Tesis Lassarus Final
Tesis Lassarus Final
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi yang sangat kompleks dan
tidak dapat secara mudah dilihat dari suatu angka absolut. Kemiskinan bukan
hanya diukur dari pendapatan (ketidakmampuan secara ekonomi) saja, tetapi juga
mencakup kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi
seseorang atau sekelompok orang, baik laik-laki maupun perempuan dalam
menjalani kehidupan secara martabat dan manusiawi. Hak-hak dasar yang diakui
secara umum antara lain meliputi terpenuhimya kebutuhan pangan, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan
lingkungan hidup, rasa aman dari tindak kekerasan, dan hak partisipasi dalam
kehidupan sosial politik. Hak-hak dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri tetapi
saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tidak terpenuhinya satu hak dapat
mempengaruhi pemenuhan hak lainnya.
Pemeliharaan kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang
tanpa membedakan status sosial dan ekonomi. Perkembangan kehidupan sosial
yang semakin komplek telah mendorong meningkatnya kebutuhan atas biaya
pemeliharaan kesehatan dan biaya pengobatan. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut berbagai sistem pemeliharaan kesehatan dikembangkan, sejak dari
pelayanan pengobatan, pemeliharaan kesehatan preventif sampai kepada sistem
pembiayaan dan penyediaan jaminan pemeliharaan kesehatan.
Kesehatan adalah salah satu hak asasi manusia dan merupakan investasi
dalam pembangunan. Kesehatan sebagai hak asasi manusia sebagaimana telah
dicantumkan dalam UUD 1945, juga telah disebutkan dengan jelas dalam UU
No. 23 Tahun 1992 sebagaimana diperbarui dengan UU No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia, dimana kesehatan
sangat terkait dengan hak hidup sesorang sehingga pemenuhan akan kebutuhan
kesehatan sangat penting bagi setiap individu. Kesehatan merupakan hak
fundamental bagi setiap individu sehingga negara wajib menyediakan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, dimana hal ini sejalan dengan amanah Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan bahwa kesehatan adalah hak
fundamental setiap individu, termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Dapat dikatakan bahwa kesehatan merupakan hak dasar yang harus dipenuhi bagi
setiap individu dan dalam pemenuhannya pemerintah berperan sebagai
stimulator, regulator dan provider.
UUD 1945 pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Untuk itu UU No.40 Tahun 2004
tentang SJSN turut menegaskan bahwa jaminan kesehatan merupakan salah satu
bentuk perlindungan sosial, dimana pada hakekatnya jaminan kesehatan
bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidup yang layak.
jumlah sasaran peserta sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau
sekitar 76,4 juta jiwa. Jumlah tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara
nasional. Berdasarkan jumlah sasaran nasional tersebut, Kementerian Kesehatan
membagi alokasi sasaran kuota kabupaten/kota sedangkan bupati/walikota
menetapkan peserta Jamkesmas kabupaten/kota, dimana data inilah yang
diakses Kementerian Kesehatan sebagai acuan pemberian dana miskin dalam
bentuk program pelayanan kesehatan Jamkesmas.
Dalam pelaksanaan program Jamkesmas masih banyak masyarakat miskin
yang tidak tercakup alokasi sasaran kuota tersebut sehingga pemerintah daerah
perlu memberikan dana tambahan yang diambil dari APBD untuk program
pelayanan kesehatan masyarakat miskin dalam bentuk program Jamkesda
(Jaminan Kesehatan Daerah).
Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) adalah suatu penyelenggaraan
jaminan kesehatan daerah yang kepesertaan, pelayanan kesehatan, badan
penyelenggara dan pengorganisasiannya ditetapkan oleh pemerintah daerah dan
dibiayai oleh APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Dasar hokum
pelaksanaan Jamkesda kabupaten Indragiri Hilir mengacu kepada Perda
Prop.Riau No.7 Tahun 2011 dimana peserta Jamkesda adalah seluruh masyarakat
Riau yang miskin dan tidak mampu di luar kuota Jamkesmas, Askes, Jamsostek,
Asabri dan bentuk Jaminan kesehatan lainnya..
Pelaksanaaan program Jamkesda tahun 2012 dilaksanakan dengan
beberapa penyempurnaan pada aspek kepesertaan, pelayanan kesehatan,
jumlah peserta naik menjadi 97.500 dengan anggaran yang disediakan Rp.
4.484.000.000. Pelaksanaan program Jamkesda di RSUD Puri Husada
Tembilahan pada tahun 2013 masih dijumpai kendala meliputi (1)
penyempurnaan kebijakan pemerintah daerah , (2) keterlambatan pembayaran
jasa pelayanan medis dan bahan habis pakai. Adanya berbagai permasalahan
tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
program Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) di RSUD Puri Husada
Tembilahan Tahun 2013.
B. Perumusan Masalah
Keberhasilan pelayanan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda)
merupakan upaya pemerintah daerah untuk memajukan kesejahteraan
masyarakat miskin dan tidak mampu dalam bentuk pelayanan kesehatan daerah
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan optimal. Mekanisme pelaksanaan
program Jamkesda perlu penyempurnaan dalam hal kebijakan kepesertaan dan
kebijakan anggaran. Untuk itu peneliti ini melihat bagaiman pemanataun
pelaksanaan program Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) Di RSUD Puri
Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013 ?
10
11
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
12
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan
hidup produktif secara social dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan
harus dilihat sebagai salah satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur unsur fisik,
mental dan social yang didalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral
kesehatan. (UU No.23 Tahun1992 tentang kesehatan).
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia dan semua warga negara
berhak atas kesehatan termasuk masyarakat miskin, oleh karena itu diperlukan suatu
sistem yang mengatur pelaksanaan bagi upaya memenuhi hak warga negara untuk
tetap hidup sehat, dengan mengutamakan pada pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin. Dalam rangka memenuhi hak masyarakat miskin sebagimana diamanatkan
konsitusi dan undang-undang, Departemen Kesehatan menetapkan kebijakan untuk
menfokuskan pada pelayanan masyarakat miskin yaitu suatu kebijakan pemerintah
melalui jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin, dengan harapan dapat
menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian bayi dan
balita serta menurunkan angka kelahiran, disamping dapat terlayaninya kasus-kasus
kesehatan masyarakat miskin umumnya.
Sejak konperensi di Alma-Ata tahun 1978 WHO ( World Health
Organization, Organisasi Kesehatan Sedunia ) telah mencetuskan Deklarasi AlmaAta yang pada dasarnya menyepakati bahwa primary health care, atau pelayanan
kesehatan dasar, adalah kunci untuk mencapai tujuan Health for all the worlds
people by the year 2000 kesehatan untuk semua. (Sulastomo. 2000 :306)
13
14
Fahmi Idris mengatakan (2009 :7) bahwa cita-cita deklarasi Alma Ata World
Health Organization (WHO) ini dianggap gagal, sehingga perlu menggeser strategi
pendekatan : dari komunitas (pelayanan Puskesmas) ke arah keluarga, yang sifatnya
akan lebih personal.
A.
15
B.
16
17
C.
18
2.
19
4.
20
21
22
23
24
b. Pendanaan
Dasar Pendanaan jaminan kesehatan masyarakat di kabupaten Indragiri hilir
adalah :
1. Peraturan daerah Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah Provinsi Riau
2. Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 4 Tahun 2013 Tetang
Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten Indragiri
Hilir
3. Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 11 Tahun 2013
Tetang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten
Indragiri Hilir
Pembiyaan bagi peserta Jaminan Kesehatan Daerah dibayar oleh
Pemerintah Daerah yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD). Pemerintah Provinsi menyediakan pembiayaan pelayanan
di RSU Provinsi dan rujukan ke RSU Pusat. Pemerintah Kabupaten
menyediakan pembiayaan pelayanan mulai dari Puskesmas sampai dengan
RSUD Kabupaten.
c. Pelaksanaan Pelayanan Dalam Kepesertaan
Program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) di kabupaten Indragiri
Hilir dimulai pada tahun 2011 dengan peserta 40.000 jiwa. kemudian di
tahun 2012 berjumlah 50.000 jiwa dan pada tahun 2013 berjumlah 90.000
peserta. Dan pada tahun 2013 program Jamkesda sudah memasuki tahun
25
26
27
28
29
30
e. Pelayanan tingkat lanjut (rawat jalan dan rawat inap kelas III)
berdasarkan rujukan, yaitu :
1) RSUD Indragiri Hilir
2) RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dan RSUD yang mengadakan
kerjasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Riau.
f. Untuk mendapat pelayanan, status kepesertaan ditetapkan merujuk
pada ketentuan umum kepesertaan Program Jamkesda.
g. Pemberian pelayanan kepada peserta oleh PPK harus dilakukan secara
efisien dan efektif, dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan
kendali mutu.
31
32
3. Kerangka Rasional
Evaluasi Pelaksanaan Jamkesda dilakukan telaah hubungan antara:
Indikator Output
Indikator Input
-Kebijakan Anggaran
Jamkesda
-Kebijakan
Kepesertaan
program
Jamkesda
Indikator Proses
Pelayanan Pasien
Jamkesda
-Klaim Pelayanan
Administrasi
33
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
34
a. Data Primer, yaitu data yang berkaitan dengan masalah penelitian, yang
meliputi data tentang perumusan, penetapan kebijakan teknis, kebijakan
penganggaran dan kepesertaan Jamkesda
b. Data Sekunder, data pendukung diantaranya berhubungan dengan lokasi
penelitian, data peserta Jamkesda dan informan penelitian yang dapat
dlihat pada table berikut ini.
Informan pada penelitian ini terdiri dari Penanggung Jawab Program
Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan, dimana informan utama yaitu:
Tabel 3.1. Status Informan Penelitian :
No
Status Informan
1
Pelaksana program Jamkesda (Bapel)
2
Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan
3
Pemegang program Jamkesda di RSUD
Data Olahan Lapangan : 2013
Perwakilan
1
1
1
2. Pengumpulan Data
Jenis data terdiri atas data sekunder dan data primer. Data primer
didapat dari wawancara mendalam dengan informan terutama yang
menyangkut input dan output. Sedangkan sumber data primer adalah yang
menyangkut proses. Sumber data sekunder adalah berkas laporan yang
menyangkut pelaksanaan Jamkesda.
35
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Input
37
b.
c.
d.
38
39
40
dengan perjanjian kerja sama antara RSUD dan dinas kesehatan sebagai
pengelola Jamkesda di Kabupaten seperti pernyataan sebagai berikut
Pasien datang ke RSUD dengan membawa kartu Jamkesda dan
Surat Rujukan dari Puskesmas kebagian pendaftaran, tapi pasien
yang datang tanpa membawa kartu Jamkesda masih dilayanani
dengan syarat 2 jam setelah pasien datang ke RSUD keluarga
melengkapi administrasi, kemudian dilanjutkan ke bagian dokter
spesialis sesuai dengan penyakit pasien, Pelayanan yang diberikan
sama saja dengan pelayanan pasien umum lainnya.tindakan medis
sesuai manlak yang sudah ada dan obat obat yang diberikan sesuai
dengan formularium obat Jamkesda (Informan 2)
Berdasarkan pernyataan diatas yang dijelaskan informan bahwa
pelayanan yang diberikan secara umum dilakukan dengan baik dan sudah
sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan. Setiap pasien Jamkesda yang
berobat ke Rumah sakit telah memiliki kartu tanda peserta Jamkesda, tapi
untuk pasien yang tidak memiliki kartu tanda peserta masih akan tetap
dilayani untuk mendapatkan penanganan dengan syarat harus segera
menyelesaikan administrasi kepersertaan seperti surat keterangan miskin,
KTP dan KK.
Berikut data jumlah pasien Jamkesda dan pasien yang menggunakan
Surat Keterangan Miskin yang berobat di RSUD Puri Husada Tembilahan:
41
Jenis Pelayanan
Rawat Jalan
Rawat Inap
Total
Jumlah Pasien
256
343
599
Anggaran
37.764.618,91
435.325.479,82
474.089.855,71
Jumlah Pasien
763
337
1.100
Anggaran
108.279.774,08
438.611.557,9
591. 891.332
Jumlah Pasien
1.999
593
1.738
Anggaran
175.381.198,62
934. 524.627,55
1.105.905.826,2
Tabel 4.4. Jumlah Pasien Surat Miskin di RSUD Puri Husada Tembilahan
tahun 2013
Jenis Pelayanan
Rawat Jalan
Rawat Inap
Total
Jumlah Pasien
773
228
1.001
Anggaran
111.613.092,2
367.773.767,9
479.386.860,1
BULAN
BIAYA PELAYANAN
JUMLAH
KETERANGAN
42
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
TOTAL
PASIEN
22 Orang
7 Orang
27 Orang
9 Orang
18 Orang
19 Orang
46 Orang
9 Orang
26 Orang
15 Orang
26 Orang
4 Orang
Oran
228 g
3,368,511.92
980,780.90
4,068,102.69
1,296,632.55
2,882,752.57
2,991,979.99
6,879,109.04
1,319,466.76
4,123,924.16
2,138,890.79
4,011,629.04
549,432.33
34,611,212.74
Tabel 4.6
DAFTAR KASUS TIDAK LAYAK ADMINISTRASI
PASIEN RAWAT INAP TAHUN 2013
DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
BULAN
Januari
BIAYA
PELAYANAN
14,594,892.00
JUMLAH
PASIEN
7
Orang
Februari
18,024,236.00
Orang
Maret
10,982,399.00
Orang
April
25,480,902.00
Orang
Mei
41,256,748.00
18
Orang
Juni
29,340,911.00
11
Orang
Juli
Agustus
30,379,424.00
14
2
Orang
Orang
KETERANGAN
Tdk Lengkap
ADM
Tdk Lengkap
ADM
Tdk Lengkap
ADM
Tdk Lengkap
ADM
Tdk Lengkap
ADM
Tdk Lengkap
ADM
Tdk Lengkap
ADM
Tdk Lengkap
43
5,088,651.00
9
10
11
12
September
50,074,389.00
17
Orang
Oktober
8,284,765.00
Orang
November
34,473,643.00
16
Orang
Orang
Desember
TOTAL
0.00
267,980,960.00
ADM
Tdk Lengkap
ADM
Tdk Lengkap
ADM
Tdk Lengkap
ADM
Tdk Lengkap
ADM
109
2.
3.
44
4.
5.
b.
c.
Pelayanan obat-obatan
d.
45
dirawat prosesnya sama dengan proses rawat jalan, sebaliknya bagi yang
dinyatakan rawat inap prosesnya sama dengan proses rawat inap
sebagaimana item 5 dan 6 diatas.
8.
Bila peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sejak awal
sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan di beri
waktu maksimal 2 x 24 jam hari kerja untuk menunjukkan kartu tersebut.
Pada
kondisi
tertentu
dimana
yang
bersangkutan
belum
mampu
46
47
48
49
BAB V
PEMBAHASAN
50
51
52
53
tercatat dalam daftar penerima Jamkesda dapat mengusulkan diri sebagai peserta
Jamkesmas atau Jamkesda tambahan. Itu dapat menimbulkan data ganda.
Menyikapi permasalahan diatas, dinas kesehatan perlu mengupayakan
pendataan yang baik dengan bekerjasama dengan lintas sektoral agar
permasalahan pendataan kepesertaan di atas perlu di evaluasi. Petunjuk
pelaksanaan yang lebih jelas terkait pendataan calon peserta Jamkesda tambahan
yang meliputi kriteria penerima Jamkesda tambahan, prosedur pendataan, dan
proses pengajuan data ke dinas kesehatan. Terkait dengan prosedur pendataan,
untuk memperoleh data yang akurat perlu melibatkan perangkat desa, kader
posyandu, petugas puskesmas, bidan desa serta RW/RT di kelurahan/desa.
Dinas Kesehatan perlu meminta dan menegaskan kepada Puskesmas,
bahwa data yang akan diajukan ke dinas kesehatan adalah data yang memang
tidak ada lagi permasalahan (valid), khususnya masyarakat yang sudah menerima
kartu Jamkesda. Dinas Kesehatan harus membatasi masa berlakunya kartu
Jamkesda dan masa berlakunya penggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu
(SKTM) untuk persyaratan penerima kartu Jamkesda. Dinas Kesehatan perlu
melakukan update data secara berkala terkait dengan masyarakat yang berhak
menerima kartu Jamkesda.
Berdasarkan hasil penelitian Sylva (2011) tentang Efektifitas
pengelolaan program Jamkesda di Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 tentang
adanya persyaratan dalam kepesertaan Jarnkeda yang terdiri dari persyaratan
umum maupun persyaratan khusus. Dengan adanya persyaratan dalam
kepesertaan Jamkesda digunakan untuk maksud mengidentifikasi kelayakan
54
55
pengelolaan data base management system maka penataan serta storage lebih
tertata dengan rapi dan real time dengan demikian permasalahan kepesertaan
yang diuraikan diatas dapat diatasi dengan baik.
Permasalahan penting lainnya di RSUD Puri Husada Tembilahan adalah :
1.
56
57
58
ini agar dalam pelaksanaannya, masyarakat dapat mengikuti aturan dan jalur
yang telah ditentukan.
Masih munculnya keberagaman pemahaman di masyarakat terhadap
pelaksanaan program Jamkesda yang dikemukakan pihak pelaksana, bahwa
upaya sosialisasi program masih diperlukan. Setidaknya upaya sosialisasi
program ini sedapat mungkin bisa menyentuh seluruh segmen masyarakat.
Dimana bukan hanya masyarakat miskin sebagai pengguna program
Jamkesda, tetapi juga pemahaman kepada para petugas kesehatan tentang
persyarat penggunaan kartu Jamkesda. Sehingga sinkronitas antara
masyarakat dengan petugas kesehatan dapat sejalan dalam meminimalisir
kesalahpahaman ketika masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan fasilitas program Jamkesda.
Dalam hal kebijakan kepesertaan Jamkesda di Kabupaten Indragiri
Hilir adalah m a s i h banyaknya masyarakat miskin yang belum menjadi
peserta program Jamkesda, yang ditandai dengan kepemilikan kartu Jamkesda
yang masih sedikit dibandingkan dengan penggunaan SKTM ketika berobat
ke RSUD Puri Husada. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam
Peraturan Daerah tentang Jamkesda, salah satu syarat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan gratis yang dibiayai oleh Jamkesda adalah terdaftar
sebagai peserta.
Menurut pengelola Jamkesda Kabupaten Indragiri Hilir, bahwa
pemahaman masyarakat terhadap program ini sudah cukup tinggi.
Terbukti dengan banyaknya masyarakat yang menggunakan kartu Jamkesda
59
60
61
berobat dan pelayanan medis di UGD sebesar Rp. 11.500,- (Sebelas ribu lima
ratus rupiah) saat berobat pertama bila tidak memiliki kartu Jamkesda pada
saat berobat. Sehingga kesannya adalah masyarakat miskin yangs
seharusnya disubsidi oleh pemerintah harus membayar biaya untuk pertama kali
berobat bila tidak bias menunjukkan kartu Jamkesda. Sehingga kebijakan
pembiayaan program Jamkesda terhadap masyarakat dianggap tidak mampu
mencukupi klaim dari peserta Jamkesda. Di mana dengan jumlah peserta
yang terus meningkat, tidak dibarengi dengan ketaatan membayar
administrasi secara rutin. Implikasinya adalah peserta Jamkesda kembali
dibebani pembayaran pada saat mendapatkan pelayanan kesehatan ketika
pelayanan tersebut membutuhkan pembayaran secara tunai.
Keterbatasan anggaran yang dikeluhkan oleh pelaksana Jamkesda
sesungguhnya nampak dari data yang ada. Jika didasarkan dari dokumen
yang penulis peroleh, bahwa memang pemasukan dari administrasi peserta
jauh lebih kecil dari klaim pembayaran peserta. Jumlah klaim pembayaran
jauh melebihi dari jumlah penerimaan administrasi peserta. Selisih yang
cukup besar tersebut tentunya menjadi masalah serius bagi Badan Pelaksana
dalam pengelolaan kegiatan. Selain itu, sudah dapat ditebak bahwa untuk
menutupi kekurangan tersebut tentu dibutuhkan anggaran dari pemerintah.
Implikasinya kemudian akan menyebabkan terganggunya APBD karena
dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit untuk menutupinya. Padahal
diharapkan dengan adanya kebijakan ini, tidak menimbulkan efek lain
terhadap program atau kebijakan lainnya.
62
63
di RSUD RSUD Puri Husada Tembilahan. Dalam hal ini masyarakat Kabupaten
Indragiri Hilir bisa mencapai 60% yang mendapatkan Jaminan Kesehatan.
Pola tarif yang ditetapkan hendaknya ada perubahan secara terjadwal dan
disesuaikan dengan kelayakan. Sehingga keadaan ini tidak menimbulkan
keengganan pemberi layanan dalam merawat pasien yang ditanggung Jamkesda.
Sehingga tidak ada lagi isu-isu dari RSUD Arifin Achmad di Pekanbaru yang
menyatakan bahwa pasien Jamkesda terlalu mudah untuk dirujuk yang mestinya
dapat dirawat dan ditangani kasusnya di RSUD Puri Husada.
Keterlambatan pembayaran klaim ke rumah sakit maupun PPK lainnya
tentunya akan menimbulkan dampak negatif bagi pemberi layanan. tentunya hal
ini dapat disikapi dengan pembayaran klaim yang terjadwal sehingga dapat
dimaklumi oleh pemberi pelayanan baik di Puskesmas maupun di RSUD.
Selama ini pelayanan pasien Jamkesda sudah berjalan baik, terbukti
banyak pasien yang tertolong atas pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
Namun demikian tentu saja masih terdapat banyak kelemahan. Pedoman
pelaksanaan Jamkesda telah dibuat dan dirancang oleh Tim Pengelola Jamkesda
Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir perlu diperbaiki terutama pada aspek
kesepertaan Jamkesda, updateting kepesertaan. Masalah kepesertaan ini perlu
dibuat pedoman yang lebih rinci yang dalam hal ini tidak ditentukan oleh kepala
Desa saja, penentuan tarif serta kajian penilaiaan kelayakan tarif.
Hal ini sesuai dengan pedoman pelaksanaan Jamkesda di RSUD Puri
Husada Tembilahan bahwa aspek evaluasi mesti dilakukan oleh Tim pengelola
Jamkesda. Evaluasi tersebut bisa dari kepesertaan, tarif, dan kelayakan tarif.
64
65
Berdasarkan table 4.1, table 4.2, table 4.3, dan table 4.4 pada bab
sebelumya terlihat perkembangan yang cukup tinggi dari tahun ke tahun peserta
pengguna kartu Jamkesda di Kabupaten Indragiri Hilir, namun demikian tentunya
hal itu masih sangat jauh dari harapan, karena jumlah anggaran yang dianggarkan
untuk hal demikian masih cukup tinggi.
Namun demikian pada kasus ketidaklayakan administrasi masih terdapat
pelayanan kesehatan yang cukup tinggi dengan menggunakan KK/KTP saja
untuk berobat ke RSUD Puri Husada Tembilahan sebagaimana terlihat pada table
table 4.5 dan table 4.6 pada bab sebelumnya.
Tabel 4.5 dan tabel 4.6 pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa
pelayanan yang diberikan pada masyarakat miskin yang tidak memiliki
administrasi lengkap dapat dikatakan cukup tinggi (lebih kurang 30 %)
dibanding dengan pengguna surat miskin.
Sesuai dengan hasil penelitian Dwi (2010) tentang Kualitas pelayanan
program Jamkesmas dan Jamkesda di RSUD Prof.dr. Margono Soekarjo
Purwokerto Kabupaten Banyumas yang merekomendasikan peserta Jamkesmas
atau Jamkesda agar menggunakan pola rujukan yang baik dan benar dan lebih
peduli karena hal tersebut bisa menekan biaya klaim dan mengingat tingkat
hunian yang tinggi ruang kamar kelas III bagi peserta Jamkesmas dan Jamkesda.
Baik pemberi pelayanan di Puskesmas maupun di Rumah Sakit sama-sama
mengeluhkan tarif jasa pelayanan yang rendah., waktu pencairan klaim yang
lama. Hal tersebut perlu disikapi dengan adanya mekanisme manajemen yang
66
jelas tentang tarif jasa pelayana yang sebaiknya dilakukan perubahan sesuai
kelayakan dan kemampuan daerah setidaknya sekali dalam 3 tahun. begitu juga
dengan pencairan yang lama perlu disikapi dengan manajemen yang baik agar
pencairan dilakukan sesuai dengan waktunya.
Jamkesda di RSUD Puri Husada Tembilahan memakai 3 (tiga) kebijakan
pola tarif yaitu 1) berdasarkan Perda untuk klaim Puskesmas dan 2) berdasarkan
software INA-CBGs untuk klaim RSUD Puri Husada Tembilahan, 3) selain itu
dilakukan kerjasama Jamkesda antara Provinsi Riau dengan RSUD Puri Husada
Tembilahan dengan menggunakan sistem budget sharing. Kebijakan Provinsi
Riau ini tentunya sangat membantu Kabupaten yang ada di Provinsi Riau
termasuk RSUD Puri Husada Tembilahan sehingga tidak memberatkan anggaran
daerah. Kebijakan ini berlaku untuk kasus rujukan. Transportasi rujukan dari
RSUD Puri Husada Tembilahan ke RSUD Arifin Acmad menggunakan biaya
Jamkesda Kabupaten. Sedangkan biaya pelayanan kesehatan yang diterima
pasien termasuk rujukan ke Pusat menggunakan dana Jamkesda Provinsi Riau.
Pola tarif Rumah Sakit untuk pasien Jamkesda yang ditetapkan melalui
INA CBGs sudah tidak layak lagi untuk masa-masa sekarang, sehingga tentunya
ada kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah agar biaya operasional
yang dikeluarkan Rumah Sakit untuk pasien tanggungan Jamkesda maupun
kelayakan tarif jasa pelayanan pemberi pelayanan sesuai dengan keadaan dan
masa-masa sekarang.
Sesuai dengan hasil penelitian Sesuai Dwi (2010) tentang Kualitas pelayanan
program Jamkesmas dan Jamkesda di RSUD Prof.dr. Margono Soekarjo Purwokerto
67
Kabupaten Banyumas yang yang menyatakan perlunya kajian dan perubahan pola
tarif dengan INA CBGs agar sesuai dengan kelayakan.
Semua pasien Jamkesda yang dilayani di RSUD Puri Husada Tembilahan
apakah ada surat rujukan dan tidak dari Puskesmas tetap dilayani, karena RS
tidak boleh menolak pasien. Hal ini mengindikasikan pola rujukan pelayanan
tidak maksimal dijalankan dan tentunya keadaan ini menyangkut biaya
operasional yang dikeluarkan oleh RS membengkak untuk pelayanan pasien
tanggungan Jamkesda. Sehingga Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir
mempunyai hutang yang dibayarkan pada tahun berikutnya.
Seperti halnya di RSUD Puri Husada Tembilahan, ternyata permasalahan
ini juga ada di Jakarta yaitu program Kartu Jakarta Sehat (KJS). Baru-baru ini
diberitakan ada sebanyak 16 rumah sakit mengundurkan diri dari program Kartu
Jakarta Sehat atau disering disebut masyarakat KJS. Yudhita (2013) mengatakan
pengunduran diri itu dilakukan atas alasan ketidakcocokan tarif.
Belasan RS tersebut, menurutnya, kewalahan menutupi biaya operasional
dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada jutaan warga miskin di ibukota.
Selama ini terjadi kesalahan karena masih menggunakan tarif operasional dengan
penghitungan tahun 2009. Tentu saja, tarif tersebut tidak dapat berlaku untuk
biaya operasional tahun ini.
Jelasnya harus banyak sekali diperbaiki karena tidak sesuai dengan harga
sekarang. Harga obat saja dalam setahun bisa terjadi 2-3 kenaikan. 16 RS ini
mundur dari program KJS karena kewalahan menangani pasien-pasien golongan
tidak mampu. "Awalnya memang kewalahan karena masyarakat langsung ke
68
69
70
BAB VI
KESIMPULAN REKOMENDASI DAN SARAN
71
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini penjelasan pada Bab-bab sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Kebijakan Kepesertaan Jamkesda
Kepesertaan Jamkesda di tentukan langsung oleh perangkat Desa masingmasing. Dimulai dari penentuan masyarakat miskin atau kurang mampu yang
hanya melalui penilaian subjektif tanpa melihat indikator masyarakat miskin yang
telah ditetapkan. Dalam hal ini memudahkan terjadinya praktek KKN. Jumlah
penduduk miskin atau tidak mampu yang berada di wilayahnya tidak
diketahui angkanya secara pasti, keadaan ini akan mengakibatkan jumlah
penduduk miskin atau tidak mampu akan bertambah terus dari tahun ke tahun.
Belum adanya data base kepesertaan yang akurat, pemutakhiran data
masyarakat miskin tidak baik dan adanya perbedaan data antar instansi. Masih
terdapat resiko masyarakat miskin belum dapat memperoleh pelayanan kesehatan
gratis dan tidak tercakup dalam Jamkesda.
Pada umumnya pelaksanaan Jamkesda di Puskesmas sudah berjalan
baik, namun kesulitan terletak pada Pihak Puskesmas baik oleh pemberi
layanan maupun sebagai instansi yang dapat mengajukan klaim pelayanan ke
Dinas Kesehatan. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat miskin atau
kurang mampu yang tidak membawa kartu Jamkesda dan lebih cenderung
memberikan KK dan KTP sebagai syarat pelayanan gratis, sehingga bisa
mengakibatkan pasien memiliki kartu Jamkesmas yang didanai dengan
APBN, akhirnya didanai oleh pemerintah daerah.
72
73
C. Saran
Berikut adalah beberapa saran yang dimaksudkan dengan tujuan agar
dalam pelaksanaan kepesertaan Jamkesda ini natinya bisa lebih baik.
1. Penentuan Peserta Jamkesda
Penentuan pengguna kartu Jamkesda oleh Kades sebaiknya
mempunyai indikator yang jelas yang memenuhi kaidah-kaidah dan
ketentuan yang berlaku dalam menentukan warga yang miskin atau kurang
74
DAFTAR PUSTAKA
Biantoro Wanandi. (2009) Media Pharma Biz Indonesia, Volume 03 Edisi 2 Tahun
2009
Edward III., George C. (1980). Implementing Public Policy. Washington DC :
Congressional Quarterly Press.Evans dan Lindsay, 1997. Manajemen
Pelayanan Yang Berkualitas, Bandung, Armico.
Fahmi Idris. (2009) Media Pharma Biz Indonesia, Volume 03 Edisi 2 Tahun 2009
Hardiyansyah. (2011). Kualitas Pelayanan Publik : Konsep, Dimensi,
Indikator dan Implementasinya. Yogyakarta. Gava Media
75
Hogwood, Brian W., dan Lewis A. Gunn, 1983, Policy Analysis For the Real
World, Oxford: Oxford University Press.
Islamy, Irfan M., (2007). Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara,
(Cet. KeEnambelas), Jakarta: Bumi Aksara
Marshal, Catherine dan Gretcher B Rossman, (1995). Designing Qualitatif
Research. California: Sage Publication.inc.
Lo Siauw Ging.(1995 ) Analisis Kebijakan Tentang Fungsi Sosial Rumah Sakit
Suwasta, Tesis, Pancasarjana UI, Jakarta
Sulastomo. (2000) Manajemen Kesehatan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2013 tentang P e d o m a n
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten Indragiri
Hilir
Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir
UU No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
UU No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .
ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
BAB I
PENDAHULUAN
76
BAB II
BAB III
A.
Latar Belakang ..
B.
Perumusan Masalah ..
C.
Tujuan
D.
Manfaat Penelitian
10
E.
10
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Perbandingan Sistem Pelayanan Kesehatan ..
14
15
17
17
21
F. Kerangka Rasional ..
32
32
RANCANGAN PENELITIAN
A. Tujuan Khusus Penelitian ..
33
B. Desain Penelitian
33
33
D. Metode Penelitian 33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Input
37
B. Proses ..
40
C. Output ..
44
77
BAB V
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Kebijakan Kepesertaan Jamkesda
47
58
71
B. Rekomendasi ..
73
C. Saran.
74
Daftar Pustaka ..
75
Lampiran