Panduan Pelaksanaan
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP)
Edisi 1
Desember 2013
KATA PENGANTAR
KETUA KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT
(Dr. dr. Sutoto, M.Kes)
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,karena
berkat rahmatnya Panduan Pelaksanaan Dokter Penangung Jawab
Pelayanan (DPJP) selesai disusun sebagai acuan persiapan akreditasi
rumah sakit versi 2012.
Rumah Sakit sebagai institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian dan kecacatan dalam
melaksanakan fungsinya rumah saikt harus meminimalkan risiko baik klinis maupun non
klinis yang mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan berlangsung sehingga
terlaksananya pelayanan yang aman bagi pasien. Oleh karena itu keselamatan pasien
menjadi prioritas utama dalam semua bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai
kondisi pelayanan yang efektif, efisien dan aman bagi pasien diperlukan komitmen dan
tanggung jawab dari seluruh personil pemberi pelayanan di rumah sakit.
Salah satu pemberi elemen dalam pemberi asuhan kepada pasien (patient care) adalah
asuhan medis. Asuhan medis diberikan oleh dokter yang dalam standar keselamatan pasien
disebut DPJP (Dokter Penanggung jawab pelayanan). Buku ini bertujuan untuk
memudahkan rumah sakit dalam penyelenggaraan asuhan medis oleh DPJP dalam rangka
memenuhi standar akreditasi rumah sakt versi 2012.
Jakarta,
Desember 2013
Dr dr Sutoto, M.Kes
Editor :
Dr. dr. Sutoto, M.Kes
Kontributor Utama:
dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM,MHKes
Kontributor
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
RUANG LINGKUP
Pedoman ini berlaku pada semua lini pelayanan rumah sakit yang meliputi :
emergensi, rawat jalan, rawat inap, ruang tindakan, ruang perawatan khusus
(ICU,HCU,Hemodialisis).
BAB III
DASAR
1. UU no 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 5 : Rumah Sakit mempunyai fungsi :
huruf b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
2. UU no 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 29 Setiap Rumah Sakit mempunyai
kewajiban : huruf r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit
(hospital by laws)
Penjelasan Pasal 29 huruf r : Yang dimaksud dengan peraturan internal Rumah Sakit
(hospital bylaws) adalah peraturan organisasi Rumah Sakit (corporate bylaws) dan
peraturan staf medis Rumah Sakit (medical staff bylaw) yang disusun dalam rangka
menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
dan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Dalam peraturan staf
medis Rumah Sakit (medical staff bylaw) antara lain diatur kewenangan klinis
(Clinical Privilege).
3. UU no 29/2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 3 Pengaturan praktik kedokteran
bertujuan untuk
1. memberikan perlindungan kepada pasien;
2. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh
dokter dan dokter gigi; dan
a. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi
4. UU no 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 43 menyatakan rumah sakit wajib
menerapkan Standar Keselamatan Pasien.
5. Permenkes 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
6. Pasal 7 Permenkes 1691/2011 mengatur hal berikut :
a. Setiap Rumah Sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien
b. Standar Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
I.
Hak pasien;
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
Konsil
Kedokteran
Indonesia
no
21A/KKI/KEP/IX/2006
tentang
Konsil
Kedokteran
Indonesia
no
48/KKI/PER/XII/2010
tentang
BAB IV
PENGERTIAN
1. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai
dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis
lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu patologi / penyakit, dari awal
sampai dengan akhir perawatan di rumah sakit, baik pada pelayanan rawat jalan
dan rawat inap. Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen medis sampai
dengan implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan pasien.
2. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai
kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi. Contoh :
pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu
DPJP : Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter
Spesialis Saraf.
3. DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis
tsb dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketuai oleh seorang DPJP
Utama. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan
asuhan medis bagi pasien ybs ("Kapten Tim"), dengan tugas menjaga
terlaksananya asuhan medis komprehensif - terpadu - efektif, keselamatan pasien,
komunikasi efektif, membangun sinergisme, mencegah duplikasi.
4. Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya memberikan uraian /
data tentang hasil
BAB V
PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Dalam UU 44/2009 pasal 5 huruf b, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan di
rumah sakit adalah pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
Pada penjelasan pasal 5 huruf b, disebutkan : yang dimaksud dengan pelayanan
kesehatan paripurna tingkat kedua adalah upaya kesehatan perorangan tingkat
lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan paripurna tingkat ketiga adalah upaya
kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan
teknologi kesehatan sub spesialistik. Dengan demikian asuhan medis kepada
pasien diberikan oleh dokter spesialis.
BAB VI
ASUHAN MEDIS
Asuhan pasien dalam konteks Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered
Care), dilakukan oleh semua professional pemberi asuhan, a.l. dokter, perawat, ahli
gizi, apoteker dsb, disebut sebagai Tim interdisiplin.
Asuhan pasien yang dilakukan oleh masing-masing pemberi asuhan, terdiri dari 2
blok kegiatan : Asesmen pasien dan Implementasi rencana
1. Asesmen pasien terdiri dari 3 langkah :
a. Pengumpulan informasi, a.l. anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, dsb
b. Analisis informasi menghasilkan diagnosis, masalah atau kondisi, untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien
c. Menyusun rencana (care plan) pelayanan dan pengobatan, untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan pasien
2. Implementasi rencana dan monitor
Asuhan medis di rumah sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut sebagai DPJP.
Di unit / instalasi gawat darurat dokter jaga yang telah menjalani pelatihanbersertifikat kegawat-daruratan, a.l. ATLS, ACLS, PPGD, menjadi DPJP pada saat
asuhan awal pasien gawat-darurat. Saat pasien dikonsul / rujuk ke dokter spesialis
dan memberikan asuhan medis, maka dokter spesialis tsb menjadi DPJP pasien tsb
menggantikan DPJP tsb sebelumnya.
Pemberian
asuhan
medis
di
rumah
sakit
agar
mengacu
kepada
Buku
Tujuan :
o memberikan perlindungan kepada pasien
o mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medik
o memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan
dokter gigi.
10
BAB VII
KEWENANGAN KLINIS DAN EVALUASI KINERJA
1. Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan asuhan medis,
termasuk pelayanan interpretatif (a.l. DrSp PK, DrSp PA, DrSp Rad dsb), harus
memiliki SK dari Direktur / Kepala Rumah Sakit berupa Surat Penugasan Klinis /
SPK (Clinical appointment), dengan lampiran Rincian Kewenangan Klinis / RKK
(Clinical Privilege). Penerbitan SPK dan RKK tsb harus melalui proses kredensial
dan rekredensial yang mengacu kepada Permenkes 755/2011 tentang
penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
2. Regulasi tentang evaluasi kinerja profesional DPJP ditetapkan Direktur dengan
mengacu ke Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik di
Rumah Sakit dan Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, khususnya Bab
KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staf).
11
BAB VIII
PENUNJUKAN DPJP DAN PENGELOMPOKAN STAF MEDIS
1. Regulasi tentang penunjukan seorang DPJP untuk mengelola seorang pasien,
pergantian DPJP, selesainya DPJP karena asuhan medisnya telah tuntas,
ditetapkan Direktur / Kepala Rumah Sakit. Penunjukan seorang DPJP dapat a.l.
berdasarkan permintaan pasien, jadwal praktek, jadwal jaga, konsul/rujukan
langsung.
12
BAB IX
TATA LAKSANA DPJP
1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan maupun
rawat inap harus memiliki DPJP
2. Di unit / instalasi gawat darurat, dokter jaga menjadi DPJP pada pemberian asuhan
medis awal / penanganan kegawat-daruratan. Kemudian selanjutnya saat dikonsul /
rujuk ditempat (on side) atau lisan ke dokter spesialis, dan dokter spesialis tsb
memberikan asuhan medis (termasuk instruksi secara lisan) maka dokter spesialis
tsb telah menjadi DPJP pasien ybs, sehingga DPJP berganti.
3. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus ditunjuk
DPJP Utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua DPJP tsb bekerja
secara tim dalam tugas mandiri maupun kolaboratif, berinteraksi dan berkoordinasi
(dibedakan dengan bekerja sendiri-sendiri).
4. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis
bagi pasien ybs (sebagai "Kapten Tim"), dengan tugas menjaga terlaksananya
asuhan medis komprehensif - terpadu - efektif, keselamatan pasien, komunikasi
efektif,
membangun
sinergisme
dengan
mendorong
penyesuaian
pendapat
13
ditetapkan misalnya sistem terbuka / tertutup / semi terbuka. Bila rumah sakit
memakai sistem terbuka, gunakan kriteria tsb diatas (lihat Bab VIII).
9. Di kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada saat di
kamar operasi tsb.
10. Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat diatas meja operasi / sedang
dioperasi, dokter yang dirujuk tsb melakukan tindakan / memberikan instruksi, maka
otomatis menjadi DPJP juga bagi pasien tsb.
11. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu oleh dokter
lain (a.l. dokter ruangan, residen), maka DPJP yang bersangkutan harus
memberikan supervisi, dan melakukan validasi berupa pemberian paraf /
tandatangan pada setiap catatan kegiatan tsb di rekam medis.
12. Asuhan pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi asuhan yang bekerja
secara tim ("Tim Interdisiplin") sesuai konsep Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient
Centered Care), DPJP sebagai ketua tim (Team Leader) harus proaktif melakukan
koordinasi dan mengintegrasikan asuhan pasien, serta berkomunikasi intensif dan
efektif dalam tim. Termasuk dalam kegiatan ini adalah perencanaan pulang
(discharge plan) yang dapat dilakukan pada awal masuk rawat inap atau pada akhir
rawat inap (Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, Bab APK - Akses ke
Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan dan Bab AP - Asesmen Pasien).
13. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi / informasi kepada pasien
dan keluarganya. Gunakan dan kembangkan tehnik komunikasi yang berempati.
Komunikasi merupakan elemen yang penting dalam konteks Pelayanan Fokus pada
Pasien (Patient Centered Care), selain juga merupakan kompetensi dokter dalam
area kompetensi ke 3 (Standar Kompetensi Dokter Indonesia, KKI 2012;
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia, KKI 2006).
14. Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP di rekam medis harus mencantumkan
nama dan paraf / tandatangan. Pendokumentasian tsb dilakukan a.l. di form
asesmen awal medis, catatan perkembangan pasien terintegrasi / CPPT (Integrated
note),
form
asesmen
pra
anestesi/sedasi,
instruksi
pasca
bedah,
form
16. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif, bila lebih dari satu)
tentang DPJP, dalam bentuk satu formulir yang diisi secara periodik sesuai
kebutuhan / penambahan / pengurangan / penggantian, yaitu nama dan gelar setiap
DPJP, tanggal mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama nama dan gelar,
tanggal mulai dan akhir sebagai DPJP Utama. Daftar ini bukan berfungsi sebagai
daftar hadir.
17. Rumah sakit yang terletak jauh dari kota besar, atau di daerah terpencil, penetapan
kebijakan tentang asuhan medis yang sifatnya khusus agar dikonsultasikan dengan
pemangku kepentingan a.l. Komite Medis, Fakultas Kedokteran ybs bagi residen,
Organisasi Profesi, IDI, Dinas Kesehatan, Badan Pengawas Rumah Sakit Propinsi,
Kolegium dsb.
18. Keterkaitan DPJP dengan Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway, setiap DPJP
bertanggung jawab mengupayakan proses asuhan pasien (baik asuhan medis
maupun asuhan keperawatan atau asuhan lainnya) yang diberikan kepada pasien
patuh pada Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway yang telah ditetapkan oleh RS.
Tingkat kepatuhan pada Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway ini akan menjadi
objek Audit Klinis dan Audit Medis.
15
BAB X
PENUTUP
Untuk dapat memenuhi standar akreditasi rumah sakit versi 2012, maka rumah sakit
memerlukan regulasi yang adekuat tentang DPJP dalam pelaksanaan asuhan
medis, dan panduan ini merupakan acuan utama bagi rumah sakit.
Diperlukan
pengaturan yang spesifik untuk setiap rumah sakit karena keunikan budaya, situasi
dan kondisi
*****
16