Anda di halaman 1dari 7

INTERFERENSI UPLINK

Interferensi uplink terjadi saat sinyal yang ditransmisikan dari UE ke node B


mengalami gannguan. Gangguan ini menyebabkan gagalnya koneksi akses UE ke jaringan
node dan menyebabkan gagalnya panggilan. Skema proses koneksi akses antara UE dan
node B dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Diagram call flow


Interferensi uplink dapat terlihat dengan mengamati parameter RTWP (Received Total
WideBand Power) dan pengaruhnya terhadap KPI (Key Performance Indicator)

I. Received Total WideBand Power (RTWP)


Yaitu total level daya noise ke dalam band frekuensi sel. RTWP ini sangat
penting dalam pengaturan kapasitas sel yang memberikan informasi congestion
control mengenai interferensi uplink. Jika nilai RTWP lebih dari -100 dBm maka
terjadi interferensi uplink. Nilai rata-rata RTWP dalam keadaan normal yaitu antara
-104,5 dBm sampai dengan -105,5 dBm. Jika sudah mencapai niali -85 dBm maka
terjadi interferensi yang sangat besar.

Gambar 2. RTWP

Jika RTWP tidak sesuai dengan yang diperbolehkan, maka akan terjadi
penurunan unjuk kerja berupa penurunan nilai Call Setup Success Rate (CSSR) dan
call drop rate. Keburukan nilai RTWP ini disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu :

1. Sistem mengalami masalah, sehingga perlu dicek konfigurasi RNC atau node B.
2. Koneksi antena dan feeder mengalami masalah, sehingga perlu diteliti parameter
seting. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan physical berupa jumper dan kabel.
Selain itu juga harus dicek bila ada faulty transmitter atau masalah lain yang
timbul akibat intermodulasi antara Node B dan antena.
3. Jika parameter seting dan hardware tidak bermasalah maka terjadi interferensi
eksternal pada sistem tersebut. Biasanya interferensi yang berasal dari repeater.
II. Key Performance Indicator (KPI)
KPI merupakan ukuran yang digunakan untuk menggambarkan faktor kritis
keberhasilan jaringan. Ini membantu jaringan untuk mengukur perkembangan dalam
rangka pencapaian tujuannya. Indikator kinerja harus merefleksikan tujuan, sehingga
indikator kinerja sangat tergantung tujuan yang ingin dicapai. Dalam menetapkan
KPI perlu melakukan beberapa hal terlebih dahulu, antara lain :
1. Memiliki proses yang telah terdefinisikan
2. Memiliki tujuan yang jelas atau kinerja yang diperlukan untuk proses tersebut di
atas.
3. Memiliki ukuran-ukuran kuantitatif atau kualitas yang disesuaikan dengan
tujuan.
4. Mengawasi setiap perubahan yang terjadi dan melakukan penyesuaian proses
dalam pencapaian tujuan jangka panjang.
Tipe KPI dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Ratio, yaitu KPI yang dihasilkan untuk merefleksikan persentase kasus spesifik
yang terjadi terhadap semua kasus.
2. Mean, yaitu KPI yang dihasilkan untuk merefleksikan rata-rata nilai berdasarkan
banyknya data.
3. Cum, yaitu KPI yang dihasilkan untuk merefleksikan penjumlahan yang selalu
bertambah.
KPI berdasarkan ITU-T Recommendation E.800 dalam WCDMA terbagi
atas acessbility, Retainability, Mobility, dan capacity. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. KPI
Kategori
UTRAN
Accessibility

KPI
Circuit Switch (CS)
RAB Establist Success Rate CS

Retainability

CS
RRC conection Estab Success Rate
Call Setup Success Rate
Conection Drop Rate CS
Conection Drop Rate CS
Call Drop Rate CS
Call Drop Rate PS
Outgoing Hard Handover Success Rate
Outgoing Intersystem Handover Outgoing
Intersystem

Mobility

Capacity

Success Rate CS
Soft Handover Success Rate
Througput Measurement CS

Packet Switch (PS)


RAB Establist Success Rate

Handover Success Rate CS


Througput Measurement PS

1. RAB Establishment Success Rate


KPI ni menggambarkan ratio semua RAB establishment yang berhubungan
dengan jumlah banyaknya RAB establishment yang datang.
2. RRC Connection Establishment Success Rate
KPI ini menggambarkan ratio RRC Connection Establishment Success
dengan jumlah RRC Connection Establishment yang datang.
3. Call Setup Success Rate (CSSR)
KPI ini menggambarkan ratio panggilan berhasil dilayani. CSSR ini
berdasarkan Succesfull RRC Conection Establishment Rate untuk tujuan setup
panggilan dan RAB establishment Succes Rate untuk semua tipe RAB.
4. Conection Drop Rate
Yaitu menggambarkan ratio kegagalan Iu koneksi dengan total jumlah Iu
koneksi yang di lepaskan.

5. Call Drop Rate


Yaitu ratio antara permintaan RAB release dengan banyaknya successful
RAB establishment (per CS/PS). Drops berasal dari pesan IU Release Request
and RAB Release Request yang dikirim dari UTRAN ke CN (Core Network).

SUMBER INTERFERENSI
Dari data statistic tersebut dapat memberikan informasi mengenai control congesti
mengenai interferensi uplink. Sehingga dapat diketahui lokasi interferensinya. Dilihat dari
sumbernya interferensi ini dapat berasal dari internal dan eksternal.
1. Interferensi Internal
Yaitu interferensi yang terjadi pada node B ke antenna feeder, yaitu berupa :
a. Sinyal yang ditransmisikan mengalami intermodulasi karena sinyal partisipasi.
b. Kanal transmisi, yaitu kerusakan power amplifier yang menyebabkan intermodulasi.
c. Kanal penerima, yaitu yang disebabkan oleh self eksitasi penerima, intermodulasi
yang disebabkan karena sinyal yang ditransmisikan kedalam penerima, situasi
unlocked, frekuensi unfixed, dan kongesti karena sinyal kuat.
d. Tidak sesuainya konfigurasi antara RF dan node B.
Dalam menemukan lokasi internal interferensi perlu dilakukan hal-hal berikut ini:
a. cek konfigurasi penerimaan diversity nya.
b. Jika kanal RF uplink bermasalah, cek konfigurasi gain kanal RF. Sangat penting
mengatur kanal RF uplink, jadi saat ada masalah tidak sulit menemukan lokasi
interferensi.
c. Jika DCS dan WCDMA dikombinasikan, harus dicek konfigurasi frekuensi dengan
operator dengan merubah konfigurasi frekuensi. Jika interferensi masih ada, lokasi
interferensi terletak pada onside.

2. Interferensi Eksternal
Yaitu interferensi yang terjadi akibat faktor dari luar node B, berupa:
a. Sistem Komunikasi lain, misalnya interferensi karena system PHS (Personal
Handyphone) dan dengan GSM.

b. Repeater dan Line Amplifier


- Interferensi yang disebabkan oleh repeater terjadi karena:
1. Repeater didesain broadband tanpa frekuensi seleksi.
2. Repeater menggunakan host node B yang tidak sesuai atau jauh dari host node B,
daya yang ditransmisikan menjadi besar untuk mengganggu node B lain.
3. Repeater tidak stabil, sehingga terjadi self eksitasi repeater.
4. Konfigurasi repeater dan gain tidak benar sehingga menyebabkan moise untuk
mengganggu UE.
- Interferensi yang disebabkan oleh Line Amplifier (LA) terjadi karena:
1. konfigurasi line amplifier yang tidak tepat.
2. Line Amplifier tidak stabil, sehingga terjadi self eksitasi.
c. Transmisi gelombang mikro
Ciri interferensi pada transmisi gelombang mikro yaitu:
1. interferensi long term stable.
2. Interferensi bidirectional.
3. Interferensi dalam large scale range.
4. Spectrum broadband
d. Peralatan yang mengkonsumsi daya.
e. Semua Komponen kontroling, terutama komponen big elektrik kontroling. Contohnya
interferensi secara seketika, spectrum dai 0 hingga GHz, dan small range node B.
f. Peralatan dengan clock.
g. Komponen non linear dengan medan elektromagnetik yang besar.
h. Radar
i. Interferensi Handset
j. Sinyal intermodulasi dari berbagai transmisi, terutama stasiun TV
k. Peralatan besar dengan Great Instant Variation of Electricity.
l. Peralatan dengan kanal feedback (self excitation).
m. Peralatan discharge.
MENGATASI INTERFERENSI

Dalam menghilangkan interferensi dapat dilakukan dengan metode dibawah ini,


yaitu:.
1. Mengubah rancangan sistem kualitas oleh departemen engineer operator.
2. Mengoptimasi konfigurasi DCS oleh departemen RF operator.
3. Menghilangkan ineterferensi eksternal seperti interferensi PHS, repeater, dan UE sangat
sulit untuk bagi peralatan vendor, sehingga harus ada kerjasama antara vendor dan
operator.
a. Interferensi PHS, yaitu dengan cara memindahkan antenna WCDMA sejauh mungkin,
tinggi antena WCDMA harus lebih tinggi atau rendah dari PHS.
b. Interferensi GSM, yaitu dengan menggunakan frekuensi yang tepat menurut normal
metode untuk alokasi spectrum.
c. Repeater, yaitu dengan mengubah penggunaan repeater untuk memastikan frekuensi
selektiv repeater dan menjamin kestabilan host link repeater, serta mengatur gain
repeater untuk range yang tepat.
d. interferensi transmisi gelombang mikro, yaitu dengan cara menyesuaikan dengan
frekuensi gelombang mikro.

Anda mungkin juga menyukai