Anda di halaman 1dari 7

STIGMA MASYARAKAT TERHADAP KAUM WARIA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Kebangsaan

Dibuat Oleh:
Hanif Perwira Utama
Yehezkiel Namora Sinaga
Antonius Hadi Sudono
Novandita Rachmatullah
Tantya Ani Giranita
Vincentius Adiyanto Handojo
Yolanda Vivina Mithaya Sumartono

2114100129
2114100092
2114100166
2114100159
2114100152
2114100136
2114100085

Kata Pengantar
Terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
karena karunia nya lah kami diberikan kesehatan dan dapat menyelesaikan laporan kuliah
lapangan ini. Rasa terimakasih juga kami ucapkan kepada bapak Aurelius Ratu selaku
dosen Wawasan Kebangsaan kami yang telah membimbing kami dalam melaksankan
studi lapnhan ini. Kami melakukan studi lapangan guna untuk memperkaya pengalaman
kami mengenai penerapan materi yang telah diberikan semasa pendidikan, dan mulai
belajar untuk menerapkannya secara perlahan didalam kemasyarakatan. Kami banyak
mempelajari hal di dunia luar bagaimana kehidupan yang sebenarnya, meskipun belum
banyak yang kami jelajahi, kami dapat belajar cara untuk melihat sekeliling,
memerhatikan sekitar kami dan belajar cara untuk perduli terhadap sesama, karena di
dalam kali kuliah lapangan kali ini, kami ditugaskan untuk bersosialisasi dengan
khalayak banyak dan turun langsung ke masyarakat, baik untuk melakukan survey secara
langsung, maupun untuk berinteraksi secara nyata, agar didapatkannya hasil yang nyata
dan pelajaran yang dapat diambil untuk kami semua agar dapat diterapkan dikehidupan
selanjutnya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kami melakukan kuliah lapangan kali ini dengan memilih topik dengan fokusan
masalah mengenai pandangan masyarakat pada umumnya terhadap waria. Kami
memilih topik tersebut dengan pertimbangan sekarang banyak sekali terjadi
ketimpangan sosial yang di terjadi di masyarakat, manusia berderajat tinggi dan
manusia berderajat sedang, dari ketimpangan tersebut terciptalah seleksi-seleksi
sosial yang mana menyebabkan perbedaan yang sangat terlihat antara pihak
individu. Tragedi waria adalah salah satunya, kami menyoroti hal ini cukup
menarik untuk ditelaah, dan menjadi topik yang menantang bagi kami, bagaimana
waria tersebut bersikap, apakah waria tersebut mau terbuka terhadap masyarakat
yang belum tentu menganggapnya, bagaimana pendapat dirinya sendiri mendapati
dirinya seperti itu, dan bagaimana dirinya menyikapi kondisi tersebut.
Ditambah dari pandangan masyarakat sendiri sering kali menganggap waria
sebelah mata, dan melupakan bahwa merekapun juga merupakan manusia ciptaan
Tuhan yang tidak berbeda dengan kita, dan pasti terdapat pelajaran yang dapat
diambil untuk diri kita sendiri. Namun apabila kita tidak mendapat pandangan
yang jelas tentang waria itu sendiri maka ditakutkan kita tidak dapat melihat
secara bijak tentang kejadian ini hingga salah paham pun sering terjadi, maka
diperlukan penjelasan yang jelas juga mengenai waria. Tidak jarang juga hal
semacam ini terjadi karena desakan mentali yang menyudutkan individu sehingga
jatuh ke pilihan yang salah dan kami disini tidak menyalahi pihak manapun yang
memilih jalan manapun, kami hanya ingin berada di pihak netral yang tidak
memihak manapun. Baik dari segi waria nya sendiri apakah dirinya sudah siap
untuk merasa dikucilkan, atau bagaimanakah keadaannya hingga dirinya merasa
harus memilih jalan tersebut, kami memandang hal ini memiliki poin plus untuk

didalami dari seginya yang unik dan dapat diangkat topik untuk kasus kuliah
lapangan ini.

Kami turun langsung ke lapangan mencari waria tersebut untuk diwawancarai


dengan melakukan pendekatan terlebih dahulu agar tidak menimbulkan perkara
sakit hati maupun salah paham. Kami hanya ingin mengambil pelajaran dari
semua yang telah kami lakukan untuk dipelajari dan diambil nilai-nilai baiknya,
karena kami sadari bahwa di setiap langkah manusia didalam kehidupan ini
pastilah terdapat poin baik dan buruk yang dapat di ambil dan dipelajari untuk
diajarkan kepada sesama. Kami melakukan studi lapangan ini juga didasari
keingintahuan dari sudut pandang masyarakat terhadap waria itu sendiri
khususnya.
1.2. Tujuan
Tujuan kami melakukan kuliah lapangan kali ini adalah:

Mengetahui pandangan masyarakat terhadap kaum waria

Mengetahui pandangan masyarakat terhadap waria

Memahami dari sudut pandang waria terhadap masyarakat umum

Memberikan pandangan yang lebih jelas terhadap masyarakat umum


mengenai

waria

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hasil Wawancara


2.1.1.

Hasil Wawancara dengan Waria


Setelah kami menemukan seorang waria di Kuburan Kristen Cina
Kembang Kuning Kulon, Surabaya Barat . Seorang waria yang mau
untuk di wawancarai, kami mendapatkan info tentang waria tersebut
dan sudut pandangnya. Nama aslinya adalah Ryan, namun saat bekerja
sebagai waria di malam hari orang biasa memanggilnya Ria, berasal
dari Kalimantan dan sudah dari tahun 2006 menetap di Surabaya, dia
beragama Khatolik, dan memutuskan untuk berprofesi sebagai waria
yang melakukan pekerjaan seks juga, dia mengubah jati dirinya menjadi
sesosok perempuan, Ryan sendiri mulai mendapati dirinya risih sebagai
laki-laki, ia bahkan risih mengenakan baju laki-laki, ia lebih nyaman
menggunakan baju perempuan, dia mengatakan bahwa dirinya jarang
mendapatkan kekerasan fisik meski pekerjaannya seperti ini.
Dari sudut pandang warga disekitar lingkungannya menanggapi
dirinya biasa saja, warga tidak terlalu menganggap dirinya rendah atau
malah mengucilkan dirinya. Memang awalnya banyak warga yang
merasa risih dan tidak suka terhadap kehadiran waria di daerahnya.
Namun para kelompok waria ini mengambil hati warga dengan cara
membuat berbagai acara seperti penyuluhan mengenai seks aman
sehingga perlahan lahan warga mulai bisa menerima kehadiran kaum
waria diantara mereka. Namun, terdapat juga warga sekitar yang masih
mempunyai stigma yang kuat mengenai waria, hingga seringkali
menghina, Ryan sendiri menanggapi dengan biasa saja asalkan
menurutnya masih dalam batasan wajar yang tidak menusuk hati.
Ryan/Ria setiap malam pasti bekerja, dari pagi hingga sore dipakai
dirinya untuk beristirahat dirumah dan saat mulai malam hari dirinya
bekerja sebagai waria, melayani tamu tergantung permintaan, sesuai
panggilan.

Ryan/Ria saat mangkal atau bekerja selalu bersih, dan dirinya


mengatakan bahwa para waria sekitar daerah Kembang Kuning sering
juga ikut serta kerja bakti dan penyuluhan dalam usaha untuk merebut
hati warga sekitar, agar tidak terlalu dikucilkan. Pendapatannya sendiri
paling minim Rp 300.000,- hingga Rp1.000.000,- . Sudah berulangkali
juga dirinya tertangkap oleh Satpol PP namun dapat berakhir dilepaskan
oleh Satpol PP tersebut setelah melalui proses sidang di daerah
setempat.
Dari Rian/Ria sendiri berpesan seperti ini, Jangan terlalu
mendiskriminasi ato menstigma waria lah kami juga sama seperti
kalian, berpikir positif lah, karena waria juga manusia yang juga
mempunyai kelebihan dan kekurangan.gereja menerima waria. Dirinya
juga tidak melakukan perubahan terhadap tubuhnya karena takut akan
rencana Tuhan, dirinya masih memikirkan sejatinya dirinya ialah Bait
Allah yang tidak boleh dirusak samasekali.
Seusai dari Surabaya ia berkeinginan untuk kembali ke tanah
kelahirannya di Kalimantan dan akan memulai pekerjaan yang baru, ia
juga mengatakan banyak teman-teman sesama waria yang menyesal
menjadi perempuan seutuhnya karena di hari tua bekas-bekas hasil
operasi itu tidak bisa hilang.
Awalnya dari ayahnya sendiri mulai dirasakan keganjalan, banyak
terdapat wig didalam kamarnya, dan dirinya merasa dikarantia semasa
kecil, maka ia melarikan diri ke Surabaya selama 1 bulan hingga
akhirnya disanggupi oleh keluarga. Ia sendiri mengaku bahwa dari kecil
sudah memiliki sifat perempuan yang lemah gemulai dan benci
kekerasan. Hingga akhirnya dia merasa risih pada dirinya sendiri dan
memutuskan untuk mengubah dirinya menjadi perempuan (waria).
2.1.2.

Wawancara dengan Penjaga Keamanan sekitar


Wawancara dengan warga selanjutnya dilakukan dengan Satpam
bernama Edi yang berjaga di sekitar lingkungan Pemakaman Kembang
Kuning. Menurut pak Edi, memang awalnya warga tidak menerima
kehadiran para waria disekitar daerah tempat tinggalnya. Namun,
perlahan warga luluh dengan kehadiran waria karena perilaku mereka
yang baik dan mereka memberikan kontribusi bagi warga-warga
disekitarnya.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil setelah kami melakukan studi lapangan
mengenai waria ini adalah:
1. Penerimaan masyarakat terhadap kaum Waria masih cukup buruk
2. Kaum Waria mengatasi penerimaan buruk oleh masyarakat dengan

cara memberikan sumbangsih yang mereka bisa sehingga akhirnya


masyarakat bisa menerima mereka
3. Kaum Waria ingin masyarakat lebih bisa mengerti terhadap mereka,
karena mereka juga ingin disamakan kodratnya sebagai manusia

Anda mungkin juga menyukai