Anda di halaman 1dari 22

KEUANGAN DAERAH

DAN
PERTANGGUNGJAWABANNY
A
Oleh : Febrian Chandra
Nim : B10012220

Pengertian

UU Nomor 32 tahun 2014 jo. UU Nomor 32


tahun 2014
Keuangan Daerah semua hak dan
kewajiban daerah yang dapat dinilai
dengan uang dan segala sesuatu berupa
uang dan barang yang dapat dijadikan milik
daerah yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

PP Nomor 58 tahun 2005


Keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut

Unsur pokok Keuangan Daerah

Hak Daerah
Kewajiban Daerah
Kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban
Dapat dinilai dengan Uang

Prinsip Manajemen Keuangan


Daerah
Akuntabilitas
Pengambilan suatu keputusan sesuai dengan
mandat yang diterima. Kebijakan harus dapat
diakses dan dikomunikasikan
Value for Money
Prinsip ini dioperasionalkan dalam
pengelolaan keuangan daerah dan anggaran
daerah dengan ekonomis, efektif, dan efisien

Kejujuran dalam mengelola keuangan publik


Dalam pengelolaan harus dipercayakan
kepada pegawai yang punya integritas dan
kejujuran yang tinggi.
Transparansi
Keterbukaan pemerintah dalam membuat
kebijakan keuangan daerah sehingga dapat
diawasi oleh DPRD dan Masyarakat.
Pengendalian
Monitoring terhadap penerimaan maupun
pengeluaran APBD

Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan dilaksanakan oleh pemegang


kekuasaan pengelola keuangan daerah.
Kepala daerah selaku kepala pemerintah
daerah adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan

Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah

Anggaran Pendapatan, dan Belanja


Daerah (APBD), adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah
daerah di Indonesia yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
APBD ditetapkan dengan Peraturan
Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi
masa satu tahun, mulai dari tanggal 1
Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.

APBD terdiri atas:


Anggaran pendapatan, terdiri atas
Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah, dan penerimaan lain-lain
Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi
Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus
Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah
atau dana darurat.
Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan
penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah.
Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Fungsi Anggaran Pendapatan


dan Belanja Daerah
Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah
menjadi dasar untuk merealisasi pendapatan, dan
belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa
dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak
memiliki kekuatan untuk dilaksanakan.
Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran
daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa
anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan
pemerintah daerah.

Fungsi alokasi mengandung makna bahwa


anggaran daerah harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja, mengurangi
pengangguran, dan pemborosan sumberdaya, serta
meningkatkan efisiensi, dan efektifitas
perekonomian daerah.
Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakankebijakan dalam penganggaran daerah harus
memperhatikan rasa keadilan, dan kepatutan.
Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran
daerah menjadi alat untuk memelihara, dan
mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian daerah.

Akuntansi Keungan
Daerah

Akuntansi keuangan daerah merupakan


suatu proses pengidentifikasian, pengukuran
pencatatan, dan pelaporan transaksi
ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah
daerah (Kabupaten,Kota, atau Provinsi )
yang dijadikan sebagai informasi dalam
rangka pengambilan keputusan ekonomi
yang diperlukan oleh pihak pihak eksternal
entitas pemda.

Pihak yang memerlukan informasi yang


dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah
tersebut antara lain
- DPRD
- BPK
- Investor,Kreditur, & donatur
- Analisis Ekonomi dan Pemerhati Pemda
- Rakyat
- Pemda lain
- Pemerintah pusat

Sistem Akuntansi Pemerintah daerah meliputi


serangkaian prosedur mulai dari proses berikut:
Pengumpulan data
Pencatatan
Pengikhtisaran
Pelaporan keuangan dapat dilakukan
dengan cara manual atau aplikasi komputer.
Proses diatas didokumentasikan dalam bentuk
buku jurnal dan buku besar, dan apabila
diperlukan ditambahkan buku besar pembantu

Sistem akuntansi pemerintah daerah sekurang


kurangnya meliputi :
1. Prosedur akuntansi penerimaan kas
2. Prosedur akuntansi pengeluaran kas
3. Prosedur akuntansi aset tetap/barang milik
daerah dan
4. Prosedur akuntansi selain kas

Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah

UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, khususnya


pasal 30-32 menjelaskan tentang bentuk pertanggungjawaban
keuangan negara. Dalam ketentuan tersebut, baik Presiden
maupun Kepala Daerah (Gubernur/Bupati /Walikota) diwajibkan
untuk menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD kepada DPR/DPRD berupa laporan keuangan yang
telah diperiksa oleh BPK selambat-lambatnya 6 bulan setelah
tahun anggaran berakhir (Bulan Juni tahun berjalan). Laporan
keuangan tersebut setidak-tidaknya berupa Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan
Keuangan, yang mana penyajiannya berdasarkan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), dengan lampiran laporan
keuangan perusahaan negara/BUMN pada LKPP dan lampiran
laporan keuangan perusahaan daerah/BUMD pada LKPD.

Bentuk pertanggungjawaban keuangan negara


dijelaskan secara rinci pada Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah. Khususnya pada
pasal 2, dinyatakan bahwa dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD,
setiap Entitas Pelaporan wajib menyusun dan
menyajikan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja.
Ketentuan ini tentunya memberikan kejelasan atas
hirarki penyusunan laporan keuangan pemerintah dan
keberadaan pihak-pihak yang bertanggung-jawab
didalamnya, serta menjelaskan pentingnya laporan
kinerja sebagai tambahan informasi dalam
pertanggungjawaban keuangan negara.

Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang


akuntabel dan transparan, Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2005 mengamanatkan Pemerintah
Daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban
berupa:
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas, dan
4. Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan
keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan. Sebelum dilaporkan kepada
masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan perlu
diperiksa terlebih dahulu oleh BPK.

Pertanggungjawaban
Penggunaan Dana

Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan


penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan
penyetoran atas penerimaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Bendahara penerimaan pada
SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara
administratif atas pengelolaan uang yang menjadi
tanggung jawabnya dengan menyampaikan
laporan pertanggungjawaban penerimaan
kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran melalui PPKSKPD paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya.

Disamping pertanggungjawaban secara


administratif, bendahara penerimaan pada
SKPD wajib mempertanggung jawabkan
secara fungsional atas pengelolaan uang yang
menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penerimaan kepada PPKD selaku BUD
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Selanjutnya PPKD selaku BUD melakukan
verifikasi, evaluasi dan analisis atas
laporan pertanggungjawaban bendahara
penerimaan pada SKPD.

Dalamhal laporan pertanggungjawaban telah


sesuai, pengguna anggaran menerbitkan
surat pengesahan laporan
pertanggungjawaban. Untuk tertib laporan
pertanggungjawaban pada akhir tahun
anggaran, pertanggung jawaban
pengeluaran

SEMOGA BERMAMFAAT
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai