Anda di halaman 1dari 5

BAB II

CORYNEBACTERIUM

Kingdom: Bacteria

Phylum: Actinobacteria

Order: Actinomycetales

Suborder: Corynebacterineae

Family: Corynebacteriaceae

Genus: Corynebacterium

A. Definisi

Corynebacterium merupakan suatu kelompok bakteri batang, gram

positif, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora. Hidup pada suhu 370C

secara aerob, fakultatif anaerob dan saprofit. Beberapa spesies merupakan

flora normal pada kulit, membrane mukosa dan tractus respiratorius

manusia. Spesies Corynebacterium lainnya dapat ditemukan pada hewan

dan tumbuhan.

7
8

Corynebacteria berasal dari bahasa Yunani

+Coryne = club/ganda

+Bacteria = batang/kecil

Yang terpenting dari genus bakteri ini adalah Corynebacterium

diphteriae ang menghasilkan eksotoksin kuat dan menyebabkan difteri

pada manusia.

B. Sifat Umum

 Batang gram +

 Tidak dapat bergerak

 Tidak membentk spora

 Hidup pada temperatur 370C, aerob, fakultatif anaerob, dan

saprofit

 Tidak berkapsul

 Ukuran : Panjang bervariasi dengan lebar ± o,5-1Цm

C. Karakteristik

- Mikroskopis

 Formasi : V,W,L

 Bentuk : seperti gada/club shaped

 Granula metakhromatik (pewarnaan Neisser dan Tyler)


9

- Pada Perbenihan

Telurit (koloni bakteri), kecil, abu-abu sampai hitam

Berdasarkan atas koloni pada perbenihan, Telurit dapat

dibedakan 3 tipe bakteri C.dipteriae, yaitu :

1. Tipe Gravis

Koloni besar, abu-abu, non hemolitik, pinggiran tidak beraturan

(irregular), non hemolitik, dan berstria-striated.

2. Tipe Mitis

Koloni kecil, hitam, cembung, licin, mengilap, hemolitik

3. Tipe Intermedius

Koloni kecil, hitam, bergerigi, bagian tengah cembung, dan non

hemolitik

Dalam bulyon tipe gravis tumbuh seperti selaput, tipe mitis difus

(keruh merata) dan tipe intermedius berupa sediment granular.


10

D. Patogenesis

C. diphteriae masuk ke tractus respiratorius bagian atas melalui

droplets inhalasi, per oral, bakteri berkembang biak dan menimbulkan luka

infeksi. Bakteri mengeluarkan toksin lalu menjadi eksotoksin, lalu

terabsorpsi dalam mukosa, menimbulkan kerusakan pada epitil dan

peradangan superficial dan terjadilah nekrosis.

Nekrosis sel  diselimuti oleh fibrin, leukosit, eritrosit, bakteri

membentuk eksudan warna kelabu  pseudomembran  meluas

menutupi tonsil, faring, atau laring sehingga akan menutupi saluran udara

(asphixia)  kematian  perlu dilakukan tracheotomy untuk

mencegah mati lemas.

E. Spesies

C. diphteriae = lesi bakteri

C. ulcerans = lesi difteri pada pernafasan

C. matruchotii = bentuk Corynebacteria pada rongga mulut

dll.
11

F. Gejala Klinis

 Masa tunas inkubasi 2-5 hari

 Demam

 Pseudomembran(mudh menyebabkan perdarahan)

 Bila masuk toksin ke sirkulasi darah dapat mengakibatkan

perdarahan ginjal, kelenjar suprarenal;kerusakan cor;kerusakan

SSP

G. Terapi

Istirahat, makanan lnak (bubur), Vaksin (anti toksin ADS), antibiotik

(penisilin, tetrasiklin,Cephalosporin), Tracheotomi.

Anda mungkin juga menyukai