Anda di halaman 1dari 32

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Macam-macam Infeksi Jaringan Lunak Pada Rongga Mulut
a. INFEKSI JAMUR
Dikelompokkan menjadi 3 :
1) INFEKSI JAMUR SISTEMIK
Meliputi;
Histoplasmosis
Coccidiodomycosis
Blastomycosis
Cryptococcosis
ETIOLOGI & PATHOGENESIS
Etiologi;
Histoplasmosis Histoplasma capsulatum
Coccidiodomycosis Coccidioides immitis
Blastomycosis Bastomyces dermatitidis
Cryptococcosis Cryptococcus neoformans
Karakteristik : melibatkan infeksi primer di paru Infeksi berpotensi

menyebar ke organ yang lain


Infeksi di rongga mulut :
Implantasi sputum yang terinfeksi jamur.
Penyebaran jamur secara hematogen dari paru-paru.
GAMBARAN KLINIS
Gejala awal dihubungkan dengan infeksi pada paru; batuk, panas,
keringat malam, penurunan berat badan, dada sakit, hemoptysis.
Kulit: muncul erythema multiformis
Lesi rongga mulut; ulserasi, single atau multiple, nonhealing,
indurasi, sakit dan purulen.

HISTOPATOLOGI

inflamasi granulomata
Terdapat mikroorganisme penyebab
dominasi makrofag dan sel giant multinucleat
Hiperplasia Pseudoepitheliomata

DIAGNOSIS
Biopsi
Kultur

DD ;

Ulserasi kronis, nonhealing


Squamous cell carcinoma
Trauma kronis
Oral TB
Syphilis

TERAPI

Ketoconazole
Fluconazole
Amphotericin B
Pembedahan reseksi atau insisi.

Infeksi jamur subkutan meliputi;


Sporotrichosis
ETIOLOGI & PATHOGENESIS
Etiologi : Sporothrix schenckii
Manifestasi di rongga mulut
implantasi jamur pd mukosa dari kontaminasi tanah atau
tumbuhan berduri
Setelah periode inkubasi (bbrp minggu) nodula subkutan

ulser
Manifestasi sistemik jarang, tetapi bisa terjadi jika respon imun
menurun

GAMBARAN KLINIS
Lesi muncul pd daerah yg terimplantasi jamur dan menyebar
melalui saluran limfatik

Pada kulit : tampak nodula berwarna merah, kmd pecah eksudat


dan ulserasi
Di rongga mulut : tampak ulser kronis nonspesifik
Dapat terjadi Limfadenophathy

HISTOPATOLOGI

Inflamasi granulomata
Abses sentral dapat ditemukan pada beberapa granulomata
Hiperplasia pseudoepitheliomata
Terdapat Jamur penyebab.

DIAGNOSIS
Biopsi
Kultur pada agar sabouraud
Terapi
Larutan potassium iodida
Jika alergi bisa dengan ketoconazole (Salvaggio, 2009).

2) INFEKSI JAMUR OPPOTUNISTIK


meliputi;
Phycomycosis (Mucormycosis)
Aspergilosis

ETIOLOGI & PATOGENESIS


Phycomycosis (mucormycosis); infeksi yang melibatkan genum
mucor dan rhizopus.
Normal ditemukan pada jamur roti atau pada buah dan sayur yang

busuk
Infeksi Opportunistik.
Aspergilosis; infeksi dari Aspergillus
Aspergillus; terdapat dimana-mana pada lingkungan.
Infeksi terjadi terutama pada penderita :
diabet ketoasidosis,
immunosupresif,

penerima transplatasi,
malignant progresif,
terapi steroid,
radiasi,
infeksi HIV dan AIDS
Rute infeksi melalui traktus gastrointestinal dan respiratory.
GAMBARAN KLINIS
Lesi sering pada nasal cavity, sinus paranasal dan oropharynx.
Rasa sakit dan pembengkakan mendahului ulserasi.
Jaringan nekrosis menyebabkan perforasi palatum
Komplikasi : meluas sampai mata dan otak.
Jamur cenderung invasi pd dinding arterial penyebaran secara
hematogen.
HISTOPATOLOGI
Terdapat infiltrat inflamasi akut dan kronis
Terdapat jamur penyebab
Karakteristik; dinding pembuluh darah nekrotik, mengandung
thrombi dan jamur
DD
Perforasi lesi palatal
Gumma nekrosis spt pada sifilis stadium 3
Midline granulomma (T-cell lyphoma)
Wegeners granulomatosis
Keganasan pd nasal dan sinus (squamous cell carcinoma, salivary
gland adenocarcinoma)
TERAPI
Amphotericin B : drug of choice
Debridemen pembedahan dari lesi
Prognosis tgt keparahan penyakit dan terapi yang tepat
Kematian relatif sering pada infeksi ini (Salvaggio, 2009).

b. INFEKSI JAMUR
KANDIDIASIS
Faktor Prediposisi termasuk :
Pemakaian gigi tiruan
Penurunan salvias, misalnya karena penggunaan obat
Terapi antibiotik, terutama spectrum luas
Diabetes mellitus tidak terkontrol
Terapi kortikosteroid
Radioterapi daerah mulut dan kerusakan yang terjadi pada kelenjar saliva
sesudahnya
Defisiensi zat besi, vitamin B12 , dan asam folat
Kondisi imunosupresi, termasuk:

1)
2)
3)
4)
5)

HIV
Leukimia
Agranulositosis
Obat sitotoksik
Malnutrisi dan malabsorpsi
Kandidiasis klinis tampil berupa :

1.
a.

Kandidiasis akut
Pseudomembranosa (thrush)
Gejala
Dapat tanpa gejala
Dapat menimbulkan rasa sakit dalam rongga mulut
Kurang nyaman saat menelan
Tanda
Kandidiasis pseudomembranosa tampil sebagai bercak putih/kuning
seperti krem di mukosa mulut, dapat dilepaskan dari jaringan di bawahnya,

meninggalkan daerah yang merah dan mudah berdarah.


b. Atrofik (eritematosa)
Ditemukan pada pasien yang sedang mendapatkan pengobatan steroid dan
antibiotic spectrum luas.
Gejala
Sering kali sakit
Tanda
Mukosa mulut terlihat merah menyala. Daerah manapun dapat terlibat,
termasuk palatum, lidah, dan mukosa bukal
Kandidiasis eritematosa, yang terlihat pada pasien HIV positif, adalah lesi
bersifat kronis
Kandidiasis atrofik tampil sebagai daerah merah, biasanya ditemukan di
palatum dan dorsum lidah
2. Kandidiasis atrofik kronis (kandidiasis eritematosa kronis, stomatitis
karena gigi tiruan, denture sore mouth)
Faktor prediposisi yang berperan adalah tertutupnya palatum dalam
jangka waktu lama oleh pelat gigi tiruan atau pelat ortodontik
Gejala
Biasanya tidak ditemukan gejala
Tanda
Mukosa berwarna merah menyala
Berhubungan dengan daerah palatum yang tertutup oleh pelat terlihat

sehat dengan warna normal

Istilah denture sore mouth sebenarnya kurang tepat, karena pasien


sering kali tidak mengetahui keberadaan lesi tersebut
Merupakan infeksi candida yang paling umum ditemukan dengan

insidens 25-50% pada pemakai gigi tiruan (Salvaggio, 2009).


3. Kandidiasis hiperplastik kronis (kandidal leukoplakia)
Kebiasaan merokok sangat erat hubungannya sebagai factor penyerta dalam
etiologi kelainan ini
Memiliki potensi untuk berubah kea rah keganasan
Gejala
Rasa sakit di komisura bibir
Tanda
Di komisura bibir ditemukan daerah berwarna putih yang menempel cekat

pada jaringan di bawahnya


Lesi bersifat unilateral atau bilateral
Tampilan lesi bisa halus atau berbintik-bintik
Dapat disertai ulserasi
Jarang senbuh sama sekali walaupun sudah digunakan antijamur sistemik
Pasien harus dianjurkan untuk segera menghentikan kebiasaan merokok
Biopsi diperlukan untuuk menentukan diagnosis kandidal, leukoplakia,

karena mikrorganisme ditemukan intraepitel, tidak di atas permukaan mukosa


Biopsi eksisi mungkin perlu dilakukan untuk menghilangkan lesi bila terpi
antijamur tidak berhasil
Yang paling penting diperhatikan : lesi bersifat praganas
Dalam waktu 10 tahun, 7% kasus akan berubah menjadi ganas
Diperlukan pemeriksaan ulang jangka panjang (Marques, 2008).
4. Kandidiasis mukokutaneus kronis
Infeksi candida rongga mulut juga dapat terjadi sebagai bagian dari gangguan
mukokutan yang jarang ditemukan
Tes diagnostik
Pada daerah yang terlibat dilakukan pemeriksaan apus, kemudian diberi
pewarnaan (pewarnaan Gram atau reagen PAS (periodic acid-Schiff)) Kalium
hidroksida (KOH) juga dapat digunakan untuk melihat hifa.
Sebaiknya dilakukan juga pemeriksaan swab dan oral rinse untuk
pemeriksaan kultur
Hitung candida kuantitatif dapat dilakukan untuk memantau terapi yang
diberikan. Pasien diminta untuk memberikan sampel salivanya atau
berkumur-kumur dengan larutan phosphate-buffered saline selama satu menit,
sebelum dibuang ke dalam wadah steril

10

Pemeriksaan biopsi dan histopatologi perlu dilakukan untuk memastikan


adanya kandidiasis hiperplastik kronik (Marques, 2008).
b. INFEKSI BAKTERI
1.

Tuberkulosis
Penyakit yang mudah diketahui
Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Walaupun jarang, tetapi dapat ditemukan ulkus yang bersifat persisten,
biasanya terjadi di lidah dengan dinding ulkus bergaung, cekungan
tersebut dapat berwarna keabuan atau kekuningan sebagai akibat adanya

infeksi local.
Tuberculosis mulut pada umumnya hanya ditemukan pada pasien yang

menderita tuberculosis paru aktif yang bersifat lanjut (terbuka)


Gejala :
Rasa sakit progressif yang pada akhirnya berpengaruh pada

gangguan nutrisi.
Tanda intraoral:
Lokasi ciri khas di dorsum lidah. Bibir dan palatum lebih
jarang terkena.
Bentuk bersudut atau bercabang (stealer).
Dasar lesi pucat, disertai lendir yang kental di dasar

ulkus.
Tepi lesi tidak beraturan dengan dinding bergaung.
Tes diagnosis:
Pemeriksaan biopsy menunjukkan adanya daerah perkijuan,
nekrosis, dan sel datia berinti banyak.
Keberadaan mikrobakteria dapat dipastikan

dengan

memberikan pewarnaan untuk bakteri yang bersifat tahan


asam (pewarnaan Ziehl-Nelseen).
Pada pemeriksaan roentgen foto thorax ditemukan: bintikbintik difus pada paru-paru, kavitasi, konsolidasi dan
adenopati halus.
Heaf test: ditemukan respons cepat dan berkepanjangan.
Tes sputum: positif untuk basilus tahan asam. Diperlukan
waktu beberapa minggu untuk pemeriksaan kultur.
2. Sifilis

11

Merupakan penyakit yang ditularkan secara seksual. Disebabkan

oleh bakteri spirochaete, yang disebut treponema pallidum.


Penyakit ini merupakan penyakit yang perlu dilaporkan bila
ditemukan. Sangat perlu untuk dirujuk ke klinik genitourinary
untuk semua kasus yang dicurigai.

Sifilis Primer

Lesi klasik sifilis primer adalah chancre, biasanya ditemukan di


regio genital. Jarang ditemukan pada atau sekitar rongga mulut.
Gejala:
Tidak ada rasa sakit, kecuali bila terinfeksi
Tanda:
Lokasi bibir, ujung lidah, yang lebih jarang di region
lain dalam mulut.
Ukuran bervariasi dari 5 mm sampai beberapa

sentimeter diameternya.
Bentuk bulat.
Tepinya lebih tinggi dari sekitarnya dan ada indurasi.
Jumlah ulkus- biasannya soliter.
Kondisi yang terkait
Nodus limfatik regional membesar, kenyal, dan berdiri sendiri.
Bentuk ulkus dengan tepi indurasi mirip karsinoma sel
skuamosa
Chancre sembuh sendiri tanpa meninggalkan jaringan parut
Sangat menular

Sifilis sekunder

Muncul 3-12 minggu sesudah lesi primer (pada pasien yang tidak
dirawat) berupa ruam kulit berwarna merah, berbentuk papula atau

macula.
Lesi mulut sering terjadi bersamaan dengan ruam kulit.
Gejala:
Ulkus tidak sakit
Tanda:
Lokasi palatum, tonsil, tepi lateral lidah dan bibir.
Bentuk ulkus yang datar dengan tepi tak beraturan,
tertutup oleh membrane keabuan. Lesi menyatu membentuk
bercak membulat yang kita kenal sebagai mucous patch.

12

Sifilis tersier

Kini jarang terjadi


Lesi sifilis tersier berupa gumma, suatu proses granulomatosa yang
sangat merusak.
Gejala:
Tidak ada rasa sakit
Tanda:
Lokasi - biasanya ditemukan di palatum, tonsil, dan lidah.
Ukuran bervariasi dari beberapa mm hingga beberapa cm
diameternya.
Bentuk cekung ditengah
Dasar lesi memadat dan pucat.
Tepi lesi cekung ditengah.
Tes khusus:
Sifilis primer tahap awal kemungkinan tidak memberikab
hasil positif pada pemeriksaan serologi.
Pemeriksaan apus yang diambil dari permukaan chancre
akan menegaskan keberadaan treponema pallidum jika di
bawah mikroskop lapangan gelap
Tes serologi, baik yang spesifik maupun non spesifik,
seharusnya digunakan dalam pemeriksaan penyaring dan
diagnosis. Jenis pemeriksaan ini juga penting dilakukan
untuk membedakan pasien yang mengidap penyakit aktif
dengan yang sudah dirawat secara efektif.
Tes nonspesifik positif pada penyakit aktif, menjadi
negative setelah pengobatan: VDRL dan RPR.
Tes spesifik yang dilakukan sesuai dengan prosedur
laboratorium TPHA dan FTA Abs.

3. Aktinomycosis
Biasanya disebabkan oleh bakteri yang hidup komensal dalam

mulut yaitu Actinomyces israellii


Patogenesisnya tidak jelas merupakan infeksi kronis yang

supuratif.
Dapat ditemukan riwayat trauma dalam mulut, seperti ekstraksi

gigi, fraktur rahang.


Gejala:
Pembengkakan pada daerah wajah

13

Ditemukan abses yang mengeluarkan pus dikulit bagian


wajah dan leher.

Tanda:
Ditemukan abses kronis disertai indurasi, biasanya disudut
mandibula
Kulit yang terlibat berwarna merah atau keunguan.
Dapat ditemukan fibrosis luas.

4. Gonorhoe
Disebabkan Neissera gonorhoe, melalui kontak seksual
Lokasi infeksi: pada traktus genital bawah, mata, faring, dan

rectum.
Infeksi genital dapat ditularkan ke membrane mukosa mulut atau
pharyng melalui kontak orogenital.
Gambaran klinis :
Gejala klinis orak gonorrhea tidak spesifik, terdapat ulser
multiple, eritema generalis, stomatitis generalis, infeksi
lebih sering pada faring dengan gejala erythema generalis,

ulser, lymphadenopathy servikal.


Diagnosis
Hapusan lesi harus ditanam dalam medium stewart dan
segera

dikirim

ke

laboratorium

untuk

pemeriksaan

mikroskopis serta kultur.


5. Noma
Disebabkan oleh Fusobacterium necrophorus (terutama), Borelia
vincentii, Staphylococcus aureus, dan Provotella intermedia.

Gambaran klinis:
Noma terutama menyerang anak-anak
Lesi noma diawali: ulser sakit biasanya pada gingival atau
mukosa bukal dan berkembang secara cepat menjadi
jaringan nekrotik.
Penetrasi organisme ini dapat terjadi melalui pipi, bibir
palatum

lesi nekrotik.

6. Leprosy
Disebabkan Mycobacterium leprae
Lesi dapat terjadi intraoral atau intranasal.

14

Terdapat respon granulomatous


Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium yaitu biopsy
(Marques, 2008).

c. INFEKSI VIRUS
1. Herpes zoster (shingles)
Zoster adalah peradangan karena virus, terletak di akar ganglion

bagian posterior, melibatkan satu atau lebih saraf sensoris perifer.


Herpes zoster menyebabkan cacar air pada anak-anak, tetapi
sebagaimana halnya herpes simplek virus tetap berada di ganglion

sensoris sampai terjadi rekativitasi.


Reaktivitasi pada orang dewasa menyebabkan herpes zoster.
Penyakit ini banyak ditemukan, tetapi umumnya terjadi pada orang

dewasa, yang berusia diatas 60 tahun.


Di daerah trigeminus, divisi ophthalmicus adalah yang paling

sering terkena.
Pasien dating ke dokter gigi bila divisi kedua atau ketiga yang
terkena.
Medical History Herpes zoster dapat terjadi pada

lansia yang

terlihat sehat. Pada orang dewasa muda atau anak-anak,


imunosupresi (misalnya, karena penyakit HIV), dapat ikut
menyebabkan herpes zoster, terutama herpes yang bersifat parah
dan atau/atau rekuren.

Gejala
Pada tahap prodromal ditemukan rasa sakit seperti terbakar,
letaknya di dalam, parah dan bersifat unilateral gejala
prodromal terjadi beberapa hari sebelum daerah berwarna
merah dan vesikel timbul.
Vesikel pecah dan membentuk krusta dikulit, tetapi dalam
mulut membentuk ulserasi dangkal. Vesikel dan ulserasi
terletak unilateral di sepajang distribusi saraf sensoris.
Pasien mengalami demam dan terlihat kurang sehat.
Bila melibatkan rongga mulut, akan timbul rasa sakit dan
kesulitan saat menelan.

15

Tanda
Bila yang terlibat adalah divisi maksilaris, palatum durum
dan palatum molle akan terkena dan bersifat unilateral.
Bila divisi ophthalmicus yang terlibat (herpes Gasserian),
akan berkembang ulserasi kornea yang berbahaya.
Distribusi lesi yang bersifat unilateral disepanjang distribusi
anatomi dermatom merupakan ciri khas herpes zoster.
Kelompok vesikel berdinding tipis, ataupun ulserasi yang
bersifat unilateral (intraoral), berhenti dengan tegas di
daerah garis tengah.

2. Herpes simplex
Disebabkan virus herpes simplex
Tipe:
Tipe 1 : menyerang rongga mulut, pharyng.
Tipe 2 : menyerang genitalia, kulit.
Penularan : kontak langsung pada fase vesikula
Herpes simplex primer

Etiologi : virus herpes simplex tipe 1


Gejala prodromal : malaise, letih, dan nyeri tenggorokan.
Gejala klinis:
Oral: mulut sakit, vesikula pecah menjadi ulser dangkal,
permukaan kasar, sakit, tepi kemerahan ukuran bervariasi

tunggal/multiple(sering), tertutup fibrin putih.


Pemeriksaan penunjang laboratorium:
Isolasi virus
Sitologi

3. Herpes labialis
Dikenal sebagai fever blister / cold sore. Disebabkan oleh virus

herpes hominis tipe 1.


Gejala klinis:
Herpes labialis dimulai dengan rasa gatal dari tempat yang
terkena. Dalam 12 jam timbul vesikel dan vesikel tersebut
akan pecah membentuk krusta Dallam 36-48 jam. Pada
umumnya krusta akan hilang dan lesi sembuh pada hari ke-

16

8 dan ke-10. Panas dan limfa denopati dapat timbul


sebelum adanya vesikel.
Erupsi vesikel pada kulit didekat atau pada tepi merah bibir.
Rasa terbakar dan rasa agak gatal
Vesikula pecah, ulser sakit, terdapat lesi oral palatum
durum mukosa bukal.

Pemeriksaan penunjang laboratorium:


Tes laboratorium dengan fluorescent antigen herpes
simplex.

4. Herpangina
Gejala:
Radang tenggorokan, demam, rasa tidak enak badan.
Tanda:
Suhu tubuh meningkat disertai lymfadenopathy
Walaupun jarang, dapat terjadi pembengkakan kelenjar
saliva seperti pada penyakit mumps. Untuk menentukan
diagnosis tetapnya diperlukan pemeriksaan laboratorium.
Lokasi vesikel dan ulserasi multiple ditemukan di
palatum molle dan tonsil
Ukuran kecil 1-2 mm
Bentuk bulat dan dangkal
Mukosa sekitarnya berwarna merah dan meradang
5. Hand, foot, mouth disease.
Merupakan penyakit yang ringan, gejala sistemiknya juga sedikit.
Ditemukan vesikel pada tangan dan kaki, selain ulserasi yang

ditemukan di mulut.
Gejala:
Mukosa mulut terasa sakit dan ada nyeri tekan
makan dan menelan menambah rasa kurang nyaman
lokasi ulserasi multiple di lidah, mukosa bukal, damn
palatum durum
ukuran kecil, 1-2 mm, bulat dan dangkal
mukosa sekitarnya berwarna merah dan meradang
ditemukan lesi berupa macula dan vesikula di tangan dan
kaki. Tungkai dan lengan juga dapat terkena (Marques,
2008).

17

2.2 Prosedur Penegakan Diagnosis Infeksi Jaringan Lunak Rongga Mulut


Diagnosis adalah penetapan suatu keadaan yang menyimpang dari keadaan
normal melalui dasar pemikiran dan pertimbangan ilmu pengetuahuan (Ardhana,
2010). Adapun tahap pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa
umumnya meliputi pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif dan pemeriksaan
penunjang apabila dibutuhkan (Torres, 2009).

2.2.1 Pemeriksaan Subjektif


Menurut Bakar (2011), pemeriksaan subjektif berkaitan dengan:
1. Identitas pasien / data demografis
Identitas pasien meliputi nama (nama lengkap dan nama panggilan),
tempat dan tanggal lahir, alamat tinggal, golongan darah, status pernikahan,
pekerjaan, pendidikan, kewarganegaraan, nomor telepon yang bisa dihubungi.
2. Keluhan utama
Berkaitan dengan apa yang dikehkan oleh pasien dan alasan pasien
datang ke dokter gigi. Keluhan utama dari pasien akan berpengaruh terhadap
pertimbangan dokter gigi dalam menentukan prioritas perawatan.
3. Present Illness (PI)
Mengidentifikasi keluhan utama, misalnya mencari tahu kapan rasa sakit/
rasa tidak nyaman itu pertama kali muncul, apakah kehuhan itu bersifat
intermittent (berselang) atau terus-menerus, jika intermittent seberapa sering,
adakah faktor pemicunya dan sebagainnya.
4. Riwayat medik
Riwayat umum perlu ditanyakan karena hal itu akan berkaitan dengan
diagnosis, treathment, dan prognosis. Bebrapa hal yang penting ditanyakan
adalah:
a) Gejala umum, seperti demam, penurunan berat badan serta gejala umum
yang lainnya.
b) Gejala yang kaitannya dengan sistem dalam tubuh, seperti batuk dengan
siistem respirasi, lesi oral dengan kelainan gastrointestinal dan lesi kulit,
kecemasan, depresi dengan kelainan kejiwaan.

18

c)
d)
e)
f)
g)
h)

Perawatan bedah dan radioterapi yang pernah dilakukan


Alergi makanan dan obat
Penyakit yang pernah diderita sebelumnya
Riwayat inap
Anastesi
Problem medis spesifik

5. Riwayat dental
Selain riwayat medik, riwayat dental juga perlu ditanyakan karena akan
mempengaruhi seseorang dokter gigi dalam menentukan rencana dan
manajemen perawatan yang akan dilakukan. Beberapa riwayat dental yang
dapat ditanyakan yaitu:
a) Pasien rutin kedokter gigi atau tidak
b) Sikap pasien kepada dokter gigi saat dilakukan perawatan
c) Problem gigi yang terakhir yang relevan
d) Perawatan restorasi
e) Pencabutan gigi terakhir
6. Riwayat keluarga
Berkaitan dengan masalah herediter yang berkaitan dengan kondisi
keluarga, seperti kasus amelogenesis imperfekta, hemofili, angiodema
herediter, recurrent aphtous stomatitis (RAS) dan diabetes.
7. Riwayat sosial
Riwayat sosial yang dapat diungkapkan antara lain:
a) Apakah pasien masih memiliki keluarga
b) Keadaan sosio ekonomi pasien
c) Pasien bepergian keluar negeri (berkaitan dengan beberapa penyakit infeksi
misalnya, penyakit didaerah tropis atau wabah di negara tertentu)
d) Riwayat seksual pasien
e) Kebiasaan merokok, minum alkohol, penggunaan obat-obatan
f) Informasi tentang diet makan pasien.
2.2.2 Pemeriksaan Objektif
Menurut Fragiskos (2007), pemeriksaan objektif terdiri dari:
1. Status general
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki menentukan tentang:
a. Penampilan
b. Keadaan umum

19

2. Status lokal

Secara umum pemeriksaan ini meliputi :


a. Perubahan warna, apakah mukosa mulut berwarna abnormal, misalnya putih,
merah atau hitam. Konsistensi, apakah jaringan keras, kenyal, lunak, fIuktuan
atau nodular.
b. Kontur, apakah

permukaan

mukosa

kasar,

ulserasi,

asimetri

atau

pembengkakan.
c. Temperatur.
d. Fungsi, apakah pasien dapat membuka mulut dengan sempurna.
e. Lymphnode servikal.
Metode pemeriksaan menurut Fragiskos (2007) terdiri dari 4 yaitu langkah,
yaitu:
1. Inspeksi yaitu melihat secara umum diperoleh gambaran menyeluruh dan kesan
umum tentang penderita.
a. Pengamatan secara visual pada berbagai bagian tubuh pasien, yang
dapat memberikan informasi kelainan.
b. Memakai indera mata, bagian yang diperiksa harus terbuka.
c. Memerlukan cahaya yang terang.
d. Hasil observasi dinyatakan dalam ukuran (jika mungkin),
kemudian dibandingkan dengan yang normal.
Pada inspeksi kita harus memperhatikan:
1.

normal/abnormal

2.

ukuran / diameter

3.

perubahan warna: pucat,hiperemis

4.

Bentuk, simetris/asimetris

5.

batas jelas/tidak jelas

6.

ada/tidaknya lesi (ulkus,tumor)

7.

Single/multiple.

8.

unilateral/bilateral.

2. Palpasi yaitu pemeriksaan yang dinilai dengan sentuhan , raba pada daerah
yang dicurigai serta daerah yang bersangkutan dengan kelainan utama
a. Harus dilakukan hati hati.
b. Tindakan meraba dgn 1 atau 2 tangan atau jari tangan

20

c. Usaha untuk menegaskan yang

dilihat, disamping untuk

menemukan yang tidak terlihat.


d. Penilaian: Permukaan halus /kasar, Batas (Jelas /Diffuse),
Diameter metrik, unilateral/ bilateral, bertangkai/tidak.
Pada palpasi dapat ditentukan:
1. Massa, Ukuran, Warna
2. Mengetahui bentuk dan struktur suatu organ permukaan licin,
berbenjol, kasar.
3. Perubahan

tahanan

kesan

konsistensi

struktur

(lunak,

kenyak,keras), dapat bermakna untuk menetapkan keadaan


patologis suatu organ atau sistem.
4. Hubungan suatu struktur dengan struktur sekitar dengan cara
menentukan batasnya atau mobilitasnya terhadap struktur lain
disekitarnya.
5. Batas: difuse, tegas
6. Fluktuasi : berpindahnya cairan di dalam suatu rongga yang
tertutup.
7. Suhu dan perbedaan suhu (terutama pada infeksi).
8. Rasa nyeri (terutama pada tumor).
3. Perkusi yaitu mendengarkan bunyi dari hasil ketokan jari/tanga didasarkan
pada hantaran dan pantulan suara dan getaran.
a. Organ yang terletak lebih dalam tidak dapat dilihat atau diraba
jelas secara keseluruhan maupun sebagian.
b. Perlu tempat yang tenang utk mendegarkan perkusi.
c. Dapat diperoleh informasi tentang besarnya organ, adanya udara
dalam struktur yang lebih dalam, dan struktur patologis yang
secara normal tak ada.
4. Auskultasi yaitu mendengarkan bunyi yang berasal dari dalam tubuh pada
umumnya dilakukan dengan menggunakan stetoskop.
a. Dilakukan di dada untuk mendengarkan suara nafas
b. Dilakukan di abdomen untuk mendengarkan bising usus
c. Pada waktu auskultasi ruangan harus tenang

21

Penilaian meliputi (Fragiskos, 2007) :


1.

Frekuensi : jumlah getaran per menit

2.

Frekuensi tinggi : bunyi nada tinggi

3.

Frekuensi rendah : nada rendah

4.

Intensitas : ukuran kuat lemahnya suara

5.

Durasi : lama bunyi terdengar

6.

Kualitas : warna nada, variasi suara.

2.2.3 Pemeriksaan Penunjang


Menurut (Gandolfo et al, 2006), pemeriksaan penunjang yang dilakukan
untuk menegakkan diagnosa pada infeksi yang disebabkan virus adalah melalui
smear. Pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti scarlet fever dan
streptococcal impetigo, diagnosis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
penunjang berupa tes kultur atau serum titer (Topazian et al, 2002).
Menurut Lubis (2008), pemeriksaan laboratorium untuk virus antara lain:
1. Direct Fluorescent Assay (DFA)
Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk
krusta
Pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif
Hasil pemeriksaan cepat
Membutuhkan mikroskop fluorescence
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan
herpes simpleks virus
2. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif
Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping
dasar vesikel dan apabila sudah berbetuk krusta sapat juga digunakan
sebagai preparat
Sensitifitasnya berkisar 97-100%
Test ini dapat menemukan nucleid acid dari virus varicella zoster.

22

3. Biopsi Kulit
Hasil pemeriksaan histopatologis: tampak vesikel intrapidermal dengan
degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai
adanya lymphocytic infiltrate.
2.3 Herpes Simpleks
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks
virus (HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
mukokutan (Handoko, 2010). Pada manusia, VHS bersifat laten atau dormant dan
dapat mengalami reaktivasi.Kemungkinanterjadi rekurensi lesi sebesar 30-40%.
Lesi infeksi rekuren bermanifestasi dalam dua bentuk,yaitu lesi yang sering
terjadipada daerah di dekat bibir yang dikenal dengan nama herpes labialis atau
cold sore, dan lesi pada rongga mulut yang disebut infeksi herpes simpleks
intraoral rekuren. Lesi rekuren di daerah sekitar wajah lebih sering dijumpai
dibanding lesi intraoral (Marlina, 2013).
2.3.1 Epidemiologi dan Etiologi Herpes Simpleks
Epidemiologi
Virus Herpes simpleks memiliki distribusi di seluruh dunia dan
menghasilkan infeksi primer, laten dan berulang. Lebih dari sepertiga populasi
dunia diperkirakan memiliki kemampuan untuk menularkan virus selama periode
penyebaran virus. Pada anak-anak berumur kurang dari 10 tahun, infeksi herpes
sering asimtomatik dan dengan type tersering adalah HSV-1 (80-90%). Analisis
yang dilakukan secara global telah menunjukkan adanya antibodi HSV-1 pada
sekitar 90% dari individu berumur 20-40 tahun. HSV-2 merupakan penyebab
infeksi herpes genital yang paling banyak (70-90%), meskipun studi terbaru
menunjukkan peningkatan kejadian dapat

disebabkan oleh HSV-1 (10-30%).

Antibodi untuk HSV-2 jarang ditemukan sebelum masa remaja karena asosiasi
HSV-2 terkait dengan aktivitas seksual (Marlina, 2013).
HSV dapat menginfeksi janin dan menyebabkan kelainan. Seorang ibu
yang terinfeksi HSV dapat menularkan virus itu padanya baru lahir selama

23

persalinan vagina, terutama jika ibu memiliki infeksi aktif pada saat pengiriman.
Namun, 60 - 80% dari infeksi HSV didapat oleh bayi yang baru lahir terjadi pada
wanita yang tidak memiliki gejala infeksi HSV atau riwayat infeksi HSV genital
(Dugdale, 2009).
Seropositif HSV-1 biasanya dikaitkan dengan infeksi orolabial dan virus
herpes simpleks tipe-2 seropositif biasanya dikaitkan dengan infeksi kelamin.
HSV-1 sekarang menjadi penyebab signifikan genital herpes dan terlibat dalam
5% sampai 30% dari semua kasus episode pertama. Proporsi HSV-1 pada infeksi
herpes genital awal (primer) lebih tinggi di antara pria yang berhubungan seks
dengan pria(46,9%) dibandingkan di kalangan wanita(21,4%) dan terendah di
antara pria

heteroseksual (14,6%). Seks oral reseptif secara signifikan

meningkatkan kemungkinan bahwa penyebab infeksi awal adalah HSV-1 daripada


HSV-2. Genital HSV-1 sering bisa diperoleh melalui kontak dengan mulut mitra
(Habif, 2004).
Usia dan jenis kelamin merupakan faktor risiko penting yang terkait
dengan didapatkannya infeksi genital HSV-2. Bahkan, prevalensi infeksi HSV
sangat rendah di masa kanak-kanak dan remaja awal tetapi meningkat dengan
usia, mencapai maksimum sekitar 40 tahun (Anzivino dkk, 2009).
Tingkat infeksi HSV meningkat dengan prevalensi tertinggi pada pasien dengan
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ulkus genital merupakan faktor
risiko transmisi Human Immunodeficiency Virus-1 (HIV-1). Virion HIV-1 dapat
dideteksi dalam ulkus genital yang disebabkan oleh HSV-2 dimana menunjukkan
bahwa infeksi herpes genital cenderung meningkatkan efisiensi transmisi seksual
dari HIV-1.

Pengobatan herpes genital menurunkan tingkat infeksi HIV.

Resistensi Acyclovir lebih umum dalam kelompok ini, tetapi menggunakan


Acyclovir dapat memperpanjang hidup pada beberapa pasien seropositif HIV
(Anzivino dkk, 2009).

Etiologi

24

Herpes simpleks virus (HSV) tipe I dan II merupakan virus herpes hominis
yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik
pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker dan lokasi klinis tempat
predileksi (Handoko, 2010). HSV tipe I sering dihubungkan dengan infeksi oral
sedangkan HSV tipe II dihubungkan dengan infeksi genital. Semakin seringnya
infeksi HSV tipe I di daerah genital dan infeksi HSV tipe II di daerah oral
kemungkinan disebabkan oleh kontak seksual dengan cara oral-genital (Habif,
2004).
Menurut Wolff (2007) infeksi HSV tipe I pada daerah labialis 80-90%,
urogenital 10-30%, herpetic whitlow pada usia< 20 tahun, dan neonatal 30%.
Sedangkan HSV tipe II di daerah labialis 10-20%, urogenital 70-90%, herpetic
whitlow pada usia> 20 tahun, dan neonatal 70%.
2.3.2 Patogenesis Herpes Simpleks
Pada infeksi primer, HSV masuk melalui defek kecil pada kulit atau mukosa
dan bereplikasi lokal lalu menyebar melalui akson ke ganglia sensoris dan terus
bereplikasi. Dengan penyebaran sentrifugal oleh saraf-saraf lainnya menginfeksi
daerah yang lebih luas. Setelah infeksi primer HSV masuk dalam masa laten di
ganglia sensoris. Pada infeksi rekuren: pengaktifan kembali HSV oleh berbagai
macam rangsangan (sinar UV, demam) sehingga menyebabkan gejala klinis
(Sterry,2006).
Menurut Habif (2004) infeksi HSV ada dua tahap: infeksi primer, virus
menyerang ganglion saraf; dan tahap kedua, dengan karakteristik kambuhnya
penyakit di tempat yang sama. Pada infeksi primer kebanyakan tanpa gejala dan
hanya dapat dideteksi dengan kenanikan titer antibody IgG. Seperti kebanyakan
infeksi virus, keparahan penyakit meningkat seiring bertambahnya usia. Virus
dapat menyebar melalui udara via droplets, kontak langsung dengan lesi, atau
kontak dengan cairan yang mengandung virus seperti ludah. Gejala yang timbul 3
sampai 7 hari atau lebih setelah kontak yaitu: kulit yang lembek disertai nyeri,
parestesia ringan, atau rasa terbakar akan timbul sebelum terjadi lesi pada daerah
yang terinfeksi. Nyeri lokal, pusing, rasa gatal, dan demam adalah karakteristik
gejala prodormal.

25

Vesikel pada infeksi primer HSV lebih banyak dan menyebar dibandingkan
infeksi yang rekuren. Setiap vesikel tersebut berukuran sama besar, berlawanan
dengan vesikel pada herpes zoster yang beragam ukurannya. Mukosa membran
pada daerah yang lesi mengeluarkan eksudat yang dapat mengakibatkan terjadinya
krusta. Lesi tersebut akan bertahan selama 2 sampai 4 minggu kecuali terjadi
infeksi sekunder dan akan sembuh tanpa jaringan parut (Habif, 2004).
Virus akan bereplikasi di tempat infeksi primer lalu viron akan
ditransportasikan oleh saraf via retrograde axonal flow ke ganglia dorsal dan
masuk masa laten di ganglion. Trauma kulit lokal (misalnya: paparan sinar
ultraviolet, abrasi) atau perubahan sistemik (misalnya: menstruasi, kelelahan,
demam) akan mengaktifasi kembali virus tersebut yang akan berjalan turun
melalui saraf perifer ke tempat yang telah terinfeksi sehingga terjadi infeksi
rekuren. Gejala berupa rasa gatal atau terbakar terjadi selama 2 sampai 24 jam dan
dalam 12 jam lesi tersebut berubah dari kulit yang eritem menjadi papula hingga
terbentuk vesikel berbentuk kubah yang kemudian akan ruptur menjadi erosi pada
daerah mulut dan vagina atau erosi yang ditutupi oleh krusta pada bibir dan kulit.
Krusta tersebut akan meluruh dalam waktu sekitar 8 hari lalu kulit tersebut akan
reepitelisasi dan berwarna merah muda (Habif, 2004).
Infeksi HSV dapat menyebar ke bagian kulit mana saja, misalnya: mengenai
jari-jari tangan (herpetic whitlow) terutama pada dokter gigi dan perawat yang
melakukan kontak kulit dengan penderita. Tenaga kesehatan yang sering terpapar
dengan sekresi oral merupakan orang yang paling sering terinfeksi (Habif, 2004)
Manifestasi Klinik
Infeksi primer pada HSV yaitu mereka yang tanpa adanya kekebalan baik
terhadap

HSV-1 atau HSV-2 dan sering subklinis. Namun bila lesi klinis

berkembang, biasanya lebih parah, dan lebih sering dengan tanda dan gejala
sistemik,dan mereka memiliki tingkat komplikasi yang lebih tinggi dari infeksi
rekuren. Infeksi genital primer lebih sering bergejala dibandingkan dengan oral.2,9
Pada infeksi primer, gejala biasanya terjadi dalam waktu 3 sampai 7 hari
setelah terpapar dengan masa inkubasi selama 2 sampai 20 hari. Gejala prodromal
seperti

limfadenopati, malaise, anoreksia dan demam, serta nyeri setempat,

26

pembengkakan dan rasa terbakar sering terjadi sebelum timbulnya lesi


mukokutan. Awalnya nyeri, kadang-kadang terpusat,

vesikel pada dasar

eritematous kemudian muncul, diikuti dengan adanya pustul dan ulserasi.


Beberapa vesikel berkelompok dan tersebar. Terbentuk krusta dan gejala resolusi
muncul dalam waktu 2 sampai 6 minggu. Gejala

prodromal serupa dapat

mendahului lesi rekuren, tetapi yang terakhir sering mengalami penurunan dalam
jumlah, tingkat keparahan dan durasi dibandingkan dengan infeksi primer
(Madkan dkk, 2008).

Gambar 2 : Vesikel Pada Dasar Yang Merah.


(Dikutip dari kepustakaan

Gambar 3 : Bagian Tengah Membentuk


Cekungan (Umbilikasi)
(Dikutip dari kepustakaan 10)

Gambar 4 : Krusta Dan Lesi Penyembuhan


dengan atau Tanpa Sikatrik
(Dikutip dari kepustakaan 7)

27

Infeksi Orofacial
Herpes Orolabial: Herpes labialis (cold sores, fever blisters) paling sering
dikaitkan dengan infeksi HSV-1. Lesi Oral disebabkan oleh HSV-2 telah
diidentifikasi yang biasanya sekunder dari kontak orogenital. Infeksi primer HSV1 sering terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya asimtomatik (Torres, 2009).
Ketika timbul gejala

(mayoritas infeksi orolabial primer tidak

menunjukkan gejala), infeksi primer herpes orolabial biasanya hadir sebagai


gingivostomatitis pada anak-anak atau sebagai faringitis pada orang dewasa muda.
Secara umum, mulut dan bibir adalah daerah yang paling sering terlibat, dengan
lesi muncul pada mukosa bukal, gingival dan membran orofaringeal lainnya.
Edema signifikan, rasa sakit dan ulserasi dari membran orofaringeal dapat
menyebabkan disfagia dan pengeluaran air liur terus-menerus (Torres, 2009).

Gambar 5 : Herpes simplex virus : gingivostomatitis


dikutip dari kepustakaan
Penyakit ini dapat dorman untuk beberapa waktu. HSV-1 reaktivasi di
ganglia sensoris trigeminal menyebabkan rekurensi di wajah dan oral, labial, dan
mukosa mata. Nyeri, panas, gatal, atau paresthesia biasanya mendahului lesi
vesikular berulang yang akhirnya mengalami ulserasi atau membentuk kusta.
Lesi yang paling sering terjadi di perbatasan Vermillion, dan gejala dari rekurensi
yang tidak diobati sekitar diobati 1 minggu (Torres, 2009).

28

Gambar 6:Paparan matahari memicu rekurensi.


Dikutip dari kepustakaan 7
2.3.3 Gejala Klinis Herpes Simpleks
Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap: infeksi primer,
fase laten dan infeksi rekuren. Pada infeksi primer herpes simpleks tipe I tempat
predileksinya pada daerah mulut dan hidung pada usia anak-anak. Sedangkan
infeksi primer herpes simpleks virus tipe II tempat predileksinya daerah pinggang
ke bawah terutama daerah genital.Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih
berat sekitar tiga minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam,
malaise dan anoreksia. Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok
di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan menjadi
seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami ulserasi (Handoko, 2010).
Pada fase laten penderita tidak ditemukan kelainan klinis, tetapi herpes
simpleks virus dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis
(Handoko, 2010). Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula
tidak aktif di ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu (misalnya:
demam, infeksi, hubungan seksual) lalu mencapai kulit sehingga menimbulkan
gejala klinis yang lebih ringan dan berlangsung sekitar tujuh sampai sepuluh hari
disertai gejala prodormal lokal berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekuren
dapat timbul pada tempat yang sama atau tempat lain di sekitarnya (Handoko,
2010).
2.3.4 Pemeriksaan Laboratorium Herpes Simpleks

29

Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat
dibiakkan.Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi HSV dengan tes
Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan
badan inklusi intranuklear (Handoko, 2010).
Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang. Caranya
dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar vesikel tersebut
lalu letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan mengering sambil difiksasi
dengan alkohol atau dipanaskan.Selanjutnya beri pewarnaan (5% methylene blue,
Wright, Giemsa) selama beberapa detik, cuci dan keringkan, beri minyak emersi
dan tutupi dengan gelas penutup. Jika positif terinfeksi hasilnya berupa keratinosit
yang multinuklear dan berukuran besar berwarna biru (Frankel, 2006).
Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur (Sterry,
2006). Tes serologi menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
spesifik HSV tipe II dapat membedakan siapa yang telah terinfeksi dan siapa yang
berpotensi besar menularkan infeksi (McPhee, 2007).

3.2.5 Diagnosa Banding Herpes Simpleks


Diangnosa Banding
Herpes zoster

Impetigo
Carcinoma

Persamaan
Virus yang bersifat laten
& aktif kembali
Gangguan
kekebalan
tubuh

Perbedaan
Virus varisela zoster

Terdapat vesikel
Pada bibir

Bakteri ( sreptokokus
yang pathogen & staphillo
kokus aureus tipe 71 )
Pembentukan kerak pada Tidak
diketahui
bibir
etiologinya

Impetigo Vesikobulosa
Impetigo adalah infeksi kulit karena bakteri yang menular, yang sering
muncul sekitar hidung, mulut, dan telinga. Paling sering, disebabkan oleh
streptokokus, yang juga menyebabkan streptokokus tenggorokan dan demam
scarlet, maupun stafilokokus atau bakteri staph (Shelov, 2005) Bulosa adalah

30

toksin epidermolitik diduga mengganggu perlekatan sel epidermis dan


memungkinkan S aureus menginvasi kulit yang intak. Nonbulosa adalah
organisme secara langsung menembus epidermis secara superfisial. Pembuluh
darah dermis berdilatasi dan dermis atas terisi oleh polimorf yang bermigrasi.
(Wahab, 2008).
Gambaran klinis impetigo yakni pada tahap awal, bintik merah mulai berisi
cairan warna kuning dan lengket yang dikeluarkan oleh kulit. Cairan tersebut
selanjutnya mengering, membentuk kerak kulit berwarna madu ( Novaria dan
Triton, 2008 ).

Gambar 3.1 Impetigo vesikobulosa

2.3.6 Penatalaksanaan Herpes Simpleks


Edukasi
Pasien dengan herpes genital harus dinasehati untuk menghindari
hubungan seksual selama gejala muncul dan selama 1 sampai 2 hari setelahnya
dan menggunakan kondom antara perjangkitan gejala. Terapi antiviral
supressidapat menjadi pilihan untuk individu yang peduli transmisi pada
pasangannya (Marques dkk, 2008).
Agen Antiviral
Pengobatan dapat mengurangi simptom, mengurangi nyeri dan ketidak
nyamanan secara cepat yang berhubungan dengan perjangkitan, serta dapat
mempercepat waktu penyembuhan. Tiga agen oral yang akhir-akhir ini

31

diresepkan, yaitu Acyclovir, Famciclovir, dan Valacyclovir. Ketiga obat ini


mencegah multiplikasi virus dan memperpendek lama erupsi. Pengobatan peroral,
dan pada kasus berat secara intravena adalah lebih efektif. Pengobatan hanya
untuk menurunkan durasi perjangkitan (Marques dkk, 2008).
Acyclovir menghambat aktivitas HSV 1 dan HSV-2. Pasien mengalami
rasa sakit yang lebih kurang dan resolusi yang lebih cepat dari lesi kulit bila
digunakan dalam waktu 48 jam dari onset ruam. Mungkin dapat mencegah
rekurensi.

Infeksi Primer HSV: 200 mg peroral 5 kali/hari untuk 10 hari atau

mg/kg/hari IV setiap 8 jam.

Herpes oral atau genital rekuren : 200 mg peroral 5 kali/hari untuk 5 hari
(non-FDA : 400 mg peroral 3 kali/hari untuk 5 hari)

Supresi herpes genital : 400 mg peroral 2 kali/hari

Disseminated disease: 5-10 mg/kg IV setiap 8 jam untuk 7 hari jika >12
tahun (Torres, 2010).
Famciclovir

Herpes labialis rekuren : 1500 mg peroral

gejala.
Episode primer herpes Genitalis :250 mg peroral 3 kali/hari selama10 hari
Episode primer herpes Genitalis :1000 mg peroral setiap 12 jam selama 24

jam pada saat onst gejala (dalam 6 hari gejala pertama)


Supressi jangka panjang: 250 mg peroral 2kali/hari
HIV-positive individuals dengan infeksi HSV orolabial atau genital rekuren :

dosis tunggal pada saat onset

500 mg peroral 2 kali/hari untuk 7 hari (sesuaikan dosis untuk insufisiensi

ginjal)
Supresi herpes simplex genital rekuren (pasien terinfeksi HIV): 500 mg
peroral 2 kali/hari (Torres, 2010).
Valacyclovir

Herpes labialis: 2000 mg peroral setiap 12 jam selama 24 jam (harus


diberikan pada gejala pertama/prodromal)

Genital herpes, episode primer: 1000 mg peroral 2kali/hari selama 10 hari.

32

Herpes genital rekuren: 500 mg peroral

2 kali/hari selama 3 hari.

Suppressi herpes Genital (9 atau lebih rekurensi per tahun atau HIV-positif):
500 mg peroral 1 kali/hari.

Herpes simplex genital rekuren , suppressi( pasien terinfeksi HIV): 500 mg


peroral 2kali/hari, jika >9 rekurensi pertahun : 1000 mg peroral peroral 1
kali/hari.
Foscarnet

HSV resisten Acyclovir: 40 mg/kg IV setiap 8-10 jam selama 10-21 hari

Mucocutaneous, resisten acyclovir: 40 mg/kg IV, selama 1 jam, setiap 8-12


jam selama 2-3 minggu atau hingga sembuh (Torres, 2010).

Topikal
Penciclovir krim 1% (tiap 2 jam selama 4 hari) atau Acyclovir krim 5% (5
kali sehari selama 5 hari). Idealnya, krim ini digunakan 1 jam setelah munculnya
gejala, meskipun juga pemberian yang terlambat juga dilaporkan masih efektif
dalam mengurangi gejala serta membatasi perluasan daerah lesi (Torres, 2010).
KOMPLIKASI
Komplikasi jarang tetapi dapat serius. diantaranya:

Infeksi bakteri sekunder, Ini biasanya karena Staph. Staphylococcus.


Disseminated herpes simpleks, merupakan infeksi virus herpes yang

menyebar berupa yg terjadi pada bayi baru lahir atau imunosupresif pasien.
Herpes simpleks kronis, biasa terjadi pada penderita HIV
Herpes ensefalitis. Herpes ensefalitis Ini adalah komplikasi serius herpes

simpleks, tidak selalu disertai dengan lesi kulit.


Karsinoma leher rahim. Ini lebih umum pada wanita dengan bukti serologi
infeksi herpes simpleks tipe 2, yang merupakan faktor predisposisi (Pinninti,
2010).

PROGNOSIS
Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi dini yang segera diobati
mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatasi
frekuensi kambuhnya. Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya penyakitpenyakit dengan tumor di system retikuloendoteial, pengbatan dengan

33

imunosupressan yang lama, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat


dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia
seperti pada orang dewasa. Terapi anti virus efektif menurunkan manifestasi klinis
herpes genitalis.
3.4 Surat Rujukan
Surat rujukan adalah surat pengantar tenaga medis dalam hal ini ditujukan
kepada dokter maupun dokter gigi secara tertulis yang bertujuan sebagai advice
(petunjuk pengobatan) maupun pengobatan secara lebih lanjut kepada tenaga
medis yang lebih berkompeten dalam bidangnya. Dalam dunia kedokteran gigi,
surat rujukan biasanya diberikan oleh dokter gigi umum kepada dokter yang lebih
berkompeten atau dokter spesialis, contohnya diagnosa sementara dokter gigi
umum adalah tumor maka sebaiknya pasien segera dirujuk kepada dokter gigi
yang lebih berkompeten, yaitu dokter gigi spesialis penyakit mulut. Ataupun
dokter gigi yang ingin mengetahui kadar gula darah dan tekanan darah pasien
dapat memberikan surat rujukan kepada dokter umum ataupun dokter spesialis
penyakit dalam. Berikut contoh surat rujukan:

SURAT RUJUKAN
Yth. Dokter Gigi

:.............................................

Di RSU

:.............................................

Mohon pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut terhadap penderita,


Nama Pasien

:...................................................

Jenis Kelamin

:....................................................

Umur

:....................................................

No. Telpon

:....................................................

Alamat Rumah

:....................................................

Anamnesa

34

Keluhan : ...................................................................................................................
.................Diagnosa sementara
: .................................................................................................
Kasus

................................................................................................

..
Terapi/Obat yang telah
diberikan : ..................................................................................................................
..................
Demikian surat rujukan ini kami kirim, kami mohon balasan atas surat rujukan ini.
Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami

(..............................)
No. SIP:..................

Setelah surat rujukan diberikan oleh dokter gigi melalui pasien kepada dokter gigi
yang lebih berkompeten, biasanya akan ada surat rujukan balasan yang berikan
oleh dokter/dokter gigi terujuk kepada dokter/dokter gigi perujuk melalui pasien
yang menyatakan bahwa telah dilakukan pengobatan/perawatan, atau jawaban
advice dari dokter/dokter gigi perujuk. Berikut contoh surat jawaban rujukan:
JAWABAN RUJUKAN
Berikut ini adalah hasil pemeriksaan dan pengobatan atas pasien:
No. Registrasi

:....................................................

Nama Pasien

:....................................................

Jenis Kelamin

:....................................................

Umur

:....................................................

No. Telpon

:....................................................

Alamat Rumah

:....................................................

35

Keterangan tindak lanjut yang dianjurkan :


Konsul selesai
Perlu kontrol kembali (sebutkan)

:............................................

Perlu konsul ke ahli lain (sebutkan)

:.......................................

Perlu dirawat dengan indikasi (sebutkan)

:.............................

Hasil pemeriksaan :
....................................................................................................................................
.................. Diagnosa :
Perawatan yang sudah dilakukan :
....................................................................................................................................
..................
Demikian balasan surat rujukan ini kami kirim. Atas perhatian Bapak/Ibu
kami ucapkan terimaksih.
..........Tgl. .........
Hormat Kami,
(.....................)

Anda mungkin juga menyukai