Anda di halaman 1dari 18

FAKTOR PEMBENTUK TANAH

Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah mulai dari bahan induk disebut
genesa tanah. Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, tetapi hanya lima
faktor yang dianggap penting yaitu;
(1) iklim
(2) organisme
(3) bahan induk
(4) topografi
(5) waktu.

Dalam hal ini yang menjadi fokus pembahasan adalah topografi/relief dan waktu. Sebelum
membahas mengenai bagaimana topografi / relief dan waktu mempengaruhi pembentukan tanah
berikut definisi dari faktor pembentuk tanah tersebut.
1.

Pengertian Topografi / relief


Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di dalamnya
perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief mempengaruhi proses pembentuk tanah dengan
cara:
(1) mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan masa tanah,
(2) mempengaruhi dalamnya air tanah,
(3) mempengaruhi besarnya erosi, dan
(4) mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut didalamnya.
2. Pengaruh Topografi terhadap Pembentukan Tanah
Topografi (bentuk wilayah atau relief) suatu daerah dapat menghambat atau
mempercepat pengaruh iklim. Didaerah bergelombang, drinase tanah lebih baik sehingga
pengaruh iklim (curah hujan, suhu) lebih jelas dan pelapukan serta pencucian berjalan lebih
cepat. Di daerah yang berlereng curam kadang-kadang terjadi terus menerus erosi permukaan
sehingga terbentuklah tanah-tanah dangkal. Pada tanah datar kecepatan pengaliran air lebih kecil
daripada tanah yang berombak. Topografi miring mempergiat berbagai proses erosi air, sehingga
membatasi kedalaman solum tanah. Sebaliknya genangan air didataran, dalam waktu lama atau
sepanjang tahun, pengaruh ilklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah.

Di daerah beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang
datar membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat, sedangkan di lereng pegunungan akan
terbentuk latosol merah. Di daerah semi arid (agak kering) dengan bahan induk naval pada
topografi datar akan membentuk tanah jenis grumosol, kelabu, sedangkan dilereng pegunungan
terbentuk tanah jenis grumosol berwarna kuning coklat. Di lereng pegunungan yang curam akan
terbentuk tanah dangkal. Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunnya garam-garam di kaki
lereng, sehingga di kaki gunung berapi di daerah sub humid terbentuk tanah berwarna kecoklatcoklatan yang bersifat seperti grumosol, baik secara fisik maupun kimianya. Di lereng cekung
seringkali bergabung membentuk cekungan pengendapan yang mampu menampung air dan
bahan-bahan tertentu sehingga terbentuk tanah rawang atau merawang.
Sifat-sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief
tebal solum,

tebal dan kandungan bahan organik horison A,

kandungan air tanah (relative wetness),

warna tanah,

tingkat perkembangan horison,

reaksi tanah (pH), kejenuhan basa,

kandungan garam mudah larut dan lain-lain.


Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:

a.

Tebal atau tipisnya lapisan tanah


Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena
tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.

b.

Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi
asam.
Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 Cara :
1. Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah
2. Kedalaman air tanah
3. Besarnya erosi yang dapat terjadi

4. Arah pergerakan air yg membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ke tempat
yang rendah.

Topografi atau relief merupakan faktor pengubah dan pembentuk sifat dan jenis tanah.
Pengaruh relief atau topografi secara langsung terhadap pelapukan adalah pada :
Posisi singkapan batuan (out crops) terhadap matahari
Posisi permukaan tanah terhadap penyinaran dan curah hujan
Sehingga menimbulkan efek terhadap pembentukan tanah :

Beda tinggi permukaan lahan (amplitude)

Bentuk permukaan lahan

Derajat kelerengan

Panjang lereng

Arah lereng

Bentuk punggung lereng


Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tak langsung
berkorelasi terhadap:
Pelapukan fisik dan kimiawi batuan
Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah
Translokasi (pemindahaan secara gravitasi) atau eluviasi dan podsolisasi
Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)
Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada :

Tebal daging ( solum) tanah; solum tanah pada daerah lembah dan dataran akan lebih tebal
dibandingkan solum tanah yang terdapat di puncak bukit atau lereng terjal.

Drainase tanah; tanah di daerah lembah atau cekungan akan lebih jelek atau lambat dan
sebaliknya untuk daerah-daerah berlereng lebih cepat atau baik.

Satuan tanah; jenis tanah yang perbedaannya ditentukan oleh regim kelembaban dan kelas
drainase serta penciri oksida reduksi, sangat dipengaruhi oleh relief atau topografi

Tingkat erodibilitas tanah; Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerengan, dan panjang
lereng maka semakin besar tingkat erodilitas tanah .
3. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah (dinamis) sehingga akibat
pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanah-tanah yang semakin tua juga semakin
kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga

tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Profil tanah juga semakin berkembang dengan
meningkatnya umur.
Karena proses pembentuk tanah yang terus berjalan maka bahan induk tanah berubah
berturut-turut menjadi : tanah muda (immature atau young soil), tanah dewasa (mature soil) dan
tanah tua (old soil).
a.

Tanah muda: pada tingkat ini proses pembentukan tanah terutama berupa proses pelapukan
bahan organik dan bahan mineral, pencampuran bahan organik dan bahan mineral dipermukaan
tanah dan pembentuk struktur tanah karena pengaruh bahan organik tersebut. Hasilnya adalah
pembentukan horison A dan horison C. Sifat tanah masih didominasi oleh sifat-sifat bahan
induknya. Termaksuk tanah muda adalah jenis tanah Entisol (Aluvial, Regosol).

b.

Tanah dewasa: dengan proses yang lebih lanjut maka tanah-tanah muda dapat berubah
menjadi tanah dewasa yaitu dengan proses pembentukan horison B. Horison B yang terbentuk
adalah horison B yang masih muda (bw) sebagai hasil dari proses alterasi bahan induk (terbentuk
struktur tanah, warna lebih merah dari bahan induk) atau ada penambahan bahan-bahan tertentu
(liat dan lain-lain) dalam jumlah sedikit dari lapisan atas. Pada tingkat ini tanah mempunyai
kemampuan berproduksi tertinggi, karena unsur-unsur hara di dalam tanah cukup tersedia, akibat
pelapukan mineral dan pencucian unsur hara belum lanjut. Jenis tanah yang termaksuk dalam
tingkat ini antara lain Inceptisol (Latosol Coklat, dan lain-lain), Andesol, Vertisol, Mollisol dan
sebagainya.

c.

Tanah tua: dengan meningkatnya umur maka proses pembentuk tanah berjalan lebih lanjut,
sehingga terjadi perubahan-perubahan yang lebih nyata pada horison A, E, EB, BE, Bt, (Bs),
(Bo), BC dan lain-lain. Di samping itu pelapukan mineral dan pencucian basa-basa makin
meningkat sehingga tinggal mineral-mineral yang sukar lapuk di dalam tanah dan tanah menjadi
kurus dan masam. Jenis-jenis tanah tua tersebut antara lain adalah tanah Ultisol (Podsohik Merah
Kuning) dan Oxisol (laterit).
Banyaknya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Tanah yang
berkembang dari batuan yang keras memerlukan waktu yang lebih lama untuk pembentukan
tanah dibanding dengan yang berasal dari bahan induk yang lunak dari lepas. Dari bahan induk
volkanik lepas seperti abu gunung api, dalam waktu kurang dari 100 tahun telah dapat terbentuk
tanah muda. Tanah dewasa dapat terbentuk dalam waktu 1.000 10.000 tahun seperti halnya
tanah Spodosol di Alaska yang berkembang dari bahan induk berpasir (1.000 tahun) dan tanah

Molisol di Amerika Serikat yang berkembang dari bahan induk berlempung lepas (10.000 tahun).
Tanah berasal dari abu Gunung Krakatau letusan tahun 1883, membentuk horison A setebal 25
cm selama 100 tahun (1883-1983), terutama yang tidak terjadi erosi. Di tempat-tempat yang
terjadi erosi ketebalan horison A hanya mencapai 5 cm atau kurang (hardjowigeno, et al, 1983).
Perlu dicatat bahwa tingkat perkembangan tanah tidak setara dengan tingkat pelapukan tanah.
Tingkat perkembangan tanah berhubungan dengan perkembangan pembentukan horison-horison
tanah, sedang tingkat pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat pelapukan mineral dalam
tanah. Tanah muda yang baru mempunyai horison A dan C dapat berupa tanah yang baru sedikit
mengalami pelapukan bila berasal dari bahan induk baru seperti abu volkan, tetapi dapat juga
telah mengalami pelapukan lanjut bila berasal dari bahan induk tua atau bahan induk yang telah
mengalami pelapukan lanjut di tempat lain.
Kekeringan dan erosi dapat menghambat perkembangan tanah. Dalam periode waktu yang
sama (umur yang sama) tanah di suatu tempat mungkin telah berkembang lanjut sedang di
tempat lain yang beriklim kering atau terus menerus tererosi, mungkin tanahnya belum
berkembang. Oleh karena itu, tua mudanya tanah tidak dapat dinyatakan dari umur tanah tersebut
(dalam tahun), tetapi harus didasarkan pada tingkat perkembangan horison-horison tanah yang
ada.

PENUTUP
Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di dalamnya
perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief mempengaruhi proses pembentuk tanah
Topografi (bentuk wilayah atau relief) suatu daerah dapat menghambat atau mempercepat
pengaruh iklim
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi Tebal atau tipisnya lapisan tanah dan Sistem
drainase/pengaliran

Pengaruh relief atau topografi secara langsung terhadap pelapukan adalah pada Posisi
singkapan batuan (out crops) terhadap matahari Posisi permukaan tanah terhadap penyinaran dan
curah hujan.
Proses pembentuk tanah yang terus berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut-turut
menjadi tanah muda (immature atau young soil), tanah dewasa (mature soil) dan tanah tua (old
soil).

DAFTAR PUSTAKA
Sihotang, H. 1990. Geologi indonesia.Lembaga Pengembangan Pendidikan :Universitas Sebelas
Maret.
Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta :Penerbit Andi Yogyakarta.
Wesley, D.1977. Mekanika Tanah:Badan Penerbit Pekerja Umum.
Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan
organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan
oleh salah satu atau kedua berikut: horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan
dari bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan, pemindahan dan
transformasi energi dan materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam suatu
lingkungan alami (Soil Survey Staff, 1999).
Dalam faktor pembentukan tanah dibedakan menjadi dua golongan yaitu, faktor
pembentukan tanah secara pasif dan aktif. Faktor pembentukan tanah secara pasif adalah bagianbagian yang menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi massa yang meliputi bahan
induk, tofografi dan waktu atau umur. Sedangkan faktor pembentukan tanah secara aktif ialah
faktor yang menghasilkan energi yang bekerja pada massa tanah, yaitu iklim, (hidrofer dan
atmosfer) dan makhkluk hidup (biosfer).
Dalam kesempatan ini kami berbicara lebih banyak tentang topografi sebagai faktor pasif
dalam pembentukan tanah. Yang dimaksud dengan topografi adalah studi tentang bentuk
permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid.
Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi
juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal.
Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis
lahan. Penggunaan kata topografi dimulai sejak zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga
Romawi kuno, sebagai detail dari suatu tempat. Kata itu datang dari kata Yunani, topos yang
berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan. Objek dari topografi adalah mengenai posisi
suatu bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang
dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk
bagian dari objek studi ini. Studi topografi dilakukan dengan berbagai alasan, diantaranya

perencanaan militer dan eksplorasi geologi. Untuk kebutuhkan konstruksi sipil, pekerjaan umum,
dan proyek reklamasi membutuhkan studi topografi yang lebih detail.
Relief adalah bentuk permukaan suatu satuan lahan yang dikelompokkan atau
ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitudo) dari permukaan bumi
(bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedang Topografi secara
kualitatif adalah bentuk bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan
dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lerang, panjang lereng bentuk
lereng.
Dalam kaitannya dengan topografi dalam pembentukan tanah dapat dipahami sebagai berikut.
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar
kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring mepergiat
berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah. Sebaliknya genangan air
didataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh ilklim nibsi tidak begitu nampak
dalam perkembangan tanah.
Didaerah beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang datar
membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat, sedangkan di lereng pegunungan akan terbentuk
latosol merah. Didaerah semi arid (agak kering) dengan bahan induk naval pada topografi datar
akan membentuk tanah jenis grumosol, kelabu, sedangkan dilereng pegunungan terbentuk tanah
jenis grumosol berwarna kuning coklat. Di lereng pegunungan yang curam akan terbentuk tanah
dangkal. Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunnya garam-garam di kaki lereng,
sehingga di kaki gunung berapi di daerah sub humid terbentuk tanah berwarna kecoklat-coklatan
yang bersifat seperti grumosol, baik secara fisik maupun kimianya. Di lereng cekung seringkali
bergabung membentuk cekungan pengendapan yang mampu menampung air dan bahan-bahan
tertentu sehingga terbentuk tanah rawang atau merawang.
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi,
sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan
tanahnya menjadi asam.
Topografi mempengaruhi Proses Pembentukan Tanah dengan 4 Cara :
1. Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah
2. Kedalaman air tanah
3. Besarnya erosi yang dapat terjadi

4. Arah pergerakan air yg membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ke tempat yang
renda
Relief atau topografi adalah merupakan faktor pembentuk dan pengubah sifat dan
jenis tanah yang pengaruhnya dapat dibedakan sebagai berikut :
Pengaruh relief atau topografi secara langsung terhadap pelapukan adalah pada :

Posisi singkapan batuan (out crops) terhadap matahari

Posisi permukaan tanah terhadap penyinaran dan curah hujan

Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi yang menimbulkan efek terhadap
pembentukan tanah adalah :

Beda tinggi permukaan lahan (amplitude)

Bentuk permukaan lahan

Derajat kelerengan

Panjang lereng

Arah lereng

Bentuk punggung lereng

Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tak langsung
berkorelasi terhadap:

Pelapukan fisik dan kimiawi batuan

Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah

Translokasi (pemindahaan secara gravitasi) atau eluviasi dan podsolisasi

Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)

Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada :

Tebal daging ( solum) tanah; solum tanah pada daerah lembah dan dataran akan
lebih tebal dibandingkan solum tanah yang terdapat di puncak bukit atau lereng
terjal.

Drainase tanah; tanah di daerah lembah atau cekungan akan lebih jelek atau
lambat dan sebaliknya untuk daerah-daerah berlereng lebih cepat atau baik.

Satuan tanah; jenis tanah yang perbedaannya ditentukan oleh regim kelembaban
dan kelas drainase serta penciri oksida reduksi, sangat dipengaruhi oleh relief atau
topografi

Tingkat erodibilitas tanah; Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerengan, dan
panjang lereng maka semakin besar tingkat erodilitas tanah .

A.Topografi
topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet,
satelit alami (bulan dan sebaginya) dan asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief
permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bantuk permukaan suatu
lahan yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari
permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedang topografi secara
kualitatif adalah bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas
lereng (% atau derajat), arah lereg, panjang lereng dan bentuk lereng.

Dalam kaitannyan dengan topografi dalam pembentukan tanah dapat ipahami sebagai
berikut:
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar
kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring
mempergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah, sebaliknya
genangan air di dataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh iklim nibsi tidak
begitu nampak dalam perkembangan tanah.
Didaerah beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang datar
membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat, sedangkan di lereng pegunungan akan terbentuk
latosol merah. Didaerah semi aris (agak kering) dengan bahan induk naval pada topografi datar
akan membentuk tanah jenis tanah grumusol kelabu, sedangakan di lereng pegunungan terbentuk
tanah jenis grumusol bewarna kuning coklat. Di lereng pegunungan yang curam akan terbentuk
tanah dangkal. Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunya garam-garam dikaki lereng,
sehingga di kaki gunung berapi didaerah sub humid terbentuk tanah berwarna kecoklat-coklatan
yang bersifat seperti grumusol, baik secara fisik maupun kimianya. Dilereng cekung seringkali
bergabun membentuk cekungan pengendapan yang mampu menampung air dan bahan-bahan
tertentu sehingga terbentuk tanah rawang atau merawang.

Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:


a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi,
sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara :
1.
Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah
2.
Kedalaman air tanah
3.
Besarnya erosi yang terjadi
4. Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ketempat
yang rendah

Relief atau topografi adalah merupakan faktor pembentuk dan pengubah sifat dan jenis tanah
yang pengaruhnya dapat dibedakan sebagai berikut :

Posisi singkapan batuan (out crops) terhadap matahari

Posisi permukaan tanah terhadap penyinaran dan curah hujan


Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi yang menimbulkan efek terhadap
pembentukan tanah adalah :

Beda tinggi permukaan lahan (amplitude)

Bentuk permukaan lahan

Derajat kelerengan

Panjang lereng

Arah lereng

Bentuk punggung lereng


Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tak langsung
berkolerasi terhadap :

Pelapukan fisik dan kimiawi batuan

Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah

Translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan podsolisi

Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)


Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada :

Tebal daging (solum) tanah


Solum tanah pada daerahlembah dan dataran akan lebih tebal dibandingkan solum tanah yang
terdapat dipuncak bukit atau lereng terjal.


Drainase tanah
Tanah didaerah lembah atau cekungan akan lebih jelek atau lambat dan sebaliknya untuk daerahdaerah berlereng lebih cepat atau baik.

Satuan tanah
Jenis tanah yang perbedaanya ditentukan oleh regim kelembaban dan kelas drainase serta penciri
oksida reduksi, sangat dipengaruhi oleh reliefatau topografi.

Tingkat erodibilitas tanah


Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerenga, dan panjang lereng maka semakin besar tingkat
erodibilat tanah.

B. Waktu
Waktu merupkan salah satu faktor pasif pembentuk tanah. Lamanya bahan induk
mengalami pelapukan dan perkembangan tanah, memainkan peranan penting dalam menentukan
jenis-jenis tanah terbentuk
Peranan Faktor Waktu dalam Proses Pembentukan Tanah
Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah, memainkan
peranan penting dalam menentukan jenis-jenis tanah terbentuk.
Bukti pentingnya waktu dapat diketahui dengan memperbandingkan tanah-tanah di daerah
glasial dengan tanah-tanah serupa yang ada di daerah yang tidak kena salju. Bukti ini juga
tampak jelas di daerah plivual (yang bersangkutan dengan hujan) misalnya di Iran dan Irak. Di
daerah glasial pengaruh beban induk lebih terlihat karena tidak cukupnya waktu untuk
membentuk susunan nedapan glaial yang penting dalam perkembangan tanaha sejak lenyapnya
salju.
Contoh lain mengenai tanah yang berbeda umurnya terdapat di Amerika Serikat bagian
utara. Di sana terdapat empat sampai lima lapisan endapan loss interglasial. Tampak jenis
perbedaan sifat masing-masing tanahnya. Tanah yang lebih muda pada umumnya mudah dilalui
air (permeable) dan agregasinya lebih baik daripada tanah yang lebih tua karena tanah yang telah
mencapai umur tua telah mengalami pelindian dan tentu juga lebih mempat dan padat.
Gunung berapi mengendapkan lava dan abu gunung disaat terjadi letusan gunung berapi
tersebut, seringkali pengendapan lava ataupun terjadinya letusan gunung tidak terjadi pada waktu
yang sama. Semua tinfgkatan perkembangan tanah dapat di temukan kembali pada endapanendapan itu. Didaerah beriklim tropika, pembentukan tanah dari bahan induk berupa abu gunung
berapi berlangsung cepat, sehingga dalam waktu empat belas tahun sudah dapat terbentuk tanah
yang cukup subur.

Fase-Fase Waktu dalam Proses Pembentukan Tanah


Dalam proses pembentukannya, faktor memiliki beberapa fase, fase-fase waktu ini
dikemukakan oleh Mohr (1994). Menurut Mohr, fase-fase waktu dalam pembentukan tanah ada
lima tahap yaitu: Fase permulaan, fase juvenile, fase viril,fase senile, dan fase terakhir.
Mohr (1944) membedakan lima tahap waktu pembentukan tanah, yaitu:
1.tahap permulaan, bahan induk masih belum mengalami pelapukan, baik
disintegrasi maupun dekomposisi;
2.tahap juvenil, proses pelapukan sudah mulai berjalan;
3.tahap viril, proses pelapukan pada saat optimum;
4.tahap senile, proses pelapukan berlangsung sudah lanjut sehingga tidak
begitu hebat lagi dan bahkan menurun kecepatannya;
5.tahap terakhir, proses pelapukan sudah berakhir.

Fase awal ditandai dengan terbentuk horison C. Fase juvenil ditandai dengan sudah
terbentuk horison A diatas horison C, pada fase ini sering disebut tanah muda. Fase viril atau
disebut tanah dewasa, dicirikan dengan sudah terbentuknya horison A, horison B, dan horison C.
Fase senil atau disebut tanah tua, dicirikan proses pembentukan horison yang lengkap, meliputi:
horison A1, horison A2, horison B1, horison B2, dan horison C. Fase akhir atau disebut tanah
sangat tua dicirikan dengan mulai berkurangnya proses pelapukan dari system tanah tersebut.
Contoh tanah muda adalah Entisol atau Aluvial atau Regosol. Contoh dari tanah dewasa adalah
Inceptisol, Vertisol, dan Mollisol. Contoh dari tanah tua adalah Ultisol atau Podsolik Merah
Kuning, dan Oxisol atau Laterit.
Tipe Tanah Berdasarkan Waktu Pembentukkannya
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian
yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi
semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah
habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti
kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah
berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara
bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah
muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol.
Tanah alluvial
Tanah Regosol

Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah
menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah
andosol, latosol, grumosol.
Tanah Tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses
perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon
A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol
tua (laterit).
Menurut tahap waktunya dari bahan induk batuan andesit di Indonesia dapat dibentuk
berturut-turut:
1. Tanah regosol muda pada tahap permulaan
Tanah regosol muda merupakan tanah regosol pada umumnya, namun yang membedakan adalah
tanah regosol ini ada pada tahap permulaan. Definisi dari tanah regosol sendiri adalah tanah
berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang
baru diendapkan. Persebaran tanah regosol di Indonesia ada di Bengkulu, pantai Sumatra Barat,
Jawa, Bali, dan NusaTenggara Barat. Material jenis tanah ini berupa tanah regosol, abu vulkan,
napal, dan pasir vulkan.Tanah regosol sangat cocok ditanami padi, tebu, palawija, tembakau, dan
sayuran.
Gambar tanah regosol
2. Tanah regosol tua atau disebut juga tanah tarapan sebagai tahap juvenile.
Tanah regosol tua merupakan tanah regosol pada umumnya, namun yang membedakan adalah
tanah regosol ini ada pada tahap juvenil. Definisi dari tanah regosol sendiri adalah tanah berbutir
kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang baru
diendapkan. Persebaran tanah regosol di Indonesia ada di Bengkulu, pantai Sumatra Barat, Jawa,
Bali, dan NusaTenggara Barat. Material jenis tanah ini berupa tanah regosol, abu vulkan, napal,
dan pasir vulkan.Tanah regosol sangat cocok ditanami padi, tebu, palawija, tembakau, dan
sayuran.
3. Tanah latosol coklat sebagai tahap viril
Tanah latosol coklat ini tidak jauh beda dengan tanah latosol pada umumnya. Namun tanah
latosol ini ada pada tahap viril. Definisi dari tanah latosol sendiri adalah tanah yang banyak
mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah.
Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang
mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada di udara terbuka disebut tanah
laterit. Tanah latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.Tumbuhan yang
clapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih,
kakao, kopi, dan kelapa sawit.

Gambar tanah latosol


4. Tanah latosol merah sebagai tahap venil
Tanah latosol merah ini tidak jauh beda dengan tanah latosol pada umumnya. Namun tanah
latosol ini ada pada tahap venil. Definisi dari tanah latosol sendiri adalah tanah yang banyak
mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah.
Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang
mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada di udara terbuka disebut tanah
laterit. Tanah latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.Tumbuhan yang
clapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih,
kakao, kopi, dan kelapa sawit.
5. Tanah laterit.
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun
unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan
Barat dan Lampung. Tanah laterit banyak ditemui di wilayah beriklim tropis yang panas dan
lembap. Akibat kandungan oksida besinya yang tinggi, tanah laterit memiliki warna merah
seperti karat. Iklim tropis dan pengaruh unsur-unsur kimia menentukan ketebalan, kualitas, dan
kandungan mineral lapisan tanah laterit. Komposisi mineral dan kimia di dalam tanah laterit
sangat tergantung kepada batu induknya. Laterit umumnya mengandung sejumlah besar kwarsa
dan oksida titanium, zirkon, besi, timah, alumunium, dan mangan, yang tertinggal dari proses
pengausan. Namun kondisi tanah laterit beserta isinya sangat tergantung kepada lokasi, iklim,
dan kedalamannya.
Diposkan oleh sriani k. laliyo di 06.48 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!B

PENGARUH FAKTOR TOPOGRAFI DALAM PEMBENTUKAN TANAH


Dalam kesempatan ini, lebih berbicara tentang topografi sebagai faktor pasif dalam
pembentuk tanah. Yang dimaksud dengan topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi
dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebaginya) dan asteroid. Topografi
umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief
adalah bantuk permukaan suatu lahan yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan
perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang
lahan (landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform) dan secara
kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereg, panjang lereng dan
bentuk lereng.
Dalam kaitannyan dengan topografi dalam pembentukan tanah dapat ipahami sebagai
berikut:
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar
kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring
mempergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah, sebaliknya
genangan air di dataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh iklim nibsi tidak
begitu nampak dalam perkembangan tanah.
Didaerah beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang
datar membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat, sedangkan di lereng pegunungan akan
terbentuk latosol merah. Didaerah semi aris (agak kering) dengan bahan induk naval pada
topografi datar akan membentuk tanah jenis tanah grumusol kelabu, sedangakan di lereng
pegunungan terbentuk tanah jenis grumusol bewarna kuning coklat. Di lereng pegunungan yang
curam akan terbentuk tanah dangkal. Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunya garam-

garam dikaki lereng, sehingga di kaki gunung berapi didaerah sub humid terbentuk tanah
berwarna kecoklat-coklatan yang bersifat seperti grumusol, baik secara fisik maupun kimianya.
Dilereng cekung seringkali bergabun membentuk cekungan pengendapan yang mampu
menampung air dan bahan-bahan tertentu sehingga terbentuk tanah rawang atau merawang.
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena
tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi
asam.
Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara :
1. Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah
2. Kedalaman air tanah
3. Besarnya erosi yang terjadi
4. Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ketempat yang
rendah
Relief atau topografi adalah merupakan faktor pembentuk dan pengubah sifat dan jenis tanah
yang pengaruhnya dapat dibedakan sebagai berikut :

Posisi singkapan batuan (out crops) terhadap matahari

Posisi permukaan tanah terhadap penyinaran dan curah hujan


Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi yang menimbulkan efek
terhadap pembentukan tanah adalah :

Beda tinggi permukaan lahan (amplitude)

Bentuk permukaan lahan

Derajat kelerengan

Panjang lereng

Arah lereng

Bentuk punggung lereng


Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tak langsung
berkolerasi terhadap :

Pelapukan fisik dan kimiawi batuan

Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah

Translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan podsolisi

Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)


Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada :

Tebal daging (solum) tanah


Solum tanah pada daerahlembah dan dataran akan lebih tebal dibandingkan solum tanah yang
terdapat dipuncak bukit atau lereng terjal.

Drainase tanah
Tanah didaerah lembah atau cekungan akan lebih jelek atau lambat dan sebaliknya untuk daerahdaerah berlereng lebih cepat atau baik.

Satuan tanah
Jenis tanah yang perbedaanya ditentukan oleh regim kelembaban dan kelas drainase serta penciri
oksida reduksi, sangat dipengaruhi oleh reliefatau topografi.

Tingkat erodibilitas tanah


Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerenga, dan panjang lereng maka semakin besar tingkat
erodibilat tanah.

Anda mungkin juga menyukai