Lapkas BP+Gikur
Lapkas BP+Gikur
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstisial. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis,
serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan
pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaaan
inspeksi dan frekuensi pernapasan.1 Bila parenkim paru terkena infeksi dan
mengalami inflamasi hingga meliputi seluruh alveolus suatu lobus paru maka
disebut pneumonia lobaris atau pneumonia klasik. Bila proses tersebut tidak
mencakup satu lobus dan hanya di bronkiolus dengan pola bercak-bercak yang
tersebar bersebelahan maka disebut bronkopneumonia. Bronkopneumonia
merupakan jenis pneumonia yang sering dijumpai pada anak-anak.2
Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia di bawah 5 tahun.
seluruh dunia, kurang lebih 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat
pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Pneumonia lebih
sering dijumpai di negara berkembang dibandingkan negara maju. 1,3 Berdasarkan
data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, pneumonia termasuk salah satu
dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit. Cakupan
penemuan pneumonia pada balita tahun 2013 sebesar 24,46% dengan jumlah
kasus yang ditemukan sebanyak 571.547 kasus.4
Anak dengan pneumonia bisa menunjukkan berbagai gejala tergantung
dari umur dan penyebab infeksinya. Pneumonia bakterial biasanya menyebabkan
sakit yang parah pada anak dengan adanya demam tinggi dan pernapasan yang
cepat. Sedangkan pada infeksi virus, biasanya gejalannya muncul secara bertahap
dan bisa menjadi semakin buruk seiring berjalannya waktu.5
Pneumonia biasanya disebabkan oleh mikroorganisme, namun pneumonia
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk.6 Streptococcus
pneumoniae (pneumococcus) merupakan bakteri patogen yang paling umum
didapatkan
pada
pneumonia,
diikuti
oleh
Chlamydia
pneumoniae
dan
LAPORAN KASUS
Nama
: FW
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tanggal lahir/umur
Lahir di
: 3150 gram
Panjang Badan
: 50 cm
Partus/oleh
: Dokter
Kebangsaan
: Indonesia
Suku bangsa
: Minahasa
Nama ibu/umur
: Ny. FS / 26 tahun
Pekerjaan ibu
Pendidikan ibu
: SMA
Nama ayah/umur
Pekerjaan ayah
: Petani
Pendidikan ayah
: SMA
Alamat
Tanggal MRS
Perkawinan I
Perkawinan I
umur
keterangan
1.
4 tahun
sehat
2.
2 1/12 tahun
Penderita
Family Tree
Anamnesis
Keluhan Utama:
-
Penderita dibawa oleh ibu dan ayah ke rumah sakit dengan keluhan sesak sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak tidak disertai dengan kebiruan pada bibir
dan lidah. Penderita juga mengalami demam sejak 10 jam sebelum masuk demam
dirasakan tinggi dengan perabaan, penderita minum obat panas tapi panas tidak
turun, tidak ada bintik merah, tidak ada perdarahan dari hidung maupun gusi.
Penderita mengalami batuk berlendir sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,
batuk semakin menghebat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nafsu
makan/minum penderita menurun sejak sakit. Ayah penderita adalah seorang
perokok. BAB dan BAK normal
Anamnesis antenatal :
ANC teratur sebanyak 9 kali di Puskesmas
Suntikan TT 2 kali.
Selama hamil ibu penderita sehat
:-
Varicella
:-
Pertussis
:-
Diarrhea
:+
Cacing
:-
Batuk/Pilek
:+
Kepandaian/kemajuan bayi:
Pertama kali membalik
bulan
tengkurap
bulan
duduk
bulan
merangkak
bulan
berdiri
10
bulan
berjalan
12
bulan
tertawa
bulan
berceloteh
bulan
memanggil mama
12
bulan
memanggil papa
12
bulan
:-
PASI
: lahir 2 tahun
Bubur susu
: 7 bulan
: 11 bulan 2 tahun
Nasi
: 2 tahun sekarang
Riwayat Imunisasi
DASAR
I
LANJUTAN
II
III
BCG
POLIO
DTP
CAMPAK
HEPATITIS B
IV
II
III
Anamnesis Keluarga:
1. Riwayat keluarga
Dalam keluarga hanya penderita yang sakit seperti ini.
2. Keadaan sosial, ekonomi, kebiasaan, dan lingkungan
Sumber air minum dari air mineral kemasan. Sumber listrik dari PLN.
Penanganan sampah dengan cara dibuang di tempat pembuangan sampah.
Pemeriksaan fisik:
Umur
: 2 tahun 1 bulan
Berat Badan
: 9 kg
Tinggi Badan
: 82 cm
Keadaan umum
: tampak sakit
Gizi
: kurang
Sianosis
: (-)
Anemia
: (-)
Ikterus
: (-)
Kejang
: (-)
T: 90/60 mmHg
N: 124 x/menit
Kulit : Warna
: sawo matang
Efloresensi
: (-)
Pigmenntasi
: (-)
Jaringan parut
: (-)
Lapisan lemak
: cukup
Turgor
Tonus
RR: 48 x/menit
SB: 39 C
: kembali cepat
: normotonus
Oedema
: (-)
Kepala : Bentuk
: mesocephal
Rambut
Ubun-ubun besar
: datar
: anemis -/-
Sklera
: ikterik -/-
Lensa
: jernih
Fundus
: tidak dievaluasi
Visus
: tidak dievaluasi
Gerakan
: normal
: sianosis (-)
Lidah
: beslag (-)
Gigi
: karies (-)
: perdarahan (-)
: letak ditengah
Kelenjar
Kaku kuduk
: (-)
Thorax :
Paru-paru:
Bentuk : normal
Rachitic Rosary (-)
Xiphosternum (-)
Jantung :
Bising : (-)
Abdomen :
Genitalia :
normal
Kelenjar :
pembesaran (-)
: deformitas (-)
Otot
: eutrofi
Refleks
: Refleks fisiologis +/+, Refleks patologi -/-, spastis (-), klonus (-)
Resume Masuk
, umur 2 1/12 tahun, BB 9 kg, PB 82 cm. MRS 29/04/2015, jam 02.00 WITA.
Keluhan:
Sesak 1 hari SMRS + demam sejak 10 jam SMRS + batuk sejak 1 minggu SMRS
Keadaan umum: tampak sakit
T: 90/60 mmHg
RR: 48 x/menit
N: 124 x/menit
SB: 39 C
10
Ambroxol 5 mg (3 x 1 pulv)
Anjuran pemeriksaan:
Kultur darah, urinalisis, feses lengkap
Hasil laboratorium
Darah Lengkap
Hematokrit
35,5 %
Hb
12 g/dl
Leukosit
19.050/ l
Trombosit
422.000/ l
CRP
12 mg/dl
AGD
pH
pCO2
pO2
SO2
Hb
Hct
HCO3
7,540
28,4 mmHg
80 mmHg
87%
11 g/dl
33%
15
X-foto Thoraks :
Perihiler infiltrat dan pericardial infiltrat pada kedua lapangan paru
Follow up
11
N: 100 x/menit
RR: 40 x/menit
SB: 38 C
Ambroxol 5 mg (3 x 1 pulv)
Hasil Lab:
Feses Lengkap
Konsistensi
Lembek
Warna
Kuning
Ingus
-
Urinalisis
Warna
Kuning
Berat jenis
1,010
Albumin
-
12
Darah
Lekosit
Eritrosit
Telur cacing
Epitel
Bakteri
Jamur
+
-
Reduksi
Bilirubin
Urobilin
Lekosit
Eritrosit
Torak
Keton
10-1
4-6
-
N: 120 x/menit
SB: 37,5C
Ambroxol 5 mg (3 x 1 pulv)
13
N: 112 x/menit
SB: 37,2C
Ambroxol 5 mg (3 x 1 pulv)
N: 94 x/menit
SB: 36,2C
14
Ambroxol 5 mg (3 x 1 pulv)
N: 88 x/menit
RR: 30 x/menit
SB: 36,5C
15
Ambroxol 5 mg (3 x 1 pulv)
Hasil Lab:
Hasil Kultur Darah : Tidak ada pertumbuhan kuman
Darah Lengkap
Hematokrit
35,4 %
Hb
12,7 g/dl
Leukosit
8.842/ l
Trombosit
613.000/ l
N: 80 x/menit
SB: 36,6C
16
Ambroxol 5 mg (3 x 1 pulv)
17
PEMBAHASAN
18
Bukan pneumonia
bila tidak ada napas cepat dan sesak napas
tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya
diberikan pengobatan simptomatis seperti penurun panas
Pada bayi berusia di bawah 2 bulan, perjalanan penyakitnya lebih
bervariasi, mudah terjadi komplikasi, dan sering menyebabkan kematian.
Klasifikasi pneumonia pada kelompok usia ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Diagnosis Pneumonia Untuk Bayi Di Bawah 2 Bulan.2
Bayi di bawah 2 bulan
Pneumonia
bila ada napas cepat ( > 60 x/menit ) atau sesak napas
harus dirawat dan diberikan antibiotik
Bukan pneumonia
bila tidak ada napas cepat dan sesak napas
tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya
diberikan pengobatan simptomatis seperti penurun panas
Namun, menurut Pelayanan Kesehatan Medik Rumah Sakit (WHO), pneumonia
dapat dibagi menjadi pneumonia ringan dan berat:
1. Pneumonia ringan: Disamping batuk atau kesulitan napas, hanya terdapat
napas cepat saja, dimana napas cepat adalah:
a. pada usia 2 bulan 11 bulan : 50 kali / menit
b. pada usia 1 tahun 5 tahun : 40 kali / menit
2. Pneumonia berat: Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal
salah satu hal berikut ini:
a. kepala terangguk angguk
b. pernapasan cuping hidung
c. tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
d. foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas,
konsolidasi, dll.)
Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini:
19
Napas cepat
o anak umur < 2 bulan : 60 kali / menit
o anak umur 2 11 bulan : 50 kali / menit
o anak umur 1 5 tahun : 40 kali / menit
o anak umur 5 tahun : 30 kali / menit
Suara merintih (grunting) pada bayi muda
Pada auskultasi terdengar
o crackles (ronki)
o suara pernapasan menurun
o suara pernapasan bronkial
Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai:
tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan
semuanya
kejang, letargi, atau tidak sadar
sianosis
distress pernapasan berat 11
Dari anamnesis didapatkan penderita sesak sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Penderita juga mengalami demam sejak 10 jam sebelum masuk
rumah sakit, demam dirasakan tinggi dengan perabaan. Batuk berlendir juga
dikeluhkan oleh orang tua penderita sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
dan menghebat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nafsu makan penderita
turun sejak sakit.
Berdasarkan kepustakaan, gambaran klinik yang biasanya ditemukan pada
penderita pneumonia yaitu batuk berlendir, sesak napas, demam, kesulitan
makan/minum, dan tampak lemah.1 Hal ini sesuai dengan anamnesis yang
didapatkan dari orang tua penderita.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekwensi napas 48 kali/menit, adanya
pernapasan cuping hidung, retraksi subcostal, rhonki basah halus. Hal ini sesuai
dengan yang tercantum dalam
napas serta dengan pemeriksaan fisik diperoleh gejala distress pernapasan seperti
takipnea > 30x per menit, retraksi minimal pada subcostal, adanya ronchi pada
kedua lapangan paru dan tidak didapatkan adanya wheezing, Berdasarkan gejala
dan tanda yang didapatkan, maka dapat digolongkan dalam pneumonia berat
sesuai dengan klasifikasi WHO untuk pneumonia pada usia 2 bulan 5 tahun.1
Pemeriksaan penunjang didapati adanya peningkatan leukosit. Pada
tanggal 29 Maret 2015 leukosit 19.050/l. Sesuai kepustakan pada pneumonia
yang disebabkan oleh bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar 15.00040.000/mm3. Pemeriksaan penunjang lainnya yang bisa didapati yaitu adanya
peningkatan C-reactive protein. Pemeriksaan ini ditujukan untuk membedakan
antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri
superfisial
dan
profunda.Walaupun
belum
terbukti
secara
konklusif.
dari
daerah
yang
terinfeksi
dengan
adanya
peningkatan
corak
21
22
Pada pasien ini didiagnosa dengan gizi kurang berdasarkan kurva gizi
WHO, nafsu makan penderita mulai turun sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit.
Malnutrisi dianggap sebagai faktor risiko utama untuk terjadinya
pneumonia dan
pencegahan infeksi. Anak-anak dengan status gizi yang buruk diukur diukur dari
pertumbuhan dan dengan berat lahir rendah memerlukan penanganan spesifik
apabila datang dengan gejala-gejala infeksi paru. ASI memegang peranan penting
dalam memberikan perlindungan melawan infeksi respiratorik dan harus
dipromosikan dengan baik. Sebagian besar infeksi diasosiasikan dengan asupan
makanan yang kurang.14
Beberapa studi dari berbagai bidang ilmu menunjukan adanya hubungan
dua arah. Sekitar 2/3 anak dengan gizi buruk dirawat dengan pneumonia,
umumnya disebabkan oleh bakteri sterptococcus pneumonia. Pneumonia biasanya
terjadi pada anak-anak dengan gizi buruk dan sering terkait dengan hasil yang
fatal, khususnya pada anak dibawah 24 bulan dengan gizi buruk. Anak dengan
pneumonia dan gizi buruk mengindikasikan terjadinya kematian.15
Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan menghindari kontak
dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat
dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap berbagai
penyakit saluran nafas seperti: cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan
teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll.
Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi
antara lain: vaksinasi Pneumokokus, vaksinasi H. influenza, vaksinasi Varisela
yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah, dimana vaksin
influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.11
Menurut WHO (2010), WHO dan UNICEF pada tahun 2009 membuat
rencana aksi global yaitu Global Action Plan for the Prevention (GAPP) untuk
pencegahan dan pengendalian pneumonia. Tujuannya untuk mempercepat control
23
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjadi AH, Hegar B, Handryastuti, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1.Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2010. h. 250-55.
2. Price S, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis proses proses Penyakit.
Vol 2. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. Hal. 804-810
3. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of
Pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2007
4. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. 2014
5. The United Nations Childrens Fund (UNICEF)/World Health Organization
(WHO). Pneumonia: The forgotten killer of children. UNICEF/WHO. 2006;
4-5
6. Priyanti ZS, Lulu M, Bernida I, Subroto H, Sembiring H, Rai IBN, et al.
Pneumonia Komuniti: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2002
7. Adegbola RA, Falade AG, Sam BE, Aidoo M, Baldeh I, Hazlett D, Whittle H,
Greenwood BM, Mulholland EK. The aetilogy of pneumonia in malnourished
and well-nourished Gambian children: pediatr Infect Dis J.2010;13:975-82
8. Elsayh KI, Sayed DM, Zahran AM, Saad K, Badr G. Effects of pneumonia
and malnutrition on the frequency of micronuclei in peripheral blood of
pediatric patients: Int J Clin Exp Med 2013;6(10):942-950
9. Raharjoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar Respirologi Anak. 1st
ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010. hal. 350 -365.
10. Departemen Kesehatan RI . Pedoman tatalaksana pneumonia balita. Jakarta:
Depkes RI. 2007.
11. Tim Adaptasi Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah
Sakit: Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama Di
Kabupaten/Kota. Jakarta: World Health Organization. 2009. hal. 83 113
25
26