Anda di halaman 1dari 15

PERAN HARDINESS DAN DUKUNGAN KELUARGA

TERHADAP KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN PADA


SARJANA BARU STRATA SATU PENCARI KERJA
Oleh
Dini Kharisma
Dimbimbing oleh:
Ika Rahma Susilawati, S.Psi., M.Psi
Ika Adita Silviandari, S.Psi., M.Psi
Abstract
The research aimed to test the role of hardiness and familly support to fear of
failure of fresh graduate job seeker. The population includes all of the job seeker in
all grade whose search for a job in a job fair event at Universitas Negeri Malang on
September 5th 2013. There are 126 people drawn as research sample. Accidental
sampling was used as sampling research technique. All variables were measured by
Likert style measurement scale with 5 points range, the scale are made by researcher.
Data were analyzed by multiple regression method. The results were hardiness and
family support have simultaneously significant effect on fear of failure. Hardiness has
more contribution toward fear of failure. While hardiness had a partially significant
effect to fear of failure, so does family support toward fear of failure.
Keyword : hardiness, family support, fear of failure
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran hardiness dan dukungan
keluarga terhadap ketakutan akan kegagalan pada sarjana baru strata satu pencari
kerja. Populasinya adalah semua pencari kerja dari semua jenjang pendidikan yang
sedang mencari kerja di job fair yang diadakan oleh Universitas Negeri Malang pada
tanggal 5 September 2013. Sampel penelitian berjumlah 126 orang pencari kerja.
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Hardiness,
dukungan keluarga dan ketakutan akan kegagalan diukur menggunakan skala Likert,
skala dari ketiga variabel tersebut dibuat sendiri oleh peneliti. Data dianalisis dengan
teknik regresi berganda, dengan hasil, hardiness dan dukungan keluarga secara
bersama-sama berperan terhadap ketakutan akan kegagalan pada sarjana baru strata
satu pencari kerja. Hardiness lebih berperan terhadap ketakutan akan kegagalan.
Selain itu, hardiness secara parsial berperan terhadap ketakutan akan kegagalan,
begitu juga dengan dukungan keluarga berperan secara parsial terhadap ketakutan
akan kegagalan.
Kata kunci : hardiness, dukungan keluarga, ketakutan akan kegagalan

LATAR BELAKANG
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional tahun 2009 menyatakan
bahwa dari 21,2 juta masyarakat Indonesia dalam daftar angkatan kerja, sebanyak 4,1
juta atau sekitar 22,2 persennya adalah pengangguran, yang didominasi oleh lulusan
diploma dan universitas dengan kisaran angka di atas 2 juta orang dan jumlah ini
diprediksikan akan semakin bertambah dengan bertambahnya tahun. Hal tersebut
diperkuat dengan data dari Badan Pusat Statistik ketenagakerjaan tentang tingkat
pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 6,32 persen,
mengalami penurunan dibanding tingkat pengangguran terbuka Agustus 2011 sebesar
6,56 persen dan tingkat pegangguran terbuka Februari 2011 sebesar 6,80 persen dari
penduduk usia produktif.
Banyaknya jumlah pengangguran yang ada di Indonesia disebabkan karena
jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang
mampu menyerapnya. Selain itu, menurut Mankiw (Vindayani, 2008), perbedaan
keahlian dan upah dari setiap pekerjaan yang ditawarkan oleh penyedia lapangan
pekerjaan memungkinkan para pencari kerja tidak menerima pekerjaan yang
ditawarkan sehingga hal tersebut juga menambah angka pengangguran di Indonesia.
Sempitnya lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan bertambahnya jumlah pencari
kerja setiap tahun, sehingga menimbulkan persaingan yang ketat dalam memperoleh
sebuah pekerjaan. Hal tersebut bukanlah suatu hal yang mudah, sehingga banyak
diantara mereka yang mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut berdampak secara
psikologis terhadap para sarjana baru pencari kerja, diantaranya adalah berkurangnya
rasa percaya diri untuk mencoba melamar pekerjaan kembali, menurunnya harga diri
dan perasaan ketakutan akan kegagalan.
Menurut Conroy (Conroy, Poczwardowski dan Henschen, 2001), definisi
ketakutan akan kegagalan mencakup adanya antisipasi terhadap konsekuensi negatif
dari kegagalan dan tidak adanya harapan untuk sukses. Perasaan ketakutan akan
kegagalan akan dialami oleh sarjana baru pencari kerja saat menghadapi kompetisi
dalam mencari pekerjaan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan karakteristik
kepribadian yang mempunyai daya tahan terhadap stres dan tekanan akibat dari
ketakutan akan kegagalan yang sering disebut sebagai hardiness dan juga dukungan
keluarga. Individu perlu memiliki karakteristik kepribadian yang kuat untuk bertahan
dalam situasi sulit tersebut. Maddi (Nurhidayah dan Hidayanti, 2009) hardiness
merupakan suatu karakteristik kepribadian yang membuat individu menjadi lebih
kuat, tahan, stabil dan optimis dalam menghadapi stres dan mengurangi efek negatif
dari timbulnya stres yang harus dihadapi. Sedangkan, pada saat menghadapi masalah
yang menekan, seperti pada saat seorang sarjana baru sulit dalam mendapatkan
pekerjaan, maka individu membutuhkan dukungan sosial. Salah satu sumber
dukungan sosial adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan terkecil yang
paling dekat dengan kehidupan individu karena kebutuhan fisik dan psikologi mula-

mula terpenuhi dari lingkungan keluarga. Individu akan menjadikan keluarga sebagai
tumpuan harapan, tempat bercerita dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bila
individu mengalami persoalan, sehingga berdasarkan pernyataan diatas dukungan
keluarga sangat diperlukan oleh seorang individu saat menghadapi situasi yang
menekan dan menegangkan (Irwanto, 2002). Dukungan keluarga merupakan bantuan
atau dukungan berupa informasi, penghargaan, instrumental, emosional yang diterima
individu dari anggota keluarga lainnya dalam kehidupannya dan berada dalam
lingkungan keluarga, sehingga membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai
dan dicintai.
Berdasarkan dari latar belakang yang telah penulis sampaikan, maka penulis akan
meneliti bagaimana peran hardiness dan dukungan keluarga terhadap ketakutan akan
kegagalan pada sarjana baru strata satu pencari kerja
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peran hardiness dan dukungan keluarga secara bersama-sama
terhadap ketakutan akan kegagalan pada sarjana baru strata satu pencari kerja?
2. Bagaimana peran hardiness terhadap ketakutan akan kegagalan pada sarjana
baru strata satu pencari kerja?
3. Bagaimana peran dukungan keluarga terhadap ketakutan akan kegagalan pada
sarjana baru strata satu pencari kerja?
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui peran hardiness dan dukungan keluarga terhadap ketakutan
akan kegagalan pada sarjana baru satu pencari kerja.
2. Untuk mengetahui peran hardiness terhadap ketakutan akan kegagalan pada
sarjana baru strata satu pencari kerja.
3. Untuk mengetahui peran dukungan keluarga terhadap ketakutan akan
kegagalan pada sarjana baru satu pencari kerja.
KAJIAN PUSTAKA
Hardiness
Maddi (Nurhidayah dan Hidayanti, 2009) menyatakan bahwa hardiness
merupakan suatu karakteristik kepribadian yang membuat individu menjadi lebih
kuat, tahan, stabil dan optimis dalam menghadapi stres dan mengurangi efek negatif
dari timbulnya stres yang harus dihadapi. Individu yang memiliki hardiness tinggi
mempunyai serangkaian sikap yang membuat tahan terhadap stres, senang bekerja
keras karena dapat menikmati pekerjaan yang dilakukan, senang membuat keputusan
dan melaksanakannya karena memandang hidup ini sebagai sesuatu yang harus
dimanfaatkan dan diisi agar mempunyai makna, selain itu sangat antusias
menyongsong masa depan karena perubahan-perubahan dalam kehidupan dianggap

sebagai suatu tantangan dan sangat berguna untuk perkembangan hidupnya, dengan
kata lain dalam hidupnya mereka selalu optimis (Nurtjahjanti dan Ratnaningsih,
2011).
Menurut Maddi dan Kobasa (2005), terdapat tiga dimensi hardiness yaitu
commitment, control dan challenge. Commitment adalah kecenderungan individu
untuk melibatkan diri kedalam apapun yang dilakukan. Kontrol adalah sebuah
keyakinan bahwa individu dapat mempengaruhi apa saja yang dapat terjadi dalam
hidupnya. Tantangan merupakan kecenderungan untuk memandang suatu perubahan
dalam hidupnya sebagai sesuatu yang wajar dan dapat mengantisipasi perubahan
tersebut sebagai stimulus yang sangat berguna bagi perkembangan dan memandang
hidup sebagai suatu tantangan yang mengasyikkan, tantangan yang sulit dilakukan
atau diwujudkan adalah sesuatu yang umum terjadi dalam kehidupan namun pada
akhirnya akan datang kesempatan untuk melakukan dan mewujudkan hal tersebut
(Rahardjo, 2005).
Dukungan Keluarga
Friedman (Ashraiti dan Suprihatin, 2006) menyatakan bahwa dukungan keluarga
adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial.
Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan dalam bentuk barang,
jasa, informasi dan nasehat, sehingga membuat penerima dukungan akan merasa
disayang, dihargai dan tentram. Komponen-komponen dukungan keluarga menurut
House (Setiadi, 2008). Dukungan emosional meruapakan dukungan yang diberikan
kepada anggota keluarga berupa rasa simpatik, empati, cinta, kepercayaan. Dengan
demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung
beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar
keluhannya (para pencari kerja). Dukungan penilaian merupakan bentuk
penghargaaan yang diberikan kepada salah seorang anggota keluarga, dalam hal ini
seorang pencari kerja berdasarkan kondisi sebenarnya penderita. Dukungan informasi
merupakan bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh anggota
keluarga yang membutuhkan dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang
dihadapi, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat
disampaikan kepada anggota keluarga yang mungkin menghadapi persoalan yang
sama. Dukungan instrumental merupakan bantuan yang bertujuan untuk
mempermudah seseorang melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalanpersoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi
misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai (Rivai, 2012).
Ketakutan akan Kegagalan
Menurut Conroy (Conroy, Poczwardowski dan Henschen, 2001) definisi
mengenai ketakutan akan kegagalan mencakup adanya antisipasi terhadap
konsekuensi negatif terhadap kegagalan dan tidak adanya harapan untuk sukses.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketakutan akan kegagalan
adalah suatu reaksi emosional berupa ketakutan dan kecemasan individu ketika
menghadapi kemungkinan kegagalan dan konsekuensi negatif dari kegagalan dalam
mencapai standar prestasi. Ketakutan akan kegagalan bisa muncul dari konsekuensi
negatif yang mengancam diri karena kegagalan atau ketidakberhasilan.
Aspek-aspek ketakutan akan kegagalan menurut Conroy (Conroy, 2002) antara
lain: (1) ketakutan penghinaan dan rasa malu akan dialaminya, yang meiliputi rasa
takut akan mempermalukan diri sendiri, terutama jika banyak orang yang mengetahui
kegagalannya; (2) ketakutan akan penurunan estimasi diri (self-estimate) individu,
meliputi perasaan kurang dari dalam individu, seperti merasa tidak cukup pintar, tidak
cukup berbakat sehingga tidak dapat mengontrol performansinya; (3) ketakutan akan
hilangnya pengaruh sosial, ketakutan ini melibatkan penilaian orang lain terhadap
individu, orang tersebut takut apabila ia gagal, orang lain yang penting baginya tidak
akan mempedulikan, tidak mau menolong dan nilai dirinya akan menurun dimata
orang lain; (4) Ketakutan akan ketidakpastian masa depan, ketakutan ini datang
ketika kegagalan akan mengakibatkan ketidakpastian dan berubahnya masa depan
individu. Kegagalan (5) Ketakutan akan mengecewakan orang yang penting baginya
seperti orang tua, yang akan menimbulkan penolakan orang tua terhadap diri
individu, ketakutan akan mengecewakan harapan, dikritik dan kehilangan
kepercayaan dari orang lain yang penting baginya
Sarjana Baru Pencari Kerja
Menurut kamus Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1996), sarjana adalah orang
pandai (ahli ilmu pengetahuan); gelar stata satu yang dicapai oleh seseorang yang
telah menamatkan pendidikan tingkat terakhir di perguruan tinggi. Sedangkan,
pencari kerja adalah mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan seperti mereka
yang belum pernah dan atau mereka yang sudah pernah bekerja karena sesuatu hal
berhenti atau diberhentikan dan saling berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.
Uraian di atas menyebutkan bahwa sarjana baru strata satu pencari kerja adalah
mahasiswa yang baru saja menyelesaikan program pendidikan perguruan tinggi gelar
strata satu terhitung tahun pertama dari perolehan gelar yang sedang tidak bekerja dan
berusaha untuk mendapatkan pekerjaan dengan mencari kerja.

KERANGKA PEMIKIRAN

Sarjana
Baru S1

Tuntutan
orangtua,
perubahan peran
dan tanggung
jawab

Pencari
Kerja

Ketidakseimbangan
antara jumlah
pencari kerja dan
lapangan pekerjaan

Kompetisi Tinggi

Dukungan
Keluarga
(Faktor Eksternal)

Ketakutan
akan
kegagalan

Hardiness
(Faktor
Internal)

Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Mahasiswa-mahasiswi yang baru saja menyelesaikan program pendidikan strata
satu nya dan menyandang gelar sarjana dihadapkan pada sebuah kenyataan
diantaranya adanya tuntutan orang tua untuk segera mencari pekerjaan, peran dan
tanggung jawab dari dalam dirinya yang telah berubah dari mahasiswa menjadi
pencari kerja yang mengharuskan mereka untuk segera hidup mandiri dan
berpenghasilan sendiri, sehingga mendorong mereka untuk segera mencari pekerjaan.
sarjana baru yang bertambah setiap tahunnya menambah jumlah pencari kerja.
Adanya ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dengan lapangan pekerjaan
menyebabkan timbulnya suasana kompetisi yang tinggi membuat sebagian besar dari
jumlah pencari kerja dengan kemampuan yang lebih akan sukses mendapatkan
pekerjaan sedangkan para pencari kerja yang tidak memiliki kemampuan dan
kurangnya keterampilan akan mengalami kegagalan. Pengalaman-pengalaman
kegagalan dan bertambahnya jumlah pengangguran setiap tahunnya menimbulkan
rasa ketakutan akan kegagalan pada pencari kerja. Ancaman-ancaman seperti
kegagalan dan ketidakmampuan mereka menghadapi suasana yang kompetitif
membuat mereka harus memilih antara menghadapi ancaman tersebut atau
menghindarinya agar tidak merasakan akibat dari kegagalan tersebut. Perasaan
ketakutan akan kegagalan dapat diatasi dengan faktor internal yang ada pada individu
yaitu hardiness, sedangkan faktor ekternalnya adalah dukungan keluarga. Para
sarjana baru pencari kerja dengan hardiness dan dukungan keluarga diharapkan
mampu mengubah semua ancaman tersebut menjadi tantangan, menghadapi semua
resiko yang ada dan mampu mengurangi perasaan takut akan kegagalan. Dapat
disimpulkan bahwa para pencari kerja dengan hardiness dan dukungan keluarga yang
tinggi akan mengurangi ketakutan akan kegagalan.

HIPOTESIS PENELITIAN
Ha1 : Hardiness dan dukungan keluarga secara bersama-sama berperan terhadap
ketakutan akan kegagalan pada sarjana baru strata satu pencari kerja.
Ha2 : Hardiness secara parsial berperan terhadap ketakutan akan kegagalan pada
sarjana baru strata satu pencari kerja
Ha3 : Dukungan keluarga secara parsial berperan terhadap ketakutan akan kegagalan
pada sarjana baru strata satu pencari kerja
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Analisis data yang
digunakan adalah regresi linier berganda dan analisa uji beda (t-test) dengan bantuan
SPSS statistics 17. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
accidental sampling merupakan teknik sampling berdasarkan faktor spontanitas.
Penelitian ini mempunyai jumlah sampel sebanyak 126 orang. Sampel dari penelitian
ini adalah para sarjana baru strata satu yang sedang mencari kerja di job fair yang
diselenggarakan oleh Universitas Negeri Malang.
ALAT UKUR
Instrumen Penelitian
a. Hardiness
Skala Hardiness dibuat berdasarkan teori Maddi dan Kobasa (2005),
terdiri dari tiga dimensi utama yaitu dimensi kontrol, komitmen dan
tantangan. Skala hardiness terdiri dari aitem-aitem favorable dan unfavorable,
menggunakan skala Likert dengan menggunakan lima pilihan alternatif
jawaban sangat tidak setuju (STS), tida setuju (TS), ragu-ragu (R), setuju (S),
sangat setuju (SS). Koefisien korelasi aitem-total bergerak dari 0,296 sampai
dengan 0,637 dan dengan reliabilitas koefisien alpha sebesar 0,821.
b. Dukungan Keluarga
Skala dukungan keluarga dibuat bedasarkan teori dari House (Setiadi,
2008), terdiri dari empat dimensi utama yaitu (1) dimensi emosional, (2)
penilaian, (3) informasi dan (4) instrumental. Skala dukungan keluarga trdiri
dari aitem-aitem favorable dan unfavorable dengan menggunakan skala
Likert. Koefisien korelasi aitem bergerak dari 0,288 sampai dengan 0,719
dengan reliabilitas koefisien alpha sebesar 0,905.
c. Ketakutan akan Kegagalan
Skala ketakutan akan kegagalan dibuat bedasarkan teori dari Conroy
(2002), terdiri dari lima dimensi utama yaitu dimensi (1) ketakutan akan

dialaminya penghinaan dan rasa malu, (2) ketakutan akan menurunnya self
estimate individu, (3) ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial, (4) ketakutan
akan ketidakpastian masa depan dan (5) ketakutan akan mengecewakan orang
lain. Skala dukungan keluarga trdiri dari aitem-aitem favorable dan
unfavorable dengan menggunakan skala Likert. Koefisien korelasi aitem
bergerak dari 0,324 sampai dengan 0,663dengan reliabilitas koefisien alpha
sebesar 0,852.
PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur penelitian dimulai dengan tahap persiapan, hal-hal yang dilakukan
mengunjungi lokasi penelitian di Job Fair dan meminta ijin untuk melaksanakan
penelitian; mempersiapkan instrumen penelitian berupa skala hardiness, dukungan
keluarga dan ketakutan akan kegagalan; melakukan uji coba kepada para sarjana baru
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang sedang mencari kerja sebanyak 60 subjek
dengan menggunakan ketiga skala tersebut untuk menentukan validitas dan
reliabilitas alat ukur. Tahapan yang kedua adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini
dilakukan kegiatan-kegiatan diantaranya penyebaran instrumen penelitian dengan
skala hardiness, dukungan keluarga, ketakutan akan kegagalan dan menyebarkan
kuesioner pada para sarjana baru strata satu pencari kerja untuk mengumpulkan data.
Pengumpulan data dilaksanakan secara individual kepada 150 orang pencari kerja di
Job Fair yang diadakan oleh Universitas Negeri Malang pada tanggal 5 September
2013 tetapi setelah melalui proses screening maka subjek yang sesuai dengan
karakteristik subjek penelitian menjadi 126 orang. Tahapan yang tekahir adala tahap
analisis data Kegiatan yang dilakukan pada tahap analisa data diantaranya: mengecek
kembali lembaran skala yang telah dikumpulkan dan menyeleksi kelengkapan
jawaban subjek, memberikan skor atau penilaian terhadap jawaban yang telah
diberikan oleh subjek, merapikan dan mengatur data yang diperoleh dari hasil
penilaian untuk keperluan analisa, melakukan analisa data dengan bantuan software
komputer berupa SPSS, memberikan interpretasi terhadap hasil analisa tersebut.
PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi
terbagi menjadi validitas tampang dan validitas logis. Validitas tampang merupakan
validitas yang didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance
test) dan kesesuaian konteks aitem dengan tujuan ukur tes. Untuk melakukan
pengujian terhadap validitas tampang maka peneliti melakukan evaluasi dari panel
atau orang yang ahli dalam konsep alat ukur ini, maka peneliti mengkonsultasikan
dengan dosen dan juga melakukan evaluasi panel dengan meminta pendapat kepada
subjek penelitian, dengan mencantumkan pernyataan tambahan berupa tampilan
cover kuesioner, tampilan layout kuesioner, ukuran huruf dan kalimat-kalimat yang
disampaikan pada kuesioner pada kuesioner agar subjek penelitian dapa membreikan
pendapatnya. Validitas logis merupakan validitas yang menunjuk pada sejauhmana

aitem tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak dikur. Untuk
mengukur validitas logis maka peneliti melakukan evaluasi dengan orang yang ahli
dalam konsep alat ukur ini, maka peneliti mengkonsultasikan dengan dosen.
Uji reliabilitas dilakukan dengan Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel
dinyatakan reliabel jika memberikan nilai (alpha > 0,60) (Ghozali, 2009). Hasil
perhitungan estimasi reliabilitas Cronbachs Alpha dengan bantuan program SPSS
(Statistical Package for the Social Science) 17 untuk skala hardiness, dukungan
keluarga dan ketakutan akan kegagalan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Uji Reliabilitas Alat Ukur
No

Alat Ukur

1
2
3

Hardiness
Dukungan Keluarga
Ketakutan
akan Kegagalan
Sumber: Diolah oleh peneliti

Jumlah
Aitem
16
19
14

Skor
Cronbachs
Alpha
0,821
0,905
0,852

Reliabilitas

Sangat tinggi
Sangat Tinggi
Sangat tinggi

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan analisis deskriptif hasil penelitian yang telah dilakukan, pada subjek
baik laki-laki maupun perempuan, subjek yang telah melamar pekerjaan sebanyak 0-5
kali maupun 6-10 kali dan subjek yang berasal dari berbagai universitas; maka
berdasarkan ketiga kategori subjek tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada variabel hardiness, dukungan keluarga dan ketakutan akan kegagalan.
Hasil Uji Simultan
Analisis data uji simultan menggunakan uji regresi berganda dengan
menggunakan uji F antara variabel hardiness, dukungan keluarga (bebas) dan
ketakutan akan kegagalan (terikat). Maka diketahui nilai Fhitung adalah sebesar
20,580. Jika dibandingkan dengan Ftabel yakni 3,148 maka nilai Fhitung > Ftabel.
Berdasarkan hasil olah data menggunakan SPSS 17.0 dapat diketahui nilai
signifikansinya adalah 0,000 yang lebih kecil dari (0,05). Oleh karena itu, H01
ditolak dan Ha1 diterima. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hardiness dan
dukungan keluarga secara simultan berperan terhadap ketakutan akan kegagalan
dengan pengaruh sebesar 25,1%.
Selain uji hipotesis, dapat diketahui sumbangan dari variabel X terhadap Y
melalui nilai regresi yang ditunjukkan pada nilai R square yakni 0,251. Hal ini
menunjukkan bahwa hardiness dan dukungan keluarga menyumbang peran 25,1%

10

terhadap ketakutan akan kegagalan, sedangkan sisanya 74,9% dipengaruhi oleh faktor
lain. Berdasarkan uji regresi linier berganda yang telah dilakukan maka terbentuk
model regresi Y= 63,342 + (0,333) X1 + (0,172) X2, Berdasarkan persamaan
diatas, dapat dilihat bahwa tanpa adanya variabel lain yang mempengaruhi, subjek
penelitian memiliki ketakutan akan kegagalan sebesar 63,342. Saat terdapat kenaikan
1% variabel hardiness akan menurunkan ketakutan akan kegagalan 33,3% dengan
asumsi variabel lain dianggap konstan (nilainya tetap nol atau sama dengan 0) dan
setiap kenaikan 1% variabel dukungan keluarga akan menurunkan 17,2% ketakutan
akan kegagalan dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Peran hardiness lebih
besar dibandingkan dukungan keluarga terhadap ketakutana akan kegagalan pada
sarjana baru strata satu pencari kerja.
Analisis Uji Parsial
Hasil analisis uji parsial antara variabel hardiness dan ketakutan akan kegagalan
Berdasarkan hasil uji parsial maka dapat diketahui bahwa thitung sebesar 4,505. Jika
dibandingkan dengan ttabel yang sebesar 1,979 maka nilai thitung > ttabel. Namun
dikarenakan Ha2 menjelaskan adanya hubungan negatif antara variabel Hardiness
dalam menjelaskan ketakutan akan kegagalan dan nilai signifikansi sebesar 0,000
yang lebih kecil dari (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha2 diterima dan Ho2 di
tolak. Hal ini berarti, bahwa hardiness secara parsial berperan terhadap ketakutan
akan kegagalan pada para sarjana baru strata satu pencari kerja. Jika para sarjana
baru memiliki hardiness yang tinggi akan berpengaruh pada semakin rendahnya
ketakutan akan kegagalan dan begitu juga sebaliknya. Sedangkan antara variabel
dukungan keluarga terhadap ketakutan akan kegagalan maka diketahui thitung sebesar
3,252. Jika dibandingkan dengan ttabel yang sebesar 1,979 maka nilai thitung > ttabel.
Namun dikarenakan Ha3 menjelaskan adanya hubungan negatif antara variabel
Dukungan Keluarga dalam menjelaskan ketakutan akan kegagalan dan nilai
signifikansi sebesar 0,001 yang lebih kecil dari (0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa Ha3 diterima dan Ho3 ditolak. Hal ini berarti, bahwa dukungan keluarga secara
parsial berperan terhadap ketakutan akan kegagalan pada para sarjana baru strata satu
pencari kerja. Dukungan keluarga yang tinggi dapat menurunkan rasa ketakutan akan
kegagalan yang dialami para pencari kerja, begitu juga sebaliknya.
PEMBAHASAN
Peran Hardiness dan Dukungan Keluarga terhadap Ketakutan akan Kegagalan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka hipotesa yang pertama
dari peneliti diterima. Peranan hardiness dan dukungan keluarga secara simultan
berperan terhadap rasa ketakutan akan kegagalan dikarenakan kedua variabel terbukti
dapat mengurangi ketakutan akan kegagalan, dimana ketakutan akan kegagalan
tersebut dapat menimbulkan terjadinya tekanan yang mengakibatkan seorang sarjana
baru strata satu mengalami stress.

11

Hal di atas sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa ketakutan akan
kegagalan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor subjektif dan
faktor lingkungan keluarga. Faktor subjektif merupakan faktor yang berasal dari
dalam diri individu, faktor subjektif dalam penelitian ini yaitu karakteristik
kepribadian berupa hardiness; selain itu juga terdapat faktor lain yaitu lingkungan
keluarga, dalam penelitian ini faktor lingkungan keluarga berupa dukungan yang
keluarga berikan. Adanya hardiness dan dukungan keluarga diharapkan mampu
membuat individu menjadi lebih kuat, tahan, stabil dan optimis sehingga mampu
menghadapi tekanan yang timbul sebagai bagian dari rasa ketakutan akan kegagalan
yang mereka alami. Menurut Hadjam (Retnowati dan Munawarah, 2009) individu
yang memiliki hardiness mempunyai serangkaian sikap yang membuat tahan
terhadap stres. Individu dengan hardiness senang bekerja keras karena dapat
menikmati pekerjaan yang dilakukan, senang membuat keputusan dan
melaksanakannya karena memandang hidup ini sebagai sesuatu yang harus
dimanfaatkan dan diisi agar mempunyai makna dan individu hardiness tinggi sangat
antusias menyongsong masa depan karena perubahan-perubahan dalam kehidupan
dianggap sebagai suatu tantangan dan sangat berguna untuk perkembangan hidupnya,
dengan kata lain dalam hidupnya mereka selalu optimis. Dukungan dari lingkungan
berupa dukungan keluarga yang didapatkan seorang individu berupa dukungan
emosional, informasi, penilaian dan instrumental mampu memberikan keyakinan
kepada seorang individu untuk menghadapi setiap kejadian maupun masalah yang
ada dalam hidupnya. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh seorang individu saat
menghadapi situasi yang menekan dan menegangkan (Irwanto, 2002).
Hasil koefisien determinasi R2 yang merupakan penentu tingkat ketakutan akan
kegagalan menunjukkan sebesar 0,251 atau 25,1%, sehingga dapat diartikan bahwa
tingkat ketakutan akan kegagalan yang dialami oleh sarjana baru strata satu pencari
kerja akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat hardiness dan dukungan keluarga
yang mereka dapatkan. Kedua variabel bebas tersebut akan memicu terjadinya
ketakutan akan kegagalan dengan kontribusi sebesar 25,1% sedangkan sisanya yaitu
sebesar 74,9% terbentuknya ketakutan akan kegagalan diprediksi oleh faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hardiness secara parsial berperan dalam ketakutan akan kegagalan pada
sarjana baru Strata Satu Pencari Kerja dan dukungan keluarga secara parsial
berperan dalam ketakutan akan kegagalan pada sarjana baru Strata Satu
Pencari Kerja
Analisa secara parsial terhadap masing-masing variabel bebas terhadap ketakutan
akan kegagalan. Pertama variabel hardiness terhadap ketakutan akan kegagalan,
untuk mengetahui peran hardiness secara parsial terhadap ketakutan akan kegagalan,
maka peneliti melakukan uji t terhadap data yang telah dikumpulkan di lapangan.
Hasil dari uji statistik yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0,

12

berdasarkan tabel uji t maka dapat diketahui bahwa thitung sebesar 4,505. Jika
dibandingkan dengan ttabel yang sebesar 1,979 maka nilai thitung > ttabel. Namun
dikarenakan Ha2 menjelaskan adanya hubungan negatif antara variabel Hardiness
dalam menjelaskan ketakutan akan kegagalan dan nilai signifikansi sebesar 0,000
yang lebih kecil dari (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha2 diterima dan Ho2 di
tolak. Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa hardiness memiliki peranan
secara parsial terhadap ketakutan akan kegagalan sebesar 33,3%. Artinya setiap
kenaikan 1% hardiness akan menurunkan ketakutan akan kegagalan sebesar 33,3%,
dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau nilainya tetap atau sama
dengan nol.
Hardiness merupakan suatu karakteristik kepribadian yang membuat individu
menjadi lebih kuat dalam menghadapi situasi yang menekan. Individu yang memiliki
hardiness yang tergolong rendah akan merasakan stres yang lebih besar dibanding
individu yang dengan hardiness yang tergolong tinggi, karena pada saat mengalami
keadaan yang menakan individu dengan hardiness yang tinggi menunjukkan respon
yang mengarah pada pemecahan masalah sedangkan individu yang memiliki
hardiness yang rendah menunjukkan pertahanan diri defensif. Individu yang memiliki
hardiness tinggi mempunyai serangkaian sikap yang membuat tahan terhadap stres,
senang bekerja keras karena dapat menikmati pekerjaan yang dilakukan, senang
membuat keputusan dan melaksanakannya karena memandang hidup ini sebagai
sesuatu yang harus dimanfaatkan dan diisi agar mempunyai makna dan sangat
antusias menyongsong masa depan karena perubahan-perubahan dalam kehidupan
dianggap sebagai suatu tantangan dan sangat berguna untuk perkembangan hidupnya,
dengan kata lain dalam hidupnya mereka selalu optimis (Nurtjahjanti dan
Ratnaningsih, 2011). Individu yang memiliki tingkat hardiness tinggi akan
menunjukkan komitmen dalam keterlibatannya pada aktifitas sehari-hari, memiliki
kontrol atas hal yang akan terjadi dan kecenderungan untuk melihat perubahan
sebagai tantangan yang positif dari pada sebagai peristiwa yang tidak menyenangkan,
dengan hardiness yang tinggi maka diharapkan individu mampu bersikap optimis,
lebih stabil, mampu mengubah tekanan-tekanan yang ada dalam hidup menjadi
sebuah tantangan dan memiliki jiwa yang kompetitif sehingga mampu mengurangi
rasa ketakutan akan kegagalan yang individu alami dalam mengahadapi kompetisi
mencari pekerjaan pada para sarjana baru strata satu pencari kerja.
Kedua, peran dukungan keluarga secara parsial terhadap ketakutan akan
kegagalan. Hasil pengujian statistik maka didapatkan hasil thitung 3,252 dan ttabel 1,979.
Namun dikarenakan Ha3 menjelaskan adanya hubungan negatif antara variabel
dukungan keluarga dalam menjelaskan ketakutan akan kegagalan dan nilai
signifikansi sebesar 0,001 yang lebih kecil dari (0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa Ha3 diterima dan Ho3 ditolak. Hal ini berarti, bahwa dukungan keluarga secara
parsial berperan terhadap ketakutan akan kegagalan pada para sarjana baru Strata
Satu pencari kerja. Dukungan keluarga dapat menurunkan rasa ketakutan akan

13

kegagalan yang dialami para pencari kerja. Berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkan bahwa dukungan keluarga memiliki peranan secara parsial terhadap
17,2%. Artinya setiap kenaikan 1% dukungan keluarga akan menurunkan ketakutan
akan kegagalan sebesar 17,2% dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan atau
nilainya tetap atau sama dengan nol.
Setiap manusia membutuhkan dukungan kehadiran orang lain untuk menghadapi
segala situasi yang terjadi dalam kehidupannya. Sebagai makhluk sosial seorang
individu tidak dapat hidup sendiri meskipun orang itu sangat mandiri. Menurut
Taslim (Pangastiti, 2005), bahwa keluarga sebagai pihak terdekat, memiliki peluang
yang banyak untuk dapat mendampingi, mereka memberikan dukungan dengan
memberi rasa aman, menerima keadaan apa adanya, tidak menyalahkan atas apa yang
telah terjadi padanya dan bersikap tulus. Pada saat menghadapi masalah yang
menekan, indivdu membutuhkan dukungan sosial berupa dukungan keluarga.
Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh mahasiswa yang baru saja lulus dan
sedang mencari pekerjaan, seperti dukungan emosional berupa perhatian dan kasih
sayang; dukungan penghargaan seperti pujian; dukungan informasi seperti nasehat;
dukungan instrumental berupa tenaga dan dana. Dukungan yang diberikan anggota
keluarga terhadap para pencari kerja akan membantu mereka dalam menghadapi
ketakutan akan kegagalan yang akan dialami.
DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka hasilnya tidak ada
perbedaan hardiness, dukungan keluarga dan ketakutan akan kegagalan pada subjek
penelitian berdasarkan jenis kelamin, ditinjau dari frekuensi melamar pekerjaan (0-5
kali dan 6-10 kali) dan berdasarkan universitas asal seperti IKIP Budi Utomo, Institut
Teknologi Nasional, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Universitas
Brawijaya, Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Negeri Malang, Universitas
Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Jember, Universitas
Kanjuruhan Malang, Universitas Tribuana, Universitas Merdeka. Diharapkan pada
peneliti selanjutnya dapat menambahkan data demografis berupa frekuensi kegagalan
yang telah dialami oleh para sarjana baru pencari kerja agar dapat diketahui apakah
frekuensi kegagalan dapat mempengaruhi ketakutan akan kegagalan pada sarjana
baru strata satu pencari kerja.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas diharapkan pada peneliti selanjutnya
sebaiknya menggunakan metode kuantitatif-kualitatif, hal tersebut diharapkan dapat
memperluas khasanah literatur dan memungkinkan timbulnya fakta-fakta baru yang
muncul di lapangan terkait dengan hardiness, dukungan keluarga dan ketakutan akan
kegagalan. Selain itu dengan metode kuantitaif-kualitatif dapat bermanfaat untuk
meninjau kembali jawaban-jawaban yang telah subjek berikan pada kuesioner dengan
melakukan wawancara. Penelitian selanjutnya mengenai ketiga variabel, yaitu
hardiness, dukungan keluarga dan ketakutan akan kegagalan dapat dilakukan pada

14

subjek dengan setting yang berbeda, misalnya pada bidang pendidikan pada siswa
tingkat akhir yang akan menghadapi ujian nasional. Alasannya adalah diasumsikan
keadaan siswa-siswa yang akan menghadapi ujian nasional akan mengalami perasaan
ketakutan akan kegagalan yang sama dengan para pencari kerja, mereka takut jika
hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Ashriati, A dan Suprihatin. (2006). Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua
dengan Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik pada SLB-D YPAC
Semarang. Jurnal Psikologi Proyeksi, Volume 1, No. 1
Conroy, D.E. (2002). Representational Models Associated With Fear of Failure ini
Adolencents and Young Adults. Journal of Personality, Volume 71:5
Conroy, D. E., Poczwardowski, A., dan Henchen, K. P. (2001). Evaluative Criteria
and Emotional Responses Associated With Failure and Success among Elite
Athletes and Perfoming Artist. Journal of Applied Sport Psychology, Volume
13, 300-322
Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Cetakan
Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Irwanto. (2002). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Penhallindo
Maddi, S. R dan Kobasa. (2005). The Story of Hardiness : Twenty Years of
Theorizing, Research and Practice. Consulting Psychology Journal Practice
and Research, Volume 54. No. 3, 175-185
Nurhidayah, S dan Hidayanti, N. (2009). Hubungan Antara Ketabahan dan Locus of
Control External dengan Kebermaknaan Hidup pada Istri yang Bekerja di
Bagian Sewing pada PT. Bosaeng Jaya Bantar Gebang Bekasi. Jurnal Soul,
Volume 2, No. 2
Nurtjahjanti, H dan Ratnaningsih, I. Z. (2011). Hubungan Kepribadian Hardiness
dengan Optimisme pada Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) Wanita di
BLKN DISNAKERTRANS Jawa tengah. Jurnal Psikologi UNDIP, Vol. 10,
No. 2
Poerwadarminta, W.S. (1996). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

15

Pangastiti, N. K. (2005). Analisis Pengaruh Dukungan Sosial Keluaga Terhadap


Burnout Pada Perawat Kesehatan di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Studi Pada
RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang
Rahardjo, W. (2005). Kontribusi Hardiness dan Self Efficacy terhadap stress kerja
(Studi pada Perawat RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten). Seminar
Nasional PESAT (Psikologi, Sastra, Arsitektur dan Sipil) Human Capacity
Development and The Nations Competitiveness, Volume 1. 45-57
Retnowati, S dan Munawarah, S. M. (2009). Hardiness, Harga Diri, Dukungan Sosial
dan Depresi pada Remaja Penyintas Bencana di Yogyakarta. Jurnal
Humanitas, Volume VI No. 2
Rivai, M. Z. (2012). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Inti dengan Motivasi
Belajar pada Pelajar SMP. Jurnal Naskah Publikasi
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu
Vindayani, D. (2008). Analisis Faktor-faktor Penyebab Persistensi Pengangguran di
Indonesia dari Perspektif Pekerja. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai