Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Abortus spontan adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mampu


bertahan hidup. Di Amerika Serikat definisi ini terbatas pada terminasi
kehamilan sebelum 20 minggu berdasarkan dari tanggal hari pertama haid
terakhir.1 Defenisi lain yang sering digunakan adalah keluarnya hasil konsepsi
yang berat badannya < 500gr.1
Warburton & Fraser pada tahun (1986) melaporkan frekuensi abortus
spontan yang secara klinis terdeteksi meningkat 12% pada wanita berusia
kurang dari 20 tahun, sedangkan pada wanita yang berusia 40 tahun insiden
meningkat menjadi 26%. Trisomi sering dijumpai pada kejadian abortus
spontan yaitu hampir 60%; trisomi yang sering dijumpai pada kromosom nomor
16, 22, 21, 15, 18, dan 13. Trisomi 16 mencapai 26% dari kejadian abortus
spontan pada usia kehamilan 11 minggu, sedangkan monosomi X berada
ditempat kedua pada kejadian abortus spontan.2
Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan
terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama.3
Jauniaux & Burton yang melaporkan bahwa 2/3 kasus abortus spontan ( 66%
) mengalami defek plasentasi.4
Sedangkan Benirsche & Kaufmann menemukan kelainan vili plasenta pada
50-60% kasus abortus spontan.5
Menurut Hempstock sekitar 40% kasus abortus spontan tidak diketahui
penyebabnya terutama pada kasus abortus spontan berulang. Penyebab
abortus spontan lainnya berhubungan dengan kelainan kromosom, faktor
endokrin, faktor infeksi, faktor imunologi dan kelainan anatomi dari uterus.6
Menurut data resmi WHO ( 1994 ) abortus spontan terjadi pada 10% dari
seluruh kehamilan; Di Indonesia diperkirakan ada 5 juta kehamilan pertahun,
dimana 10-15% diantaranya atau sekitar 500.000-750.000 mengalami abortus
spontan setiap tahun.7,8
Universitas Sumatera Utara

Kehamilan tidak semuanya dapat berjalan dengan baik, Arias mengutip dari
Zinaman melaporkan dari semua konsepsi hanya sekitar 50-60% yang mampu
melewati usia kehamilan 20 minggu, sisanya berakhir dengan terjadinya
abortus spontan oleh karena kegagalan implantasi.8
Storm dkk (1996) menyampaikan bahwa kromosomal aneuploidi dijumpai
sebanyak 60% pada trimester pertama abortus spontan. Melalui penelitian
terhadap 545 wanita yang mengalami abortus spontan, sebanyak 154 kasus (
45 % ) memiliki kelainan kromosom yang diketahui melalui pemeriksaan
kariotip. Keguguran adalah salah satu komplikasi kehamilan yang tersering
dimana 15% kehamilan akan berakhir dengan keguguran. Penyebabnya
adalah faktor genetik atau perkembangan janin yang abnormal.9
Keguguran yang berulang sebanyak 3% dari populasi dan dikaitkan dengan
trombofilia, serviks yang lemah, infeksi, kelainan endokrinologi, faktor anatomi
dan kelainan imunitas. Riwayat ginekologi penting karena mungkin ada
perbedaan etiologi pada wanita dengan riwayat subfertil dengan keguguran
dibandingkan dengan wanita yang fertile lalu mengalami keguguran.10
Mune S dkk (1995) menyampaikan bahwa frekwensi kelainan kromosom pada
pre-implantasi embrio sangat tinggi kejadiannya. Pada pemeriksaan secara
Fluorescent In Situ Hybridization ( FISH ) pada kromosom 13, 18, dan 21
didapati 25-30% kejadian aneuploidi.11
Kebanyakan hasil konsepsi abnormal secara genetik pada manusia dapat
berakhir dengan terjadinya keguguran secara spontan, dimana hal ini
merupakan komplikasi yang sering pada usia kehamilan muda. Keguguran
merupakan komplikasi yang sering pada kehamilan dimana janin tidak
mencapai viabilitas dengan usia kehamilan 20 minggu. Sofia Doria dkk
(2009), pada studi penelitian prospektif melaporkan usia ibu hamil merupakan
salah satu faktor resiko untuk terjadinya abortus spontan terutama yang
disebabkan kelainan kromosom. Resiko kematian janin meningkat drastis
setelah usia 35 tahun; 9% pada usia 20-24 tahun, dan 75% pada usia 45 tahun
ke atas.12
Resiko abortus spontan meningkat pada wanita usia diatas 35 tahun, dan pada
wanita yang folikel ovarium prematur. Hasil konsepsi yang abnormal secara
kromosom juga merupakan hasil dari fertilisasi oosit yang euploidi dengan
sperma yang aneuploidi. Sperma dari laki-laki yang mempunyai pasangan
Universitas Sumatera Utara

wanita dengan riwayat abortus berulang menunjukkan insiden aneuploidi yang


tinggi. Insiden abortus spontan meningkat pada wanita muda dengan usia
suami yang lebih tua, dimana didapati kualitas semen yang jelek.13
Kebanyakan kasus abortus spontan terjadi karena kelainan kromosom embrio
dan janin. Hasil kariotip dari kultur jaringan konsepsi yang mengalami abortus
spontan ditemukan hampir 50% pada usia kehamilan trimester pertama, 30%
pada trimester kedua, 3% lahir mati oleh karena kelainan kromosom.13
Salim Daya (2004), mengatakan bahwa peningkatan resiko keguguran
mungkin sebagian terkait dengan usia ibu; wanita dengan kehamilan pada usia
lebih tua beresiko keguguran yang tinggi akibat dari konsepsi dengan kelainan
kromosom trisomi yang insidennya meingkat terutama setelah usia 35 tahun.
Bila dijumpai abortus spontan pada wanita setelah usia 35 tahun disarankan
melakukan pemeriksaan kromosom.14
Dan Diego Alvarez dkk (2005) melakukan penelitian kasus abortus spontan
dimana dijumpai 517 kasus keguguran spontan, dengan 321 kasus kelainan
kromosom dan sisanya 196 kasus infeksi. Dari 321 kasus kelainan kromosom
didapati 129 ( 40,2% ) kasus kromosom abnormal. Trisomi komplit tunggal
ditemukan pada 61,24% dari kariotip abnormal dan trisomi kombinasi ganda
dijumpai 3 kasus ( 48 XX+9+21, 48 XY+2+8, 48 XX+20+22 ); rata-rata usia
kehamilan adalah 9,42,1 minggu. Rata-rata usia ibu dan ayah adalah
39,73,4 dan 43,48,7, maka nilai P = 0,076.15
Mengingat tingginya kejadian abortus spontan yang disebabkan oleh kelainan
kromosom terutama yang berhubungan dengan faktor resiko usia ibu dan
suami, yang didapat dalam kepustakaan mendorong penelliti mencari
hubungan antara abortus spontan dengan kelainan kromosom yang dikaitkan
dengan usia ibu dan suami.

Universitas Sumatera Utara

1.2

PERUMUSAN MASALAH
Apakah kejadian abortus spontan pada usia kehamilan kurang dari 12
minggu di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS. Jejaring FK-USU
berkaitan dengan kelainan kromosom dan usia pasangan suami istri.

1.3

HIPOTESIS PENELITIAN
Bahwa kelainan kromosom dari jaringan plasenta mengalami abortus
spontan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu ada hubungannya
dengan usia pasangan suami istri.

1.4

TUJUAN PENELITIAN

1.4.1 TUJUAN UMUM


Melihat gambaran kromosom jaringan plasenta dan hubungannya
dengan usia pasangan suami istri yang mengalami abortus spontan
pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu di RSUP. H. Adam Malik
Medan & RS jejaring FK-USU Medan

1.4.2 TUJUAN KHUSUS


1. Meneliti karakteristik usia ibu dan usia suami pada kasus abortus
spontan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu.
2. Meneliti hubungan kelainan kromosom jaringan plasenta dengan
usia ibu yang mengalami abortus spontan pada usia kehamilan
kurang dari 12 minggu.
3. Meneliti hubungan kelainan kromosom jaringan plasenta dengan
usia suami pada kejadian abortus spontan pada usia kehamilan
kurang dari 12 minggu.

Universitas Sumatera Utara

1.5

MANFAAT PENELITIAN

Menambah pengetahuan bahwa penyebab abortus spontan terutama yang


disebabkan oleh kelainan kromosom jaringan plasenta berhubungan erat
dengan usia pasangan suami istri yang berumur diatas 35 tahun. Konseling
genetik pra-konsepsi pada pasangan suami istri khususnya yang istrinya usia
diatas 35 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai