(Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Diskusi kelompok Tujuh Pada Mata Ulumul Qur’an)
Semester I Tahun Ajaran 2008-2009
Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing:
AHMAD RIFAI, M.Pd.I
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN FATAH PALEMBANG
2008
I’jazul Qur’an
A. Pendahuluan
Kehadiran al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, merupakan
sebuah Maha Karya yang Agung dari Allah Swt sebagai sebuah landasan dan pedoman
arahan hidup manusia. Yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi, yang tersumber hukum
darinya, yang memberikan solusi poblematika, yang tersusun didalamnya ajaran-ajaran
robbani.
Dengan kedatangan al-Qur’an yang original dari Allah yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad merupakan penyempurna terhadap kitab-kitab sebelumnya. Ini merupakan bukti
kemukjizatan al-Qur’an yang tiada seorangpun yang dapat menirunya dan mendatangkan hal
semisalnya.
Al-Quran menantang orang-orang Arab yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk
membuat hal yang serupa dengan al-Qur’an, Allah Swt berfirman ;
1
Abu Zahra An Najd, AlQur’an dan Rahasia Angka-Angka, terjemah Agus Efendi (Jakarta: Pustaka
Hidayah, 1991), hlm. 17
2
Muhammad Ali Ash Shabuni, Pengantar Studi AlQuran, terjemah H. Muhammad Khudhori Umar
dan Muh. Matsna HS (Bandung; Al Ma’arif, 1987), hlm. 102
3
Ibid, hlm. 103
4
Abu Zahra An Najd, Op.Cit., hlm. 17
Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada Nabi
Muhammad Saw. Ini dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia sepanjang masa
dan memang beliau diutus oleh Allah untuk keselamatan seluruh manusia. Allah
menjamin keselamatan dan kemurnian al-Quran sesuai dengan firman-Nya,
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an dan Kami pula yang
menjaganya” (QS. 15:9).
Kemu’jizatan al-Qur’an antara lain terletak pada segi fashahah dan
balaghahnya, susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada tandingannya. Al-
Qur’an dalam beberapa ayatnya sengaja menantang seluruh manusai dan jin untuk
membuat yang serupadengan al-Qur’an5 Alah berfirman:
7
Tim Depag RI, Op.Cit., hlm. 91
8
KH. Munawar Khalil, Al Qur’an dari Masa ke Masa (t.k: t.p., t.th), hlm. 59-60
9
Muhammad al Qhazali Khalil, Bedialog dengan Al Qur’an, terjemah Mansyhur Hakim & Ubaidilah
(Bandung; Mizan, 1996), hlm. 76
C. Pendapat Para Ulama Tentang I’jaz al-Qur’an
Setelah para ulama sepakat bahwa kemu’jizatan al-Qur’an itu karena dzatnya,
serta tidak seorangpun yang sanggup mendatangkan sesuatu yang sebanding
dengannya, maka pandangan ulama berbeda-beda dalam meninjau segi
kemu’jizatannya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa segi kemu’jizatan al-Qur’an adalah
sesuatu yang terkandung dalam al-Qur’an itu sendiri, yaitu susunan yang asing yang
berbeda dengan susunan orang arab pada umumnya.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemu’jizatan itu terkandung dalm
lafadz-lafadznya yang jelas, redaksinya yang bersastra dan susunannya yang indah,
karena al-Qur’an sastranya termasuk yang tidak ada bandingannya.
Ulama lain berpendapat bahwa kemu’jizatan itu karena al-Qur’an terhinadar
dari adanya pertentangan, serta mengandung arti-arti yang lembut dan hal-hal yang
ghaib di luaar kemampuan manusia dan di luar kekuasaan mereka untuk mengetahuin
ya, seperti halnya al-Qur’an bersih dan selamat dari pertentangan dan perselisihan
pendapat.
Ada lagi yang berpendapat bahwavkemu’jizatan al-Qur’an adalah karena
adanya keistimewaan-keistimewaan yang nampak dan keindahan-keindahan yang
menarik yang terkandung dalam al-Qur’an, baik permulaan, tujuan, maupun dalam
menutup setiap surat10
Jumhur kaum Muslimin berpendapat bahwa al-Qur’an sendiri merupakan
mu’jizat (mu’jizat bidzatihi). Maksudnya al-Qur’an dengan seluruh yang ada di
dalamnya, termasuk struktur kalimat, balaghah, bayan (penjelasan), perundang-
prundangan (tasyri’), berita-beritaghaib dan persoalan-persoalan lain yang merupakan
mu’jizat, telah menyebabkan seluruh manusia tidak mampu membuat yang serupa
dengannya.11
10
Muhammad Ali Ash Sabuni, Op.Cit., hlm. 117-118
11
Abu Zahra An Najd, Op.Cit., hlm. 18
Syaikh az-Zarqani dalam Manahilul Irfan, yang sebagian pernah dituturkan
oleh al-Qurtubi, menjelaskan bahwa kemu’jizatan al-Qur’an itu karena ia memiliki
uslub yang sangat berbeda dengan uslub yang ada dalam tata bahasa orang Arab. Juga
bentuk undang-undang bikinan manusia.12
12
KH Munawar Khalil, Op.Cit.,hlm. 38
13
Subhi ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Al Qur’an, terjemah Tim Pustaka Firdaus (Jakarta; Pustaka
Firdaus, 1996), hlm. 414
14
Manna’ Khalil al-Qaththan, Op.Cit., hlm. 378
dan merasakan pada bunyi-bunyi hurufnya dan alunan kata-katanya, sebagaimana
kita dapatkan pada ayat-ayat dan surat-suratnya, bahwa al-Qur’an adalah kalamullah.
Adapun mengenai segi atau kadar manakah yang mu’jizat itu, maka jika
seorang peneliti yang objektif mencari kebenaran al-Qur’an dari aspek manapun yang
ia sukai, ia akan temukan kemu’jizatan itu meliputi tiga macam aspek, yaitu aspek
bahasa, aspek ilmiah, dan aspek tasyri’ (penetapan hukum)15
Setiap manusia yang memusatkan perhatiannya pada al-Qur’an akan
menemukan rahasia-rahasia kemu’jizatan dari aspek bahasanya. Ia akan dapatkan
kemu’jizatan itu dalam keteraturan bahasanya, bunyinya yang indah melalui nada-
nada hurufnya. Hal ini sesuai dengan yang digambarkan Allah,
ِ أَفَالَ يتَ َد َّبرو َن ال ُقرآ َن ولَو َكا َن ِمن ِع ْن ِدغَْي ِر
)82 :اهلل لََو َج ُدوا فِ ِيه ا ْختِالَفاً َكثِْيراً (النساء ْ َْ ُ َ
Artinya : Dan sekiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka akan
mendapatkan pertentengan yang banyak di dalamnya. (QS. 4:82)
Ayat tersebut mengandung isyarat bahwa perkataan manusia, bila terlalu
banyak maka akan banyak terjadi kesalahan dan kontradiksi di dalamnya. Sedangkan
al-Qur’an, tidak demikian. Semakin banyak dibaca akan seakin tampak keselarasan,
keindahan dan pesonanya. Itulah bedanya al-Qur’an dengan perkataan manusia.
Kemu’jizatan ilmiah al-Qur’an bukanlah terletak pada cakupannya pada teori-
teori ilmiah yang selalu baru dan berubah sebagai hasil usaha manusia melalui
pengamatan dan penelitian, tetapi terletak pada semangatnya memberikan dorongan
pada manusia untuk berpikir menggunakan otaknya. Semua persoalan atau kaidah
ilmu pengetahuan yang telah mantap dan meyakinkan, merupakan manifestasi dari
kegiatan berpikir yang dianjurkan al-Qur’an. Al-Qur’an telah membangkitkan pada
diri setiap muslim kesadaran ilmiah untuk memikirkan, memahami dan menggunakan
akal sesuai dengan firman Allah;
ٍ ات لَِق
)28:وم َي ْع ِقلُو َن (الروم -ِ َص ُل اآلي َ َِك َذل
ِّ ك ُن َف
15
Ibid.
Artinya : “Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir” (QS. 30:28)
Al-Qur’an menganjurkan manusia memiliki semua sifat utama seperti sabar,
jujur dan berbuat baik, santun, pemaaf dan tawadlu’. Karena manusia pada dasarnya
adalah makhluk sosial, maka al-Qur’an memulai dengan pendidikan untuk
meluruskan gharizah-gharizahnya, membimbing ke arah kebaikan. Di sinilah
kemu’jizatan al-Qur’an tampil sebagai obat16.
Quraish Shihab berpendapat bahwa pada garis besarnya mu’jizat al-Qur’an itu
tampak dalam tiga hak pokok. Pertama, susunan redaksinya yang mencapai puncak
tertinggi dari sastra bahasa Arab. Kedua, kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai
disiplin yang diisyaratkannya. Katiga, ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang
sebagian telah terbukti kebenarannya.17
Al-Qur’an itu mu’jizat dengan segala makna yang dibawa dan yang
dikandung oleh lafazh-lafazhnya. Al-Qur’an mu’jizat dalam lafazh-lafazhnya dan
uslub-uslubnya. Satu huruf darinya merupakan bagian mu’jizat yang diperlukan oleh
lainnya dalam ikatan kata; suatu kata yang berada di tempatnya juga merupakan
bagian mu’jizat dalam ikatan kalimat, dan satu kalimat yang ada di tempatnya
merupakan mu’jizat dalam jalinan surat18
Al-Qur’an menawarkan ajaran-ajaran operatif mengenai alam ghaib,
kebenaran-kebenaran spiritual dan masalah-masalah lain umat manusia pada
umumnya. Karena alasan-alasan ini tak seorang pun akan berhasil menciptakan
sesuatu yang serupa dengan al-Qur’an.
Fungsi al-Qur’an adalah untuk memberikan jawaban bagi berbagai persoalan
dan memberi jalan keluar bagi setiap permasalahan yang terjadi dan dihadapi oleh
umat manusia.
E. Kesimpulan
16
Ibdi., hlm. 379
17
M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qu’an (Bandung; Mizan, 1994), hlm. 62
18
Manna’ Khalil al-Qaththan, Op.Cit., hlm. 337
Dari makalah yang telah dipaparkan diatas dapat kita ambil kesimpulan
bahwasanya I’jazul Qur’an merupakan sebuah kekuatan, keunggulan dan
keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an dalam menetapkan kelemahan manusia untuk
bisa mendatangkan sesuatu yang sejenis dengan al-Qur’an. Dengan kemu’jizatan al-
Qur’an bereti Allah menunjukkan kepada manusia akan kebenaran Nabi yang haq.
Al Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada Nabi
Muhammad Saw dengan menantang orang-orang Arab yang memiliki kemampuan
sastra yang tinggi, namun tak ada satupun yang sanggup menandingi keindahan
susunan ayat-ayat al Qur’an. Ini merupakan bukti kelemahan bahasa Arab di masa
bahasa ini berada ipuncak kejayaannya.
Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad dan Nabi-Nabi yang
lainnya ada dua jenis; Pertama, mu’jizat yang berbentuk hissi, yaitu kemu’jizatan
yang dapat dilihat oleh mata, didengar, dirasa serta ditangkap oleh panca indra.
Kedua, mu’jizat yang berbentuk maknawi, yaitu kemu’jizatan yang tidak dapat
ditangkap oleh panca indra, namun bisa ditangkap dengan kecerdasan akal berpikir.’
Kedua mu’jizatan Ini juga dimiliki al Qur’an, bahkan yang maknawi porsinya
lebih besar dari pada hissi. Misteri-misteri yang berhasil diungkapkan oleh
pengetahuan modern hanyalah sebagian kecil dari perencanaan Allah yang telah di
isyarat dalam al Qur’an secara global.
Kemu’jizatan al Qur’an itu meliputi tiga aspek, Pertama, aspek bahasa yang
memiliki keteraturan bahasanya, bunyi pada huruf-hurufnya serta keindahan sastra
yang terkandung didalamya. Kedua, aspek ilmiah yang terletak pada teori-teorinya
dan ilmu pengetahuan yang mantap dan meyakinkan. Ketiga, aspek tasyri’ yang
berperan sebagai penetapan hukum syari’at dan sumber aturan hidup.
F. Penutup
Ini saja yang dapat kami berikan, semoga makalah ini bisa memberikan
sedikit kontribusi yang berarti bagi kita semua, dan menjadi amal jariyah bagi kami.
Dengan segala kekurangan kami ucapkan maaf dan terima kasih atas kesediaannya
dalam membahasnya makalah ini.
Daftar Pustaka
An Najd, Abu Zahra, AlQur’an dan Rahasia Angka-Angka, terjemah Agus Efendi (Jakarta: Pustaka
Hidayah, 1991), hlm. 17
Ash Shabuni, Muhammad Ali, Pengantar Studi AlQuran, terjemah H. Muhammad Khudhori Umar
dan Muh. Matsna HS (Bandung; Al Ma’arif, 1987), hlm. 102
Ash-Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-ilmu Al Qur’an, terjemah Tim Pustaka Firdaus (Jakarta; Pustaka
Firdaus, 1996), hlm. 414
Al Qathtan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, terjemah Mudzakir AS (Jakarta: PT Pustaka
Litera Antar Nusa, 1994), hlm. 380.
Khalil, Munawar, Al Qur’an dari Masa ke Masa (t.k: t.p., t.th), hlm. 59-60
Khalil, Muhammad al Qhazali, Bedialog dengan Al Qur’an, terjemah Mansyhur Hakim & Ubaidilah
(Bandung; Mizan, 1996), hlm. 76
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al Qu’an (Bandung; Mizan, 1994), hlm. 62
Tim Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Madinah Al Hijrnawwarah, 1413 H), hlm. 90