an
etrusor
apat timbul baik akibat kerusakan jaras ari suprapons maupun suprasakral.
Retensi urine apat timbul sebagai akibat berbagai kea aan patologis.
Pa a pria a alah penting untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan urologis
seperti hipertrofi prostat atau striktur. Pa a pen erita engan lesi neurologis
antara pons an me spinalis bagiansakral, DDS apat menimbulkan berbagai
erajat retensi meskipun pa a umumnya hiperrefleksia etrusor yang lebih
sering timbul. Retensi apat juga timbul akibat gangguan kontraksi etrusor
seperti pa a lesi LMN. Retensi juga apat timbul akibat kegagalan untuk memulai
refleks niksi seperti pa a lesi susunan saraf pusat.Meskipun hanya se ikit kasus
ari lesi frontal apat menimbulkan retensi, lesi pa a pons juga apat
menimbulkan gejala serupa.
Inkontenensia urine apat timbul akibat hiperrefleksia etrusor pa a lesi
suprapons an suprasakral. Ini sering ihubungkan engan frekuensi an bila
jaras sensorik masih utuh, akan timbul sensasi urgensi. Lesi LMN ihubungkan
engan kelemahan sfingter yang apat bermanifestasi sebagai stress inkontinens
anketi akmampuan ari kontraksi etrusor yang mengakibatkan retensi kronik
engan overflow
V. EVALUASI DAN PENATALAKSANAAN
1. Evaluasi
Pen ekatan sistematis untuk mengetahui maslah gangguan miksi selama
rehabilitasi pasien engan ce era me ula spinalis merupakan hal yang
penting karena penatalaksanaan yang baik sejak awal akan mencegah
komplikasi urologis an kerusakan ginjal permanen.
Pemeriksaan meliputi penilaian saluran kencing bagian atas, penilaian
pengosongan kan ung kencing an eteksi hiperrefleksia etrusor
a. Penilaian saluran kencing bagian atas
Meskipun jarang i apatkan masalah pa a saluran kencing bagian atas,
gangguan ginjal merupakan hal yang potensial mengancam pen erita.
Penilaian itujukan untuk menilai fungsi ginjal an eteksi hi ronefrosis.
Pemeriksaan ra iologis harus meliputi urografi intravena an voi ing
cystourethrogram untuk menilai saluran bagian atas an menyingkirkan
kemungkinan a anya refluks vesikoureteral.
b. Penilaian pengosongan kan ung kencing
Penilaian sisa urine apat ilakukan engan katerisasi pa a saat pertama
pemeriksaan meupun engan menggunakan USG. Resi u urine lebih ari
100 ml ikatakanbermakna
c. Deteksi hiperrefleksia etrusor
Pemeriksaan CMG an EMG ari sfingter uretral eksterna akan membantu
menentukan isfungsi neurogenik an a anya suatu DDS yang signifikan.
Kontraksi abnormal ari otot etrusor apat i eteksi engan baik engan
2002
refleks alam pa a tingkat i bawah lesi akan hilang. Hal ini biasanya
ihubungkan engan fase syok spinal. Dalam perio e ini, kan ung kencing
bersifat arefleksi anmemerlukan rainase perio ik atau kontinu yang
cermat an tes provokatif engan menggunakan 4 oz air ingin steril suhu
4oC ti ak akan menimbulkan aktifitas refleks kan ung kencing. Tes air es
ikatakan positif bila pengisian engan air ingin segera iikuti engan
pengeluaran air kateter ari kan ung kencing. Drainase kan ung kencing
yang a ekuat selama fase syok spinal akan apat mencegah timbulnya
istensi yang berlebih an atoni ari kan ung kencing yang arefleksi.
2. Penatalaksanaan
Dasar ari penatalaksanaan ari isfungsi kan ung kemih a alah
untuk mempertahankan fungsi gunjal an mengurangi gejala.
a. Penatalaksanaan gangguan pengosongan kan ung kemih apat
ilakukan engan cara
o Stimulasi kontraksi etrusor, suprapubic tapping atau stimulasi perianal
o Kompresi eksternal an penekanan ab omen, cre es manoeuvre
o Clean intermittent self-catheterisation
o In welling urethral catheter
b. Penatalaksanaan hiperrefleksia etrusor
o Bla er retraining (bla er rill)
o Pengobatan oral, Propantheline, imipramine, oxybutinin
c. Penatalaksanaa operatif
Tin akan operatif berguna pa a pen erita usia mu a engan kelainan
neurologis kongenital atau ce era me ula spinalis.
Bla er training
A alah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kan ung kencing yang
mengalami gangguan ke kea aan normal atau ke fungsi optimal neurogenik
(UMN atau LMN), apat ilakukan engan pemeriksaan refleks-refleks:
1. Refleks otomatik
Refleks melalui saraf parasimpatis S2-3 ansimpatis T12-L1,2, yang
bergabung menja i n.pelvikus. Tes untuk mengetahui refleks ini a alah tes
air es (ice water test). Test positif menunjukkan tipe UMN se angkan bila
negatif (arefleksia) berarti tipe LMN.
2. Refleks somatis
2002
Refleks melalui n.pu en alis S2-4. Tesnya berupa tes sfingter ani eksternus
an tes refleks bulbokarvernosus. Jika tes-tes tersebut positif berarti tipe
UMN, se angkan bila negatif berarti LMN atau tipe UMN fase syok spinal
Langkah-langkah Bla er Training:
1. Tentukan ahulu tipe kan ung kencing neurogeniknya apakah UMN atau LMN
2. Rangsangan setiap waktu miksi
3. Kateterisasi:
a. Pemasangan in welling cathether (IDC)= auer cathether
IDC apat ipasang engan sistem kontinu ataupun penutupan berkala
(clamping). Dengan pemakaian kateter menetap ini, banyak terja i
infeksi atau sepsis. Karena itu kateterisasi untuk bla er training
a alah kateterisasi berkala. Bila ipilh IDC, maka yang ipilih a alah
penutupan berkala oleh karena IDC yang kontinu ti al fisiologis
imana kan ung kencing yang selalu kosong akan mengakibatkan
kehilangan potensi sensasi miksi serta terja inya atrofi serta
penurunan tonus otot kk
b. Kateterisasi berkala
Keuntungan kateterisasi berkala antara lain:
o Mencegah terja inya tekanan intravesikal yang tinggi/over istensi
yang mengakibatkan aliran arah ke mukosa kan ung kencing
2002
DAFTAR PUSTAKA
Chancellor MB. Practical neuro-urology, genitourinary complications in
neurologic isease. Boston: Butterworth, 1995: 9-21, 99-190,
239-306
Duus P. Topical iagnosis in neurology.3 r e . New York: George Thieme,
1983:293-305
Fowler CJ. Bla er ysfunction inneurologic isease, In Asbury. Disease of
the nervous system, clinical neurobiology. 2 n e , vol.1,
Phila elphia: WB Soun ers, 1992:512-526
Fowler CJ. Neurogenic bla er ysfunction an its management, In
Greenwoo R et al. Neurological rehabilitation. New Tork :
Churchil Livingstone, 1993:269-276
Lin say KW. Neurology an neurosurgery illustrate . 3 r e . New York:
Churcill Livingstone, 1997: 445-446
Marotta JT. Spinal injury, In Rowlan LP. Merritts texybook of neurology. 9 th
e . Phila elphia : Williams & Wilkins, 1995:440-446
Perkash I. Management of neurogenic bla er ysfunction of the bla er
an bowel, In Kottke FJ, Krusens han book of physical
me icine an rehabilitaion. 4 th e . Phila elphia: WB Soun ers,
1990:810-831
Snell RS. Neuroanatomi klinik, Jakarta : EGC, 1996:504-506
Swash M. The conus me ullaris an sphincter control, in Critchley E. A Spinal
cor isease, basic science, iagnosis an management.
Lon on : springer-Verlag, 1997: 403-412