam teori. Setelah aspekaspek ditentukan, peneliti membuat
rancangan skala yang berisi sejumlah item untuk membuat skala bullying, dan
skala depresi pada siswa SMA.
a. Uji coba Alat Ukur
Sebelum digunakan untuk penelitian yang sesungguhnya, terlebih
dahulu dilakukan uji coba terhadap skala yang akan digunakan. Tahap uji
coba dilakukan untuk mencari validitas dan reliabilitas alat ukur. Untuk uji
coba, dipilih subyek dengan ciri ciri yang sama dengan subyek
penelitian. Populasi penelitian adalah siswa SMAN 5 Semarang yang
berusia 13-17 tahun dan masih di tingkat X, yang kemudian ditetapkan
sebanyak dua kelas untuk uji coba dan untuk penelitian sebanyak tiga
kelas.
Uji coba skala dilaksanakan pada tanggal 18 hingga 22 Maret 2008
di SMAN 5 Semarang. Peneliti mengambil data dengan cara masuk ke
kelas-kelas yang telah ditentukan melalui metode cluster random sampling
dan memperoleh dua kelas yaitu kelas X1 dan X2. Setelah data terkumpul,
kemudian peneliti melaksanakan analisis data. Berdasarkan hasil jawaban
subyek, dari 77 skala uji coba yang diberikan, keseluruhannya diisi
lengkap dan memenuhi syarat. Uji coba pertama dilakukan pada tanggal
18 Maret 2008. Kelas pertama untuk uji coba adalah kelas X2 yang

43
Perpustakaan Unika

keseluruhan siswanya berjumlah 41 orang dan seluruhnya hadir dan


mengisi skala yang dibagikan oleh peneliti. Uji coba kedua dilakukan pada
hari Sabtu tanggal 22 maret 2008 pada kelas X1 yang memiki jumlah
murid 42 orang, namun yang hadir pada saat uji coba hanya 36 orang.
Peneliti menggunakan satu alat ukur berupa skala yang terdiri dari
dua buah skala, yaitu skala bullying, dan skala depresi pada remaja. Kedua
skala ini berbentuk tertutup, dalam arti subyek diminta untuk memilih
alternatif jawaban yang ada dan yang penting sesuai dengan dirinya.
1. Skala Bullying
Skala bullying terdiri dari 27 item berbentuk pernyataan
Favourable (F) dan mempunyai nilai 1 4. Nilai 1 untuk jawaban
sangat tidak pernah (TP), nilai 2 untuk jawaban kadang-kadang (K),
nilai tiga untuk jawaban sering (S), dan nilai 4 untuk jawaban sering
sekali (SS). Adapun sebaran item skala dapat dilihat pada tabel 4.

No.
1.
2.
3.

Tabel 3
Sebaran Item Skala Bullying
Bentuk-bentuk Bullying
Favourable
Fisik
1,4,7,10, 3,16,19,22,25,
Verbal
2,5,8,11,14,17,20,23,26
Psikologis
3,6,9,12,15,18,21,24,27

2. Skala Depresi pada Siswa SMA


Skala depresi pada remaja terdiri dari 32 item dengan perincian
16 item berbentuk pernyataan Favourable (F) dan 16 item berbentuk
pernyataan

Unfavourable

(UF).

Untuk

pernyataan

favourable

mempunyai nilai 1 4. Nilai 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai

44
Perpustakaan Unika

(STS), nilai 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), nilai tiga untuk
jawaban sesuai (S), dan nilai 4 untuk jawaban sangat sesuai (SS).
Untuk pernyataan unfavourable nilai 4 untuk jawaban sangat tidak
sesuai (STS), nilai 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS), nilai 2 untuk
jawaban sesuai (S), dan nilai 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS).
Adapun sebaran item skala dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4
Sebaran Item Skala Depresi pada Siswa SMA
No.
Gejala-gejala
Favourable
Unfavourable
1.
Emosional
1,9,17,25
5,13,21,29
2.
Kognitif
6,14,22,30
2,10,18,26
3.
Motivasional
3,11,19,27
7,15,23,31
4.
Fisik
8,16,24,32
4,12,20,28

b. Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Skala Bullying
Penggunaan validitas dan reliabilitas terhadap alat ukur
dilakukan dengan menggunakan SPSS seri 13.0. Hasil uji validitas
Skala bullying menunjukkan koefisien yang bergerak dari 0,304
sampai dengan 0,689. Hasil uji validitas terhadap 27 item skala
bullying, 20 item yang dinyatakan valid dan 7 item yang dinyatakan
gugur. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbach
pada skala kecenderungan bunuh diri pada siswa SMA adalah 0,881
dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji reliabilitas ini selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran C-1, sedangkan skala penelitian pada
lampiran A-1.

45
Perpustakaan Unika

No.
1.

Bentuk-bentuk
bullying
Fisik

2.

Verbal

3.

Psikologis

Tabel 5
Sebaran Item Valid dan Gugur
Skala Bullying
Favourable
Jumlah
1, 4, 7*, 10*,13,16, 19*,
22*, 25
2, 5*, 8,11, 14, 17, 20*, 23,
26
3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24,
27*

Jumlah
27
Keterangan: Tanda * adalah nomor item gugur

Gugur

Valid

27

20

Tabel 6
Sebaran Item Baru
Skala Bullying
No. Bentuk-bentuk bullying
Favourable
1.
Fisik
1, 4, 7(13), 10(16), 13(25)
2.
Verbal
2, 5(8), 8(11), 11(14), 14(17), 16(23), 18(26)
3.
Psikologis
3, 6, 9, 12, 15, 17(18), 19(21), 20(24)
Keterangan: Dalam tanda ( ) adalah nomor item lama
2. Skala Depresi pada Siswa SMA
Penggunaan validitas dan reliabilitas terhadap alat ukur
dilakukan dengan menggunakan SPSS seri 13.0. Hasil uji validitas
Skala depresi pada siswa SMA menunjukkan koefisien yang bergerak
dari 0,328 sampai dengan 0,632. Hasil uji validitas terhadap 32 item
skala depresi, sebanyak 19 item yang dinyatakan valid dan 13 item
yang dinyatakan gugur. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan
Alpha Cronbach pada skala depresi pada siswa SMA adalah 0,834
dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji reliabilitas ini selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran C-2, sedangkan untuk skala penelitian
dapat dilihat pada lampiran A-2.

46
Perpustakaan Unika

Tabel 7
Sebaran Item Valid dan Gugur
Skala Depresi pada siswa SMA
No.
1.
2.
3.
4.

Gejala-gejala
Favourable
Unfavourable Jmlh
Emosional
1*,9,17,25
5,13,21,29
8
Kognitif
6*,14,22,30* 2*,10,18*,26
8
Motivasional 3*,11*,19,27 7,15*,23*,31
8
Fisik
8*,16,24*,32* 4*,12,20,28
8
Jumlah
16
16
32
Keterangan: Tanda * adalah nomor item yang gugur.

Gugur
1
4
4
4
13

Valid
7
4
4
4
19

Tabel 8
Sebaran Item Baru
Skala Depresi pada Siswa SMA
No.
Gejala-gejala
Favourable
Unfavourable
1.
Emosional
1(9), 9(17), 16(25)
5, 13, 18(21), 19(29)
2.
Kognitif
6(14), 14(22)
2(10), 10(26)
3.
Motivasional
3(19), 11(27)
7,15 (31)
4.
Fisik
8(16)
4(12), 12(27), 17(28)
Keterangan: Dalam tanda ( ) adalah nomor item lama

C. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2008 dan 2 April 2008
pada 125 siswa SMAN 5 Semarang yang terbagi menjadi tiga kelas yaitu kelas
X3, kelas X4, dan kelas X6 dengan menggunakan Teknik Cluster Random
Sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan skala penelitian
kepada siswa di dalam kelas yang telah ditentukan. Kelas pertama adalah kelas X4
dengan jumlah siswa 44 orang, dan 2 orang siswa absen sehingga skala yang
disebar hanya 42 dan skala yang memenuhi syarat atau diisi lengkap hanya 40.
Setelah itu penelitian berikutnya adalah kelas X3 yang memiliki jumlah siswa 43
orang dan 3 orang absen untuk keperluan OSIS, sehingga skala yang disebar
hanya 40 dan semuanya diisi dengan lengkap. Kelas terakhir adalah kelas X6

47
Perpustakaan Unika

dengan jumlah murid 42 orang dan absen 2 orang sehingga skala yang disebar
hanya 40 dan 2 skala gugur karena tidak diisi dengan lengkap sehingga skala yang
lengkap berjumlah 38. Setelah data terkumpul, peneliti melaksanakan analisis
data. Setiap subyek penelitian diberi dua buah skala yaitu skala Bullying, dan
skala Depresi pada siswa SMA. Dari 122 skala, hanya 118 yang memenuhi syarat
yaitu diisi dengan lengkap.

Perpustakaan Unika

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
Penelitian ini menggunakan dua macam skala, yaitu skala bullying, dan
skala depresi pada siswa sma. Sebelum menggunakan korelasi Product Moment
untuk uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilaksanakan uji asumsi menyangkut uji
normalitas dan uji linieritas. Tujuan dilakukannya uji normalitas yaitu sebagai
salah satu syarat digunakannya korelasi Product Moment. Teknik tersebut sebagai
salah satu teknik statistik parametrik menghendaki adanya suatu distribusi yang
normal. Melalui uji normalitas, maka akan diketahui apakah distribusi kedua
variabel tersebut normal atau tidak dan untuk mengetahui apakah sampel yang
diambil telah representative dengan populasi.
Uji asumsi dilakukan dengan bantuan program komputer Statistical
Packages for Social Sciences (SPSS) for Windows versi 13.0.
a. Uji Normalitas
Setelah

dilakukan

penghitungan

uji

normalitas

dengan

menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov, untuk variabel bullying,


maka diperoleh nilai K-S Z sebesar 1,233 dengan p>0,05. Hasil yang
diperoleh ini menunjukkan bahwa sebaran skor variabel bullying normal.
Untuk variabel depresi pada siswa SMA diperoleh nilai K-S Z sebesar
1,319 dengan p>0,05. Hasil yang diperoleh ini menunjukkan bahwa skor

48

49
Perpustakaan Unika

variabel depresi pada remaja normal. Data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran E-1.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas hubungan antara variabel bullying dengan variabel
depresi pada remaja diperoleh nilai F linier sebesar 8,833 dengan p<0,05.
Perolehan ini menunjukkan bahwa variabel bullying dengan variabel
depresi pada remaja memiliki hubungan yang linier. Hasil uji linieritas
dapat dilihat pada lampiran E-2.
2. Hasil Analisis
Setelah dilakukan uji asumsi, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis
menggunakan korelasi Product Moment dengan program Statistical Packages for
Social Science (SPSS) for Windows versi 13.0. Hasil yang diperoleh dari analisis
data adalah ada hubungan positif yang sangat signifikan antara bullying dengan
depresi pada siswa SMA yang ditunjukkan dengan nilai rx1 y sebesar 0,266
dengan p<0,01. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F.
Berdasarkan uji hipotesis dalam penelitian ini diperoleh hasil koefisien
korelasi antara bullying dengan depresi pada siswa SMA sebesar 0,266 dengan
p<0,01. Hal tersebut berarti hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara bullying dengan depresi pada siswa SMA, diterima.

B. Pembahasan

Berdasarkan hipotesis, ada hubungan sangat signifikan antara bullying


dengan depresi pada siswa SMA. Bullying terbagi menjadi tiga bentuk yaitu

50
Perpustakaan Unika

bullying psikologis, fisik, dan verbal. Bullying yang berkaitan sangat erat dengan
timbulnya depresi adalah bullying secara psikologis, yaitu sebesar 0,307 dengan
p<0,01. Hal ini dikarenakan bullying psikologis tidak dapat diamati secara
langsung oleh perilaku yang tampak, contohnya adalah gosip, pengucilan, dan
efeknya langsung kepada mental seseorang. Perkataan seseorang mungkin
dianggap biasa, namun bagi orang tertentu perkataan orang tersebut sudah
menjadi perilaku bullying secara psikologis. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Sullivan (2000, h.2) yang menyatakan bahwa kasus bullying
psikologis seperti fenomena gunung es, mengendap di bawah permukaan dan
sukar untuk dideteksi. Jika bullying secara psikologis ini dilakukan terus-menerus
dapat mempengaruhi kesehatan mental siswa (Sullivan, 2000, h. x). Hal ini
didukung oleh hasil penelitian dari Buhs dkk (2006, h. 11) yang menyatakan
bahwa bullying secara psikologis walaupun tidak terlihat seperti bullying verbal
dan bullying fisik, tetapi memberikan dampak yang lebih besar dari pada bullying
verbal dan bullying fisik. Bullying secara psikologis membuat siswa tidak
dilibatkan dalam aktivitas dengan teman dan remaja mengalami penyesuaian diri
yang buruk karena siswa menarik diri dari pergaulan dengan teman. Bentuk

bullying kedua adalah bullying verbal yang berkaitan erat terhadap depresi pada
siswa SMA dengan koefisien korelasi 0,166 dengan p<0,01. Bullying secara
verbal seringkali dilakukan oleh siswa, namun sebagian besar tidak menyadari
dampaknya terhadap orang yang dibuli, sebagai contoh adalah pengejekan kepada
teman atau pemberian nama julukan yang merendahkan. Suatu hal yang wajar
bagi anak-anak remaja usia sekolah pada masa ini dengan memberikan nama

51
Perpustakaan Unika

julukan kepada temannya yang dianggap lucu hanya untuk iseng. Menurut Sheras
(2002, h.41), bullying yang dilakukan oleh remaja (14-18 tahun) lebih banyak
dilakukan secara verbal untuk menjalin hubungan dengan yang lain (seperti
menggosipkan teman sekelas), berusaha membalas dendam (menghina saingan
atau musuh), atau mengukuhkan posisi menjadi yang dominan (mengganggu
anak-anak yang kurang agresif). Namun seperti halnya bullying psikologis,
banyak sekali bentuk-bentuk dari bullying verbal yang bila dilakukan secara terusmenerus akan menimbulkan gangguan bagi korbannya. Dampak kronis dari

bullying verbal ini adalah berkurangnya rasa percaya diri, rendahnya self esteem,
menderita depresi dan kecemasan (Sheras, 2002, h.42). Tidak ada hubungan
antara bullying fisik terhadap depresi pada siswa SMA. Hal ini dapat dilihat dari
koefisien korelasi antara bullying fisik dengan depresi pada remaja yaitu sebesar
0,118 dengan p>0,05. Hal ini disebabkan karena perilaku bullying fisik terhadap
korbannya tidak menimbulkan depresi pada siswa SMA. Berbeda dengan bullying
psikologis yang langsung menyerang secara mental, bullying fisik terjadi namun
dampaknya lebih menyakitkan secara psikologis. Seseorang yang mengalami

bullying secara fisik sering kali tidak berdaya untuk membalas. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Sullivan (2000, h. x) yang mengatakan bahwa
korban bullying secara fisik berisiko menderita kelemahan fisik, dibuang oleh
kelompoknya, atau menjadi korban gosip, diberi julukan dan diremehkan. Bila
dilakukan terus menerus maka akan membuat kesehatan mental siswa terganggu.
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak emosional dan
ketidakpastian. Remaja pun juga harus beradaptasi dengan lingkungannya,

52
Perpustakaan Unika

termasuk lingkungan sekolah, dan teman-temannya. Bila remaja kurang dapat


beradaptasi dengan teman-temannya maka tidak menutup kemungkinan ia akan di

bullying. Adanya perilaku bullying sangat dipengaruhi oleh baik buruknya


interaksi antar siswa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Davis (2003,
h.10) bahwa orang yang menjadi target untuk di-bully adalah orang-orang yang
sering menyendiri dan tidak punya teman atau beking. Ketika seorang siswa
mengalami suatu permasalahan dalam hal ini bullying, dan ia kurang memiliki
keterampilan dalam menyelesaikan permasalahannya dengan baik, maka tidak
menutup kemungkinan siswa tersebut akan mengalami stres. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Nevid (2005, h.177) bahwa kejadian yang
menimbulkan stres, masalah, dan konflik keluarga, kurangnya dukungan sosial ,
dan faktor genetis juga bisa berperan dalam timbulnya depresi.

Bullying berhubungan sangat signifikan dengan koefisien korelasi 0,320


dengan p<0,01 terhadap gejala emosional siswa SMA. Hal ini dikarenakan korban
seringkali merasa sedih dan tidak berdaya atas perlakuan yang dialami. Selain itu
efek bullying merupakan penyebab hilangnya kegembiraan atau kepuasan dalam
hidup remaja. Depresi pada siswa SMA akibat bullying juga mempengaruhi secara
motivasional, hal ini bisa dilihat dari koefisien korelasi 0,192 dengan p<0,01 yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara bullying dengan gejala
motivasional pada siswa. Motivasi siswa menurun atau menjadi rendah karena
tekanan-tekanan secara psikologis yang dilakukan oleh pembuli. Mereka
cenderung pasif dan cenderung sulit memulai aktivitas. Namun sebagai korban
dalam kaitannya dengan bullying, siswa tidak merasa putus asa tentang masa

53
Perpustakaan Unika

depan dan masih merasa optimis bahwa mereka dapat melakukan sesuatu untuk
memperbaiki hidup, hal ini bisa dilihat dari koefisien korelasi yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara bullying dengan gejala depresi secara kognitif
dengan koefisien korelasi sebesar 0,099 dengan p>0,05. Lebih lanjut, tidak ada
hubungan antara bullying dengan gejala fisik yang timbul akibat depresi, hal ini
bisa dilihat dari koefisien korelasi sebesar 0,076 dengan p>0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa pada korban bullying tidak sampai menimbulkan hilangnya
nafsu makan atau penambahan nafsu makan, gangguan tidur, kelelahan, serta
hilangnya energi.
Jadi dari hubungan antara bullying dan depresi dapat disimpulkan bahwa

bullying secara psikologis dan verbal lebih mempengaruhi seseorang dalam


mengalami depresi, sedangkan depresi yang ditimbulkan oleh bullying lebih
menyebabkan munculnya gejala depresi secara emosional dan motivasional pada
diri siswa SMA.
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
1. Subyek penelitian tidak dibatasi hanya pada korban bullying saja, tetapi masih
secara umum.
2. Kemungkinan adanya pengaruh social desirability, yaitu keinginan subyek
penelitian memberikan jawaban yang sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dan tidak sesuai dengan keadaan diri yang sebenarnya.
3. Terbatasnya waktu yang diberikan oleh guru kelas kepada peneliti sehingga
menyebabkan subyek tidak dapat mengisi skala dengan maksimal yang

54
Perpustakaan Unika

mengakibatkan adanya skala yang tidak dapat dipakai karena ada item yang
tidak diisi.
4. Kurangnya keseriusan siswa dalam mengerjakan angket karena longgarnya
pengawasan terhadap siswa oleh guru jaga selama mengerjakan skala,
sehingga hasilnya kurang mencerminkan kondisi subyek yang sebenarnya.

Perpustakaan Unika

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap penelitian
mengenai bullying dengan depresi pada siswa, maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan positif sangat signifikan antara bullying dengan depresi pada siswa
SMAN 5 Semarang. Semakin tinggi bullying pada siswa maka semakin tinggi
pula depresi pada siswa, dan sebaliknya semakin rendah bullying pada siswa maka
semakin rendah pula depresi pada siswa. Sumbangan efektif bullying terhadap
depresi sebesar 7,1%, pada penelitian Hubungan antara Bullying dengan Depresi
pada Pelajar SMA. Ini berarti bullying hanya memberikan pengaruh 7,1 %
terhadap timbulnya depresi pada siswa, sehingga sisanya dipengaruhi oleh faktor
lainnya misalnya permasalahan keluarga, kegagalan dalam ujian, dan faktor
genetis.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, penulis hendak
mengemukakan beberapa saran yang ditujukan kepada beberapa pihak. Saransaran tersebut sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Sekolah diharapkan dapat memberi perhatian lebih terhadap masalahmasalah yang berpotensi menyebabkan timbulnya depresi, terutama yang
berkaitan dengan perilaku bullying yang menjadi salah satu faktor

55

56
Perpustakaan Unika

penyebabnya, sehingga baik siswa mau pun guru dapat mengantisipasi


perilaku bullying dan mengurangi timbulnya depresi pada siswa. Kegiatan
yang dapat dilakukan sekolah dapat berupa penyuluhan, seminar, dan
membentuk program anti bullying yang diadakan sekolah untuk lebih
mengenalkan depresi dan bullying pada siswa dan guru.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi penelitian tentang depresi yang selanjutnya, disarankan untuk
mengontrol atau membatasi subyek penelitian pada orang yang benar-benar
menjadi korban bullying, sehingga lebih jelas pengaruhnya terhadap depresi.
Selain bullying juga bisa menambahkan variabel lain yang telah digunakan dalam
penelitian ini, misalnya penolakan sosial, permasalahan keluarga, dan kegagalan
dalam ujian, kejadian yang menimbulkan stres, masalah, dan konflik keluarga,
kurangnya dukungan sosial, kepercayaan yang dipelajari dalam ketidakberdayaan
seseorang, dan faktor genetis, sehingga dapat diketahui faktor mana yang
mempunyai dampak atau pengaruh paling besar terhadap timbulnya depresi.
Selain itu, diharapkan lebih dapat mengembangkan secara lanjut penelitian
dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam penelitian.

Perpustakaan Unika

DAFTAR PUSTAKA

An. 2007. Bullying sebabkan gangguan mental pada anak. www.kompas.com.


28/11/1007
Ancok, D. 1987. Teknik Penyusunan Skala Pengukuran. Pusat Penelitian
Kependudukan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E.E., Bem, D.J. 1991.Pengantar
Psikologi Edisi kesebelas, Jilid dua. Alih bahasa : Nurjanah Taufik.
Batam Centre : Interaksara.
Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
-----------. 2003. Penyusunan Skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
-----------. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka. Pelajar.
Bangu,

A. E. 2007. Waspadai fenomena


www.batampos.co.id. 27/11/2007

bullying

di

sekolah.

Buhs, Eric S., Ladd, Garry W., Herald, Sarah L. 2006. Peer Exclusion and
Victimization : Processes That Mediate the Relation Between Peer
Group Rejection and Children`s Classroom Engagement and
Achievement?. Journal of Educational Psychology Vol. 98 No.1.
Burns. D.D. 1988. Terapi Kognitif : pendekatan baru bagi penanganan
depresi. Alih bahasa : Santosa. Jakarta : Erlangga
Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Davis, S. 2003. Schools Where Everyone Belongs : Practical Strategies for
reducing bullying. Published by Stop Bullying Now, Maine 04284
De Clerq, L. 1994. Tingkah laku Abnormal. Jakarta : Gramedia Widiasarana
Indonesia.
De Paulo, J. R., Horvitz, L.A. 2002. Understanding Depression. New York : John
and Willey Sons.

57

Perpustakaan Unika

Djuwita, R. 2006. Kekerasan Tersembunyi di Sekolah : Aspek-aspek


psikososial dari bullying. www.didplb.or.id. 28/11/2007
------------------ 2007. Bullying :
www.anakku.net. 27/11/2007

kekerasan

terselubung

di

sekolah.

Greist, John H. dan Jefferson, J.W. 1987. Depresi dan Penyembuhannya. Alih
bahasa : Cahya Subrata. Jakarta : Gunung Mulia.
Hadi, S. 2000. Metode Penelitian. Yogyakarta : Andi Offset.
Hawari, H.D. 2001. Manajemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Herbert, W.M., Roberto, H.P., Rhonda, G.C., Linda, F. 2004. Bullying,
implications for the classroom. Edited by Sanders,C.E., Phye, G.D. USA
: Elsevier Academic Press.
Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Ed.5. Penterjemah : Istiwidayanti. Jakarta :
Erlangga.
Indarini, N. 2007. Banyak Guru Anggap Bullying Bukan Masalah Serius.
http://www.detiknews.com 28/11/2007
Izn. 2007. 70% Anak tak nyaman sekolah karena bullying. www.pdpersi.co.id
28/11/2007
Kristo,

F.Y.
2007.
Blog
dihina.
Gadis
bunuh
http://forum.detikinet.com/forum displayphp?f=222 06/08/2008

diri.

Mahendratto, I. 2007. Aku ingin berubah!. http://klinikservo.wordpress.com


12/03/2007
Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional
McKeon, P.1992. Psikologi Populer : Menghadapi Depresi dan Elasi.
Penterjemah : F. X Budiyanto. Jakarta : Penerbit Arcan.
Mellor, A. 2007. Hentikan Bullying!. www.ssba.com 27/11/2007
Misriadi. 2007. Kekerasan dan gagalnya pendidikan kita. www.suarakaryaonline.com 28/11/2007
Nevid, J.S, Rathus, S.A., Greene, B. 2005. Psikologi Abnormal Ed. 5, jilid 2,
Cet.9. Alih Bahasa : Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

58

Perpustakaan Unika

Oltmanns, F.T., Emery, E.R. 1998. Abnormal Psychology Edisi 2. Prentice Hall :
New Jersey.
Olweus, D. 2004. Bullying at school. Australia : Blackwell publishing.
Rambe, A. M. 2007. Depresi pada anak. www.kompas.com 12/01/2008
Sarason, G.I., Sarason, R.B. 1989. Abnormal Psychology Edisi 6. Prentice Hall :
New Jersey.
Santrock, J.W. 2003. Perkembangan Remaja (Adolescence). Ed.6. Alih bahasa :
Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih Jakarta : Erlangga.
Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Remaja. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
SF . 2007. Siswa SMU PL dianiaya. www.kompas.com 28/12/2007
Sheras, P. 2002. Your Child: Bully or Victim? Understanding and ending
schoolyard tyranny. USA : Skylight Press.
Siswanto. 2007. Kesehatan mental, konsep cakupan dan perkembangannya.
Yogyakarta : Andi Offset.
Smith, P.K., Pepler, Debra, and Rigby, Ken. 2007. Bullying in Schools : How
successful can Interventions be?.www.cambridge.org.:Cambridge
University Press
Sullivan, K. 2000. The Anti-Bullying Handbook. United Kingdom : Oxford
University Press.
Suryanto, S.B. 2007. Bullying bikin anak depresi dan bunuh diri. www.migasindonesia.net. 28/11/2007
Susilowati, P. 2008 . Waspadai depresi pada remaja. Http://www.epsikologi.com 08/06/2008
Tim SEJIWA. 2006. Sejiwa: Mengenali Bullying. www.sejiwa.org. Email
address : sejiwa@cbn.net.id : Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa),
tanggal akses 02/12/2007
-----------------. 2007. Bullying: Panduan bagi Orang Tua dan Guru mengatasi
kekerasan di sekolah dan lingkungan. Jakarta : dalam proses
penerbitan oleh Grasindo.
Suryabrata, S. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta :
Penerbit Andi.

59

Perpustakaan Unika

Van Voorhees, Benjamin W. 2007. Adolescent depression. www.healthline.com.


28/11/2007
Vie.

2008.
Depresi
pada
remaja.
http://finance.google.ca/group/google.finance.6406891/post? 08/06/2008

-------- 2007. Lintas Berita: Selamatkan Putra/i Anda Dari "Bullying".


www.gloria.org.berita/b623.html 28/12/2007
--------

2007. Pelajar SD dan SMP di


http://www.hariansib.com 08/06/2008

60

Jepang

Hadapi

Depresi.

Perpustakaan Unika

LAMPIRAN

61

Perpustakaan Unika

LAMPIRAN A
SKALA PENELITIAN
(1) SKALA BULLYING PENELITIAN
(2) SKALA DEPRESI PADA SISWA SMA PENELITIAN

62

Perpustakaan Unika

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2008
SKALA PENELITIAN
A-1
Sehubungan dengan penelitian untuk tugas akhir saya, perkenankanlah
saya memohon kesediaan anda meluangkan waktu untuk mengisi skala penelitian
yang tersedia di lembar berikut ini. Skala penelitian ini berisi beberapa pernyataan
yang saya harapkan dapat diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi
yang anda rasakan saat ini. Hasil dari skala penelitian ini akan digunakan untuk
kepentingan akademik, sehingga semua informasi dari anda akan terjamin
kerahasiaannya. Atas bantuan dan kerjasamanya, saya mengucapkan terima kasih.
I. IDENTITAS
Nama :
Usia :
Kelas :
II. PETUNJUK
Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan. Pilihlah dan tentukan jawaban
mana yang paling sesuai dengan diri anda sebenarnya. Dalam hal ini semua
pernyataan dengan cara menyilang (X) salah satu dari 4 (empat) alternatif jawaban
di bawah ini :
TP

: Tidak Pernah

: Kadang-kadang

: Sering

SS

: Sering Sekali

Contoh :
No.

Pernyataan

1.

Saat ini saya merasa bahagia

2.

Saya merasa sedih

TP

X
X

63

SS

Perpustakaan Unika

No.

Pernyataan

TP

1.

Saya dipukul teman atau kakak kelas saat


istirahat

2.

Saya mendapat nama julukan yang tidak saya


sukai

3.

Teman-teman di sekolah mencibir saya

4.

Kakak kelas atau teman saya dengan sengaja


mendorong saya

5.

Saya mendapat ejekan dari teman-teman atau


kakak kelas

6.

Saat istirahat teman-teman tidak mau saya


ajak bicara

7.

Teman-teman atau kakak kelas menjitak


kepala saya

8.

Teman-teman di sekolah menggosipkan halhal jelek tentang diri saya

9.

Saya merasa tidak diterima dalam kelompok


tertentu

10.

Teman-teman menjegal kaki saya ketika saya


berjalan melewati mereka

11.

Teman-teman saya menyindir saya tiap kali


saya lewat dekat mereka

12.

Teman-teman mencueki saya saat bertemu

13.

Kakak kelas atau teman-teman memalak atau


meminta sesuatu secara paksa kepada saya
disekolah atau pada saat pulang sekolah

14.

Saya dibentak oleh kakak kelas atau temanteman saya

15.

Saya tidak dilibatkan dalam setiap kegiatan


dan diskusi dalam kelas

64

SS

Perpustakaan Unika

No.

Pernyataan

TP

16.

Kakak kelas atau teman-teman memaki saya

17.

Pendapat saya tidak didengarkan oleh temanteman saya

18.

Teman-teman menghina diri saya

19.

Kakak

kelas

atau

teman-teman

saya

memandangi saya dengan sinis


20.

Saya dipermalukan di depan umum oleh kakak


kelas atau teman-teman saya

65

SS

Perpustakaan Unika

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2008
SKALA PENELITIAN
A-2
Sehubungan dengan penelitian untuk tugas akhir saya, perkenankanlah
saya memohon kesediaan anda meluangkan waktu untuk mengisi skala penelitian
yang tersedia di lembar berikut ini. Skala penelitian ini berisi beberapa pernyataan
yang saya harapkan dapat diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi
yang anda rasakan saat ini. Hasil dari skala penelitian ini akan digunakan untuk
kepentingan akademik, sehingga semua informasi dari anda akan terjamin
kerahasiaannya. Atas bantuan dan kerjasamanya, saya mengucapkan terima kasih.

I. IDENTITAS
Nama :
Usia :
Kelas :
II. PETUNJUK
Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan. Pilihlah dan tentukan jawaban
mana yang paling sesuai dengan diri anda sebenarnya. Dalam hal ini semua
pernyataan dengan cara menyilang (X) salah satu dari 4 (empat) alternatif jawaban
di bawah ini :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S

: Sesuai

SS : Sangat Sesuai
Contoh :
No.
Pernyataan
1. Saat ini saya bahagia
2.

TP

Saat ini saya sedang sedih

K S
X
X

66

SS

Perpustakaan Unika

No.

Pernyataan

1.

Hidup saya rasanya sengsara

2.

Banyak

hal

bisa

saya

STS

lakukan

dengan

kemampuan saya
3.

Rasanya tidak ingin melakukan aktifitas apa pun

4.

Saya tidak mudah lelah

5.

Hidup saya berarti

6.

Tidak ada satu hal pun yang bisa saya lakukan


untuk memperbaiki hidup saya

7.

Saya senang dengan kegiatan yang saya lakukan


tiap hari

8.

Saya merasa cepat lelah

9.

Saya merasa tertekan dengan kondisi saya saat


ini

10.

Saya dapat berkonsentrasi dengan pelajaran yang


saya terima

11.

Rasanya malas untuk bermain dengan temanteman

12.

Tidur saya nyenyak

13.

Saya merasa senang dengan keadaan saya saat


ini

14.

Masa depan saya suram

15.

Saya senang pergi bersama dengan teman-teman

16.

Saat ini saya merasa sedih

17.

Saya dapat mengikuti pelajaran di sekolah


dengan baik

18.

Saya menikmati saat berkumpul dengan temanteman

19.

Saya merasa bebas menikmati hidup ini

67

TS

SS

Anda mungkin juga menyukai