Anda di halaman 1dari 12

I’JAZUL QUR’AN

Sebuah Maha karya Agung Tiada Tandingan

(Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Diskusi kelompok Tujuh Pada Mata Ulumul Qur’an)
Semester I Tahun Ajaran 2008-2009

Disusun Oleh:

ARIF RAHMAN NIM: 0821019


ABDAL MUN’IM NIM: 0821001
DEVI DARMASARI NIM: 0821031
CIK UDA NIM: 0821022

Dosen Pembimbing:
AHMAD RIFAI, M.Pd.I

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN FATAH PALEMBANG
2008
I’jazul Qur’an
A. Pendahuluan
Kehadiran al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, merupakan
sebuah Maha Karya yang Agung dari Allah Swt sebagai sebuah landasan dan pedoman
arahan hidup manusia. Yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi, yang tersumber hukum
darinya, yang memberikan solusi poblematika, yang tersusun didalamnya ajaran-ajaran
robbani.
Dengan kedatangan al-Qur’an yang original dari Allah yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad merupakan penyempurna terhadap kitab-kitab sebelumnya. Ini merupakan bukti
kemukjizatan al-Qur’an yang tiada seorangpun yang dapat menirunya dan mendatangkan hal
semisalnya.
Al-Quran menantang orang-orang Arab yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk
membuat hal yang serupa dengan al-Qur’an, Allah Swt berfirman ;

ُ ‫ور ٍة ِّم ْثلِ ِه َو ْدعُوا‬


ِ‫ش َهدَا ِء ُك ْم ِّمنْ دُو ِن هللا‬ َ ‫س‬ُ ِ‫ب ِّم َّمانَ َّز ْلنَا َعلَى َع ْب ِدنَا فَأْتُوا ب‬
ٍ ‫َوإِن ُكنتُ ْم فِي َر ْي‬
)23:‫صا ِدقِينَ (البقرة‬ َ ‫إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada
hamba Kam (Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (QS. al-
Baqarah;23)
Dengan ini kemu’jizatan al-Qur’an merupakan sebuah keistimewaan sekaligus
sebuah kekuatan yang dapat melemahkan manusia untuk bisa mendatangkan yang sejenis
dengan al-Qur’an. Kemu’’jizatan al-Qur’an sebagai mana yang dikemukakan oleh Quraish
Shihab nampak dalam tiga hal pokok. Pertama pada redaksinya yang mencapai puncak
tertinggi dari sastra Arab. Kedua, kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang
diisyaratkan. Ketiga, ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti
kebenarannya.
Dalam makalah ini penulis mencoba memberikan secara umum pengertian mengenai
I’jazul Qur’an yang dikaji dari beberapa referensi dan literatur al-qur’an. Sehingga kita
sedikit terbantu dalam memahami kemujizatan al-Qur’an, baik pengertiannya, aspek-
aspeknya maupun kadar kemu’jizatannya.
B. Pengertian I’jaz al-Qur’an
Secara bahasa kata i’jaz diambil dari kata ‘ajzu yang berarti lemah. I’jaz dapat
pula diartikan sebagai kemu’jizatan, yaitu sesuatu yang dapat melemahkan, yang
membuat sesuatu atau pihak lain tak berdaya. Pada dasarnya al-Mu’jiz (yang
melemahkan) itu adalah Allah Swt; yang menyebabkan selainnya lemah sebagai
bentuk mubalaghah (penegasan) kebenaran berita mengenai betapa lemahnya orang-
orang yang didatangi Rasul untuk menentang mu’jiz tersebut.1
Sesuatu yang dinamakan mu’jizat (melemahkan) karena manusia lemah untuk
mendatangkan yang sama dengannya atau saingannya, sebab mu’jizat memang
datang berupa hal-hal yang bertentang dengan adat, keluar dari batas-batas faktor
yang telah diketahui dan dipahami oleh manusia. Hal-hal luar biasa itu hanya bisa
ditunjukkan oleh Allah2.
I’jazul Quran (kemu’jizatan al-Qur’an) ialah kekuatan, keunggulan dan
keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an yang menetapkan kelemahan manusia, baik
secara berpisah-pisah maupun berkelompok, untuk bisa mendatangkan sesuatu atau
menyamainya. Yang dimaksud dengan kemu’jizatan al-Qur’an bukan berarti
melemahkan manusia dengan pengertian melmahkan yang sebenarnya. Artinya
memberi pengertian kepada mereka tentang kelemahan mereka untuk mendatangkan
sesuatu yang sejenis dengan al-Qur’an; menjelaskan bahwa kitab al-Quran ini haq,
dan Rasul yang membawanya adalah Rasul yang benar3.
Menurut para mutakillimin, mu’jizat adalah sesuatu yang berbeda dengan adat
kebiasaan yang terjadi di dunia untuk menunjukkan kebenaran kenabian para Nabi.
At-Thusi mendefenisikan mu’jizat sebagai terjadinya sesuatu yang tidak biasa terjadi,
atau terjadinya sesuatu yang menggugurkan sesuatu yang biasa terjadi yang disertai
dengan perombakan adat kebiasaan sesuai dengan tuntunan.4

1
Abu Zahra An Najd, AlQur’an dan Rahasia Angka-Angka, terjemah Agus Efendi (Jakarta: Pustaka
Hidayah, 1991), hlm. 17
2
Muhammad Ali Ash Shabuni, Pengantar Studi AlQuran, terjemah H. Muhammad Khudhori Umar
dan Muh. Matsna HS (Bandung; Al Ma’arif, 1987), hlm. 102
3
Ibid, hlm. 103
4
Abu Zahra An Najd, Op.Cit., hlm. 17
Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada Nabi
Muhammad Saw. Ini dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia sepanjang masa
dan memang beliau diutus oleh Allah untuk keselamatan seluruh manusia. Allah
menjamin keselamatan dan kemurnian al-Quran sesuai dengan firman-Nya,
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an dan Kami pula yang
menjaganya” (QS. 15:9).
Kemu’jizatan al-Qur’an antara lain terletak pada segi fashahah dan
balaghahnya, susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada tandingannya. Al-
Qur’an dalam beberapa ayatnya sengaja menantang seluruh manusai dan jin untuk
membuat yang serupadengan al-Qur’an5 Alah berfirman:

‫آن الَيأْتُو َن بِ ِمثْلِ ِه َولَ ْو َكا َن‬


ِ ‫الج ُّن َعلَى أَ ْن يأْتوابِ ِمثْ ِل ه َذاال ُقر‬
ْ
ِ ‫ت ا ِإلنْس و‬
َ ُ
ِ ‫اجتَم َع‬ ِ
َ ْ ‫قُ ْل لَئ ِن‬
)88 :‫ض ظَ ِه ًيرا (اإلسراء‬ٍ ‫ض ُه ْم لَِب ْع‬
َ ‫َب ْع‬
Artinya: Katakanlah sesungguhnya bila manusia dan jin berkumpul untuk membuat
(sesuatu) yang serupa dengan al-Qur’an, niscaya mereka tidak akan dapat membuat
yang serupa dengan dia sekalippun sebagian mereka menjadi penolong yang lain
(QS. 17:88).

Al-Qur’an adalah mu’jizat dan Allah menunjukkan kelemahan orang Arab


untuk menandingi al-Qur’an padahal mereka memiliki faktor-faktor dan potensi
untuk itu. Ini adalah merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa Arab di masa
bahasa ini berada puncak kejayaannya.6
Syaikh Muhammad Abduh dalam kitabnya Risalauah Tauhid menerangkan
bagaimana dan kemauan bahasa serta sastra Arab pada masa turunnya al-Qur’an yaitu
al-Qur’an diturunkan pada suatu masa dimana pada masa itu banyak sekali terdapat
ahli-ahli pidato yang menguasai ilmu retorika dengan bagus. Kemudian ia berkata
mengenai mengenai tantangan al-Qur’an terhadap ahli sastra tersebut; ”Benarlah
5
Tim Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Madinah Al Hijrnawwarah, 1413 H), hlm. 90
6
Manna Khalil al Qathtan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, terjemah Mudzakir AS (Jakarta: PT Pustaka
Litera Antar Nusa, 1994), hlm. 380.
bahwa al-Qur’an itu suatu mu’jizat. Telah berlalu masa yang panjang, telah silih
berganti datangnya angkatan demi angkatan, tantangan al-Gur’an tetap berlaku,
tetapi tak seorangpun yang dapat menjawabnya....Semua kembali dengan tangan
hampa karena lemah dan tiada berdaya. Bu ankah lahirnya kitab al-Qur’an ini
dibawa oleh seorang Nabi yang buta huruf (ummi), suatu mu’jizat yang terbesar
yang dapat membuktikan bahwa ia bukan buatan manusia, memang sebenarnyalah
ia mu’jizat untuk membuktikan Nabi Muhammad yang terpancar dari ilmu Ilahi”7
Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw dan kepada Nabi-Nabi
yang lain ada dua jenis: hissi dan maknawi. Yang hissi, yaitu mu’jizat yang dapat
dilihat oleh mata, didengar. Dirasa, dan ditangkap oleh panca indra. Ia sengaja
ditunjukkan kepada manusia yang tak mampu menggunakan akal pikiran dan
kecerdasannya untuk menangkap keluar biasaan Allah. Yang maknawi, yaitu mu’jizat
yang tidak dapat dicapai dengan kekuatan panca indra semata, tapi harus dicapai
dengan kekuatan dan kecerdasan akal pikiran. Hanya orang-orang yang mempunyai
akal sehat dan kecerdasan yang tinggi, mempunyai hati nurani serta berbudi luhur
sajalah yang mampu menangkap dan memahami kebesaran mu’jizat model ini.
Kedua jenis ini diberikan kepada Nabi Muhammad dan al-Qur’an
mengandung keduanya. Bahkan yang maknawi lebih besar porsinya dibanding
dengan yang hissi. Al-Qur’an memang dipersiapkan untuk menghadapi dan
memgendalikan segala zaman8.
Misteri-misteri yang berhasil disingkapi oleh ilmu pengetahuan modern
hanyalah merupakan sebagian kecil dari fenomena alam. Hakikat-hakikat yang tinggi
yang terkandung dalam misteri alam merupakan bukti eksistensi Sang Pencipta san
perencanaanNya. Itulah yang dikemukakandan diisyararatkan oleh al-Qur’an secara
global9.

7
Tim Depag RI, Op.Cit., hlm. 91
8
KH. Munawar Khalil, Al Qur’an dari Masa ke Masa (t.k: t.p., t.th), hlm. 59-60
9
Muhammad al Qhazali Khalil, Bedialog dengan Al Qur’an, terjemah Mansyhur Hakim & Ubaidilah
(Bandung; Mizan, 1996), hlm. 76
C. Pendapat Para Ulama Tentang I’jaz al-Qur’an
Setelah para ulama sepakat bahwa kemu’jizatan al-Qur’an itu karena dzatnya,
serta tidak seorangpun yang sanggup mendatangkan sesuatu yang sebanding
dengannya, maka pandangan ulama berbeda-beda dalam meninjau segi
kemu’jizatannya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa segi kemu’jizatan al-Qur’an adalah
sesuatu yang terkandung dalam al-Qur’an itu sendiri, yaitu susunan yang asing yang
berbeda dengan susunan orang arab pada umumnya.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemu’jizatan itu terkandung dalm
lafadz-lafadznya yang jelas, redaksinya yang bersastra dan susunannya yang indah,
karena al-Qur’an sastranya termasuk yang tidak ada bandingannya.
Ulama lain berpendapat bahwa kemu’jizatan itu karena al-Qur’an terhinadar
dari adanya pertentangan, serta mengandung arti-arti yang lembut dan hal-hal yang
ghaib di luaar kemampuan manusia dan di luar kekuasaan mereka untuk mengetahuin
ya, seperti halnya al-Qur’an bersih dan selamat dari pertentangan dan perselisihan
pendapat.
Ada lagi yang berpendapat bahwavkemu’jizatan al-Qur’an adalah karena
adanya keistimewaan-keistimewaan yang nampak dan keindahan-keindahan yang
menarik yang terkandung dalam al-Qur’an, baik permulaan, tujuan, maupun dalam
menutup setiap surat10
Jumhur kaum Muslimin berpendapat bahwa al-Qur’an sendiri merupakan
mu’jizat (mu’jizat bidzatihi). Maksudnya al-Qur’an dengan seluruh yang ada di
dalamnya, termasuk struktur kalimat, balaghah, bayan (penjelasan), perundang-
prundangan (tasyri’), berita-beritaghaib dan persoalan-persoalan lain yang merupakan
mu’jizat, telah menyebabkan seluruh manusia tidak mampu membuat yang serupa
dengannya.11

10
Muhammad Ali Ash Sabuni, Op.Cit., hlm. 117-118
11
Abu Zahra An Najd, Op.Cit., hlm. 18
Syaikh az-Zarqani dalam Manahilul Irfan, yang sebagian pernah dituturkan
oleh al-Qurtubi, menjelaskan bahwa kemu’jizatan al-Qur’an itu karena ia memiliki
uslub yang sangat berbeda dengan uslub yang ada dalam tata bahasa orang Arab. Juga
bentuk undang-undang bikinan manusia.12

D. Kadar Kemu’jizatan al-Qur’an


Al-Qur’an secara terus menerus menantang semua ahli kesusastraan Arab
untuk mencoba menandinginya, karena memang al-Qur’an berada di atas puncak
yang tak mungkin diungguli dan al-Qur’an memang bukan kalimat manusia13
Golongan Mu’tazilah berpendapat behwa kamu’jizatan itu berkaitan dengan
keseluruhan al-Quran, bukan dengan sebaginya, atau dengan setiap suratnya secara
lengkap. Sebagaimana ulama berpendapat, kemu’jizatan itu sebagian kecil atau
sebagian besar dari al-Qur’an, tanpa harus satu surat penuh juga merupakan mu’jizat,
berdasarkan firman Allah Swt: “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat
yang semisal dengan al_Quran” (QS. 52:34)
Ulama yang lain berpendapat bahwa kemu’jizatan itu cukup dengan satu surat
lengkap, sekalipun pendek, atau dengan ukuran satu surat, baik satu ayat ataupun
beberapa ayat14. Pendapat ini berpegang pada ayat-ayat yang berhubungan dengan
seberapa benyak kadar al-Qur’an, untuk bisa disebut sebagai mu’jizat dan ini ada
kaitannya dengan tantangan yang dilontarkan kepada ahli sastra pada saat itu. Al-
Quran telah mengajukan tantangan agar didatangkan sesuatu yang sama persis
dengan al-Qur’an dengan keseluruhannya (QS. 17:88); dengan sepuluh surat (QS.
11:13); dengan satu surat (QS. 10: 38); dan dengan suatu pembicaraan yang
menyerupai al-Qur’an (QS. 52:34). Namun demikian kita tidak berpendapat bahwa
kemu’jizatan itu hanya terletak pada kadar-kadar tertentu saja. Kita dapat menemukan

12
KH Munawar Khalil, Op.Cit.,hlm. 38
13
Subhi ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Al Qur’an, terjemah Tim Pustaka Firdaus (Jakarta; Pustaka
Firdaus, 1996), hlm. 414
14
Manna’ Khalil al-Qaththan, Op.Cit., hlm. 378
dan merasakan pada bunyi-bunyi hurufnya dan alunan kata-katanya, sebagaimana
kita dapatkan pada ayat-ayat dan surat-suratnya, bahwa al-Qur’an adalah kalamullah.
Adapun mengenai segi atau kadar manakah yang mu’jizat itu, maka jika
seorang peneliti yang objektif mencari kebenaran al-Qur’an dari aspek manapun yang
ia sukai, ia akan temukan kemu’jizatan itu meliputi tiga macam aspek, yaitu aspek
bahasa, aspek ilmiah, dan aspek tasyri’ (penetapan hukum)15
Setiap manusia yang memusatkan perhatiannya pada al-Qur’an akan
menemukan rahasia-rahasia kemu’jizatan dari aspek bahasanya. Ia akan dapatkan
kemu’jizatan itu dalam keteraturan bahasanya, bunyinya yang indah melalui nada-
nada hurufnya. Hal ini sesuai dengan yang digambarkan Allah,
ِ ‫أَفَالَ يتَ َد َّبرو َن ال ُقرآ َن ولَو َكا َن ِمن ِع ْن ِدغَْي ِر‬
)82 :‫اهلل لََو َج ُدوا فِ ِيه ا ْختِالَفاً َكثِْيراً (النساء‬ ْ َْ ُ َ
Artinya : Dan sekiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka akan
mendapatkan pertentengan yang banyak di dalamnya. (QS. 4:82)
Ayat tersebut mengandung isyarat bahwa perkataan manusia, bila terlalu
banyak maka akan banyak terjadi kesalahan dan kontradiksi di dalamnya. Sedangkan
al-Qur’an, tidak demikian. Semakin banyak dibaca akan seakin tampak keselarasan,
keindahan dan pesonanya. Itulah bedanya al-Qur’an dengan perkataan manusia.
Kemu’jizatan ilmiah al-Qur’an bukanlah terletak pada cakupannya pada teori-
teori ilmiah yang selalu baru dan berubah sebagai hasil usaha manusia melalui
pengamatan dan penelitian, tetapi terletak pada semangatnya memberikan dorongan
pada manusia untuk berpikir menggunakan otaknya. Semua persoalan atau kaidah
ilmu pengetahuan yang telah mantap dan meyakinkan, merupakan manifestasi dari
kegiatan berpikir yang dianjurkan al-Qur’an. Al-Qur’an telah membangkitkan pada
diri setiap muslim kesadaran ilmiah untuk memikirkan, memahami dan menggunakan
akal sesuai dengan firman Allah;
ٍ ‫ات لَِق‬
)28:‫وم َي ْع ِقلُو َن (الروم‬ -ِ َ‫ص ُل اآلي‬ َ ِ‫َك َذل‬
ِّ ‫ك ُن َف‬
15
Ibid.
Artinya : “Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir” (QS. 30:28)
Al-Qur’an menganjurkan manusia memiliki semua sifat utama seperti sabar,
jujur dan berbuat baik, santun, pemaaf dan tawadlu’. Karena manusia pada dasarnya
adalah makhluk sosial, maka al-Qur’an memulai dengan pendidikan untuk
meluruskan gharizah-gharizahnya, membimbing ke arah kebaikan. Di sinilah
kemu’jizatan al-Qur’an tampil sebagai obat16.
Quraish Shihab berpendapat bahwa pada garis besarnya mu’jizat al-Qur’an itu
tampak dalam tiga hak pokok. Pertama, susunan redaksinya yang mencapai puncak
tertinggi dari sastra bahasa Arab. Kedua, kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai
disiplin yang diisyaratkannya. Katiga, ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang
sebagian telah terbukti kebenarannya.17
Al-Qur’an itu mu’jizat dengan segala makna yang dibawa dan yang
dikandung oleh lafazh-lafazhnya. Al-Qur’an mu’jizat dalam lafazh-lafazhnya dan
uslub-uslubnya. Satu huruf darinya merupakan bagian mu’jizat yang diperlukan oleh
lainnya dalam ikatan kata; suatu kata yang berada di tempatnya juga merupakan
bagian mu’jizat dalam ikatan kalimat, dan satu kalimat yang ada di tempatnya
merupakan mu’jizat dalam jalinan surat18
Al-Qur’an menawarkan ajaran-ajaran operatif mengenai alam ghaib,
kebenaran-kebenaran spiritual dan masalah-masalah lain umat manusia pada
umumnya. Karena alasan-alasan ini tak seorang pun akan berhasil menciptakan
sesuatu yang serupa dengan al-Qur’an.
Fungsi al-Qur’an adalah untuk memberikan jawaban bagi berbagai persoalan
dan memberi jalan keluar bagi setiap permasalahan yang terjadi dan dihadapi oleh
umat manusia.

E. Kesimpulan
16
Ibdi., hlm. 379
17
M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qu’an (Bandung; Mizan, 1994), hlm. 62
18
Manna’ Khalil al-Qaththan, Op.Cit., hlm. 337
Dari makalah yang telah dipaparkan diatas dapat kita ambil kesimpulan
bahwasanya I’jazul Qur’an merupakan sebuah kekuatan, keunggulan dan
keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an dalam menetapkan kelemahan manusia untuk
bisa mendatangkan sesuatu yang sejenis dengan al-Qur’an. Dengan kemu’jizatan al-
Qur’an bereti Allah menunjukkan kepada manusia akan kebenaran Nabi yang haq.
Al Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada Nabi
Muhammad Saw dengan menantang orang-orang Arab yang memiliki kemampuan
sastra yang tinggi, namun tak ada satupun yang sanggup menandingi keindahan
susunan ayat-ayat al Qur’an. Ini merupakan bukti kelemahan bahasa Arab di masa
bahasa ini berada ipuncak kejayaannya.
Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad dan Nabi-Nabi yang
lainnya ada dua jenis; Pertama, mu’jizat yang berbentuk hissi, yaitu kemu’jizatan
yang dapat dilihat oleh mata, didengar, dirasa serta ditangkap oleh panca indra.
Kedua, mu’jizat yang berbentuk maknawi, yaitu kemu’jizatan yang tidak dapat
ditangkap oleh panca indra, namun bisa ditangkap dengan kecerdasan akal berpikir.’
Kedua mu’jizatan Ini juga dimiliki al Qur’an, bahkan yang maknawi porsinya
lebih besar dari pada hissi. Misteri-misteri yang berhasil diungkapkan oleh
pengetahuan modern hanyalah sebagian kecil dari perencanaan Allah yang telah di
isyarat dalam al Qur’an secara global.
Kemu’jizatan al Qur’an itu meliputi tiga aspek, Pertama, aspek bahasa yang
memiliki keteraturan bahasanya, bunyi pada huruf-hurufnya serta keindahan sastra
yang terkandung didalamya. Kedua, aspek ilmiah yang terletak pada teori-teorinya
dan ilmu pengetahuan yang mantap dan meyakinkan. Ketiga, aspek tasyri’ yang
berperan sebagai penetapan hukum syari’at dan sumber aturan hidup.
F. Penutup
Ini saja yang dapat kami berikan, semoga makalah ini bisa memberikan
sedikit kontribusi yang berarti bagi kita semua, dan menjadi amal jariyah bagi kami.
Dengan segala kekurangan kami ucapkan maaf dan terima kasih atas kesediaannya
dalam membahasnya makalah ini.
Daftar Pustaka

An Najd, Abu Zahra, AlQur’an dan Rahasia Angka-Angka, terjemah Agus Efendi (Jakarta: Pustaka
Hidayah, 1991), hlm. 17
Ash Shabuni, Muhammad Ali, Pengantar Studi AlQuran, terjemah H. Muhammad Khudhori Umar
dan Muh. Matsna HS (Bandung; Al Ma’arif, 1987), hlm. 102
Ash-Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-ilmu Al Qur’an, terjemah Tim Pustaka Firdaus (Jakarta; Pustaka
Firdaus, 1996), hlm. 414
Al Qathtan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, terjemah Mudzakir AS (Jakarta: PT Pustaka
Litera Antar Nusa, 1994), hlm. 380.
Khalil, Munawar, Al Qur’an dari Masa ke Masa (t.k: t.p., t.th), hlm. 59-60
Khalil, Muhammad al Qhazali, Bedialog dengan Al Qur’an, terjemah Mansyhur Hakim & Ubaidilah
(Bandung; Mizan, 1996), hlm. 76
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al Qu’an (Bandung; Mizan, 1994), hlm. 62
Tim Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Madinah Al Hijrnawwarah, 1413 H), hlm. 90

Anda mungkin juga menyukai