Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STEP 1
1. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan ekstra oral pada sendi rahang dengan
menggunakan alat bantu stetoskop untuk mengamati apakah ada bunyi
clicking atau krepitus yang abnormal atau tidak. Normalnya tidak ada
bunyi. Jika terdapat bunyi abnormal kemungkinan terdapat kelainan pada
TMJ.
Dalam prakteknya stetoskop diletakkan pada tragus superior (posisi TMJ)
dengan pasien diinstruksikan membuka dan menutup mulut, saat proses itu
didengar bunyi pergerakan TMJ nya. Bunyi clicking berlangsung 2 kali,
saat condyle akan meluncur (membuka mulut) dan saat condyle kembali
ke tempat awal (menutup mulut). Bunyi krepitasi terjadi selama proses
membuka dan menutup mulut.
2. Inlay
Inlay merupakan restorasi rigid yang dibentuk di luar rongga mulut dengan
proses pengecoran agar diperoleh bentuk yang pas dengan preparasi gigi,
dengan jalan membuat model malam terlebih dahulu atau tidak, dapat
bersifat logam maupun non logam dan disemenkan ke dalam kavitas. Pada
inlay melibatkan semua fissure dan minimal melibatkan satu lembah cusp.
3. Deviasi
Deviasi adalah displacemen mandibula dari garis vertikal imajiner saat
mandibula membuka kurang lebih setengah dari pembukaan maksimal.
Garis vertikal imajiner ini teletak pada midline rahang saat mulut tertutup.
4. Kontak prematur
Kontak antara gigi geligi yang terjadi lebih cepat atau lebih awal daripada
gigi yang lain pada saat oklusi. Kontak prematur dapat disebabkan oleh
adanya mobilitas gigi atau adanya ekstrusi.
STEP 2
1. Apa saja penyebab terjadinya deviasi mandibula ke arah kiri?
STEP 3
1. Salah satu faktor penyebab terjadinya deviasi mandibula ke arah kiri
adalah gigi yang mengalami mobilitas. Karena terdapat gigi yang
mengalami mobilitas pada beberapa regio, pada saat proses membuka dan
menutup mulut TMJ akan berusaha menyesuaikan pergerakan agar terjadi
oklusi yang pas pada rongga mulut. Kemudian kehilangan gigi seperti
yang dialami pasien pada skenario juga berpengaruh besar terhadap otot
dan sendi temporomandibula. Karena gigi sebelah kiri banyak yang
tanggal, pasien lebih sering menggunakan gigi sebelah kanan untuk
mengunyah, sehingga TMJ pun tidak bekerja secara bilateral. Tekanan
atau beban kunyah yang diterima TMJ kanan lebih tinggi sehingga
kerusakan lebih progresif pada TMJ sebelah kanan. Selain itu, gigi geligi
juga menyumbang tinggi wajah, terkait dengan body mandibula. Jika gigi
geligi banyak yang tanggal, tinggi wajah akan merendah, karena gigi
rahang atas akan bertemu dengan gigi rahang bawah. Hal tersebut
berpengaruh terhadap TMJ karena condyle akan lebih mendesak ke arah
antagonisnya. Perubahan degeneratif yang terjadi seperti perubahan
dimensi kondilus dan penyempitan ruang artikular pada TMJ pun
menciptakan abnormalitas fungsi dari TMJ karena terdapat perbedaan
struktur pada salah satu sisi TMJ. Padahal untuk berfungsi secara fisiologis
diperlukan struktur yang seimbang antar kedua sisi TMJ. Perubahan
degeneratif tersebut selanjutnya akan berakibat pada berkurangnya cairan
synovial, yang dapat mempengaruhi kelancaran dari pergerakan dari
STEP 4
STEP 5
tulang rawan untuk menahan kekuatan tekanan dari sendi dan pengaruhpengaruh yang lain yang merupakan efek dari tekanan. Penurunan kekuatan
dari tulang rawan disertai perubahan yang tidak sesuai dari kolagen. Pada
level teratas dari tempat degradasi kolagen memberikan tekanan yang
berlebihan pada serabut saraf dan tentu saja menimbulkan kerusakan
mekanik.
Kondrosit sendiri akan mengalami kerusakan. Selanjutnya akan
terjadi perubahan komposisi molekuler dan matriks rawan sendi, yang
diikuti oleh kelainan fungsi matriks rawan sendi. Melalui mikroskop terlihat
permukaan mengalami fibrilasi dan berlapis-lapis. Hilangnya tulang rawan
akan menyebabkan penyempitan rongga sendi.
Pada tepi sendi akan timbul respons terhadap tulang rawan yang
rusak dengan pembentukan osteofit. Pembentukan tulang baru (osteofit)
dianggap suatu usaha untuk memperbaiki dan membentuk kembali
persendian. Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima
beban, osteofit diharapkan dapat memperbaiki perubahan-perubahan awal
tulang rawan sendi pada osteoarthritis. Lesi akan meluas dari pinggir sendi
sepanjang garis permukaan sendi.
b. Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis adalah athritis yang disertai arthritis inflamasi
sehingga menimbulkan nyeri sendi dan kerusakan. Rheumatoid arthritis
menyerang lapisan sendi (sinovium) menyebabkan pembengkakan yang
dapat menimbulkan rasa sakit, berdenyut-denyut dan kondisi lebih parah
dapat berupa kecacatan.
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada
jaringan synovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
10
11
Kelelahan
Demam
12
pada membran sinovial. Osteoarthritis ditandai dengan efek dari pemakaian dan robeknya
kartilago yang menua sehingga menyebabkan degenerasi kartilago.
Gambar 3. Perbandingan antara Rheumatoid arthritis dan Osteoarthrosis. Rheumatoid artritis
ditandai dengan inflamasi pada kapsul sendi dan membran sinovial, kehilangan ruang dari
kavitas synovial, dan destruksi kartilago. Osteoarthritis ditandai dengan destruksi kartilago
yang parah, tulang menjadi kasar dan berduri, dan terlepasnya partikel- partikel kartilago.
c. Osteoarthrosis
Osteoarthrosis adalah penyakit sendi non inflamatori yang ditandai
dengan degenerasi dari artikular kartilago, hipertropi dari margin tulang, dan
perubahan dari membran sinovial. Dikenal juga sebagai degenerative
13
dimana gesekan terus terjadi dan sendi yang menerima beban mengalami
hipertrofi dan hiperplasi pada tulang tulang disekitar tulang rawan. Kondrosit
ini akhirnya mengalami osifikasi enkondral dan terjadilah pengapuran (bony
spur/tadji tulang)
Pada masa menopause kadar air pada tulang rawan meningkat dan susunan
protein tulang rawan terdegradasi. Tulang rawan mulai menipis dan akan
mengalami retakan kecil, apabila mengalami peradangan maka akan
merangsang pertumbuhan tulang baru disekitar sendi. (osteophyte).
B. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga memiliki peranan penting dalam terjadinya OA, wanita
lebih sering terkena OA dari pada laki laki. Insiden kejadian OA pada wanita
meningkat tajam bersamaan dengan menopouse (Jordan, 2006). Pada saat
menopouse terjadi penurunan sekresi estrogen (Jones, 2002). Sedangkan fungsi
dari hormon estrogen salah satunya adalah membantu sintesa kondrosit dalam
matriks tulang, dan jika estrogen menurun maka sintesa kondrosit menurun
sehingga sintesa proteoglikan dan kolagen juga menurun sedang aktifitas
lisosom meningkat, hal ini lah yang menyebabkan OA banyak terjadi pada
wanita. Selain itu, diduga estrogen ini juga meningkatkan stimulasi nyeri.
C. Oklusi
Pada maloklusi dapat menyebabkan ketidakseimbangan neuromuskular
dan menyebabkan iskemik yang dapat menjadi faktor predisposisi dari
gangguan sendi temporomandibula. Akan tetapi dari beberapa penelitian yang
sudah pernah dilakukan, peran oklusi dalam menimbulkan ganguan sendi
temporomandibula masih belum jelas.
D. Faktor Lokal Gigi
Kehilangan gigi dalam jumlah banyak akan meningkatkan kerentanan
terhadap perubahan beban fungsional sendi temporo mandibula (TMJ), yang
15
16
G. Diabetes Mellitus
Pada diabetes terdapat perubahan perubahan metabolism dan hormonal
yang dapat menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi maupun reaktivasi
pertumbuhan tulang rawan sendi. Kondrosit sebagai satu satunya unsure
hidup pada tulang rawan sendi, peka terhadap perubahan perubahan dalam
lingkungan sekitarnya. Perubahan perubahan tersebut dapat mengganggu
fungsi kondrosit dan susunan biokimiawi matrik dan kemampuan biomekanik
tulang rawan sendi.
Hormon pertumbuhan, insulin, estradiol dan insulin growth factor (IGF-1)
mempunyai pengaruh pada metabolism tulang rawan sendi, IGF-1 terbukti
merangsang pertumbuhan tulang rawan sendi yang terkuat. Adanya
kecenderungan alami dari penderita diabetes untuk menderita osteoarthritis
diduga timbul sebagai akibat dari cepatnya proses degenerasi sendi. Adanya
perubahan aktivitas enzim pada diabetes mengakibatkan perubahan sintesis dan
degradasi
glikosaminoglikan.
Proses
degradasi
melebihi
sintesis
dan
karena
kekurangan
insulin.
Defisiensi
insulin
yang
berat
17
Pertama ia mereduksi
viskositas
cairan
sinovial
melalui
mereduksi lubrikasi
permukaan
sendi
karena memburuknya
permukaan lapisan fosfolipid aktif (SAPL), yang bekerja sebagai pelumas dan
pelindung permukaan sendi yang sangat efisien; ketiga mengurai kolagen
dan proteoglikan,
dan
keempat
menggiatkan enzim-enzim
degradasi
molekul,
yang kemudian
berlanjut
pada
perubahan-
18
cekung yang
19
21
glucosamine
dan
chondroitin.
Glucosamine
adalah
24
25
Namun dalam hal ini, kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan
memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler,
termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI, dan X yang berlebihan dan sintesis
proteoglikan yang pendek. Akibatnya, terjadi perubahan pada diameter dan
orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanik kartilago, sehingga
kartilago sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya.
Beberapa keadaan seperti trauma / jejas mekanik akan menginduksi
pelepasan enzim degradasi, seperti stromelysin dan Matrix Metalloproteinases
(MMP).
Stromelysin
mendegradasi
proteoglikan,
sedangkan
MMP
26
Selain dari penjabaran di atas, proses destruksi pada tulang rawan dapat juga
dijelaskan sebagaimana 4 tahap berikut:
1. Tahap 1: Tulang rawan akan terdapat celah multiple tidak teratur dan
terdapat retakan disekitarnya, selain itu keadaan proteoglikan sudah
terkikis sedangkan unsur kolagen belum sepenuhnya terkikis
2. Tahap 2 : Celah serta retakan pada tulang rawan terlihat semakin dalam,
disamping itu produk matriks patologis yang berupa IL-1 merangsang agar
kondrosit menghasilkan matriks patologis lebih cepat dan lebih banyak
27
28
29
TMJ
sebagian besar
didasarkan atas
pengamatan/
30
khususnya
pada
jarak
antar
insisal,
dimana
penemuan
sebelumnya.
Kronologi
perawatan
sebelumnya
baik
dibutuhkan
beberapa
kunjungan
dengan
kemungkinan
Ai0
AiI (gejala ringan)
gejala)
Tanpa gejala
Bunyi pada sendi temporomandibula.
Kelelahan pada rahang
Kekakuan pada rahang saat bangun tidur atau
ketika menggerakkan rahang bawah
31
atau
rasa
sakit
di
regio
sendi
Poin
0
1
5
0
32
5
0
1
5
0
1
5
0
1
5
Gambar 12. Pemeriksaan fisik: A. Range of motion, B. palpasi area pregragus; bagian lateral dari
sendi temporomandibula, C. palpasi duktus akustikus; bagian posterior sendi temporomandibula,
D. palpasi m. masseter, E. bimanual palpasi m. masseter, F. palpasi m. pterigoideus lateral, G.
palpasi m. pterigoideus medial, H. palpasi m. temporalis, palpasi m. digastricus pars anterior.
Penjelasan
Total poin
Dysfunction index
34
(Di).
Di0
DiI
DiII
DiIII
0
1-4
5-9
10-25
B. Pemeriksaan Histopatologis
Pada pemeriksaan histopatologis dari osteoarthritis terdapat fisuring dari
permukaan articular selain itu ditemukan pula sebukan sel radang kronis.
Terlihat pula adanya penetrasi pembuluh kapiler pada preparat kelainan
osteoarthritis.
-
Gambar 13. Normal cartilage : permukaan articular halus. OA cartilage : fibrilasi, fissuring
dari permukaan articular dan juga menunjukkan pengelempokan sel dalam zona dangkal tulang
rawan. Penetrasi dari pembuluh kapiler.
35
C. Pemeriksaan Radiologis
Degeneratif arthrosis meningkat sebanding dengan meningkatnya
usia dan umumnya menyebabkan nyeri pada sendi, seperti pinggul dan
tulang belakang. Sekarang dianggap sebagai penyakit sistemik, atau
komplikasi dari kekacauan internal sendi, dan tekanan yang kontinu
menyebabkan sendi terasa sakit . Tanda-tanda radiografi osteoarthritis TMJ
sering terlihat pada orang tua, tetapi sering tidak ada tanda klinis yang
signifikan. Symptom (bila terjadi) dapat mencakup rasa yang sakit pada
krepitus dan trismus, dan biasanya persistent .
Gambaran radiografi, antara lain :
Pembentukan Osteofit (bony spur) pada aspek anterior dari permukaan
artikular kepala condylar. Gambaran radiologi pembentukan osteofit kecil
sering disebut sebagai lipping
Gambar 14.
A
dan B yaitu
Gambaran
Lipping.
Keterangan:
Gambar B, menggunakan teknik radiografi Transpharyngeal dari kondilus
kiri yang menunjukkan perubahan osteoarthritic dini dengan pembentukan
osteofit keci lpada bagian anterior, yang biasa disebut lipping. (yang
ditunjuk oleh panah putih).
36
Gambar 15. Gambaran beaking (C. kiri), Gambaran flattening pada kepala kondilus pada margin
anteroposterior (D. kanan)
Keterangan :
Gambar C, Teknik Radiografi Transpharyngeal dari kondilus kanan
menunjukkan perubahan osteoarthritic yang lebih dengan pembentukan
osteofit anterior yang disebut beaking (yang ditunjuk tanda panah).
Gambar D, menggunakan teknik radiografi Dental Panoramik Tomograph
menunjukkan perubahan osteoarthritic dengan terjadinya flattening kepala
condylar (yang ditunjuk oleh panah terbuka), yang padat dan sklerotik.
- Subchondral sclerosis kepala condylar yang menjadi padat dan lebih
radiopak-proses yang kadang-kadang disebut sebagai eburnation
- Sebuah garis normal terhadap fosa glenoid meskipun juga dapat
menjadi sklerotik
- Sangat jarang, mungkin ada bukti:
posterior osteofit pembentukan
subchondral kista
Erosi artikular
37
KESIMPULAN
38
DAFTAR PUSTAKA
Elkins, R. 1997. Glucosamine Sulfate and Chondroitin Sulfate. Pleasant Grove:
Woodland Publising.
Heffez L, Rosenberg MF, Jordan S, et al. Accuracy of corrected lateral
cephalometric hypocycloidal tomograms of the TMJ. J Oral Maxilofac Surg.
1987;45:137-42.
Katzberg RW, Dolwick MF, Bales DJ, Helms CA. Arthrotomography of the
teporomandibular joint: new technique and preliminary observations. Am J
Roentgenol. 1979;161:100-5
Katzberg RW, Bessette RW, Tallents RH, et al. Normal and abnormal
temporomandibular joint: MR imaging with surface coil. Radiology. 1986;
158:183-9
Khasanah,
Ani
Iswatin
Khuriliin.
2012.
Pengaruh
Gangguan
Sendi
39
Terhadap Kualitas Hidup (Terkait Kesehatan Gigi Dan Mulut) Pada Lansia.
Semarang : Universitas Diponegoro
Kurnikasari, Erna, Perawatan Disfungsi Sendi Temporomandibula Secara
Paripurna. FKG Unpad.
Markenson JA., 2004. An In-Depth Overview of Osteoarthritis for Physician,
http://hss.edu/ diakses 27 Agustus 2015;
Rahmawan,
Dzanuar.
2011.
Degenerasi
TMJ.
[online:
40