PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang
mengenai kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas
50 tahun (Nursalam 2009). Insidennya lebih banyak terjadi pada pekerja zat
warna aniline. Produk-produk seperti benzidine dan 3-naphtylamine bersifat
karsinogenik (Shenoy 2014). Menurut Pusponegoro, dkk. dalam buku
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, kanker kandung kemih lebih sering mengenai
penderita laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 2:1. Sebagian besar
(90%) tumor kandung kemih adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini
bersifat multifokal, yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri
atas sel transisional, seperti di pielum, ureter, uretra posterior. Sedangkan jenis
yang lainnya adalah karsinoma sel skuamosa (10%) dan adenokarsinoma
(2%) (Nursalam 2009).
Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten
yang tidak disertai nyeri (Shenoy 2014). Kanker kandung kemih adalah
neoplasma yang paling sering terjadi di saluran kemih, dilaporkan mendekati
angka 3% dari semua kematian yang disebabkan oleh kanker. Kanker
kandung kemih juga muncul 2-3 kali lebih sering pada pria daripada wanita
meskipun angka kejadian pada wanita juga meningkat. Kanker ini sekarang
menjadi urutan nomor 5 dari kanker yang paling sering terjadi pada pria dan
menjadi urutan 10 dari kanker yang paling sering terjadi pada wanita.
Kanker ini juga lebih sering terjadi padaorang kulit putih daripada orang kulit
hitam dan lebih sering muncul di daerah perkotaan dan di daerah industri
bagian utara. Tumor jinak dan ganas dapat berkembang pada permukaan
dinding kandung kemih atau tumbuh di dalam dinding dan dengan cepat
menyerang otot di bawahnya. Sekitar 90% kanker kandung kemih merupakan
karsinoma sel transisional, berasal dari epitel transisional dari membran
mukosa (Joan dan Lyndon 2014).
Oleh karena permasalahan tersebut, makalah ini disusun agar perawat
mampu memahami dengan baik mengenai kanker kandung kemih serta
mampu menerapkan asuhan keperawatan yang tepat bagi penderita kanker
kandung kemih.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini menjabarkan secara rinci tentang teori konseptual
mengenai Kanker Kandung Kemih dan bagaimana cara memberikan
penatalaksaan yang cepat dan tepat, serta pembaca diharapkan
memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada kasus Kanker
Kandung Kemih secara komprehensif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi
2.1.1
Gambar 2. A.
a. Arteri
Arteri vesicalis superior dan inferior berasal dari trunkus
anterior arteri iliaka interna sebagai sumber utama suplai darah
arterial. Suplai darah minor berasal dari arteri obturatoria,
glutea inferior dan pada wanita juga dari arteri uterine dan
vaginalis
b. Vena
vena-vena membentuk plexus pada permukaan lateral dan
inferior buli. Dengan demikian selama sistostomi suprapubik,
struktur-struktur ini harus dihindari pada saat membuka buli.
c. Pleksus Vesikalis
Adalah kelanjutan dari pleksus venosus prostatikus pada pria
yang bermuara ke dalam vena iliaka interna (Shenoy 2014).
8. Limfatik
Kelenjar limfe iliaka interna merupakan level pertama
kelenjar limfeserta Kelenjar limfe obturatoria dan iliaka eksterna
terlibat lebih lanjut (Shenoy 2014).
9. Persarafan
Persarafan vesica urinaria berasal dari plexus
hypogastricus inferior. Serabut post ganglionik simpatik berasal
dari ganglion lumbal pertama dan kedua dan berjalan turun ke
vesica urinaria melalui
plexus hypogastricus. Serabut pre
ganglionik parasimpatikus yang muncul sebagai nervisplanchnici
pelvici dari nervus sacralis kedua, ketiga, keempat berjalan
melalui plexus hypogastricus menuju ke vesica urinaria, di tempat
iniserabut- serabut tersebut bersinaps dengan neuron post
ganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang berasal
dari vesica urinaria menuju sistem saraf pusat melalui
nervisplanchnici pelvici. Sebagian serabut aferen berjalan bersama
saraf simpatik melalui plexus hypogastricus dan masuk ke
medula spinalis setinggi segmen lumbalis pertama dan kedua.
Saraf simpatik menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae
dan merangsang penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf
parasimpatik merangsang kontraksi musculus detrusor vesicae dan
menghambat kerja musculus sphinctervesicae (Snell 2011).
2.1.2
Fisiologi Miksi
Kapasitas maksimum vesica urinaria orang dewasa adalah sekitar
500ml. Miksi merupakan suatu kerja refleks yang pada orang dewasa
normal dikendalikan oleh pusat yang lebih tinggi di otak. Refleks
berkemih mulai bila volume urin mencapai kurang lebih 300 ml.
Reseptor regangan di dalam dinding vesica urinaria terangsang dan
impuls tersebut diteruskan kesusunan saraf pusat,dan orang itu
mempunyai kesadaran ingin berkemih. Sebagian impuls naik ke atas
8
Perjalanan Penyakit
Karsinoma buli-buli masih dini merupakan tumor superfisial.
Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina
propia, otot, dan lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung
ke jaringan sekitarnya. Di samping itu tumor dapat menyebar secara
limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen menuju kelenjar
limfe perivesika, obtutator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis;
sedangkan penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru,
dan tulang (Yosef 2007).
2.4.2
Tipe Histologi
Sebagian besar (90%) tumor kandung kemih adalah karsinoma sel
transisional. Tumor ini bersifat multifokal, yaitu dapat terjadi di
saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional, seperti di
pielum, ureter, uretra posterior. Sedangkan jenis yang lainnya adalah
karsinoma sel skuamosa (10%) dan adenokarsinoma (2%)
(Nursalam 2009).
1. Adenokarsinoma
Ada tiga kelompok adenokarsinoma pada kandung kemih, yaitu:
a. Primer terdapat di kandung kemih, dan biasanya terdapat di
dasar serta di fundus kandung kemih. Pada beberapa kasus
sistitis, glandularis kronis, dan ekstrafia vesika pada
perjalanannya lebih lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi
adenokarsinoma kandung kemih.
b. Urakhus persisten (sisa duktus urakhus) yang mengalami
degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma
13
T3a
T3b
T4
T4a
T4b
14
16
sampai retensi urin. Infiltrasi tumor ke dalam lubang saluran kemih dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih, sehingga menimbulkan nyeri
pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal terganggu.
4. Gejala metastase
Invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung kemih sekitarnya,
organ lain atau metastasis kelenjar getah panggulsimpul, akan
menyebabkan nyeri di daerah kandung kemih, uretra fistula vagina, dan
edema ekstremitas bawah, metastasis sampai organ yang lebih jauh, nyeri
tulang dan cachexia.
Gambaran klinis dari kanker kandung kemih, antara lain: (Shenoy 2014)
1. Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten
yang tidak disertai nyeri.
2. Gejala klinis menyerupai sisititis yang hebat terjadi pada ulkus karsinoma
3. Selanjutnya dapat kencing bercampur darah yang disertai nyeri
4. Stranguria adalah rasa nyeri saat miksi dengan perdarahan dan
pengososngan buli yang tidak lampias
5. Nyeri pinggang disebabkan oleh obstruksi ureter dengan hidronefrosis
6. Nyeri suprapubik, nyeri lipat paha, nyeri perineal disebabkan oleh
infiltrasi nervus. Keadaan ini menandakan bentuk tumor yang sudah lanjut
17
18
penatalksaan perdarahan.
2. TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)
Dilakukan reseksi untuk mengambil tumor. Jika terjadi perdarahan
dilakukan tindakan irigasi kandung kemih , jika urine tidak keluar , curiga
adanya stone cell dan tatalaksana dengan dilakukan spool.
3. Cystektomy radikal atau parsial
Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik (MVACMethotrexate, Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal
merupakan pengangkatan buli dengan lemak perisistikserta prostat dan
vesikula seminalis, uretra pada priadan buli serta lemak perisistik, serviks,
uuterus, kubah vagina anterior, uretra dan ovarium pada wanita. Sistektomi
radikal merupakan suatu operasi mayor dengan angka mortalitas 3 sampai
8%.
4. Diversi Urine
Sistektomi radikal adalah pengangkatan kandung kemih dan jaringan
sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran
urine dari ureter dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain:
(Yosef, 2007)
a. Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke
dalam sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena
banyak menimbulkan penyulit.
b. Kondisi usus, yaitu mengganti kandung kemih dengan ileum sebagai
penampung urin, sengakan untuk mengeluarkan urine dipasang
kateteer menetap melalui sebuah stoma. Konduit ini diperkenalkan
oleh Bricke pada tahun 1950 dan saat ini tidak banyak dikerjakan lagi
karena dianggap tidak praktis.
c. Diversi urin kontinen, yaitu mengganti kandung kemih dengan segmen
ileum dengan membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada
volume tertentu). Urin kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan
melakukan kateterisasi mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini
yang terkenal adalah cara Kock pouch dan Indian pouch.
d. Diversi urin Orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen usus
yang kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa
lebih fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak
memakai stoma yang dipasang di abdomen. Teknik ini pertama kali
diperkenalkan oleh Camey dengan berbagai kekurangannya dan
kemudian disempurnakan oleh Studer dan Hautmann.
5. Kemoterapi intra Buli
Kemoterapi
intravesika
pasca
bedah
dengan
Thiotepa/Adriamycin/Mitomycin yang ditahan di sisi dalam kandung
kemih selama 1 jam, 6-8 serial seperti ini dengan interval setiap seminggu
diberikan untuk mengurangi angka kekambuhan.
2.9.1
2.9.3
Kontrol Berkala
Semua pasien kanker kandung kemih harus mendapatkan pemeriksaan
secara berkala, dan secara rutin dialkukan pemeriksaan klinis, sitologi
urine serta sistoskopi. Jadwal pemeriksaan berkala itu pada: (Yosef
21
2007)
1. Tahun I dilakukan setiap 3 bulan sekali,
2. Tahun II setiap 4 bulan sekali, dan
3. Tahun III dan seterusnya setiap 6 bulan sekali
2.10 Prognosis
Menurut Pusponegoro, dkk. dalam buku Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
penyakit ini mempunyai prognosis yang sangat bervariasi walaupun secara
umum bergantung dari stadium dan derajat histologi tumor. Pada umumnya
penderita dengan tumor superfisial mempunyai harapan hidup 5 tahun yang
cukup baik sedangkan penderita dengan tumor yang sudah tumbuh sampai
ke lapisan otot dalam mempunyai angka harapan hidup sekitar 5 tahun
sekitar 40-50%. Pada stadium T4 tanpa metastasis, angka harapan hidup 5
tahun berkisar antara 10-17%, sedangkan bila sudah terjadi metastasis maka
sangat sedikit penderita yang dapat bertahan hidup lebih dari 5 tahun.
22
Agent
Host
Life
style
Riwayat
penyakit
dahulu
4P,
merokok,
konsumsi
kopi
ISK, Ca.
Colon, Ca.
Renal, Ca
Prostat, Ca.
Rectum
Genetik
Obat/
tindakan
Cytoksan,
cyclofosfa
mide
Invasi kuman
Environment
Parasit
(schistozomiasis)
Sistemik
Obstruktif
Kencing
sedikit
Pancaran
melemah
MK:
Gangguan
eliminasi
Urin
Refluks
Iritatif
Hematuri
a
FUNUD
(frekuensi,
urgensi,
nocturia,
urge
incontinensi
a, disuria)
Anemia
Hiperventilasi
Sesak nafas
MK:
Ketidakefe
ktifan pola
nafas
Hormon
Renin ,
angioste
nsin
Aldosteron
Vasokontriksi
Gangg
pembuluh
uan
darah
pompa 23
Na dan
K
Hipertensi
oedema
MK:
Penurunan
cardiac
output
Hidroureter
Hidronefrosis
Mual muntah
MK:
Peningkatan
volume
cairan
MK:
Nyeri
Akut
MK: Mual
Penatalaksanaan
Non pembedahan
(kemoterapi, irigasi
kandung kemih,
farmakologi)
Pembedahan (TURB-T,
Diversi Urin, Cystectomy)
Stoma
MK : Resiko
Kerusakan
Integritas Kulit
Post .op
MK : Resiko
infeksi
24
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
a. Usia:
Menurut Brunner & Suddarth, 2004 Kanker kandung kemih lebih
sering terjadi pada orang dewasa berusia 50 sampai 70 tahun, usia ratarata pada saat diagnosis adalah 65 tahun, dan pada periode tersebut
sekitar 75% dari kanker kandung kemih terlokalisasi pada kandung
kemih, 25% telah menyebar ke kelenjar getah bening regional atau
tempat yang jauh.
b. Jenis Kelamin:
Pria memiliki resiko 3 kali lipat lebih besar dibanding dengan wanita
(Brunner & Suddarth 2004).
c. Pekerjaan:
Pekerja di pabrik bahan kimia, penyamak kulit, pegawai salon,
pewarna, karet, minyak bumi, industri kulit, dan percetakan memiliki
risiko lebih tinggi. Karsinogenik yang spesifik meliputi benzidin,
betanaphthylamine, dan 4-aminobiphenyl. Perkembangan tumor dapat
berlangsung lama (Emil Tanagho dan Jack W. McAninch 2007).
d. Tempat Tinggal:
Terdapat insiden kanker kandung kemih yang tinggi di banyak negara
di Afrika, terutama Mesir, terkait paparan parasit Schistosoma
haematobium, yang dapat ditemukan dalam kandungan air di negaranegara ini (Connie Yarbro, dkk, 2010).
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan Utama : Klien akan mengeluhkan hematuria.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuria
c. Pancaran melemah
Iritatif
: a. Frekwensi
b. Urgency
c. Nocturia (jarang)
d. Urge inkontinencia
e. Dysuria
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih, infeksi
kronis saluran kencing, dan infeksi dari parasit memiliki
25
26
27
Etiologi
Pre Operasi
Kanker kandung kemih
Hematuria
Kanker kandung
Hematuria
Penurunan Hb
Penurunan O2
Hiperventilasi
Sesak Napas
Hidronefrosis
Ureum kembali ke
pembuluh darah
Uremia
Masalah
Keperawatan
Ganggguan
Eliminasi Urin
Mual
28
perut
DS:
Laporan secara verbal
DO:
Posisi untuk menahan nyeri
Tingkah laku berhati-hati
Gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau
gerakan
kacau,
menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus
menyempit
(penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi,
contoh
:
jalan-jalan,
menemui
orang
lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
Respon autonom (seperti
diaphoresis,
perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas
panjang/berkeluh
kesah)
BUN meningkat
Mual
BB menurun
Kanker kandung kemih
Refluks
Hidroureter
Hidronefrosus
Nyeri pinggang
Nyeri Akut
29
Post operasi
DS:
Kanker kandung kemih
lukanya
TURB-T
Nyeri akut
Resiko Infeksi
30
Luka insisi
Resiko Infeksi
DO : T: 37,5C
Leukosit 11.000/mm3
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan
eliminasi
urin
berhubungan
dengan
obstruksi
anatomik
Intervensi
NIC :
Irigasi Kandung Kemih
1. Jelaskan
prosedur
kepada klien
2. Atur suplai irigasi
yang steril, pelihara
teknik kesterilan dari
agen protokol
3. Bersihkan jalur mask
atau ujung terkahir Yconnector
dengan
alkohol swap
4. Tetap irigasi cairan
setiap agen protokol
5. Observasi
perlindungan diri
6. Monitor dan pelihara
rate
flow
sesuai
kebutuhan
7. Tulis cairan yang
dibutuhkan,
karakteristik cairan,
jumlah pengeluaran,
31
2.
3.
Ketidakefektifan
pola
napas
berhubungan
dengan
hiperventilasi
Mual
berhubungan
dengan
tumor
lokal di kandung
kemih
NOC:
Respiratory Status:
Ventilation
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama
3x24
jam
ketidakefektifan
pola
napas pasien teratasi
dengan kriteria hasil:
1. Respiratory rate
2. Irama pernafasan
3. Retraksi otot dada
4. Penggunaan otot
bantu nafas
5. Pursed lips
breathing
NOC:
Nausea and Vomitting
Control
1. Dorong pasien untuk
Tujuan:
memantau
mual
Setelah
dilakukan
secara sendiri
tindakan keperawatan
2.
Dorong pasien untuk
selama 2x24 jam mual
mempelajari strategi
teratasi dengan kriteria
untuk
mengelola
hasil:
mual sendiri
1. Mengenali awitan
3. Lakukan
penilaian
mual
32
2. Menjelaskan faktor
penyebab
3. Penggunaan
anti
emetik
lengkap
mual,
termasuk frekuensi,
durasi,
tingkat
keparahan,
dengan
menggunakan alatalat seperti jurnal
perawatan,
skala
analog visual, skala
deskriptif duke dan
indeks rhodes mual
dan muntah (INV)
bentuk 2.
4. Identifikasi
pengobatan
awal
yang
pernah
dilakukan
5. Evaluasi
dampak
mual pada kualitas
hidup.
6. Pastikan bahwa obat
antiemetik
yang
efektif
diberikan
untuk mencegah mual
bila memungkinkan.
7. Identifikasi strategi
yang telah berhasil
menghilangkan mual
8. Dorong pasien untuk
tidak mentolerir mual
tapi bersikap tegas
dengan
penyedia
layanan
kesehatan
dalam memperoleh
bantuan farmakologis
dan nonfarmakologi
9. Promosikan istirahat
yang cukup dan tidur
untuk memfasilitasi
bantuan mual
10. Dorong
makan
sejumlah
kecil
makanan
yang
menarik bagi orang
33
mual
11. Bantu untuk mencari
dan
memberikan
suport emosional
Vomitting Management
1. Pastikan
obat
antiemetik
yang
efektif
diberikan
untuk
mencegah
muntah,
bila
memungkinkan.
2. Posisikan klien untuk
mencegah aspirasi
3. Pertahankan
jalan
napas melalui mulut
4. Berikan
dukungan
fisik selama muntah
5. Berikan kenyamanan
selama
episode
muntah
6. Tunjukkan
penerimaan muntah
dan
berkolaborasi
dengan orang ketika
memilih
strategi
pengendalian muntah
7. Bersihkan area yang
tekena
muntah
setelah
episode
muntah
sebelum
menawarkan
lebih
banyak cairan untuk
pasien
8. Mulailah cairan yang
jelas dan bebas dari
karbonasi
9. Secara
bertahap
tingkatkan cairan jika
tidak ada muntah
terjadi selama 30
menit
10. Ajarkan penggunaan
teknik
non
34
4.
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
agen
injury
pharmakological
untuk
mengelola
muntah
11. Kaji emesis untuk
warna, konsistensi,
darah, waktu, dan
sejauh mana itu kuat.
12. Ukur atau estimasi
volume emesis.
13. Sarankan membawa
kantong plastik untuk
muntah penahanan.
14. Catat
riwayat
pengobatan
awal
lengkap.
15. Identifikasi
faktorfaktor yang dapat
menyebabkan
atau
memberikan
kontribusi
untuk
muntah
NIC :
Pain Management
NOC :
Pain Control
Setelah dilakukan
1. Tentukan
dampak
asuhan selama 3 x 24,
nyeri
terhadap
nyeri teratasi dengan
kualitas hidup klien
kriteria hasil:
(misalnya tidur, nafsu
1. Kenali awitan nyeri
makan,
aktivitas,
2. Jelaskan
faktor
kognitif, suasana hati,
penyebab nyeri
hubungan,
kinerja
3. Gunakan
obat
kerja, dan tanggung
analgesik dan non
jawab peran).
analgesik
faktor
4. Laporkan nyeri yang 2. Kontrol
lingkungan
yang
terkontrol
mungkin
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien
(misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai
cara
35
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas
atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi
tandatanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang
mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
Pasca Operasi
No.
1.
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
agen
injury
NOC :
Pain Control
Setelah dilakukan
asuhan selama 3 x 24,
nyeri teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Kenali
awitan
nyeri
2. Jelaskan
faktor
penyebab nyeri
3. Gunakan
obat
analgesik dan non
analgesik
4. Laporkan
nyeri
yang terkontrol
Intervensi
NIC :
Pain Management
1. Tentukan
dampak
nyeri
terhadap
kualitas hidup klien
(misalnya tidur, nafsu
makan,
aktivitas,
kognitif, suasana hati,
hubungan,
kinerja
kerja, dan tanggung
jawab peran).
2. Kontrol
faktor
lingkungan
yang
mungkin
36
1.
Resiko infeksi
berhubungan
dengan prosedur
invasif
NOC:
Infection Severity
Tujuan
:
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam
pasien
tidak
mengalami infeksi
Kriteria Hasil :
1. Klien
tidak
demam
2. Klien
tidak
mengalami
peningkatan
jumlah sel darah
putih
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien
(misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai
cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas
atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi
tandatanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang
mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
NIC:
Infection protection
1. Lakukan
tindakan
pencegahan
neutropenia
2. Isolasi
semua
pengunjung
untuk
penyakit menular
3. Pertahankan asepsis
untuk pasien berisiko
4. Periksa kondisi setiap
sayatan bedah atau
luka
5. Pantau tanda-tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
37
Bayi
baru
Lahir
Bayi/an
ak
9000
30.000 /
mm3
9000
12.000/m
m3
Dewasa
400010.000/m
m3
6. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
7. Pantau
perubahan
tingkat energi atau
malaise
Infection control
1. Bersihkan lingkungan
setiap kali setelah
digunakan pasien
2. Isolasi dengan orang
yang
terkena
penyakit menular
3. Batasi
jumlah
pengunjung
yang
sesuai
4. Tingkatkan
cara
mengajar
mencuci
tangan untuk tenaga
kesehatan
5. Anjurkan
pasien
tentang teknik cuci
tangan yang tepat
6. Instruksikan
pengunjung
untuk
mencuci tangan saat
memasuki
dan
meninggalkan
ruangan pasien
7. Gunakan
sabun
antimikroba
untuk
mencuci yang sesuai
8. Cuci tangan sebelum
dan sesudah setiap
kegiatan perawatan
pasien
38
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Tn. M berusia 52 tahun dirawat di RSUA sejak 3 hari yang lalu dengan keluhan
hematuria bersifat intermitten dan merasakan nyeri di daerah pinggang hilang
timbul sejak 2 minggu sebelum MRS. Klien adalah seorang pegawai di
perusahaan pabrik cat. Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa klien memiliki
kebiasaan merokok sejak kelas 3 SMA dan gemar mengkonsumsi kopi. Klien
mengatakan ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit sama dengan
klien. Dari pemeriksaan CT Scan klien didiagnosa dengan Ca Buli stadium T2.
Saat ini klien terpasang kateter dengan produksi urin 850 cc/24 jam, tampak urin
bercampur darah. TTV : TD 120/70 mmHg, RR 22 x/menit, nadi 84 denyut/menit, T 37,3 C.
Hasil laboratorium Hb 9,2 gr/dl, Leukosit 11.000/mm3, BUN 38 mg/dL , Kreatinin serum 1,62
mg/dl.
Program terapi: Infuse RL 20 tetes/menit. Injeksi transamin 500 mg/8 jam.
4.1 Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas
Nama
Usia
Jenis kelamin
: Tn. M
: 52 tahun
: Lakilaki
39
Pekerjaan
: Pegawai pabrik cat
b. Keluhan utama
Keluhan lokal
: hematuria bersifat intermitten
Keluhan sistemik : Hb 9,2 gr/dl (Anemia)
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. M mengeluh hematuria bersifat intermitten dan merasakan nyeri di
daerah pinggang hilang timbul sejak 2 minggu sebelum MRS, lalu
klien langsung memeriksakannya ke RSUA. Saat ini klien terpasang
kateter dengan produksi urin 850 cc/24 jam, tampak urin bercampur
darah.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien belum pernah dirawat di rumah sakit
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Aada keluarga klien yang mempunyai riwayat penyakit yang sama
f. Riwayat pemakaian obat:
Tidak ada
g. Gaya Hidup/Life style
Klien memiliki kebiasaan merokok sejak kelas 3 SMA dan gemar
mengkonsumsi kopi
h. Pola Eliminasi
Klien mengeluh nyeri hematuria bersifat intermitten
i. Kondisi Lingkungan
Pasien bekerja sebagai pegawai di pabrik cat
2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Tidak ada keluhan
b. B2 (Blood)
Pasien mengalami anemia dengan hasil pemeriksaan Hb 9,2 gr/dl.
T 37,3 C
c. B3 (Brain)
Tidak ada keluhan
d. B4 (Bladder)
Inspeksi
: produksi urine dalam 24 jam 850 ml, warnanya
merah dengan bau agak amis.
Palpasi dan Perkusi : tidak teraba adanya massa
e. B5 (Bowel)
Tidak ada keluhan
f. B6 (Bone)
Tidak ada keluhan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium Kimia Klinik
Hb
= 9,2 gr/dl (L : 13-16 g/dl, P : 12-14 g/dl)
Leukosit =11.000/mm3 (4.000-10.000 mm3)
b. Pemeriksaan Faal Ginjal
BUN = 38 mg/dl (10-45)
40
2. DS:
Klien
mengatakan
nyeri
di
daerah
pinggang
hilang
timbul
DO : Klien tampak
meringis
menahan
nyeri
P : keinginan
berkemih
Q : hilang timbul
R : pinggang
S : 5 dari 10
T : 3-4x/hari
Post Operasi
3. DS:
Klien
mengatakan
nyeri
di
daerah
sekitar luka
DO : Klien tampak
meringis
menahan
nyeri
P : saat aktivitas
Q : terus menerus
R :luka
pembedahan
S : 3 dari 10
ETIOLOGI
Kanker kandung kemih
Hematuria
MASALAH
Gangguan
urin
eliminasi
Nyeri akut
Refluks
Hidroureter
Hidronefrosus
Nyeri pinggang
TURB-T
Nyeri
Nyeri akut
41
T : siang hari
4. DS:
Klien mengeluhkan
merasa
gatal
di
daerah lukanya
DO:
T: 37,5C
Leukosit 11.000/mm3
Resiko Infeksi
Kanker kandung kemih
TURB-T
Resiko Infeksi
Diagnosa
Keperawatan
Intervensi
Gangguan
eliminasi
urin
berhubungan
dengan
obstruksi
anatomik
NOC:
Urinary Elimination
Tujuan:
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam nyeri
teratasi,
dengan
kriteria hasil:
1. Pola eliminasi
2. Jumlah urin
3. Warna urin
4. Kejernihan urin
5. Intake cairan
6. Pengosongan
kandung
kemih
secara maksimal
7. Tampak
darah
dalam urin
NIC :
Irigasi Kandung Kemih
1. Jelaskan
prosedur
kepada klien
2. Atur suplai irigasi
yang steril, pelihara
teknik kesterilan dari
agen protokol
3. Bersihkan jalir mask
atau ujung terkahir Yconnector
dengan
alkohol swap
4. Tetap irigasi cairan
setiap agen protokol
5. Monitor dan pelihara
rate
flow
sesuai
kebutuhan
6. Tulis cairan yang
dibutuhkan,
42
8. Frekuensi urine
9. Urgency
with
urination
10. Urge inkontinence
2.
karakteristik cairan,
jumlah pengeluaran,
dan respon pasien,
dan agen protokol
7. Observasi
perlindungan diri
NIC :
Pain Management
Nyeri
akut NOC :
berhubungan
Pain Control
dengan
agen Setelah dilakukan
dampak
injury
asuhan selama 3 x 24, 1. Tentukan
nyeri
terhadap
nyeri teratasi dengan
kualitas hidup klien
kriteria hasil:
(misalnya tidur, nafsu
1. Kenali
awitan
makan,
aktivitas,
nyeri
kognitif, suasana hati,
2. Jelaskan
faktor
hubungan,
kinerja
penyebab nyeri
kerja, dan tanggung
3. Gunakan
obat
jawab peran).
analgesik dan non
2.
Kontrol
faktor
analgesik
lingkungan
yang
4. Laporkan
nyeri
mungkin
yang terkontrol
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien
(misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai
cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas
atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi
tandatanda non verbal dari
43
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang
mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
2. Post Operasi
44
No.
3.
4.
Diagnosa
Keperawatan
Intervensi
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
agen
injury
NOC :
Pain Control
Setelah dilakukan
asuhan selama 3 x 24,
nyeri teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Kenali
awitan
nyeri
2. Jelaskan
faktor
penyebab nyeri
3. Gunakan
obat
analgesik dan non
analgesik
4. Laporkan
nyeri
yang terkontrol
NIC :
Pain Management
Resiko infeksi
berhubungan
dengan prosedur
invasif
NOC:
Infection Severity
Tujuan
:
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam
pasien
tidak
mengalami infeksi
Kriteria Hasil :
1. Tentukan
dampak
nyeri
terhadap
kualitas hidup klien
(misalnya tidur, nafsu
makan,
aktivitas,
kognitif, suasana hati,
hubungan,
kinerja
kerja, dan tanggung
jawab peran).
2. Kontrol
faktor
lingkungan
yang
mungkin
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien
(misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai
cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas
atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi
tandatanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang
mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
NIC:
Infection protection
1. Lakukan
tindakan
pencegahan
neutropenia
2. Isolasi
semua
pengunjung
untuk45
penyakit menular
3. Pertahankan asepsis
untuk pasien berisiko
4.5 Evaluasi
Indikator
1. Gangguan Eliminasi
Urin:
Urinary Elimination
a. Pola eliminasi
b. Jumlah urin
c. Warna urin
d. Kejernihan urin
e. Intake cairan
f. Pengosongan
kandung kemih
secara maksimal
g. Tampak darah
dalam urin
h. Frekuensi urine
i. Urgency with
urination
j. Urge inkontinence
2. Nyeri Akut:
Pain Control
a. Kenali
awitan
nyeri
b. Jelaskan
faktor
penyebab nyeri
c. Gunakan
obat
analgesik dan non
analgesik
d. Laporkan nyeri
yang terkontrol
3. Nyeri Akut:
Pain Control
a. Kenali
awitan
nyeri
b. Jelaskan
faktor
penyebab nyeri
c. Gunakan
obat
analgesik dan non
analgesik
d. Laporkan nyeri
yang terkontrol
4. Resiko Infeksi:
Infection Severity
a. Demam
Severe
Substan
tial
Moder
ate
Mil
d
None
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
46
b. Peningkatan
NA
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang
mengenai kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas
50 tahun (Nursalam, 2009). Insidennya lebih banyak terjadi pada pekerja zat
warna aniline. Produk-produk seperti benzidine dan 3-naphtylamine bersifat
karsinogenik (Shenoy, 2014). Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah
hematuria intermitten yang tidak disertai nyeri (Shenoy, 2014).
Penatalaksanaannya bisa disesuaikan dengan stadium dari kanker kandung
kemih, jika stadium Tis, Ta, T1 dapat dilakukan dengan reseksi transuretra
(TUR) dan untuk stadium T2-T4 bisa dilakukan sistektomi radikal (Shenoy,
2014).
47
DAFTAR PUSTAKA
Brunner &Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Coleman, EA., Lord, JE, Huskey, SW, Black JM, dan Jacobs EM. 1997.
Medical-Surgical Nursing: Clinical Management For Continuity of
Care 5th Edition.USA: Saunders Company
Di Giulio, M, Jackson, D, dan Keogh, J. 2007. Medical-Surgical Nursing,
Demystified: A Self-Teaching Guide. USA: The Mc Graw-Hill
Companies
Ferri, FF. 2014. Ferri's Clinical Advisor 2014. USA: MosbyInc.
Jiang, Q dan Lizhong C. 2008. Karsinoma Ginjal dalam Buku Ajar Onkologi
Klinis. Edisi2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
48
Nursalam & Batticaca, FB. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar-dasar Urology Ed 1. Jakarta: Sagung Seto
Pusponegoro, dkk. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher
Saputra, Lyndon. 2011. Master Plan Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher
Shenoy, K. Rajgopal dan Anita N. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid Satu.
Tangerang: Karisma Publishing Group
Snell, RS. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC
Umami, Vidhia. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama
Wein, AJ, Kavaoussi, LR, Novick, AC, Partin, AW, Peters, CA. 2012.CampbellWalsh Urology Tenth Edition. USA: Saunders
Yosef, Herman. 2007. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV. Infomedika
49