Chapter I
Chapter I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kehamilan tidak semuanya dapat berjalan dengan baik, Arias mengutip dari
Zinaman melaporkan dari semua konsepsi hanya sekitar 50-60% yang mampu
melewati usia kehamilan 20 minggu, sisanya berakhir dengan terjadinya
abortus spontan oleh karena kegagalan implantasi.8
Storm dkk (1996) menyampaikan bahwa kromosomal aneuploidi dijumpai
sebanyak 60% pada trimester pertama abortus spontan. Melalui penelitian
terhadap 545 wanita yang mengalami abortus spontan, sebanyak 154 kasus (
45 % ) memiliki kelainan kromosom yang diketahui melalui pemeriksaan
kariotip. Keguguran adalah salah satu komplikasi kehamilan yang tersering
dimana 15% kehamilan akan berakhir dengan keguguran. Penyebabnya
adalah faktor genetik atau perkembangan janin yang abnormal.9
Keguguran yang berulang sebanyak 3% dari populasi dan dikaitkan dengan
trombofilia, serviks yang lemah, infeksi, kelainan endokrinologi, faktor anatomi
dan kelainan imunitas. Riwayat ginekologi penting karena mungkin ada
perbedaan etiologi pada wanita dengan riwayat subfertil dengan keguguran
dibandingkan dengan wanita yang fertile lalu mengalami keguguran.10
Mune S dkk (1995) menyampaikan bahwa frekwensi kelainan kromosom pada
pre-implantasi embrio sangat tinggi kejadiannya. Pada pemeriksaan secara
Fluorescent In Situ Hybridization ( FISH ) pada kromosom 13, 18, dan 21
didapati 25-30% kejadian aneuploidi.11
Kebanyakan hasil konsepsi abnormal secara genetik pada manusia dapat
berakhir dengan terjadinya keguguran secara spontan, dimana hal ini
merupakan komplikasi yang sering pada usia kehamilan muda. Keguguran
merupakan komplikasi yang sering pada kehamilan dimana janin tidak
mencapai viabilitas dengan usia kehamilan 20 minggu. Sofia Doria dkk
(2009), pada studi penelitian prospektif melaporkan usia ibu hamil merupakan
salah satu faktor resiko untuk terjadinya abortus spontan terutama yang
disebabkan kelainan kromosom. Resiko kematian janin meningkat drastis
setelah usia 35 tahun; 9% pada usia 20-24 tahun, dan 75% pada usia 45 tahun
ke atas.12
Resiko abortus spontan meningkat pada wanita usia diatas 35 tahun, dan pada
wanita yang folikel ovarium prematur. Hasil konsepsi yang abnormal secara
kromosom juga merupakan hasil dari fertilisasi oosit yang euploidi dengan
sperma yang aneuploidi. Sperma dari laki-laki yang mempunyai pasangan
Universitas Sumatera Utara
1.2
PERUMUSAN MASALAH
Apakah kejadian abortus spontan pada usia kehamilan kurang dari 12
minggu di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS. Jejaring FK-USU
berkaitan dengan kelainan kromosom dan usia pasangan suami istri.
1.3
HIPOTESIS PENELITIAN
Bahwa kelainan kromosom dari jaringan plasenta mengalami abortus
spontan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu ada hubungannya
dengan usia pasangan suami istri.
1.4
TUJUAN PENELITIAN
1.5
MANFAAT PENELITIAN