Anda di halaman 1dari 15

A.

Info 1
Datang seorang pasien ibu hamil G5P3A1 nama Ny Badriyah, usia 38 tahun,
dengan diantar suaminya Tn Suharto (41 tahun) ke IGD Puskesmas tempat
anda bekerja, karena keluar darah segar dari jalan lahir.
PERTANYAAN :
1. Anamnesa apa lagi yang dapat saudara tanyakan kepada pasien dengan
kehamilan ?
2. Apa saja penyebab perdarahan yang keluar dari jalan lahir ?
B. Klarifikasi Istilah
G5P3A1 : Gravida 5 Paritas3 Abortus 1 = mengalami kehamilan ke 5 ,
melahirkan hidup 3 anak, abortus 1 anak.
C. Batasan Masalah :
Nama : Ny Badriah
Umur : 38 tahun
Nama Suami : Tn. Suharto
Status Obs : G5P3A1
KU : Keluar darah segar lewat jalan lahir
Kualitas : darah segar
D. Pertanyaan 1 : Anamnesis tambahan yang perlu diajukan :
1. Berdasarkan keluhan utama yaitu keluarnya darah segar : Onset, banyak
perdarahan, rasa pada uterus, kram sudah sampe bawah atau belum.
2. Dalam anamnesis Kronologi perdarahan perlu ditanyakan untuk
memperjelas dan mengarahkan pada diagnosis, misalnya pada abortus
insipiens dan kompletus dimana pada kasus tersebut terjadi perdarahan
yang massif. Fakto Pemberat ditanyakan dengan tujuan mengetahui halhal apa saja yang dapat memperberat keluhan pasien, misalnya pada ibu
hamil yang masih melakukan pekerjaan berat sehingga memicu
perdarahan

pervaginam.

Keluhan

penyerta

pada penderita

yang

mengalami perdarahan pervaginam ada beberapa misalnya pada penderita


kehamilan ektopik terganggu biasanya disertai dengan tanda-tanda akut
abdomen seperti defans muskuler dan pada abortus biasanya disertai

dengan keluhan seperti mulas dan kramp perut yang hebat (Saifudin AB,
et all.1996).
3. Riwayat Obsetetri : HPHT, siklus haid, riwayat persalinan (pervaginam
atsu perabdominal), persalinan ditolong oleh siapa, berat badan bayi lahir,
serta riwayat kontrasepsi (Saifudin AB, et all.1996).
4. Perlu ditanyakan apakah pernah menggunakan kontrasepsi , karena pada
penggunaan kontrasepsi

tertentu misalnya AKDR (Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim) dan implant dapat menimbulkan efek perdarahan per


vaginam akibat efek bedah minor (Saifudin AB, et all.1996).
E. Info 2
1. RPS :
Pasien rujukan bidan dengan perdarahan pervaginam. Pasien merasa
hamil 2 bulan lebih dan mengeluh mengeluarkan darah dari jalan lahir
sejak 1 minggu yang lalu. Satu hari yang lalu darah keluar disertai
prongkol-prongkol. Pasien mengatakan telah melakukan tes kehamilan di
rumah dan hasilnya positif.
2. RPD :
Penyakit Asthma, Jantung, Hipertensi, Diabetes Melitus disangkal
pasien.
3.

RPK :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit Asthma,
Jantung, Hipertensi, Diabetes Melitus.

4. Riwayat Haid :
HPHT : 04-08-2012
5. Riwayat Obstetri :
Anak I : Perempuan, 17 tahun, BBL 2.900 gr, spontan, bidan.
Anak II
: Perempuan, 15 tahun, BBL 3.200 gr, spontan, bidan.
Anak III
: Laki-laki, 6,5 tahun, BBL 3.000 gr, spontan bidan.
Anak IV
: Keguguran saat usia kehamilan 2,5 bulan.
Anak V
: Hamil ini.
6. Riwayat Keluarga Berencana (KB) :
Belum pernah.
F. Klarifikasi istilah
Prongkol-prongkol : pada darah ada gumpalan yang lebih padat (bahasa jawa)
G. Interpretasi info 2:

1.
2.
3.
4.

HPHT : 4 agustus 2012


HPL : 11 mei 2013
UK : 11 minggu 4 hari = 2 bulan 3 minggu
Kronologi : perdarahan 1 minggu yang lalu. 1 hari sebelum datang, darah

prongkol2.
5. Riwayat obstetri: penilaian berdasarkan jumlah anak, cara persalinan dan
keadaan anak yang telah dilahirkan sebelumnya. Pasien telah melahirkan
secara spontan,hal tersebut menandakan pasien tidak memiliki kesempitan
panggul. Terdapat riwayat abortus, hal ini dapat menjadi faktor resiko
terjadinya abortus kembali.
6. Bukti Tes kehamilan dan merasa hamil masih subjektif jadi perlu
pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan keadaan kehamilan juga
apakah masih bertahan atau tidak.
H. Pertanyaan 2 : Penyebab perdarahan
Penyebab perdarahan pada kehamilan muda:
1. Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Hadijanto,B ,
2010). Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan
sedangkan abortus dengan tindakan disebut abortus provokatus. Abortus
provokatus ada 2 yaitu abortus provokatus medisinalis (sesuai dengan
keputusan medis) dan kriminalis (tidak ada alas an medis untuk
dilakukanya abortus) (Hadijanto,B ,2010).
2. Kehamilan ektopik ternganggu
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan dimana
pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding
endometrium kavum uteri. > dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran
tuba fallopi (Hadijanto,B ,2010).
Kehamilan ektopik di bagi menjadi 5 yaitu: (Hadijanto,B ,2010).
a. Kehamilan tuba
b. Kehamilan ektopik lain seperti di serviks uteri, ovarium, atau
abdominal
c. Kehamilan intraligamenter
d. Kehamilan heterotropik merupakan kehamilan ganda dimana yang
satu merupakan kehamilan di cavum uteri sedangkan yang lain
kehamilan ektopik

e. Kehamilan ektopik bilateral


3. Mola hidatidosa
Mola hidatidosa adalah kehamilan

yang berkembang tidak wajar

dimana tidak ditemukan janin dan seluruh vili korialis mengalami


degenerasi hidropik. Secara makroskopik mola hidatidosa mudah
dikenali yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang,
berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi antara beberapa
millimeter hingga 1-2 sentimeter (Hadijanto,B ,2010).
I. Diagnosis Banding :
1. Abortus
2. Mola hidatidosa
3. Kehamilan Ektopik Terganggu
4. Trauma
J. Penjelasan lebih lanjut dari anamnesis :
1. Abortus
a. Pengertian: ancaman atau berakhirnya kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang 500 gram.
b. Jenis Abortus
Indikato

Abortus

Abortus

Abortus

Abortus

Iminen

insipien

komplet

Inkomplet abortus

Habitualis

Rasa

Sedikit

Sangat

us
Mulas

us
Ada

Lebih

mulas

berkuran

nyeri, dan

dinilai

kram

berdasarkan

suprapubi

frekuensi

nyeri

Missed
Abortion

Banyak,

Ada

k
Perdaraha

perdarah

ditemuk

riwayat

an

an

perdarah

syok

vagina,

jaringan

an

hipovole

kadang

banyak

mik

epistaksis

Jumlah

Sedikit

nya
Bercak

hebat, darah di

tapi

dan

sudah

perdarah

berkuran

an gusi.

Abortus

dikatakan
habitualin
jika

kasus

lebih dari 3
kali. Faktor
yang
pengaruhi :
1. Intake
makana

Besar

Normal,

Normal,

Lebih

Sedikit

Uterus

sesuai

sesuai

kecil

mengecil

inadeku

umur

umur

daripada

kehamil

kehamil

umur

an

an

kehamil

at
2. Genetik

an yang
Keadaan

menutu

Membu

normal
Membuk Tampak

servik

ka

mendatar

(ostium

dan

uterin

dilatasi

eksterna

dan

)OUE

jaringan
plasenta
dapat
terlihat

Konseps

Masih

Masih

Sudah

dari OUE.
Janin

di

di

keluar

sudah

dalam

uterus

dari

keluar

uterus

namun

uterus

plasenta
masih di
dalam.
Gejala

Tanda

HcG

HcG

HcG

gejala

Masih +

Masih +

Masih + kehamila

pagi dan gan normal

kehamil

7-10

pembesar

sebelum

an

hari

an

terjadi

pasca

payudara

abortus

abortus

terhenti

n terasa

Mual

setelah
kematian
janin
Tabel 1. Jenis Jenis Abortus (Hadijanto,B ,2010).

Perkemban

2. Kehamilan ektopik terganggu(KET) :


a. Pengertian : Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat
implantasi/ nidasi/ melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang
normal, yakni di luar rongga rahim. Sedangkan yang disebut sebagai
kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang
mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba. Karena tempat
implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya
kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan terkompromi.
Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan
ektopik adalah:
1) Abortus ke dalam lumen tuba
2) Ruptur dinding tuba (Prawirohardjo, 2005)
b. Jenis KET :
Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi
menjadi 5 berikut ini :
1) Kehamilan tuba yang terdiri atas: pars ampularis, pars ismika, pars
fimbriae, dan pars interstisialis.
2) Kehamilan ektopik lain antara lain terjadi di serviks uterus,
ovarium, atau abdominal.
3) Kehamilan intraligamenter
4) Kehamilan heterotopik, merupakan kehamilan ganda di mana satu
janin berada di kavum uteri sedangkan yang lain merupakan
kehamilan ektopik.
5) Kehamilan ektopik bilateral.
(Prawirohardjo, 2005)
c. Gejala: riwayat infertilitas, pingsan (syok hipovolemik), pucat.
3. Mola Hidatidosa
a. Pengertian: Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak
wajar dimana tidak ditemukan janin dan seluruh vili korialis
mengalami degenerasi hidropik. Secara makroskopik mola hidatidosa
mudah dikenali yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus
pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi antara beberapa
millimeter hingga 1-2 sentimeter (Hadijanto,B ,2010).
b. Jenis
1) Mola hidatidosa klasik / komplet : tidak terdapat janin atau bagian
tubuh janin. Ciri histologik, ada gambaran proliferasi trofoblas,
degenerasi hidropik villi chorialis dan berkurangnya vaskularisasi /

kapiler dalam stroma. Sering disertai pembentukan kista lutein (2530%) (Saefudin, 2009).
2) Mola hidatidosa parsial / inkomplet : terdapat janin atau bagian
tubuh janin. Ciri histologik, terdapat jaringan plasenta yang sehat
dan fetus. Gambaran edema villi hanya fokal dan proliferasi
trofoblas hanya ringan dan terbatas pada lapisan sinsitiotrofoblas.
Perkembangan janin terhambat akibat kelainan kromosom dan
umumnya mati pada trimester pertama (Saefudin, 2009).
c. Gejala: darah seperti cendol dengan gelembung putih, gejala pre
eklampsi ( pda 20 minggu), sifat perdarahan, mual muntah akibat kadar
HcG yang tinggi.
4. Trauma
K. Eliminasi Diagnosis Banding
Trauma, karena tidak ada keterangan dari pasien dan info.
L. Pemeriksaan Fisik
Indikator
Vital Sign

Hamil Ektopik Terganggu


Tensi turun

Abortus
Inkomplet

Nadi meningkat

normal. RR dan Nadi jika

RR normal

normal

Mola
suhu Gejala

syok
terjadi

hiperemesis

(kecuali jika infeksi)


Missed
abortus
:
normal
Head

Bibir pucat

Konjungtiva

Konjungtiva anemis

anemis,

(Wiknjosastro,2006)
Thorax

palor,

muka
bibir

pucat
Nampak sesak
karena

bisa

terjadi

pada

paru
emboli
trofoblas

ada

Abdomen

Uterus sedikit membesar

Inkompletus:

Tidak Palpasi

Masa disamping uterus dengan nyeri tekan.


Missed abortus : uterus
batas yang susah ditentukan
lebih
kecil
dari
batasnya
perkiraan, DJJ tidak
Nyeri tekan karena cairan bebas
terdengar.
(rebound tes)
Insipien : besar uterus
Perut teraba lebih keras(defan
sama dengan umur
muskuler) (+)
kehamilan.
DJJ
Pekak alih (+)
terdengar tapi tidak
Pekak sisi (+)
normal. (adit)
Kompletus:
uterus
mengecil,

Leopold normal
kalo

janin

masih ada.
Nyeri tekan.
Perkusi:

janin

mati
Auskultasi
DJJ

mungkin

masih

kalau

janin

masih

perdarahan hidup.

sedikit,

Ekstremitas
Obstetrik

Teraba akral dingin


Pada inspeksi ada

Akral dingin
: pada VT : uterus

fluksus Inkompletus

akibat withdrawall bleeding.

VT

Servik

dilatasi. membesar

Nyeri goyang portio (+) akibat Jaringan

placenta

ruptur tuba sehingga terjadi terlihat di OUE.


Missed abortus : pada
peritonitis.
VT, OUE tertutup.
Fornik
posterior
teraba
Uterus membersar dan
menonjol akibat cavum douglas
melunak.
terisi cairan
Insipien : penipisan
Hematokel rectouterina sebagai
dinding seervik uteri.
tumor di cavum douglas.
Konsepsi masih di
uterus.
Kompletus
menutup.

OUE

Jaringan servik keluar


bau bususk, VT rahim
bengkak, lembut dan
nyeri

Tabel 2. Pemeriksaan Fisik Diagnosis Banding


M. Pemeriksaan Penunjang

Lab

KET
Abortus
Hb : menurun setelah Incomplete:
24 jam

Leukosit

Eritrosit

Mola
1.

normal kadar beta hCG : pada

bisa kecuali infeksi.

meningkat

mola

Hb : rendah

Ht : menurun karena Gol

Pemeriksaan

darah

terdapat

peningkatan

kadar

dan beta hCG darah atau

ada perdarahan

rehsus untuk terapi. urin.


Missed abortus :
Golongan dan rhesus
2.
Pemeriksaan
penurunan
darah
:
untuk
T3 dan T4 bila ada
trombosit
kebutuhan transfusi.
gejala tirotoksikosis
Insipien : Hb Ht
turun. Urin b HcG
masih positif.
Kompletus : B-HcG
masih postif 7-10
hari setelah abortus
Habitualis
tolong
keterangan

(cahya
masuk2in
yang

kamu sebutin sesuai


kolom ini aja...ok))
Khusus

Kuldosintesis
positif

bila

:
berisi

3.

Uji
Sonde

Sonde

(penduga

darah coklat hitam

rahim)

atau

pelan-pelan dan hati-

tidak

dengan

dimasukkan

bekuan

hati ke dalam kanalis

Dilatasi/darah:

servikalis dan kavum

Laparoskopi

uteri. Bila tidak ada

perubahan tuba

tahanan, sonde diputar


setelah ditarik sedikit,
bila tetap tidak ada
tahanan, kemungkinan
mola

(cara Acosta-

Sison)
4.

Foto
abdomen

rontgen
:

tidak

terlihat tulang-tulang
janini

(pada

kehamilan 3 4 bulan
5.

Foto thoraks :
pada

mola

gambaram

ada
emboli

udara
USG

Kantong gestasi di

6.
7.

Ultrasonografi

luar uterus contoh :

tuba falopi

terlihat

Unggul
infasif

pada

mola

akan

badai

salju

karena

(snow flake pattern)

nilai

dan tidak terlihat janin

ketebalan
endometrium, masa,
cavum douglas
Tabel 3. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Banding

N. Eliminasi diagnosis
Abortus habitualis dicoret karena kasus yang ditemukan pada pasien baru 1x.
O. Info 3
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran compos mentis, tidak anemis. TB : 156 cm; BB : 65 kg.
2. Vital Sign
TD : 110/80 mmHg, Nadi : 74 x/mnt, RR : 18 x/mnt, Suhu : 36,5 oC
axiller.
3. Status Internus
Kepala : Conjunctiva anemis (-/-), pupil isokor, lidah kering (-).
Leher : Tidak ada perbesaran kelenjar limfanodi.
Thorax : Pernapasan kanan dan kiri simetris, retraksi (-).
Jantung
: S1-S2 reguler, bising (-).
Paru : Vesikuler +/+, wheezing (-), ronkhi (-).
Abdomen
: Tidak ada bekas luka operasi.
Genitalia
: terdapat perdarahan pervaginam.
Ekstremitas : Tidak ada gangguan gerak dan oedem.
4. Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar :
Inspeksi
: Abdomen tidak membuncit, tidak tampak
gravidarum.
Palpasi

striae

: Abdomen supel, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat

massa tumor, TFU tidak dapat di ukur.


Perkusi
: Tymphani
Auskultasi : DJJ tidak dapat dinilai, bising usus (+) normal.
Pemeriksaan Dalam :
Vaginal Toucher (VT) : Vulva, vagina dan urethra tenang (tidak ada
kelainan).Serviks terbuka 1 jari, dinding vagina licin, air ketuban (-);
Sarung Tangan Lendir Darah (SLTD) (+), fluksus (+), portio sebesar
jempol, corpus uteri sebesar telur bebek, adneksa parametrium normal,
cavum Douglas terisi.
P. Alasan eliminasi
1. KET disingkirkan karena pada info III disebutkan pada status obstetri
bahwa pada saat palpasi tidak terdapat nyeri tekan. Dan pada pemeriksaan
dalam dengan VT ditemukan cavum douglas tidak menonjol, slinger pijn
(-) sedangkan seharusnya pada KET ditemukan cavum douglas menonjol
dan nyeri pada perabaan oleh karena terisi darah. Pada KET ini juga
ditemukan pada pemeriksaan vaginal bahwa usaha menggerakkan serviks

uteri menimbulkan rasa nyeri yang disebut dengan nyeri goyang atau
slinger pijn (+) (Saifuddin, 2009).
2. Abortus iminen , missed abortus dan abortus kompletus dihilangkan
karena OUE tertutup.
3. Mola hidatidosa disingkirkan karena prongkol-prongkol darah yang
dikeluarkan tidak berbentuk seperti cendol atau gelembung. Padahal khas
pada mola ditemukannya perdarahan dengan bentuk seperti bubur pacar.
Dan tidak ditemukan tanda pre eklampsi atau muntah hebat karena kadar
HcG yang tinggi pada mola hidatidosa.
Q. Info 4
Pemeriksaan Penunjang
1. Golongan darah
: AB
2. HB
: 13,7 g%
3. AL
: 7,9.000/uL
4. AT
: 244.000/uL
5. HMT
: 42,3 %
6. PPT
: 12,9 detik
7. APPT
: 30,9 detik
8. Control PPT
: 14,3 detik
9. Control APPT: 33,0 detik
10. HbsAg
: negatif
R. Diagnosis kerja
Ny. X dengan status kehamilan G5P3A1 UK : 11 minggu U: 38 tahun
mengalami abortus inkompletus intrauterina.
S. Tatalaksana Diagnosis Kerja
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg
per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang
16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi

dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum


manual
tidak tersedia.
b.

Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2


mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol

400

mcg

per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).


3.

Jika kehamilan lebih 16 minggu


a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam

fisiologik

atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai


terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam
sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
c.

Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.


(Hidayat, 2009)
Abortus inkomplit
a. Syok karena perdarahan infus NaCL fisiologis / RL + segera transfusi
darah.
b. Syok teratasi kuret tajam + ergometrin 0,2 mg IM.
c. Janin keluar + plasenta tertinggal keluarkan plasenta secara manual.

d. Antibiotik mencegah infeksi.


(Hidayat, 2009)
T. Pertanyaan tambahan
1. Kenapa Kalau lahir tapi mati, masuk kriteria P 1
Jawab : Kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti
menghasilkan. Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan
melahirkan anak baik hidup ataupun mati, sehingga bayi yang lahir
kemudian baru mati tetap dihitung P1.
2. Bagaimana status obstetri kelahiran kembar?
Jawab: G1 P1
Kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti menghasilkan.
Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik
hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya.
Dengan demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali
paritas

DAFTAR PUSTAKA
Hadijanto,Bantuk.

2010. Ilmu

Kebidanan

Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


Llewellyn, Derek dan Jones. 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Prawirohardjo S. 2005. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu
Kandungan. Edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
Saifudin AB, Djajadilaga, Biran A, Bimo.1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Keluarga

Berencana. NRC-POGI. Jakarta:

Yayasan

Bina

Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirorahardjo.

Anda mungkin juga menyukai