Energi yang dibutuhkan untuk Osmoregulasi pada kondisi isosometrik adalah nol (Rao dalam Falmer dan Beamish, 1969). Sedangkan menurut Stickney (1979) ikan yang dipelihara pada media yang tingkat salinitasnya mendekati konsenterasi ion darahnya, maka energy untuk proses osmoregulasi akan cukup kecil, dan akan lebih banyak digunakan untuk proses pertumbuhan. Kinne dalam Holliday (1969) mengemukakan bahwa salinitas merupakan salah satu faktor fisiologis yang mempengaruhi pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan. Anakan ikan cyprinidon macularis yang habitatnya di air laut menunjukan pemanfaatan pakan yang berbeda peda salinitas yang berbeda. Anakan ikan tersebut menunjukan pemanfaatan maksimim pada salinitas 35%0. Perhitungan teoritis biaya energetic osmoregulasi pada kelompok ikan salmonid diusulkan dapat diabaikan, yaitu dibawah 1% dari laju metabolisme istirahat (Eddy dalam McCormic et al, 1989). Sebaliknya dari pengukuran konsumsi oksigen pada ikan trout (Saino gaideri) menunjukan adanya penurunan laju metabolisme standar (20-80%) pada medium bersalinitas isosometris relative terhadap medium air tawar dan laut (Rao dalam McCormic et al, 1989). Laju konsumsi oksigen telah digunakan sebagai ukuran metabolisme, dank arena tingkat salinitas berpengaruh terhadap tingkat konsumsi oksigen, maka dapat diperhitungkan energy yang digunakan untuk proses osmoregulasi. Pada pengamatan konsumsi oksigen larva jambal siam, (Mahmudi, 1991) mendapatkan bahwa pada kondisi metabolism aktif, tingkat konsumsi oksigen maksimum mencapai dicapai pada salinitas 3%o, dan tingkat konsumsi oksigen metabolisme standar pada salinitas 3% 0 menunjukan tingkat konsumsi oksigen metabolism aktif menunjukan aktivitas maksimum pemanfaatanpakan untuk mendukung pertumbuhan pertumbuhan, sedangkan konsumsi oksigen metabolism standar menunjukan penggunaan energy untuk proses osmoregulasi yang minimum pada salinitas tersebut. Diduga bahwa salinitas 3%0 merupakan medium isoosmotik untuk larva jambal siam. Dari pengamatan mahmudi (1989), tingkat penggunaan energy untuk proses osmotik pada salinitas 3%o yang cukup kecil didukung dengan laju pertumbuhan yang paling besar dan tingkat retensi protein, karbohidrat, dan lemak tertinggi. Pada kondisi medium isoometrik juga
memungkinkan larva mampu memaksmalkan konsumsi pakan dan mengefisiensikan
pemanfaatan pakannya. Pengaruh salinitas media pemeliharaan terhadap vitalitas larva udang windu ( Penaeus monodon) telah diamati oleh anggoro (1992). Tingkat isoosmotik cairan tubuh udang windu barada pada rentang 32,19 32,73 %o, dan pada media yang memiliki salinitas mendekati rentang isoometrik tersebut kelangsungan hidup, laju konsumsi, efisiensi pemanfaatan pakan, serta pertumbuhan menunjukan tingkat yang optimal. Salinitas mediu untuk mendapat kelangsungan hidup larva maksimal yaitu pada salinitas 31,42 %o, sedangkan untuk petumbuhan, laju konsumsi dan efesiensi pakan optimal pada media dengan salinitas 32 % 0. Untuk itu Anggoro (1991) menganjurkan penggunaan media 30,55 31,80 %o untuk pemeliharaan larva undang windu