Anda di halaman 1dari 5

Pengungkapan

Moonitz menafsirkan pengungkapan sebagai sebuah postulat yang sangat


penting (C-5). Tetapi, dia mendeskripsikan itu dalam istilah negatif: dimana
pengungkapan adalah sebuah hal yang penting untuk membuat laporan
keuangan tidak menyesatkan. Kenyataannya adalah sulit untuk mengukur
konsep pengungkapan yang cukup bagi pengguna mungkin alasan tersebut bagi
Moonitz memfrasakan pengungkapan dan kegagalan SEC atau AICPA untuk
mendefinisikan konsep yang cukup. FASB tidak mendefinisikan hal tersebut,
walaupun 2 pernyataan FASB yang penting, khususnya dengan: SFAS no 131
tentang pengungkapan segmental dan SFAS no 33 tentang tingkat harga dan
data current value. SFAS no 131 meminta pengungkapan segmental oleh pilihan
manajemen sendiri untuk membuat keputusan operasi dan menilai kinerja. Satu
isu yang relatif muncul untuk pengungkapan menekanpan pada krediilitas dan
kepercayaan, yang menjadi lebih penting dengan adanya skandal akuntansi saat
ini.
Hal itu mencerminkan dikotomi konservatisme ditafsirkan sebelumnya
bahwa berita buruk mengakibatkan harga sekuritas yang lebih dari pada
berita baik, peneliti menemukan bahwa pengungkapan berita negatif lebih
dipercaya dibanding pengungkapan berita positif.
Pengungkapan mengacu pada penyajian informasi keuangan yang relevan baik
di dalam maupun di luar laporan keuangan itu sendiri, termasuk yang digunakan
dalam laporan keuangan dimana lebih dari 1 pilihan yang ada atau tidak biasa
atau pemilihan yang inovatif dari metode yang tersedia.
Prinsipal mengkategorikan hal tersebut diantaranya:

Tambahan susunan laporan keuangan, seperti kaitannya pada SFAS no 131


dan SFAS no 33 (digantikan dengan SFAS no 89).
Pengungkapan informasi pada footnote jika tidak dapat menyajikan
dengan cukup dalam laporan keuangan.
Pengungkapan kejadian material atau utama yang terjadi setelah laporan
pada laporan tahunan.
Perencanaan operasi pada tahun yang akan datang.
Analisis operasional manajemen dalam laporan tahunan.

Lang dan Lundholm menemukan bahwa pengungkapan aktivitas meningkat


sekitar 6 bulan sebelumnya untuk penawaran saham. Hal ini sering
menghasilkan peningkatan harga saham dan biaya dibawah modal. Jika
peningkatan harga saham dipertahankan, itu dapat mengindikasikan
berkurangnya asimetri informasi, tetapi jika hal itu tidak dipertahankan, itu
mungkin mengindikasikan bahwa saham
sensasi: informasi mungkin
menyesatkan atau kondisi positif lebih ditekankan.
Terdapat 2 alasan penting untuk mempercayai bahwa pengungkapan menjadi
lebih penting pada masa depan. 1) karena lingkungan bisnis tumbuh lebih
komples, mengekspresikan informasi keuangan dan operasi yang cukup dengan
membatasi laporan keuangan tradisional menjadi lebih sulit. 2) bukti yang besar
mengindikasikan bahwa pasar modal mampu untuk menyaring dan

mencerminkan dengan cepat informasi yang baru pada harga sekuritas. Tetapi,
dimanapun kemungkinan informasi lebih disukai dalam laporan keuangan itu
sendiri dari pada hanya pengungkapan di footnote.
Materialitas
Materialitas menunjuk pada pentingnya sebuah item (atau kelompok item) untuk
pengguna dalam istilahnya dengan relevansi untuk evaluasi atau pembuatan
keputusan. Kita dapat melihat hal itu sebagai sudut pandang lain yang mengacu
pada pengungkapan karena apa yang seharusnya diungkapkan, tentunya
material. Sayangnya, tingkat materialitas ditentukan oleh auditor pada kasus per
kasus dan dapat bervariasi antara auditor, perusahaan, dan bahkan oleh auditor
pada waktu yang berbeda. Selain itu, pengguna eksternal tidak diberi informasi
mengenai tingkat materialitas yang digunakan oleh auditor.
Usaha sejak awal untuk menilai pengukuran persepsi dari materialitas dilakukan
dalam riset Patillo pada Financial Executive Research Foundation (FERF). Patillo
menggunakan 684 responden, termasuk orang yang penyaji laporan keuangan
(eksekutif keuangan dari Fortune 500 dan perusahan ukuran sedang), pengguna
informasi akuntansi (bank dan analis keuangan), auditor, dan juga akademisi,
untuk menggunakan pertimbangan materialitas mereka pada 28 kasus. Hasil
dari riset Pattilo diantaranya:

Walaupun banyak responden biasanya menggunakan jarak 5-10% dari


laba bersih sebagai batas materialitas, mereka tidak mengaplikasikan nilai

dollar absolut atau persentase hubungan untuk semua situasi.


Persepsi materialitas berbeda antar kelompok, eksekutif

keuangan

mempunyai ambang persentase tertinggi dari laba bersih dan CPA dan

analis keuangan mempunyai persentase terendah.


Modifikasi elemen, seperti karakteristik perusahaan

tertentu

dan

lingkungan politik dan ekonomi, menyebabkan persepsi materialitas dalam


situasi tertentu.
Dalam riset yang menggunkaan simulasi komputer, Turner menemukan bahwa
error yang tidak material dapat digabung, hasilnya terdapat pengaruh signifikan
terhadap rasio keuangan. Pengaruh error ini lebih jelas pada rasio profitabilitas
seperti profit margin pada penjualan dan ROA dari pada rasio solvabilitas seperti
current ratio dan debt to equity ratio. Diantara riset materialitas yang lainnya
adalah

usaha

untuk

mengukurnya

dari

sudut

pandang

pengguna,

poin

konsentrasi dari a) pengaruh persentase laba bersih, b) pengaruh persentase


pendapatan, dan c) pengaruh persentase total aset. Penggunaan laba kejutan
dibagi oleh 3 faktor di atas. Cho et. al (2003) menemukan bahwa rata-rata
ambang materialitas investor diantara 0,1%-0,2% dari laba sebelum pajak, jarak

di bawah signifikan antara 5%-10% dari laba bersih ditemukan oleh Patillo dan
jarak tersebut digunakan dalam literatur akuntansi. Terdapat riset empirik
lainnya yang membantu menjelaskan mengenai konsep materialitas, walaupun
isu tersebut tidak dipakai.
Meskipun sulit, usaha tersebut masih dilakukan untuk menguatkan batas
materialitas. SEC melalui Staff Accounting Bulletin (SAB) No 99 mencoba untuk
menyediakan panduan materialitas untuk auditor, walaupun hal itu tidak dapat
menyediakan standar persentase materialitas yang tepat.
Sarbanes-Oxley (SOX) juga melibatkan materialitas. Dalam diskusi SOX, Vorhies
mencatat bahwa menggunakan patokan 5% untuk tingkat materialitas sebagai
persentase laba. Laba bersih sebelum pajak normalisasi dengan penyesuaian
laba bersih dari operasional (untuk kejadian luar biasa tidak diharapkan terulang)
sampai pada ambang dasar materialitas. Tetapi error dan kesalahan laporan
masih menjadi material bahkan jika mereka di bawah 5%. Error seharusnya
diagregat, walaupun kecil, untuk melihat jika mereka melanggar batas 5%. Juga,
banyak kekurangan pengendalian internal harus dievaluasi dengan ambang
materialitas 5%. Jika proses estimasi akuntansi cacat, ambang materialitas juga
harus diingat. Oleh karena itu, materialitas juga harus dipertimbangkan jika
kecurangan

muncul

dalam

sebuah

konteks

dimana

laporan

keuangan

perusahaan terdapat salah saji.


Jelas bahwa materialitas, sepanjang dengan pengungkapan, terus menjadi isu
masa depan yang penting, tidak hanya di US, tetapi juga di negara lain.
Objektivitas
Dulu, objektivitas sudah diinterpretasikan di beberapa cara yang berbeda,
terutama dalam istilah dari bukti pokok transaksi yang berkualitas yang pada
akhirnya diringkas dan diorganisasi dalam bentuk laporan keuangan. Konsep dari
bukti yang berkualitas dipertimbangkan selain dari bentuk fungsi pengukuran.
Tetapi sekarang, objektivitas lebih umum dipersepsikan dari hasil statistik
sebagai tingkat konsensus berbagai pengukuran. Oleh karena itu, istilah tersebut
adalah seluruh bagian dari proses pengukuran dari pada sebuah postulat atau
prinsip.

Pernyataan

APB

No

mengadopsi

pandangan

ini,

walalupun

mendiskusikan konsep tersebut sebagai tujuan kualitatif dari akuntansi dan


menunjuk itu sebagai sesuatu yang dapat diverifikasi. Yang lebih baru, verifikasi

dari statistik juga mencul dalam pernyataan Financial Accounting Concept No 2


pada kerangka konseptual FASB.
Prinsip Berorientasi Keluaran
Disebutkan di awal, prinsip berorientasi keluaran mengekspresikan kualitas
laporan keuangan harus dilihat dari 2 pihak yaitu penyaji laporan dan pengguna.
Dari kebutuhan itu, lalu konsep menjadi agak tumpang tindih dan saling
melengkapi. Terlihat disini, komparabilitas adalah konsep yang berlaku untuk
pengguna laporan keuangan, sedangkan konsistensi dan keseragaman fokus
pada penyaji informasi keuangan.
Komparabilitas
Komparabilitas sering dideskripsikan pada akuntansi seperti untuk kejadian
dalam cara yang hampir sama, tetapi definisi ini terlalu sederhana untuk
digunakan.

Istilah

itu

juga

berlaku

pada

pengguna

laporan

keuangan.

Komparabilitas, terlihat disini dari pihak pengguna, mengacu untuk tingkap


reliabilitas pengguna harus menemukan laporan keuangan dimana evaluasi
kondisi

keuangan

atau

hasil

dari

operasi

pada

antar

perusahaan

atau

memprediksi laba atau aliran kas.


Jelas bahwa komparabilitas sangat bergantung pada jumlah keseragaman yang
dicapai dalam catatan transasksi dan persiapan laporan keuangan. Meskipun
peran kedua dari komparabilitas relatif untuk keseragaman, hubungan cost and
benefit diantara meraka harus diingat: komparabilitas mungkin ditingkatkan
dengan keseragaman, tetapi biaya melebihi manfaat .
Konsistensi
Konsistensi mengacu pada penggunaan metode akuntansi perusahaan pada
periode waktu berturut-turut. Konsistensi penting jika lebih dari satu periode
waktu, prediksi atau evaluasi berdasarkan laporan keuangan menjadi reliabel.
Seharusnya perubahan terjadi karena adopsi dari metode
objektif

lebih relevan atau

pengungkapan penuh harus dibuat untuk pengguna dan pendapat

auditor merupakan pemenuhan kualitas yang tepat.


Konsistensi benar-benar aspek dari isu keseragaman yang lebih luas. Beberapa
percaya bahwa perbedaan kondisi dari berbagai perusahaan, khususnya ketika
industri yang berbeda dilibatkan, membuat hal tersebut tidak mungkin mencapai

keseragaman teknik akuntansi antar perusahaan. Oleh karena itu, konsistensi


antar perusahaan, dengan pengungkapan penuh ketika terjadi perubahan adalah
tujuan yang relatif praktis untuk prinsip berorientasi keluaran.
Keseragaman
Keseragaman sudah dan masih menjadi isu yang penting dalam akuntansi.
Tetapi, beberapa aspek tidak selalu diletakkan penuh dalam akun. Interpretasi
dari keseragaman diantaranya:

Seperangkat prinsip yang seragam untuk semua perusahaan, dengan

interpretasi dan aplikasi diserahkan pada masing-masing entitas.


Perlakuan akuntans yang sama wajib dalam situasi yang hampir sama,
tanpa memperhatikan kemungkinan adanya keadaan yang berbeda

(keseragaman yang kaku).


Perlakuan akuntansi meletakkan akun keadaan ekonomi yang berbeda
dalam transaksi yang hampir sama (keterbatasan keseragaman).
Definisi kedua dan ketiga berbeda dari yang pertama karena mereka lebih
concern dengan tingkat keseragaman yang masuk dalam interpretasi dari
transaksi.

Definisi

pertama

secara

sederhana

menentukan

sebuah

kerangka teoritis untuk melayani dasar dari interpretasi transaksi.


Perbedaan antara keseragaman yang kaku dan terbatas dideskripsikan
dengan ilustrasi.
SFAS No 2 mewajibkan pembiayaan segera dari biaya penelitian dan
pengembangan, sebuah contoh keseragaman yang kaku. Harapan yang
berbeda berlaku pada kategori penelitian dan pengembangan yang lebih
luas dalam istilah aliran kas yang diterima dari biaya tersebut, tetapi
perlakuan itu adalah seragam bahkan pola yang berbeda dari penerimaan
keuntungan

yang

ada.

SFAS

No

13

adalah

sebuah

contoh

dari

keterbatasan keseragaman. Pernyataan itu meletakkan beberapa kriteria


yang spesifik dari perbedaan antara modal dan sewa operasi. Karenanya,
keadaan yang berbeda diletakkan dalam akun akuntansi yang berbeda
untuk 2 jenis sewa.

Anda mungkin juga menyukai