Pertanian
Pertanian
(3) pembakaran (burning), (4) penanaman (cropping), dan (5) pemberaan (fallowing). Fase 1
sampai 2 merupakan pembersihan vegetasi-vegetasi tua yang tidak relevan bagi keperluan
pengolahan ladang, sedangkan dua fase terakhir merupakan kontrol terhadap vegetasivegetasi baru (baru ditanam atau tumbuh/bertunas). Di sini, terlihat fase 4 dan 5 menujukkan
bahwa keadaan lingkungan yang telah ada, lamanya yang relatif tentang periode-periode
penanaman bisa berubah-ubah dari pada fase pembersihan sebelumnya (fase 1 sampai 3).
Selanjutnya, periode terlama yang proporsional adalah sebagai representasi dari pemberaan.
Perladangan berpindah ini juga merupakan sistem pertanian yang terintegrasi dan
berkesinambungan dalam ruang dan waktu. Sistem perladangan ini dilakukakan secara
berpindah-pindah sebagai ciri utama kearifan ekologi, dari lokasi lahan ladang yang satu ke
lokasi lahan ladang berikutnya guna mengistirahatkan (fallow) hutan tanah lahan perladangan
yang telah diolah beberapa kali dalam siklus tahun ladang untuk jangka waktu bera yang
ideal, yaitu sekitar 10 15 tahun sebelum digunakan kembali pada rotasi berikutnya. Di sini
jelas terlihat bahwa waktu bera sangat berpengaruh besar pada kesuburan tanah dan tingkat
produksi yang dihasilkan. Lahajir (2001) mengklasifikasikan hutan sekunder berdasarkan
masa bera seperti : (1) hutan sekunder tua dengan masa bera 10 -15 tahun, (2) hutan sekunder
muda dengan masa bera 10 5 tahun, dan (3) hutan sekunder termuda dengan masa bera
kurang dari 5 tahun.
1. 2.
Dalam pertanian keluarga, hak milik dan hak pakai ada di tangan masing-masing keluarga.
Pengelolaan dan pekerjaan dilakukan oleh keluarga yang memiliki lahan pertanian, dan
dengan demikian tidak terkait kepada kelompok sosial yang lebih besar.
Lahan adalah faktor pemersatu dalam sistim sosial pedesaan sekaligus sebagai landasan
kehidupan, faktor produksi, kemakmuran dan tempat tinggal. Sesuai dengan tradisi, lahan
tidak dijual, melainkan dimanfaatkan dan kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya.
Sebagai tujuan jangka panjang yang berlangsung dari generasi ke generasi, pertanian harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga kesuburan tanah dan lingkungan tidak rusak.
Ada korelasi antara besarnya pertanian dan kemampuan tenaga kerja. Keadaan ideal adalah
apabila pertanian itu cukup besar bagi keluarga itu untuk melakukan semua pekerjaan sendiri
dan dapat memenuhi segala kebutuhan. Bilamana luas pertanian cukup dan dapat memenuhi
kebutuhan keluarga tani, maka pertanian keluarga adalah sistim yang stabil dengan perbedaan
sosial yang kecil, sehingga sangat cocok bagi kegitan koperasi. Dengan memdidik dan
memberikan persiapan kepada ahli waris yang meninggalkan bidang pertanian, sistim ini
memberikan manfaat yang cukup berarti kepada sektor ekonomi lainnya.
Di daerah-daerah pertanian pada beberapa negara maju, kesempatan kerja di luar sektor
pertanian juga umumnya terbuka sehingga macam kegiatan sampingan dan pertanian
sampingan semakin meningkat. Dengan perkataan lain satu atau beberapa anggota keluarga
mencari pekerjaan di luar bidang pertanian. Umumnya di negara-negara maju, pertanian
kaomersial yang maju berasal dari pertanian keluarga yang memiliki ciri komersial.
Pertanian keluarga sebagian besar terdapat di pulau Jawa. Kepemilikan lahan cenderung
sempit, dan mengikutsertakan keluarga sebagai tenaga kerja (sebagai upaya untuk menekan
biaya produksi).
Untuk program pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat desa, akan dilakukan
juga fasilitasi bagi komunitas-komunitas masyarakat desa demi meningkatkan kemampuan
advokasi
agar
kepentingan
desa
bisa
diperjuangkan
secara
maksimal.
Intinya, akan banyak muncul gagasan kreatif jika masyarakat berjuang dan terhimpun dalam
komunitas-komunitas desa. Kemudian ketika ide komunitas itu ditawarkan ke pihak lain,
daya dorongnya akan sangat kuat dibanding menjalankan usaha sendiri-sendiri.