Anda di halaman 1dari 14

Febryanti, et al.

POTENSI ARANG AKTIF SEKAM PADI SEBAGAI ADSORBEN EMISI


GAS CO, NO, DAN NOX PADA KENDARAAN BERMOTOR
A. Febryanti 1*, A. W. Wahab 1, dan Maming 1
1

Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan 90245

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengadsorpsi emisi CO, NO, dan NOx pada kendaraan
bermotor karena gas tersebut ialah pencemar yang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Hal itu dapat dilakukan menggunakan arang aktif sekam padi yang berfungsi sebagai adsorben.
Metode yang digunakan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pembuatan arang aktif dari sekam padi,
pengujian kualitas arang aktif berdasarkan SNI, analisis profil permukaan arang aktif dengan SEM,
pengukuran emisi CO, NO, dan NOx pada kendaraan bermotor dengan menggunakan PEM-9004.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air dan zat menguap arang aktif sekam padi memenuhi
persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI), masing-maing dibawah 15% dan 25%. Kadar abu
dan karbon terikat arang aktif sekam padi suhu aktivasi tidak memenuhi persyaratan SNI, masingmasing diatas 10% dan dibawah 60%. Arang aktif sekam padi dapat menurunkan konsentrasi emisi
CO, NO, dan NOx secara signifikan. Semakin tinggi suhu aktivasi arang aktif, maka semakin besar
daya serapnya. Suhu 400 oC merupakan suhu aktivasi terbaik bagi arang aktif sekam padi karena
memiliki daya serap tertinggi terhadap gas, yaitu 52,5% untuk gas CO; 76,2% untuk gas NO; 77,3
% untuk gas NOx.
Kata kunci: adsorpsi, arang aktif, emisi, PEM-9004, sekam padi

Abstract. This research aims to adsorb CO emissions, NO and NO in motor vehicles because these
gases are pollutant that are very dangerous for humans and the environment. This is conducted by
using activated carbon made from rice husk that functions as an adsorbent. The method consists of
several steps, namely the manufacture of activated carbon of rice husk, testing the quality of
activated carbon of rice husk based on SNI, surface profile analysis of activated carbon from rice
husk using SEM, measuring CO emissions, NO and NOx in motor vehicles using PEM-9004. The
results of the research showed that water content and levels of activated substance evaporates of
rice husk suitable the requirements of the Indonesian National Standard (SNI), below 10% and
25%. Ash content and levels of fixed carbon from activated carbon rice husk from activation
temperature does not suitable the requirements of the SNI, over 10% and below 60%. Activated
carbon rice husk reduce the concentration of CO emissions, NO and NOx significantly. The higher
temperature activation of activated carbon, the greater power absorbed. 400 oC is the best activation
temperature for rice husk carbon because it has the highest adsorption of the gas, which is 52.5%
for CO gas, 76.2% for NO gas and 77.3% for NOx gas.
Keywords : adsorptions, activated carbon, emissions, PEM 9004, rice husk

*alamat korespondensi: amalyahcym@gmail.com

rendah dan berpotensi menimbulkan

PENDAHULUAN
Di Indonesia kualitas udara telah

korosi (Murshid, dkk., 2011). Penelitian

mengalami penurunan seiring dengan

selanjutnya menyebutkan bahwa zeolit

meningkatnya

kendaraan

mampu mengurangi penumpukan gas

bermotor (Irawan, 2008). Hal itu terjadi

polutan karena material ini memiliki pori-

karena emisi gas buang yang keluar

pori yang kecil. Akan tetapi, kapasitas

melalui knalpot telah mencemari udara

adsorpsi zeolit masih terbatas (Apriyanti,

(Hastuti dan Utama, 2008).

2011).

jumlah

Emisi

tersebut diantaranya CO, NO, dan NOx

Oleh karena itu, pada penelitian

yang merupakan kelompok gas yang

ini

berbahaya (Budiyono, 2001).

adsorben emisi gas CO, NO, dan NOx

NO

dan

menyebabkan

NOx

hujan

menimbulkan

berpotensi

asam

sehingga

kerusakan

hutan,

digunakan

arang

aktif

sebagai

karena tersedia dalam jumlah besar dan


memiliki harga yang murah.

Menurut

Susanto (2013) dalam Plaza,dkk., (2009)

menghancurkan hasil panen, merusak

bahwa

lahan pertanian, korosi bangunan, dan

kapasitas adsorpsi lebih besar daripada

masalah-masalah kesehatan (Sukarsono,

zeolit. Arang aktif dapat dibuat dari fosil,

2004).

dapat

batubara, kayu, dan limbah organik.

menyebabkan rasa sakit pada mata,

Akan tetapi, pada penelitian ini bahan

gangguan saluran pernapasan, dan paru-

baku yang digunakan adalah sekam padi

paru (Arisma, 2010).

karena harganya murah dan tersedia

Sementara

gas

CO

Berbagai mitagasi telah dilakukan

arang

aktif

juga

memiliki

dalam jumlah banyak (Sitohang dan

oleh pemerintah dalam mengatasi emisi

Dian, 2009).

gas CO, NO, dan NOx diantaranya

yang dikeluarkan oleh Badan Pusat

meningkatkan efisiensi energi kendaraan

Statistik (2013) bahwa produksi gabah

bermotor. Akan tetapi, jumlah kendaraan

kering giling (GKG) di Indonesia pada

tersebut

sehingga

tahun 2012 sebesar 69,05 juta ton,

efektif

sementara sekam yang dihasilkan dari

Sebuah penelitian

gabah kering tersebut 15 juta ton.

membuat

meningkat
upaya

(Angraeni, 2013).

pesat

ini

kurang

Hal ini berdasarkan data

menyebutkan bahwa pelarut amina dapat

Kenyataan

menunjukkan

bahwa

digunakan sebagai adsorben, namun zat

pemanfaatan

limbah

belum

ini memiliki kapasitas adsorpsi gas yang

maksimal. Jika hal ini dibiarkan, limbah

sekam

tersebut dapat menimbulkan kerusakan

industri dan air ledeng. Oleh karena itu,

lingkungan (Shackley, dkk., 2011).

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Penelitian mengenai potensi arang

potensi arang aktif sekam padi sebagai

aktif sekam padi sebagai adsorben telah

adsorben emisi gas CO, NO, dan NOx

banyak dilakukan, diantaranya Hsu dan

pada kendaraan bermotor.

Pan (2007) melaporkan bahwa kapasitas


adsorpsi maksimum arang aktif sekam
padi terhadap paraquat adalah 317,7

BAHAN DAN METODE


Bahan
Bahan-bahan

mg/g. Sunardi dan Nurliana (2008)


melaporkan bahwa arang aktif sekam
padi dapat mengurangi kadar besi (Fe)
dalam air ledeng sampai batas titik
terendah yaitu 0 ppm. Yuliati dan
Susanto (2009) melaporkan bahwa arang
aktif sekam padi berpotensi menyerap
senyawa fenol pada limbah industri.
Yahaya, dkk., (2010) melaporkan bahwa
arang aktif sekam padi yang diaktivasi
dengan ZnCl2 dapat menyerap Cu(II)
sebesar 33,92%. Singh dan Singh (2012)
melaporkan bahwa arang aktif sekam
padi yang diaktivasi dengan H3PO4 40%
dapat

menyerap

Cr(VI)

sebanyak

93% 94%. Zakir (2013) melaporkan


bahwa arang aktif sekam padi yang
diaktivasi

menggunakan

ZnCl2

10%

yang

digunakan

dalam penelitian ini adalah sekam padi


(Oryza sativa L.), ZnCl2 p.a, akuades,
kertas saring Whatmann No. 42, tissue
roll, dan sabun.
Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian

ini

adalah

tanur

(Muffle

Furnace type 6000), Portable Emissions


Measurment
Elecrone
vega3SB,
AW220,

(PEM)

9004,

Microscopy
neraca
oven

Scanning

(SEM)

analitik
(tipe

tescan

shimadzu

SPNISOSFD),

corong buchner, lumpang porselin, cawan


porselin, gelas kimia 100 mL, gelas kimia
500 mL, batang pengaduk, labu ukur 250
mL,

ayakan

20

mesh,

pipa

PVC,

desikator, dan botol somprot.

dapat menyerap Cu(II) sebesar 5,2311


mg/g dan Co(II) sebesar 6,7456 mg/g.

Prosedur Kerja

Beberapa penelitian sebelumnya fokus

1. Pembuatan Arang Aktif dari

pada potensi arang aktif sekam padi


sebagai

adsorben

logam

berat

Sekam Padi

dan

Sekam padi dicuci sampai bersih

senyawa organik dari limbah-limbah

lalu dikeringkan di bawah terik matahari.

Selanjutnya dimasukkan ke dalam oven


pada suhu 80

C selama 24 jam.

Kemudian dikarbonisasi pada suhu 300


o

C selama 2 jam. Setelah itu, arang

didinginkan di dalam desikator lalu

Keterangan:
Ma = massa awal
Mb = massa akhir

dimortar. Kemudian arang direndam

b. Analisis Kadar Zat Menguap

dalam larutan ZnCl2 10% (b/v) selama

Sebanyak 1 gram AA 0 oC, AA

24 jam. Kemudian, arang disaring dan

300

dicuci hingga pH netral (pH=7).

masing-masing

Lalu

arang yang dihasilkan dikering di dalam


o

C, 350

C, 400
sebagai

C ditimbang

massa

awal.

Kemudian dimasukkan dalam cawan

oven pada suhu 105 C selama 3 jam.

yang telah diketahui bobot keringnya.

Selanjutnya,

Lalu arang aktif dipanaskan dalam tanur

arang

disimpan

dalam

cawan porselin dan dimasukkan ke dalam

pada suhu

tanur pada suhu 300 oC; 350 oC; 400 oC

Selanjutnya, didinginkan dalam desikator

selama 2 jam. Setelah itu diayak dengan

selama 1 jam dan ditimbang sebagai

ukuran 20 mesh (Danarto dan Samun,

massa akhir hingga mencapai bobot tetap

2008).

(Dahlan, 2012).

600 oC selama 10 menit.

2. Pengujian Kualitas Arang Aktif


a. Analisis Kadar Air

Keterangan:
o

Sebanyak 1 gram AA 0 C, AA
o

KZM = kadar zat menguap

300 C, AA 350 C, dan AA 400 C

Ma = massa awal

ditimbang masing-masing sebagai massa

Mb

= massa akhir

awal. Kemudian, dimasukkan ke dalam


c. Analisis Kadar Abu

cawan porselin yang telah dikeringkan.


Selanjutnya,

arang

aktif

Sebanyak 1 gram AA 0 oC, AA

tersebut
o

C, 350

300

selama 3 jam. Setelah itu, dimasukkan ke

ditimbang masing-masing sebagai bobot

dalam desikator selama 1 jam lalu

awal. Kemudian, dimasukkan kedalam

ditimbang sebagai massa akhir hingga

cawan

diperoleh bobot tetap (Widayanti, dkk.,

keringnya. Lalu arang aktif dipanaskan

2012).

dalam tanur pada suhu

yang

C, dan AA 400

dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC

telah

diketahui

bobot

700 oC selama

4 jam. Selanjutnya, didinginkan dalam

PVC ini diletakkan di bagian dalam

desikator selama 1 jam dan ditimbang

tabung yang terbuat dari aluminium.

sebagai bobot sisa hingga mencapai


bobot tetap (Kalensun, dkk., 2012).

d. Analisis Kadar Karbon Terikat


Karbon dalam arang aktif adalah
zat selain abu dan zat atsiri. Kadar karbon
terikat dapat dihitung pada persamaan
berikut (Satmoko, 2013) :
( )

Keterangan
KKT = kadar karbon terikat

Gambar 1. Rancangan Tabung Adsorpsi


5. Tahapan Pengukuran Emisi CO,
NO, dan NOx
a. Tahapan Pengukuran Emisi
CO, NO, dan NOx tanpa Arang
Aktif
Mesin sepeda motor dinyalakan.

KZM = kadar zat menguap

Kemudian, probe PEM 9004 dimasukkan

KA = kadar abu

ke knalpot. Selanjutnya, hasil pengukuran

3. Analisis Profil Permukaan Arang


Aktif
Profil permukaan arang aktif

emisi CO, NO, dan NOx ditampilkan


pada layar PEM-9004.

Pengukuran

diulangi sebanyak 5 kali.

dilihat dengan menggunakan Scanning


b. Tahapan Pengukuran Emisi
CO, NO, dan NOx dengan
Arang Aktif

Electron Microscopy (SEM).


4. Pembuatan Tabung Adsorpsi
Tabung adsorpsi ini bertujuan
untuk menyimpan arang aktif sebagai
media penyerap emisi gas CO, NO, dan
NOx. Tabung ini terbuat dari bahan
polimer polivinil klorida (PVC), yang
panjang dan diameternya masing-masing
15 cm dan

2 cm. Kedua ujung tabung

ditutupi oleh kain yang tipis.

Tabung

Mesin sepeda motor dinyalakan.


Setelah itu, tabung adsorpsi yang berisi
AA 0 oC dipasang pada saluran gas buang
(knalpot). Kemudian, probe alat uji PEM9004 dimasukkan ke dalam tabung
adsorpsi. Selanjutnya, hasil pengukuran
emisi gas CO, NO, dan NOx ditampilkan
pada layar PEM-9004. Langkah-langkah
tersebut diulangi namun AA 300

diganti dengan AA 350

C dan AA

400 oC. Pengukuran diulangi sebanyak 5

desikator selama 1 jam, lalu digerus


dengan menggunakan lumpang porselin.

kali.
c. Aktivasi Kimia dan Fisika
Sebanyak

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pembuatan Arang Aktif
Sekam Padi (Oryza sativa L.)

dari

sekam

padi

ini

sebagai

pembuatan arang aktif.


dicuci

sampai

gram

arang

dimasukkan masing-masing ke dalam 3


gelas kimia 250 mL, lalu direndam

a. Preparasi dan Dehidrasi Sekam


Padi (Oryza sativa L.)
Penelitian

50

dengan 500 mL larutan ZnCl2 10%


selama 24 jam. Hal tersebut bertujuan

menggunakan

untuk memecahkan ikatan hidrokarbon

bahan

baku

pada arang sehingga membuka pori-

Sekam padi

porinya (Faradina dan setiawati, 2010).

untuk

Selanjutnya, arang yang telah diaktivasi

pengotor,

dengan ZnCl2 10% disaring dengan

kemudian dikeringkan di bawah terik

menggunakan kertas saring Whatmann

matahari. Setelah itu, sekam padi yang

No. 42. Setelah proses penyaringan,

telah kering dimasukkan ke dalam oven

arang dicuci dengan akuades hingga pH

pada suhu 80 oC selama 24 jam untuk

air cucian netral (pH = 7). Tujuannya

menguapkan kandungan air pada sampel

adalah untuk menghilangkan ion-ion Cl-

tersebut atau mendehidrasi sampel sekam

yang dapat menutupi pori-pori arang

padi tersebut.

aktif.

menghilangkan

bersih
zat-zat

Setelah proses pencucian, arang

aktif dikeringkan di dalam oven pada


b. Karbonisasi Sekam Padi (Oryza
sativa L.)

menguapkan

Sekam padi yang telah melalui


tahap dehidrasi dikarbonisasi dalam tanur
pada suhu 300 oC selama 2 jam. Tujuan
karbonisasi untuk memisahkan bahan non
karbon yang terperangkap dalam bahan
baku sehingga yang tersisa hanya karbon
atau arang (Irianty, 2010).

suhu 105

Hasil

karbonisasi tersebut didinginkan di dalam

C selama 3 jam untuk


seluruh

kandungan

air.

Kemudian arang didinginkan di dalam


desikator selam 2 jam dan disimpan
dalam wadah tertutup.
Kemudian, arang aktif diaktivasi
secara fisika di dalam tanur pada variasi
suhu 300, 350 dan 400 oC.

Tujuan

aktivasi fisika untuk memperluas poripori arang aktif sehingga daya serapnya

semakin besar.

Variasi suhu tersebut

b. Pengujian Kadar Zat Menguap

dilakukan dengan tujuan memperoleh

Pengujian kadar zat menguap

suhu aktivasi fisika optimum arang aktif

betujuan untuk mengetahui persentase zat

sekam padi.

Setelah itu, arang aktif

atau senyawa yang belum menguap pada

diayak dengan ukuran 20 mesh untuk

proses karbonisasi dan aktivasi fisika.

mendapatkan ukuran yang homogen.

Kadar zat menguap yang tinggi dapat


mempengaruhi daya serap arang aktif.
Semakin tinggi kadar zat menguap pada
arang

aktif,

semakin

rendah

daya

serapnya. Pada penelitian ini, kadar zat


Gambar 2. Arang sekam padi yang
telah diaktivasi pada suhu
300 400 oC

menguap arang aktif yang diperoleh telah


memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI) yaitu maksimum 25%.

2. Pengujian Kualitas Arang Aktif


Sekam Padi (Oryza sativa L.)

c. Pengujian Kadar Abu


Pengujian kadar abu ini dilakukan

a. Pengujian Kadar Air


Pengujian kadar air bertujuan

untuk mengetahui kandungan oksida

untuk mengetahui sifat higroskopis arang

logam dalam arang aktif.

aktif. Kadar air dapat mempengaruhi

yang tinggi dapat mengurangi daya serap

kemampuan adsorpsi.

Semakin besar

arang aktif terhadap gas dan larutan,

kadar air arang aktif, maka semakin kecil

karena mineral seperti kalsium, kalium,

kemampuannya untuk menyerap adsorbat

magnesium dan natrium menyebar dalam

(Puspita,

Secara

kisi arang aktif. Persyaratan kadar abu

keseluruhan, kadar air arang aktif sekam

arang aktif berdasarkan Standar Nasional

padi

memenuhi

Indonesia (SNI) adalah maksimum 10%.

persyaratan Standar Nasional Indonesia

Kadar abu arang aktif sekam padi yang

(SNI), yaitu dibawah 15%. Pada Tabel 3,

diperoleh

semakin tinggi suhu aktivasi fisik, kadar

memenuhi persyaratan SNI karena masih

air yang dihasilkan semakin menurun.

banyak zat pengotor berupa senyawa

Hal itu terjadi karena semakin tinggi

anorganik yang terdapat pada arang aktif

suhu, maka semakin banyak air yang

tesebut. Hal ini diperkuat oleh sebuah

menguap.

penelitian

dkk.,

yang

2013).

dihasilkan

pada

yang

penelitian

Kadar abu

ini

menyatakan

tidak

bahwa

sekam padi memiliki kandungan silika

yang telah dilakukan oleh Jasman (2011)

sangat tinggi sekitar 94 96 %, dimana

menghasilkan

silika merupakan salah-satu jenis abu

sebesar 1,3%.

yang terdapat pada sekam padi (Sitorus,

Tabel 1. Hasil pengujian kualitas

2009).

Terlihat pada tabel 3, semakin

kadar

karbon

terikat

arang aktif sekam padi

tinggi suhu aktivasi fisika, makin tinggi

T (oC)

KA (%)

KZM (%)

KA (%)

KKT (%)

kadar abu yang diperoleh. Hal itu karena

14,20

25,00

50,16

10,64

300

7,20

24,90

47,50

20,40

350

6,30

22,85

49,36

21,49

400

2,80

18,18

50,91

28,02

proses

oksidasi

terjadi

lebih

lanjut

sehingga hasil dari proses oksidasi ini


menutupi pori-pori arang aktif.

Keterangan:
T

= suhu aktivasi sekam padi

Terikat

KA

= kadar air

Pengujian kadar karbon terikat

KZM = kadar zat menguap

d. Pengujian

Kadar

Karbon

bertujuan untuk mengetahui banyaknya


karbon yang terdapat arang aktif. Besar
kecilnya kadar karbon terikat yang
dihasilkan, selain dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya kadar zat menguap dan kadar
abu juga dipengaruhi oleh kandungan
selulosa dan lignin bahan yang dapat
dikonversi

menjadi

(Fauziah, 2009).

atom

karbon

Persyaratan kadar

karbon terikat arang aktif berdasarkan


Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah
minimum 65%. Pada penelitian ini, kadar
karbon terikat yang diperoleh tidak
memenuhi persyaratan SNI karena kadar
abu yang terkandung dalam arang aktif
sekam padi sangat tinggi. Akan tetapi,
kadar karbon terikat yang diperoleh lebih
banyak dibandingkan dengan penelitian

KKT = kadar karbon terikat


3. Analisis Profil Permukaan Arang
Aktif Sekam Padi
Scanning

Electron

Microscope

(SEM) adalah salah-satu jenis mikroskop


yang menggunakan berkas elektron untuk
menggambarkan profil permukaan benda.
Berkas elektron pada SEM ditembakkan
pada permukaan benda dan melewati
beberapa lensa elektromagnetik sehingga
berkas tersebut akan memantul kembali
atau menghasilkan elektron sekunder ke
segala arah.
dimana

berkas

Namun ada satu arah


tersebut

dengan intensitas tertinggi.

dipantulkan
Detektor

yang terdapat di dalam SEM akan


mendeteksi elektron dan menentukan
lokasi benda ke dalam layar (Sumantri

dan Halim, 2010).


dilakukan

untuk

Pengujian SEM
atau

padi yang tanpa melalui aktivasi suhu.

gambaran permukaan dari suatu sampel.

Selain itu, arang aktif dengan suhu

Dari

aktivasi 400

pengujian

melihat
tersebut,

pola

dibandingkan dengan arang aktif sekam

gambaran

C memiliki permukaan

permukaan pori-pori arang aktif dapat

pori-pori yang lebih teratur dibandingkan

dilihat pada Gambar 3.

dengan arang aktif sekam padi yang


tanpa melalui aktivasi suhu.

Pengaruh

utama aktivasi fisika dengan suhu 400 oC


tidak hanya menguapkan material nonkarbon

tapi

cukup

efektif

dalam

membentuk dan melebarkan pori-pori.


4. Pengukuran Emisi CO, NO, dan
Gambar 3a. Hasil FE-SEM arang aktif
tanpa aktivasi suhu dengan perbesaran
20.000 kali

NOx
Pada proses pengukuran ini, jenis
kendaraan bermotor yang digunakan
adalah sepeda motor merek Yamaha soul
GT.

Emisi gas buang motor tersebut

diukur

dengan

Portable

Emissions

Measurement (PEM) 9004. Pengukuran


ini dilakukan dengan 5 perlakuan. Setiap
perlakuan diulangi sebanyak 5 kali
Gambar 3b. arang aktif dengan suhu
aktivasi 400 oC dengan perbesaran
20.000 kali

dengan selang waktu 1 menit. Perlakuan


1

disebut

kontrol,

pengukuran

ini

dilakukan tanpa menggunakan arang

Pada gambar 3 dapat diamati

aktif, dimana stik probe PEM secara

perbedaan antara arang aktif sekam padi

langsung dimasukkan di dalam saluran

tanpa aktivasi suhu dengan arang aktif

knalpot.

sekam padi dengan suhu aktivasi 400 oC.

dengan menggunakan arang aktif sekam

Perbesaran 20.000 kali menunjukkan

padi dengan variasi suhu aktivasi yang

bahwa arang aktif dengan suhu aktivasi

berbeda (To, T1, T2 dan T3). Sebanyak 15

400 oC memiliki pori-pori yang besar

gram arang aktif dimasukkan masing-

Perlakuan 2 5 dilakukan

masing ke dalam 3 pipa PVC. Lalu 3

pada

pipa

tersebut dimasukkan ke dalam

pengukuran tersebut juga dimaksudkan

tabung adsorpsi, lalu tabung dipasang di

untuk menentukan daya serap adsorben

knalpot

hasil

arang aktif sekam padi terhadap emisi

pengukuran emisi gas NO, NOx, dan CO

gas. Pada Gambar 3, konsentrasi gas CO;

terdapat pada lampiran.

NO; NOx masing-masing sebesar 2420

sepeda

motor.

Data

ppm

sepeda

8,4

motor.

ppm;

8,8

Selain

ppm.

itu,

Hasil

pengukuran kontrol (K) sangat tinggi


karena pengukuran ini dilakukan tanpa
menggunakan arang aktif. Akan tetapi
pada pengukuran T0 yang menggunakan
Gambar 4a. Grafik penurunan konsentrasi
emisi gas CO

arang aktif tanpa aktivasi suhu (0 oC),


emisi

gas-gas

tersebut

mengalami

penurunan konsentrasi sebesar 1900 ppm


untuk gas CO; 6,6 ppm untuk gas NO dan
NOx. Sama halnya dengan pengukuran
T1 yang menggunakan arang aktif suhu
aktivasi
Gambar 4b. Grafik penurunan konsentrasi
emisi gas NO dan NOx

Gas CO, NO, dan NOx masing-masing

Pada

pengukuran

T2

menggunakan arang aktif suhu aktivasi

T1 = arang aktif sekam padi suhu aktivasi

350 oC, konsentrasi emisi gas CO; NO;


NOx

300 oC
sekam

padi

suhu

sekam

padi

suhu

aktivasi 400 oC

mengalami

penurunan

masing-

masing sebesar 1720 ppm; 5,4 ppm; 5,4


ppm.

aktivasi 350 oC
aktif

mengalami

6,2 ppm; 6,4 ppm.

suhu (0 oC)

T3 = arang

juga

penurunan konsentrasi secara signifikan.

T0 = arang sekam padi tanpa aktivasi

aktif

mengalami penurunan sebesar 1750 ppm;

Keterangan :
K = kontrol (tanpa arang aktif)

T2 = arang

300

Selaras

dengan

pengukuran

sebelumnya, T3 yang menggunakan arang


aktif

suhu

aktivasi

400

juga

Pengukuran kontrol (K) dilakukan

mengalami penurunan konsentrasi emisi

untuk mengetahui penurunan emisi gas

gas CO; NO; NOx; masing-masing

sebesar 1150 ppm; 2 ppm; 2 ppm.

memiliki daya serap terhadap gas sebesar

Penurunan konsentrasi terjadi karena gas-

27,7% untuk gas CO; 26,2% untuk gas

gas tersebut terperangkap dalam rongga

NO; 27,3% untuk gas NOx. Sementara

atau pori-pori arang aktif.

Semakin

arang aktif sekam padi yang diaktivasi

tinggi suhu semakin banyak pori-pori

pada suhu 350 oC memiliki daya serap

arang aktif yang terbuka sehingga gas-gas

terhadap gas sebesar 28,9% untuk gas

yangg

banyak.

CO; 35,7% untuk gas NO; 38,6% untuk

Konsentrasi gas CO, NO, dan NOx

gas NOx. Semakin tinggi suhu aktivasi

menurun seiring dengan meningkatnya

arang aktif, semakin tinggi pula daya

suhu aktivasi arang aktif sekam padi. Hal

serap gas CO, NO, dan NOx.

itu terjadi karena tingginya suhu aktivasi

terjadi karena zat-zat yang menutupi pori-

menyebabkan

porinya mengalami penguapan.

diserap

semakin

zat-zat

nonkarbon

Hal itu
Daya

menguap sehingga pori-pori arang aktif

serap tertinggi yang diperoleh untuk

terbuka.

masing-masing gas CO, NO, NOx adalah

Dengan

demikian,

daya

serapnya akan semakin besar.

52,5%; 76,2%; 77,3%. Ini menunjukkan


bahwa suhu 400

C merupakan suhu

paling baik untuk aktivasi fisik pada


arang aktif sekam padi.
KESIMPULAN
Kadar air dan zat menguap arang
Gambar 5. Grafik hubungan daya
adsorpsi terhadap suhu aktivasi arang
aktif

aktif sekam padi memenuhi persyaratan

Berdasarkan grafik pada gambar

AA 300 oC; 6,30% AA 350 oC; 2,80%

Standar

Nasional

Indonesia

(SNI),

dengan kadar air 14,20% AA 0 oC; 7,20%


o

4, daya serap pengukuran kontrol (K)

AA 400

adalah 0%. Sementara daya serap arang

menguap 25,00% AA 0 oC; 24,90% AA

aktif tanpa aktivasi fisik terhadap emisi

300 oC; 22,85% AA 350 oC; 18,18% AA

ketiga gas tersebut adalah 21,5% untuk

400 oC. Kadar abu dan karbon terikat

gas CO; 21,4% untuk gas NO; 25,0 %

tidak memenuhi persyaratan Standar

untuk gas NOx. Arang aktif sekam padi

Nasional Indonesia (SNI), dengan nilai

yang diaktivasi pada suhu 300

C.

Sementara kadar zat

kadar abu 50,16% AA 0 oC; 47,50% AA

300 oC; 49,36% AA 350 oC; 50,91% AA

memiliki daya serap tertinggi terhadap

400 oC. Sementara kadar karbon terikat

gas, yaitu 52,5% untuk gas CO; 76,2%

10,64% AA 0 oC; 20,40% AA 300 oC;

untuk gas NO; 77,3 % untuk gas NOx.

21,49% AA 350 C; 28,02% AA 400 C.


Arang

aktif

sekam

padi

dapat

menurunkan konsentrasi emisi CO, NO,


dan NOx secara signifikan. Semakin
tinggi suhu aktivasi arang aktif, maka
semakin besar daya serapnya. Suhu
400 oC merupakan suhu aktivasi terbaik

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyampaikan terima
kasih kepada analis Laboratorium Kimia
Analitik Jurusan Kimia FMIPA Unhas
dan kepada semua pihak yang membantu
sehingga penelitian ini dapat terlaksana

bagi arang aktif sekam padi karena

DAFTAR PUSTAKA
1. Angreni, A., 2013, Studi Kasus:
Kebijakan
Mobil
Murah,
(http://academia.edu).
2. Apriyanti, E., 2011, Adsorpsi CO2
menggunakan Zeolit Sintetis 4A:
Aplikasi pada Pemurnian Produk
Biogas, Tesis tidak diterbitkan,
Program Studi Teknik Kimia,
Fakultas
Teknik,
Universitas
Diponegoro, Semarang.
3. Arisma,
D.,
2010,
Pengaruh
Penambahan Reheater pada Knalpot
terhadap Emisi Gas Buang CO
Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z
Tahun 2004, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
4. Badan Pusat Statistik, 2013, Produksi
Padi,
Jagung,
dan
Kedelai,
(www.bps.go.id).
5. Budiyono, A., 2010, Pencemaran
Udara: Dampak Pencemaran Udara
pada Lingkungan, Berita Dirgantara,
2 (1).
6. Dahlan, B., 2012, Studi Awal
Penggunaan Limbah Kayu Matoa
(Pometia sp) sebagai Bahan Dasar

Pembuatan Karbon Aktif untuk


Adsorpsi Limbah Timbal(II), Skripsi
tidak diterbitkan, Jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Universitas
Negeri Papua, Manokwari.
7. Danarto, Y.C., Samun, T., 2008,
Pengaruh Aktivasi Karbon dari
Sekam Padi pada Proses Adsorpsi
Logam Cr(VI), Jurnal Ilmu dan
Teknologi Hasil Hutan, (online), 7
(1); 13 16.
8. Faradina, E. dan Setiawati, N., 2010,
Regenerasi Minyak Jelantah Dengan
Proses Bleaching Menggunakan
Adsorben Arang Aktif, Laporan
Penelitian Program StudiTeknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
9. Fauziah, N., 2009, Pembuatan Arang
Aktif secara Langsung dari Kulit
Acacia mangium Wild dengan
Aktivasi Fisika dan Aplikasinya
sebagai Adsorben, Departmen Hasil
Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB,
Bogor.
10. Hastuti, E. dan Utami, T., 2008,
Potensi Ruang Terbuka Hijau dalam
Penyerapan CO2 di Permukiman,
Jurnal Permukiman, 3 (2).

11. Hsu, S.T., dan Pan, T.C., 2013,


Adsorption of Paraquat using
Methacrylic Acid Modified Rice
Husk, Biosource Technology, 3617
3621.
12. Irawan, R.M.B., 2008, Pengaruh
Methanol terhadap Pengurangan
Emisi Gas Buang Carbon Monoksida
pada Kendaraan Motor Bensin,
Traksi, (online), 6 (1); 39 46.
13. Jasman, 2011, Uji Coba Arang Aktif
Sekam Padi sebagai Media Filtrasi
dalam Menurunkan Kadar Fe pada
Air Sumur Bor di Asrama Jurusan
Kesehatan Lingkungan Manado, JKL,
1 (1); 49 53.
14. Kalensun, A.G., Wuntu, A.D., dan
Kamu, V.S., 2012, Isoterm Adsorpsi
Toluena pada Arang Aktif Strobilus
Pinus (Pinus merkusii), Jurnal Ilmiah
Sains, 12 (2); 100 104.
15. Murshid,
G.,
Shariff,
A.M.,
Keong,L.K., Bustam, M.A., 2011,
Thermo Physical Analysis of 2amina-2-methyl-1-propanol Solvent
for Carbondioxide Removal, Skripsi
tidak diterbitkan, Jurusan Teknik
Kimia,
Universitas
Teknologi
PETRONAS, Perak, Malaysia.
16. Puspita, Y.V.D., Ibnu, M.S., dan
Wonorahardjo,
S.,
2013,
Karakterisasi dan Uji Kemampuan
Serbuk Ampas Kelapa Asetat sebagai
Adsorben Belerang Dioksida, Jurnal
Kimia.
17. Satmoko, M.E.A., 2013, Pengaruh
Variasi Temperatur, Cetakan terhadap
Karakteristik Briket Kayu Sengon
pada Tekanan Kompaksi 6000 psig,
Skripsi tidak diterbitkan, Program
Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas
Negeri
Semarang,
Semarang.
18. Shackley, S., Carter, S., Knowles, T.,
Middelink, E., Haefele, S., Sohi, S.,
Cross, A., dan Haszeldine, S., 2011,
Sustainable
gasificationbiochar
systems? A case-study of rice-husk

gasification in Cambodia, Part I:


Context,
chemical
properties,
environmental and health and safety
issues, Energy Policy Journal, 10;
1 10.
19. Singh, S.R., dan Singh, A.P., 2012,
Treatment of Water Containing
Chromium (VI) Using Rice Husk
Carbon As a Newlow Cost
Adsorbent, Int. J. Environ. Res., 6
(4); 917 924.
20. Sihotang, A.A.A., dan Dian, S.P.,
2009, Pemanfaatan Limbah Sekam
Padi menjadi Arang Aktif sebagai
Adsorben.
21. Sitorus, T.K., 2009, Pengaruh
Penambahan Silika Amorf dari
SekamPadi terhadap Sifat Mekanis
dan Sifat Fisis Mortar, Skripsi tidak
diterbitkan,
Departemen
Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Universitas
Sumatera Utara, Medan.
22. Sukarsono,
S.,
2004,
Kajian
Pengurangan SO2 Dan NOx Dari Gas
Buang Hasil Pembakaran Dengan
Akselerator, Ganendra, 3 (1).
23. Sumantri, T. dan Halim, A., 2010,
Pengaruh Penambahan Additive
terhadap Kemurnian dan Ukuran
Hydroxyapatite
Powder
dengan
Metode Flame Spray Pyrolysis,
Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya.
24. Sunardi
dan
Nurliani,
2008,
Pemanfaatan Arang Aktif Sekam Padi
dengan Aktivator Natrium Karbonat
(Na2CO3) 5% untuk Mengurangi
Kadar Besi (Fe) dalam Air Ledeng,
Jurnal Teknologi Hasil Hutan, (23);
99 104.
25. Widayanti, Isa, I., dan Aman, L.O.,
2012, Studi Daya Aktivasi Arang
Sekam Padi pada Proses Adsorpsi
Logam Cd, Jurnal Kimia, 6 (5); 1 7.

26. Yahaya, N.K.E.M., Latif, M.F.P.M.,


Abustan, I., dan Ahmad, M.A., 2010,
Effect of Preparation Conditions of
Activated Carbon Prepared from Rice
Husk by ZnCl2 Activation for
Removal of Cu(II) from Aqueous
Solution, International Journasl of
Engineering and Technology IJETIJENS, 10 (6); 28-32.

27. Zakir, M., 2013, Adsorption of


Lead(II) and Copper(II) Ions on Rice
Husk Activated Carbon Under
Sonication, Makalah disajikan dalam
Simposium Internasional Teknik
Kimia dan Bioproses, Yogyakarta,
2528 Juni.

Anda mungkin juga menyukai