Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

Pengkajian Fisik Jantung dan Pengukuran Tekanan Darah


Oleh Rosyatu Hikmiya, 1006672945

A. Pemeriksaan Fisik Jantung


I.
Definisi prosedur
Pemeriksaan fisik pasien secara lengkap menggunakan teknik inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultrasi. Inspeksi dada terutama untuk rnencari adanya asimetri
bentuk dada. Adanya asimetri bentuk rongga dada dapat menyebabkan timbulnya
hipertensi pulmonal dalam jangka panjang. Asimetri dada dapat diakibatkan oleh
penyebab yang sama dengan penyebab kelainan jantung (misalnya prolaps katup
mitral, gangguan katup aorta pada sindroma Marfan dan sebagainya) atau menjadi
akibat dari adanya kelainan jantung akibat aktifitas jantung yang mencolok semasa
pertumbuhan. Kelainan dada akibat penyakit kardiovaskuler dapat berbentuk :
1. Kifosis : tulang belakang berdeviasi pada kurvatura lateral.
Sering terjadi pada kelainan jantung, misalnya ASD (Atrial Septal Defect) atau
PDA (Patent Ductus Arteriosus). Sering disertai dengan perubahan membusur ke
belakang (kifoskoliosis), yang mempersempit rongga paru dan merubah anatomi
jantung.
2. Voussure cardiaque : penonjolan bagian depan hemitoraks kiri.
Hampir selalu terdapat pada kelainan jantung bawaan atau karena demam
rematik, terutama berkaitan dengan aktifitas jantung yang berlebihan pada masa
pertumbuhan.
Inspeksi juga berguna untuk mencari iktus kordis (punctum maximum). Pada
sebagian besar orang normal (20-25%) dapat dilihat pulsus gerakan apeks
menyentuh dinding dada saat sistolik pada sela iga 5 di sebelah medial linea
midklavikularis sinistra.
Selanjutnya yaitu palpasi jantung, telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan
dilakukan perabaan diatas iktus kordis (apical impulse). Lokasi point of masksimal
impulse, normal terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis

midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan
gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular, sedang
pada bentuk dada yang lebih pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral. Pada
keadaan normal lebar iktus kordis yang teraba adalah 1-2 cm2. Bila kekuatan
volum dan kualitas jantung meningkat maka terjadi systolic lift, systolic heaving, dan
dalam keadaan ini daerah iktus kordis akan teraba lebih melebar.Getaranan bising
yang ditimbulkan dapat teraba misalnya pada Duktus Arteriosis Persisten (DAP)
kecil berupa getaran bising di sela iga kiri sternum.
Perkusi dilakukan benrtujuan untuk menetapkan batas-batas jantung yaitu batas kiri
jantung dan batas kanan jantung. Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam
penyakit jantung yaitu efusi pericardium dan aneurisma aorta. Kita melakukan
perkusi dari arah lateral ke medial. Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke
redup relatif kita tetapkan sebagai batas jantung kiri. Perkusi juga dilakukan dari arah
lateral ke medial. Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak
jauh dari dinding depan thorak . Normalnya batas bawah kanan jantung adalah di
sekitar ruang interkostal III-IV kanan,di linea parasternalis kanan. Sedangkan
batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis kanan.
Yang terakhir yaitu auskultasi. Auskultasi merupakan cara pemeriksaan dengan
mendengar bunyi akibat vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian
dan kegiatan jantung dan kejadian hemodemanik darah dalam jantung. Alat yang
digunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan chespiece. Macammacam ches piece yaitu bowel type dengan membran, digunakan terutama untuk
mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel type, digunakan untuk
mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih rendah. Beberapa aspek bunyi
yang perlu diperhatikan :
a) Nada berhubungan dengan frekuensi tinggi rendahnya getaran.
b) Kerasnya (intensitas), berhubungan dengan ampitudo gelombang suara.
c) Kualitas bunyi dihubungkan dengan timbre yaitu jumlah nada dasar dengan
bermacam-macam jenis vibrasi bunyi yang menjadi komponen-komponen bunyi
yang terdengar.

Selain bunyi jantung pada auskultasi dapat juga terdengar bunyi akibat kejadian
hemodinamik darah yang dikenal sebagai desiran atau bising jantung (cardiac
murmur).
II.

Tujuan.
Mencari adanya kelainan kardiovaskuler primer
Menemukan penyakit sistemik yang menyebabkan kelainan kardiovaskuler.
Skrining kelainan kardiovaskuler.

III.

Indikasi, kontraindikasi dan komplikasi.


Indikasi :
Nyeri dada
Orthopnea
dyspnea paroksismal
Palpitasi
Nafas pendek
Kontraindikasi :

IV.

Inflamasi kronik
Fraktur iga
Prinsip Tindakan
Sebelum mempelajari ketrampilan pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler,
penting untuk diketahui bahwa :
a) Termasuk dalam pemeriksaan sistem kardiovaskuler adalah pemeriksaan
tekanan vena jugularis (JVP) dan palpasi arteria karotis (lihat kembali topik
General Survey dan pemeriksaan Kepala-Leher).
b) Pada sebagian besar manusia dengan anatomi normal, proyeksi bangunanbangunan jantung, seperti ventrikel kanan dan kiri, arteri pulmonalis dan
aorta, berada di dada sebelah kiri, kecuali pada dekstrokardia.
c) Selama melakukan pemeriksaan jantung, penting untuk mengidentifikasi
lokasi anatomis berdasar kelainan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan serta
menghubungkan kelainan hasil pemeriksaan dengan waktu terjadinya pada
siklus jantung.
d) Beberapa istilah yang harus difahami misalnya :
- Stroke Volume : volume darah yang diejeksikan dalam 1 kali kontraksi
ventrikel
- Heart Rate : frekuensi denyut jantung per menit

- Cardiac Output : volume darah yang dipancarkan keluar dari ventrikel


dalam 1

menit (cardiac output = stroke volume x heart rate)

- Preload : volume darah yang meregangkan otot ventrikel sebelum kontraksi.


Volume darah dalam ventrikel kanan pada akhir diastole merupakan volume
preload untuk kontraksi berikutnya. Volume preload ventrikel kanan
meningkat bila venous return ke dalam atrium kanan meningkat, misalnya
pada inspirasi dan pada aktifitas fisik berat.Peningkatan volume darah dalam
ventrikel yang mengalami dilatasi pada gagal jantung kongestif juga
menyebabkan peningkatan preload. Penurunan preload ventrikel kanan
disebabkan oleh ekspirasi, penurunan output ventrikel kiri dan pooling darah
dalam sistem kapiler dan venosa.
- Afterload : menggambarkan resistensi vaskuler terhadap kontraksi
ventrikel. Penyebab resistensi terhadap kontraksi ventrikel kiri adalah
peningkatan tonus aorta, arteri besar, arteri kecil dan arteriole. Peningkatan
preload dan afterload patologis mengakibatkan perubahan fungsi ventrikel
yang akan terdeteksi secara klinis.
e) Gejala sistem kardiovaskuler seperti nyeri dada (chest pain), palpitasi,
nafas pendek,
orthopnea, dyspnea paroksismal, wheezing, batuk dan hemoptisis juga
sering terjadi pada kelainan-kelainan sistem Respirasi.
f) Pemeriksaan dilakukan setelah pasien beristirahat minimal 5 menit.
g) Pemeriksaan jantung dilakukan pada 3 posisi, yaitu :
1. Pasien dalam posisi berbaring terlentang dengan kepala sedikit
ditinggikan (membentuk sudut 30o). Perawat berdiri di sisi kanan
pasien.
2. Pasien berbaring miring ke kiri (left lateral decubitus).
V.

VI.

3. Pasien duduk, sedikit membungkuk ke depan.


Alat dan bahan.
Stetoskop
Bantal
Timer
Prosedur tindakan.
Inspeksi :
Pakaian atas paasien harus disiapkan dalam keadaan terbuka.

Tetap selalu menjaga privacy pasien


Prioritaskan dan perhatikan untuk tanda-tanda kegawatan.
Tanda-tanda yang diamati :
- Bentuk prekordium
Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Prekordium yang
cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis
paru,scoliosis atau kifoskoliosis. Prekordium yang gembung dapat terjadi
akibat dari pembesaran jantung, efusi epikardium, efusi pleura, tumor
-

paru, tumor mediastinum.


Denyut pada apeks jantung (iktuss kordis).
Dalam keadaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri
iktus terlihatdi dalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea
midclavicularis sinistra.
Pada aak-anak iktus tmpak pada ruangan interkostal IV.
Ifat iktus: pada keadaan normal iktus hanya merupkan tonjolan kecil yang
sifatnya local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan
meluas. Iktus hanya terjadi selama systole , oleh karena itu untuk
memeriksa iktus, kita adakan juga palpasi pada a. carotis comunis untuk

merasakan adanya gelombang yang asalnya dari siatole.


Denyut nadi pada dada:
Apabila didada bagian atas ada denyutan maka harus dicurigai adanya
kelainan pada aorta. Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan
denyutan di ruang interkostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah
rung interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi a. pulmonalis dan

aneurism aorta descenden.


Denyut vena
Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan denytan.
Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan
eksterna.

Palpasi
Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut:

Pemeriksaan iktus cordisHal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila
kteraba dinilai kuat angkat atau tidak. Kadang-kadang kita tidak dapat

melihat, tetapi dapat meraba iktus. Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada

ruang interkostal kiri V,agak ke medial (2 cm) dari linea midklavikularis kiri.
Pemeriksaang etaran/thrill Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan
katub bawaan atau penyakit jantung congenital. Disini harus diperhatikan :
1. Lokalisasi dari getaran
2. Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
3.Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut melakukan
pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan mengalir lebih cepat.
4. Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan terdengar bising
jantung
Pemeriksaan gerakan trachea Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga
diperhatikan karena anatomi trachea berhubungan dengan arkus aorta Pada
aneurisma aorta denyutan aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat teraba.
Perkusi
a. Batas kiri jantung.
- Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial.
- Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relative kita tetapkan sebagai
batas jantung kiri.
- Normal:
Atas :SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung) Bawah: SIC V kiri agak
ke medial linea midklavikularis kiri(tempat Iktus).
b. Batas kanan jantung.
Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial. Disini agak sulit menentukan batas
jantung karena letaknya agak jauh dari dinding depan thorak. Normal : Batas bawah
kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-IVk anan,di linea parasternalis
kanan. Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis
kanan. Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu efusi
pericardium dan aneurisma aorta.

Auskultrasi :

Letakkan stetoskop pada sela iga II kanan di dekat sternum, sepanjang tepi kiri

sternum dari sela iga II sampai V dan di apeks.


Bagian diafragma stetoskop dipergunakan untuk auskultasi bunyi jantung dengan
nada tinggi seperti BJ1 dan BJ2, bising dari regurgitasi aorta dan mitral serta

bising gesek perikardium.


Bagian mangkuk stetoskop (bell) yang diletakkan dengan tekanan ringan lebih
sensitif untuk suara-suara dengan nada rendah seperti BJ3 dan BJ4 serta bising
pada stenosis mitral. Letakkan bagian mangkuk stetostop pada apeks lalu

berpindah ke medial sepanjang tepi sternum ke arah atas.


Lakukan auskultasi di seluruh prekordium dengan posisi pasien terlentang.
Pasien berbaring miring ke kiri (left lateral decubitus) sehingga ventrikel kiri
lebih dekat ke permukaan dinding dada.
- Tempatkan bagian mangkuk dari stetoskop di daerah impuls apeks (iktus).
- Posisi ini membuat bising-bising area katub mitral (misalnya pada stenosis
mitral) dan bunyi jantung akibat kelainan bagian kiri jantung (misalnya BJ3 dan

BJ4) lebih jelas terdengar.


Pasien diminta untuk duduk dengan sedikit membungkuk ke depan.
- Mintalah pasien untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi maksimal kemudian
sejenak menahan nafas.
- Bagian diafragma dari stetoskop diletakkan pada permukaan auskultasi dengan
tekanan ringan.
- Lakukan auskultasi di sepanjang tepi sternum sisi kiri dan di apeks, dengan
secara periodik memberi kesempatan pasien untuk mengambil nafas.

- Posisi ini membuat bising-bising yang berasal dari daerah aorta lebih jelas
terdengar.
B. Pengukuran Tekanan Darah.
I.

Definisi
Menurut L. Sherwood, tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan terhadap
dinding pembuluh dan bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam
pembuluh dan daya regang. Sedangkan dalam buku lainnya dinyatakan bahwa
tekanan darah arterial (tekanan darah) adalah kekuatan tekanan darah ke dinding
pembuluh darah dan tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahapan siklus jantung.

Laju aliran darah melintasi suatu pembuluh (yaitu, volume darah yang lewat per
satuan waktu) berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan
resistensi vaskuler. Gradien tekanan adalah perbedaan antara tekanan permulaan
dan akhir suatu pembuluh. Faktor lain yang mempengaruhi laju aliran melalui
suatu pembuluh darah adalah resistensi yaitu ukuran hambatan terhadap aliran
darah. Apabila resistensi meningkat maka gradien tekanan harus meningkat
dengan setara agar laju aliran tidak berubah. Adapula faktor-faktor yang
mempertahankan tekanan darah, adalah:
Kekuatan memompa jantung
Banyaknya darah yang beredar
Elastisitas pembuluh darah
Tahapan tepi
Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik, diastolik dan nadi. Tekanan darah
sistolik adalah tekanan maksimum yang dikeluarkan pada aorta, yang terjadi saat
ventrikel kiri jantung mengalami kontraksi. Tekanan darah diastolik adalah
tekanan minimal yang dikeluarkan pada aorta, yang terjadi pada saat ventrikel kiri
mengalami relaksasi. Tekanan nadi adalah perbedaan tekanan antara tekanan
sistolik dengan tekanan diastolik. Tekanan sistolik normal pada orang dewasa
adalah 90-130 mmhg sedangkankan tekanan diastolic normal adalah 60-90
mmHg. Rata-rata tekanan darah pada orang dewasa adalah 120/80 mmHg.
II.

III.

IV.

Tujuan
Mengetahui cara mengukur tekanan darah
Melakukan pengukuran tekanan darah
Indikasi, kontraindikasi, komplikasi
Indikasi :
Hipertensi
Hipotensi
Anemia
Pusing
Prinsip tindakan
Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah ( usia, jenis
kelamin, kondisi kesehatan, keadaan emosional, obat-obatan, obesitas,
aktivitas)

Pengukuran tekanan darah dapat dilkukan di lengan atas, lengan bawah,

kaki dan paha.


Terdapat 2 metode pengukuran yaitu langsung dan tidak langsung.
Metode langsung dilakukan dengan cara memasukkan kateter kedalam
arteri radialis, brankhialis atau femoralis dan hasil pengukuran dapat

terlihat pada monitor oscilloskop sebagai gelombang.


Metode tidak langsung dilakukan dengan auskultasi atau dengan palpasi.
Metode auskultasi dilakukan dengan menggunakan stetoskop dan
spigmomanometer hingga terdengar bunyi yang mengikuti lima fase
korotkoff.

V.

VI.

Alat dan bahan


Spigmomanometer
Stetoskop
Prosedur tindakan.
Meminta klien berbaring tenang dalam keadaan istirahat.
Letakkan manset di bagian lengan pasien.
Menyiapkan stetoskop
Menentukan letak arteri brankhialis pada fossa cubiti dan meletakkan

stetoskop diatasnya.
Meraba arteri radialis sambil memompa manset hingga arteri radialis sudah

tidak terabalagi. Kemudian memompa kembali hingga sebesar 30 mmHg


Sambil memegang stetoskop, melepaskan pompa dengan kecepatan 2-3

mmHg per detik.


Memperhatikan bunyi yang terdengar melalui stetoskop. Kemudian
menentukan tekanan bunyi pertama yang terdengar dan terakhir sesuai

dengan fase korotkoff.


Mencatat hasil pengukuran.
Mengulangi latihan hingga mendapat hasil yang serupa.

Anda mungkin juga menyukai