Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi adalah bagian penting dari pembangunan sebuah


negara, bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator penting untuk menjelaskan
bahwa suatu negara itu mampu secara finansial atau sejahtera. Keberhasilan tidak
akan terlihat tanpa adanya hasil riil berupa pertumbuhan dari sesuatu yang dibangun
oleh pemerintah di bidang ekonomi, begitu juga tanpa pertumbuhan ekonomi maka
pembangunan suatu negara tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Pada kondisi
ini, pertumbuhan ditandai dengan masuknya dana kedalam sistem ekonomi suatu
negara.
Begitu juga dengan pengalaman Indonesia dalam beberapa tahun belakangan
ini sesudah terjadinya masa krisis ekonomi pada tahun 1998. Kondisi tersebut bukan
hanya merusak sistem ekonomi yang terbangun selama dekade sebelumnya tetapi
juga aspek lain seperti politik, hukum, dan pemerintahan. Kita dihadapkan pada
banyak pilihan yang sebenarnya tidak mengijinkan kita memilih atas kehendak dan
keinginan sendiri. Kondisi ini menandakan bahwa posisi tawar kita tidak
menguntungkan baik secara internal maupun eksternal. Secara sederhana, Indonesia
memerlukan dana dan dukungan finansial yang besar untuk bisa membangun kembali
apa yang sudah hancur dan mempertahankan yang masih ada.
Sejumlah pemikiran untuk perbaikan pun sudah digulirkan, sampai akhirnya
pemerintah mengambil pilihan untuk memberikan sebagian hak dan wewenang

tersebut kepada lembaga-lembaga finansial internasional dan sejumlah negara lain.


Sebenarnya apa yang dibutuhkan? Sederhana, Indonesia memerlukan dana baru
dalam bentuk investasi. Mengapa harus investasi? Karena secara perhitungan
ekonomi saat itu Indonesia tidak mempunyai saving atau tabungan untuk meredam
gejolak ekonomi saat itu. Oleh karena itu, salah satu cara yang ditempuh adalah
dengan bantuan lembaga finansial internasional dan mengundang sejumlah investor
untuk mulai menanamkan modalnya di Indonesia.
Permasalahan yang muncul kemudian adalah perubahan dan perbaikan tidak
hanya

bisa

digantungkan

pada

besarnya

dana

yang

masuk

tetapi

juga

kesiapan/kualitas internal. Peran pemerintah baik pusat maupun daerah sangat


penting, nilai jual daerah terhadap investor sangat ditentukan oleh kondisi daerah
dan nasional. Kondisi yang dimaksud adalah kualitas SDM pemerintah, manajemen
pelayanan, kualitas masyarakat, fasilitas dan kemudahan yang diberikan, serta
stabilitas politik dan penegakan hukum. Sinkronisasi arah dan kehendak dari
pemerintah pusat dan daerah pun mutlak diperlukan. Daerah dengan wewenang dan
keinginannya pun tidak bisa dikesampingkan begitu saja, sebaliknya peran
pemerintah pusat pun sebagai koordinasi sentral pun perlu ditegaskan kembali.
Berdasarkan hal-hal diatas perlu kiranya untuk menyimak kembali kondisi
kebijakan investasi yang dijalankan oleh pemerintah selama ini, berkaitan dengan
tujuan perbaikan dan perubahan perekonomian Indonesia beserta sejumlah
permasalahan yang mengikutinya.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Ekonomi Manajerial


2.1. Ekonomi manajerial (managerial economic)

Menurut Mc Connel (1993), ekonomi manajerial adalah alat analisis yang


sangat berguna bagi manajer dalam pengambilan keputusan bisnis. Sesuai dengan
namanya, ekonomi manajerial merupakan hibrid dari ilmu ekonomi dan ilmu
manajemen. Ilmu ekonomi adalah studi tentang perilaku manusia dalam
memproduksi, mendistribusi dan mengkonsumsi barang dan jasa. Sedangkan sumber
daya yang tersedia untuk mewujudkannya.

Sedangkan menurut Ket (2000) Ilmu manajemen dapat diartikan sebagai ilmu
dan seni tentang bagaimana mengorganisasikan dan mengalokasikan sumber daya
perusahaan yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian
ekonomi manajerial adalah aplikasi dari analisis ekonomi dalam membuat keputusan
bisnis agar sumber daya perusahaan yang terbatas dialokasikan pada penggunaannya
yang paling baik.

Ekonomi Mikro Terapan (Applied Microeconomics), bertujuan memberikan


suatu kerangka kerja untuk menganalisis keputusan-keputusan manajerial, sehingga
3

dengan pendapat di atas dapat , yaitu ekonomi manajerial merupakanintegrasi dari


bidang ilmu manajemen, ilmu ekonomi dan metode kuantitatif.
Ekonomi Manajerial adalah ilmu yang menerapkan dan memadukan konsep
dan metodologi ekonomi serta teori pengambilankeputusan dalam bisnis untuk
memecahkan berbagai problema manajerial.
Prinsip-prinsip ekonomi manajerial pengambilan keputusan oleh manajer
yang berkaitan dengan mengalokasikan sumber-sumber daya yang langka secara
efesien, antara lain: Man, Money, Material, Methode.
Menerapkan teori dan metode ekonomi dalam bisnis dan pengambilan
keputusan administrative.
Menggambarkan bagaimana kekuatan-kekuatan ekonomi mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh keputusan-keputusan manajerial. Alat yang dapat digunakan untuk
membantu manajer dalam pemecahan problema bisnis adalah metodologi ekonomi
manajerial.

2.1.2. Penggunaan Ekonomi Manajerial


Penggunaan ekonomi manajerial :
1.

menyarankan peraturan-peraturan untuk memperbaiki keputusan manajerial


4

2.

memberitahukan pata manajer hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai


tujuan organisasi secara efisien

3.

membantu para manajer untuk mengenali

bagiamana kekuatan-kekuatan

ekonomi mempengaruhi organisasi dan menjelaskan konsekuensi ekonomi dari


perilaku manajerial
4.

Mengidentifikasikan cara-cara untuk secara efisien mencapai sasaran perusahaan.

2.1.3. Peran Ekonomi Manajerial dan Pengambilan Keputusan Manajerial

Masalah Keputusan Manajemen :

Harga dan keluaran produk


Membuat atau membeli
Teknik Produksi
Tingkat Persediaan
Media dan Instansi Periklanan
Penerimaan dan Pelatihan Tenaga
Kerja
Investasi dan Pendanaan

Ilmu Keputusan

Alat dan teknik Analisis :

Konsep Ekonomi

Kerangka Kerja untuk Keputusan :

Teori Perilaku Konsumen


Ekonomi Manajerial
Teori Perusahaan
Teori
Struktur
dan
Penetapan Harga Pasara

Analisis Numerik
Estimasi Statistik
Peramalan
Teori Permainan
Optimisasi

Penggunaan konsep ekonomi dan Metodologi ilmu


keputusan untuk memecahkan masalah-masalah

Pemecahan optimal terhadap masalahmasalah Keputusan Manajerial

2.1.4. Teori Perusahaan


Teori Perusahaan, mengakui meksimisasi nilai yang diharapkan bukan
maksimisasi laba jangka pendek. Sasaran meksimisasi nilai yang diharapak sekarang
dipandang sebagai tujuan utama bisnis dalam

model ekonomi tentang perilaku

perusahaan.
Maksimisasi nilai yang diharapkan, penekanan para maksimisasi laba yang
mencakup ketidakpastian dan dimensi waktu.
1. Mendefinisikan Nilai
a. Nilai Perusahaan
Sebagai nilai sekranag dari arus kas bersih perusahaan yang diharapkan di masa
mendatang

Rumus :
Nilai Perusahaan =

1
2
n

...
1
2
(1 i ) (1 i )
(1 i ) n
n

(1 i)
11

(1)

Disini 1 , 2 dan sebagainya mewakili laba yang diharapkan setiap tahun. t dan i
adalah suku bunga atau suku diskonto yang sesuai.

Karena laba ( ) sama dengan pendapatan total (TR) dikurangi biaya total (TC),
persamaan 1 dapat ditulis ulang sebagai berikut :

TRt TCt
(1 i )t
t 1
n

Nilai =

(2)

Konsep penting dalam ekonomi manajerial adalah bahwa keputusan manajerial


di keseluruhan perusahaan harus dianalisis dalam bentuk pengaruh keputusan tsb
terhadap berbagai faktor penentu nilai yang diekspresikan dalam persamaan 1
dan 2.

b. Nilai Sekarang
Adalah nilai laba masa mendatang yang diharapkan , yang didiskonto kembali ke
saat ini dengan suku bunga yang sesuai.
2.

Batasan dan Teori Perusahaan


Kebanyakan keputusan manajerial dibuat berdasarkan batasan yang dikenakan
oleh teknologi, kelangkaan sumber daya, kewajiban kontrak dan batasan-batasan
pemerintah. Untuk mengambil keputusan yang

memaksimumkan nilai, para

manajer harus mempertimbangkan baik implikasi jangka pendek maupun jangka


7

panjang serta bagaiimana berbagai batasan eksternal

tsb mempengaruhi

kemampuan mereka untuk mencapai tujuan organisasi.

Tiga kategori batasan perusahaan adalah :


a. batasan sumber daya
contoh :
-

tenaga terlatih

bahan mentah

mesin

ruang gudang

b. batasan jumlah jumlah atau mutu keluaran


contoh :
-

tingkat keluaran minimum ttt harus diproduksi untuk


memenuhi kebutuhan pengiriman

persyaratan gizi untuk untuk campuran makanan

persyaratan keandalan untuk produk-produk elektronik

persyaratan untuk tingkat pelayanan ttt

c. batasan hukum
contoh :
-

upah minimum

standar kesehatan dan keamanan

standar emisi polusi

persyaratan efisiensi bahan bakar

praktek penetapan harga yang wajar

3. Pembatasan Teori Perusahaan


Apakah model ekonomi dari perusahaan ini benar-benar cukup sebagai dasar
studi kita tentang pengambilan keputusan manajerial ?
Jawabannya adalah YA, alasannya :
a.

riset telah memperlihatkan bahwa persaingan kuat pada umumnya, baik


dalam pasar produk maupun pasar modal (u/ memperoleh modal)
memaksa para manajer untuk mengusahakan maksimisasi nilai dalam
keputusan-keputusan mereka.

b.

Para manajer harus mempertimbangkan baik biaya maupun keuntungan


dari setiap tindakan sebelum mereka dapat membuat keputusan yang
beralasan

c.

Model maksimisasi nilai memberikan pendalaman untuk kegiatankegiatan tanggung-jawab sosial suka rela perusahaan, walaupun jika
dilihat sekilas, tampaknya model ini menyingkirkan kemungkinan tsb

2.1.5. Laba
Di banyak Negara, insentif laba bagi para manajer Dan pekerja telah
mengarah pada peningkatan mutu produk Dan efisiensi biaya. Jadi, laba Dan motif

laba memainkan peran kunci yang menjadi semakin penting dalam alokasi sumber
daya ekonomi yang efisien di seluruh dunia.
1. Laba Bisnis versus Laba Ekonomi
a. Laba Bisnis
Pendapatan penjualan dikurangi biaya eksplisit (akuntansi) dalam
menjalankan bisnis
b. Laba ekonomi
Laba bisnis dikurangi biaya modal yang implicit Dan masukan lain
yang disediakan pemilik Dan dipergunakan perusahaan
Beberapa teori yang menerangkan tentang laba, yaitu :
a. Teori Friksi dari Laba Ekonomi
Teori ini menyatakan bahwa pasar seringkali tidak berada dalam
ekuilibrium karena adanya perubahan yang tidak diantisipasi dalam
permintaan produk atau kondisi biaya.
Contoh :
Timbulnya generasi baru dari perangkat lunak komputer yang mudah
dipergunakan dapat mengarah pada peningkatan yang jelas dalam
permintaan akan komputer mikro, yang menyebabkan laba para pabrik
komputer mikro akan meningkat di atas tingkat normal untuk jangka
waktu tertentu.
b. Teori Monopoli dari Laba ekonomi
Merupakan perluasan dari teori friksi. Teori ini menyatakan bahwa
beberapa perusahaan, karena faktor-faktor seperti skala ekonomi,
10

persyaratan modal yang tinggi, paten atau perlindungan import dapat


mengembangkan posisi monopoli yang memungkinkan mereka untuk
mempertahankan laba diatas normal untuk periode waktu yang lebih
panjang.
c. Teori Inovasi dari Laba Ekonomi
Laba yang di atas normal dapat timbul sebagai hasil inovasi yang
berhasil.
Contoh :
Xerox Corporationmemperoleh tingkat pengembalian yang tinggi
karena berhasil mengembangkan, memperkenalkan Dan memasarkan
alat penyalinan (fotocopy) yang unggul, terus menerima tingkat
pengembalian di atas normal sampai perusahaan-perusahaan

lain

memasuki bidang ini.


d. Teori Kompensasi dari Laba Ekonomi
Teori ini menyatakan bahwa tingkat pengembalian yang di atas normal
semata-mata merupakan imbalan bagi perusahaan yg sangat berhasil
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, mempertahankan operasi yang
efisien.
Teori ini juga mengenali laba ekonomi sbg imbalan yg penting bagi
fungsi kewirausahaan dari para pemilik atau manajer.

2. Peran Laba

11

Laba ekonomi memainkan peran penting dalam perekonomian berbasiskan


pasar. Laba di atas normal berfungsi sebagai sinyal yang bernilai bahwa
keluaran perusahaan atau industri harus ditingkatkan. Atau memberikan sinyal
untuk ekspansi Dan masuk. Laba di bawah normal memberikan sinyal untuk
kontraksi Dan ke luar.
Laba memainkan peran kritis baik dalam memberikan insentif bagi inovasi
Dan efisiensi produksi maupun dalam mengalokasikan sumber daya yang
langka.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Peran Bisnis Dalam Masyarakat


Perekonomian telah mendukung tingkat pertumbuhan yang patut dicatat Dan
tdk pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa dasawarsa, Dan manfaat baik dari
jumlah mauoun dari mutu barang Dan jasa yang tersedia untuk konsumsi.

12

Pajak atas laba

usaha perusahaan, serta pajak atas pembayaran yang

dilakukan kepada para pemasok untuk tenaga kerja, bahan, modal Dan masukan
lainnya

telah

memberikan

pendapatan

yang

diperlukan

pemerintah

untuk

meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.

3.2. Peran pemerintah dalam perencanaan pembangunan


Di dalam literatur-literatur ekonomi pembangunan sering disebutkan bahwa
ada tiga peran pemerintah yang utama yaitu:
1.

Sebagai pengalokasi sumber-sumber daya yang dimiliki oleh negara untuk


pembangunan;

2.

Penciptaan stabilisasi ekonomi melalui kebijakan fiskal dan moneter; serta

3.

Sebagai pendistribusi sumber daya.


Penjabaran ketiga fungsi ini di Indonesia dapat dilihat dalam Pasal 33 UUD

1945 Amandemen Keempat. Ayat (2) dan ayat (3) menyebutkan bahwa negara
menguasai bumi serta kekayaan alam yang dikandung didalamnya, serta cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan bagi hajat hidup orang banyak.
Penguasaan ini dimaksudkan untuk dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Hal ini mengamanatkan kepada Pemerintah agar secara aktif dan langsung
menciptakan

sebesar-besarnya

kemakmuran

rakyat.

Selanjutnya

ayat

(4)

menyebutkan bahwa perekonomian diselenggarakan atas dasar dasar demokrasi


ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
13

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan


dan kesatuan ekonomi nasional.
Ayat ini juga mengamanatkan kepada Pemerintah untuk menjaga dan
mengarahkan agar sistem perekonomian Indonesia berjalan dengan baik dan benar.
Inilah yang dinamakan peran pengaturan dari pemerintah. Inilah yang menjadi inti
tugas lembaga perencanaan dalam Pemerintah. Pemerintah juga dapat melakukan
intervensi langsung melalui kegiatan-kegiatan yang dibiayai oleh pemerintah, yang
mencakup kegiatan-kegiatan penyediaan barang dan layanan publik, melaksanakan
kegiatan atau prakarsa strategis, pemberdayaan yang tak berdaya (empowering the
powerless) atau keberpihakan.
Mudrajad Kuncoro setidaknya menjelaskan hal diatas sebagai apa yang
disebutindikator kunci pembangunan. Selain itu pula proses pembangunan yang
dijalankan bukan hanya dilihat dari segi fisik (physical result) tetapi juga harus
membawa sejumlah perubahan (growth with change) yang sifatnya non material.
Setidaknya ada 3 perubahan yang perlu terjadi dalam proses pembangunan, yaitu
perubahan struktur ekonomi (misalnya dari pertanian kepada industri lalu ke bidang
jasa), perubahan kelembagaan (misalnya reformasi birokrasi dan SDM), dan
perubahan kenaikan pendapatan perkapita (GNP riil dibagi jumlah penduduk).
Indikator kunci yang dimaksud di atas adalah indikator ekonomi dan indikator
sosial. Beberapa variabel yang masuk dalam indikator ekonomi antara lain GNP
perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel dalam indikator social
antara lain Human Development Index dan (Physical Quality Life Index) Indeks Mutu

14

hidup

Bahkan

indicator-indikator

ini

digunakan

sebagai

acuan

terhadap

pengelompokkan Negara tersebut dalam kaitannya dengan sistem ekonomi global.


Namun kenyataan yang terjadi tidak bisa disederhanakan dengan hanya
mengandalkan kedua indikator tersebut, sebab sebenarnya proses pembangunan yang
berjalan bersifat kompleks. Ada sejumlah permasalahan baru dan laten yang tidak
bisa diselesaikan begitu saja, bahkan untuk memetakan permasalahannya juga cukup
sulit. Permasalahan tersebut bisa berasal dari pemerintah sendiri sebagai pelaksana
dan penggagas pembangunan, juga dari sector swasta atau masyarakat sendiri.
Bahkan dipercaya bahwa pembangunan sudah gagal untuk bisa menjadi jawaban
dalam

memperbaiki

permasalahan-permasalahan

laten

seperti

kemiskinan

dan keterbelakangan.
Dikatakan bahwa pertumbuhan (pembangunan) semata tidak banyak
menyelesaikan persoalan dan kadang-kadang mempunyai akibat yang tidak
menguntungkan. Bahkan Todaro mengatakan bahwa pembangunan adalah proses
multidimensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur social,
sikap-sikap rakyat dan lembaga-lembaga nasional, dan juga akselerasi pertumbuhan
ekonomi, pengurangan kesenjangan (inequality) dan pemberantasan kemiskinan
absolut (Bryant,1989). Dapat dimengerti bahwa pembangunan bukanlah konsep statis
melainkan dinamis dan merupakan proses tiada akhir.
Sejumlah pihak mengatakan bahwa konsep ekonomi kita berbeda dengan
negara lain di dunia. Kita mengenal adanya sistem ekonomi Pancasila, sebagian lagi
memasukkan istilah ekonomi kerakyatan Namun semua itu pada prinsipnya bermuara
pada kepentingan dan perbaikan dalam kehidupan masarakat. Setidaknya ada
15

beberapa karakteristik dari ekonomi Pancasila atau pun kerakyatan tersebut yang
diberikan oleh penggagasnya. Dengan mengutip pendapat Mubyarto bahwa ciri dari
sistem ekonomi Pancasila adalah roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan
ekonomi, social dan moral, kehendak kuat untuk pemerataan, nasionalisme menjiwai
setiap kebijaksanaan ekonomi, koperasi merupakan sokoguru, dan imbangan yang
tegas antara perencanaan di tingkat nasional dan desentralisasi (Kuncoro,1997).
Saat ini kita mengetahui penjabaran konsep dan arah pembangunan melalui
beberapa kebijakan yang dijalankan pemerintah. Salah satu kebijakan yang ada
tertuang dalam peraturan perundang-undangan. Setidaknya ada dua peraturan
perundang-undangan yang mengatur bidang permbangunan secara makro yaitu UU
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan nasional (Propenas) 20002004 dan UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Selain itu dapat dilihat dalam peraturan perundang-undangan yang bersifat
sektoral.
Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah sudah membuat RPJP (Rencana
Pembangunan Jangka Panjang) nasional, yang diharapkan nantinya itu akan menjadi
arah dan acuan bagi kebijakan pembangunan ke depan. RPJP tersebut kemudian
direalisasikan kedalam bentuk RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah)
nasional yang kemudian diterjemahkan lagi menjadi RKP (Rencana Kerja
Pemerintah) yang sifatnya tahunan. Dalam Rancangan terakhirnya pemerintah
melalui Bappenas sudah menyusun bebrerapa hal pokok yang menjadi sasaran
pembangunan ekonomi Untuk 20 tahun kedepan. Sasaran tersebut adalah

16

Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh dimana pertanian (dalam


arti luas) dan pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang menghasilkan
produk-produk secara efisien dan modern, industri manufaktur yang berdaya saing
global menjadi motor penggerak perekonomian, dan jasa menjadi perekat ketahanan
ekonomi.

Pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai sekitar US$ 6000 dengan
tingkat pemerataan yang relatif baik dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5
persen.

Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam


kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat
rumah tangga.
Kelanjutan operasionalisasi dari RPJM 2004-2009 yang diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 dan kemudian diwujudkan dalam bentuk
RKP Pemerintah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 dan
Perpres 19 tahun 2006 sebagai peraturan pelaksana. Fungsi dari RPJM adalah
menjadi pedoman umum bagi pemerintah pusat (diwakili oleh kementrian dan
lembaga) serta pemerintah daerah dalam menyusun rencana kerjanya masing-masing.

3.2. Kebijakan investasi indonesia


Salah satu ciri umum negara terbelakang adalah kelangkaan modal. Sebab
utama kelangkaan modal adalah kecilnya tabungan atau lebih tepat kurangnya
investasi di dalam sarana produksi yang mampu menaikkan tingkat pertumbuhan
ekonomi. Maka bila dibandingkan dengan Indonesia, keadaan tersebutlah yang terjadi
17

saat ini, hal ini dapat dilihat dari sejumlah fakta seperti tertundanya keinginan
pemerintah untuk membangun sejumlah infrastruktur akibat kurangnya dana yang
dimiliki oleh pemerintah, tingkat produktivitas dan kemampuan individual
masyarakat juga rendah, ketergantungan masyarakat terhadap bantuan pemerintah,
serta kurangnya sarana produksi yang dimiliki masyarakat dan sector swasta.
Akibatnya adalah derajat ekonomi, kesehatan, serta tingkat pengganguran yang
tinggi.
Keadaan tersebut bisa dikurangi jika pemerintah bisa membangun dan
menciptakan sarana produksi tadi. Pembangunan dan penciptaan sarana produksi
tersebut adalah dengan membangun infrastruktur yang mendukung program tersebut.
permasalahannya adalah dana untuk merealisasikannya tidak mencukupi. Dalam hal
ini sebenarnya sektor swasta dalam negeri mempunyai peran yang strategis yaitu
dengan membantu pemerintah dalam mengumpulkan dana tersebut. Namun kondisi
sector swastapun tidak mampu untuk memikul tanggung jawab itu. Sehingga
kebutuhan akan penyediaan dana dari luar menjadi pilihan utama kebijakan
pembangunan ekonomi.
Kebijakan tersebut cukup realities mengingat pemerintah tidak lagi
mempunyai pilihan lain yang mendukung. oleh karena itu, pemerintah dengan segala
daya upaya mencoba untuk menegaskannya dalam sebuah kebijakan, yang salah
satunya dengan mengeluarkan Inpres Nomor 3 tahun 2006 tentang paket kebijakan
perbaikan iklim investasi. selain itu sejumlah pertemuan baik bilateral maupun
multilateral

juga

sudah

dilaksanakan,

18

salah

satunya

dengan

menyelenggarakanInfrastructure Summit for Indonesia, ditambah dengan serangkaian


promosi ke berbagai negara investor.
Dalam hal ini, pemerintah sebaiknya memaksimalkan peran dan posisinya
sebagai penentu kemana arah pembangunan ekonomi diarahkan dengan kewenangan
regulatorynya dan fasilitasinya. iklim usaha dan investasi yang kondusif merupakan
factor terpenting dalam menyelenggarakan kegiatan usaha. Sebagaimana dikatakan
Jhingan, bahwa adalah menjadi tanggung jawab negara untuk melakukan investasi
yang paling menguntungkan masyarakat. Pola optimum investasi sebagian besar
tergantung pada iklim investasi yang tersedia di negeri itu dan pada produktivitas
marginal social dari berbagai jenis investasi. sehingga jenis investasi apapun yang
masuk harus mengacu kepada perencanaan dan kebijakan yang sudah dibuat, dan
sebisa mungkin diarahkan kepada penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan
sarana produksi.
Ada beberapa isu penting yang menjadi fokus kerja pemerintah berkaitan
dengan program investasi yang direncanakan kedepan, antara lain : kelembagaan,
regulasi, Bea cukai, Pajak, tenaga kerja, dan UKMK. Paket Kebijakan dan Program
yang dijalankan pemerintah dapat dilihat pada table di bawah. Selain Program,
pemerintah juga menurunkannya dalam bentuk poin-poin tindakan yang akan
direalisasikan. Dari sekian program tersebut maka ada kurang lebih 85 tindakan yang
akan diambil untuk mendorong keberhasilan investasi. Beberapa program tersebut
antara lain revisi terhadap regulasi yang ada, membuat regulasi kembali, evaluasi
terhadap wewenang pemerintah daerah sebagai daerah otonom, koordinasi serta
pengawasan dan pengendalian.
19

3.3. Paket Kebijakan Investasi Indonesia


Kebijakan

Program
UMUM
Mengubah

A. Memperkuat
kelembagaan

Undang-Undang

(UU)

pelayanan Penanaman Modal yang memuat prinsip-prinsip

investasi.

dasar, antara lain: perluasan definisi modal,


transparansi, perlakuan sama investor domestik
dan asing (di luar Negative List) danDispute
Settlement.
2.
Mengubah peraturan yang terkait dengan
3.

penanaman modal.
Revitalisasi Tim Nasional Peningkatan

Ekspor dan Peningkatan Investasi.


4.
Percepatan perizinan kegiatan usaha dan
penanaman
B. Sinkronisasi
Pusat

dan

perusahaan
Peraturan Peninjauan Perda-Perda

serta

pembentukan

yang

Menghambat

Peraturan investasi.

Daerah (Perda).
C. Kejelasan
Ketentuan Perubahan
mengenai

modal

keputusan

Menteri

Negara

kewajiban (Kepmeneg) Lingkungan Hidup tentang Jenis

analisa mengenai dampak Rencana


lingkungan (AMDAL).

AMDAL.

KEPABEANAN DAN CUKAI


20

Usaha

dan/atau

Kegiatan

Wajib

A. Percepatan arus barang.


2.

Percepatan Proses pemeriksaan kepabeanan.


Percepatan
Pemrosesan
kargo
dan
pengurangan biaya di Pelabuhan Tanjung
Priok dan Bandara Internasional Soekarno

Hatta.
B. Pengembangan Peranan
Perluasan fungsi Tempat Penimbunan Berikat
Kawasan Berikat.

(TPB) dan perubahan beberapa konsep tentang


Kawasan Berikat agar menarik bagi investor
untuk melakukan investasi.
2.
Penyempurnaan Ketentuan TPB.
Otomasi kegiatan di TPB
4.
Peningkatan
Pemberian

C. Pemberantasan

fasilitas

kepabeanan di kawasan berikat.


Peningkatan
Kegiatan
pemberantasan

Penyelundupan.
penyelundupan.
D. Debirokratisasi di Bidang Mempercepat proses registrasi dan permohonan
Cukai.
fasilitas cukai.
PERPAJAKAN
A. Insentif
Perpajakan
Melakukan penyempurnaan atas UU tentang
Untuk investasi.

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,


Pajak Penghasilan, dan Pajak Pertambahan Nilai
Barang & Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah.
2.
Pemberian

fasilitas

pajak

penghasilan

kepada bidang-bidang usaha tertentu.


3.
Menurunkan tarif pajak daerah yang
B. Melaksanakan

berpotensi menyebabkan kenaikan harga/jasa.


Mengubah tariff PPh.
21

sistem "self

2.

Peninjauan Ketentuan pembayaran pajak

3.

bulanan (prepayment/installment).
Perbaikan jasa pelayanan pajak untuk

assesment" secara
konsisten.

meningkatkan kesadaran masyarakat akan


pentingnya pembayaran pajak.
C. Perubahan
Pajak
Menghapus penalti PPN.
2.
Meningkatkan daya saing ekspor jasa.
Pertambahan Nilai (PPN)
3.
Meningkatan daya saing produk pertanian
untuk mempromosikan
(Primer).
ekspor.
D. Melindungi hak wajib
Menerapkan Kode Etik Petugas/Pejabat
pajak.
E. Mempromosikan
Transparansi

Pajak
2.
Mereformasi Sistem Pembayaran Pajak.
Tax Audit, Investigation dan Disclosure.
2.

dandisclosure.
KETENAGAKERJAAN
A. Menciptakan
Iklim

Meningkatkan

Pengetahuan

masyarakat

mengenai Pajak.
Mengubah UU Nomor 13 tahun 2003 tentang

Hubungan

Industrial Ketenagakerjaan.
2.
Mengubah peraturan Pelaksanaan UU
yang
Mendukung
Nomor
13
tahun
2003
Tentang
perluasan lapangan kerja.
Ketenagakerjaan.
B. Perlindungan
Dan Mengubah UU Nomor 39 Tahun 2004 Tentang
penempatan TKI di luar Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
negeri.
Indonesia di Luar Negeri
C. Penyelesaian Berbagai Implementasi UU Nomor 2 tahun 2004 tentang
perselisihan

hubungan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

industrial secara cepat,


22

murah dan berkeadilan.


D. Mempercepat Menkum
&

HAM. Proses Mengubah

penerbitan

UU/

Peraturan/Surat

perizinan Keputusan/Surat Edaran terkait.

ketenagakerjaan.
E. Penciptaan

pasar
Pengembangan Bursa Kerja dan Informasi Pasar

tenaga kerja fleksibel dan


Kerja.
produktif.
F. Terobosan

Paradigma

pembangunan
Mengubah UU Nomor 15 Tahun 1997 tentang
transmigrasi

dalam
Ketransmigrasian.

rangka

perluasan

lapangan kerja.
USAHA KECIL, MENENGAH DAN KOPERASI
Pemberdayaan Usaha Kecil,
Penyempurnaan peraturan
Menengah
Koperasi/UKMK

yang

dan dengan perijinan bagi UKMK.


2.
Pengembangan Jasa Konsultasi
3.

terkait
Bagi

Industri Kecil dan Menengah (IKM).


Peningkatan akses UKMK kepada sumber
daya financial dan sumber daya produktif

lainnya.
4.
Penguatan Kemitraan Usaha Besar dan
UKMK.
(Sumber : INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN
2006)

23

Keluarnya

paket

kebijakan

investasi

tersebut

diharapkan

mampu

mendongkrak kinerja investasi di Indonesia. Sebab, pemerintah menyadari bahwa


investasi dapat diharapkan memberikan nilai bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2007, paket kebijakan
investasi juga menjadi salah satu substansi penting. Kebijakan tersebut dituangkan
dalam Perpres 19 tahun 2006, langkah-langkah yang akan direncanakan pemerintah
dalam kaitanya dengan kebijakan investasi terutama untuk perbaikan iklim investasi
adalah:
a.

Penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan penanaman


modal, yang diharapkan dapat diundangkan pada tahun 2006;

b.

Penyederhanaan prosedur dan peningkatan pelayanan penanaman modal baik di


tingkat pusat maupun daerah;

c.

Peningkatan promosi investasi terintegrasi baik di dalam maupun di luar negeri;

d.

Peningkatan fasilitasi terwujudnya kerjasama investasi PMA dan PMDN dengan


UKM (match-making);

e.

Penanganan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek


Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (penegakan hukum dan kerja sama
dengan instansi terkait);

f.

Penyusunan rancangan amandemen UU No. 5 Tahun 1999;

g.

Memprakarsai dan mengkoordinasikan pembangunan kawasan industri.


Paket kebijakan tersebut merupakan bagian kecil dari sejumlah peranan
pemerintah dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, good will
pemerintah dalam segala bidang sangat diperlukan sebab pembangunan sifatnya
24

menyeluruh meskipun dijalankan secara bertahap. beberapa hal tersebut adalah


perubahan terhadap kerangka kelembagaan, perubahan organisasi, pembangunan
overhead social dan ekonomi (infrastruktur social dan ekonomi), pembangunan
pertanian untuk menunjang kesediaan pangan dalam negeri, memacu perkembangan
industri, kebijaksanaan moneter dan fiscal, dan peningkatan perdagangan luar negeri
(Jhingan, 1997:431)
Penguatan kelembagaan juga harus dilakukan dalam tingkat pemerintah pusat.
Setidaknya ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah pusat antara lain
yaitu, 1) high cost economy yang terjadi di lingkungan pusat; 2) kepastian hukum; 3)
penciptaan iklim ekonomi yang kondusif secara makro; 4) kemampuan promosi
pemerintah; 5) Inovasi pelayanan. Perbaikan terhadap beberapa permasalahan
tersebut berkaitan dengan tanggung jawab dan peran lembaga-lembaga teknis terkait
di pusat.
Dunia usaha terutama investasi sangat memerlukan iklim ekonomi yang
kondusif. Tentu saja dalam hal ini peran pemerintah pusat sangat penting, sebab
secara makro pemerintah bertanggung jawab menjaga agar posisi perekonomian tidak
menurun. Kebijakan tersebut dapat dilihat dalam konteks Fiskal dan moneter. UU 32
Tahun 2004 tidak memberikan kewenangan tersebut kepada daerah sebab
kewenangan itu merupakan kewenangan yang sepenuhnya dipegang pemerintah
pusat. Oleh sebab itu, Pemerintah patut menjamin bahwa investor tidak akan
dirugikan ketika dana dialirkan.
Pengelolaan iklim investasi memerlukan kemampuan manajerial dalam
menjaga iklim tetap kondusif. Kemampuan tersebut antara lain kemampuan dalam
25

menjaga hubungan harmonis dengan pemerintah daerah sebagai bagian dari


koordinasi internal; kemampuan cepat tanggap terhadap permasalahan yang
membutuhkan penyelesaian yang cepat; kemampuan untuk menyelesaikan program
realisasi fisik yang didanai dari investasi secara tepat waktu; menjaga agar stabiilitas
fiscal dan moneter tetap terkendali; dan kemampuan untuk membuat sejumlah
terobosan atau inovasi yang efektif menarik investor.
Berdasarkan hal tersebut, salah satu terobosan yang perlu dilakukan adalah
dalam bidang pelayanan. Pelayanan dalam hal apapun, terutama yang menyangkut
perijinan, fasilitas insentif, dan berbagai kemudahan-kemudahan lain. Namun tetap,
hal tersebut jangan sampai merugikan dan memberikan dampak balik yang
buruk.Salah satu inovasi yang dilakukan adalah konsep pelayanan satu atap.
Tujuannya adalah agar pusat dan daerah bisa memberikan pelayanan kepada investor
dengan cepat, sehingga rentang waktu untuk mengurus perijinan tidak lama dan
berbelit-belit. Tetapi kenyataannya, hal tersebut tidak cukup memberikan pengaruh
yang signifikan, sebab pungutan liar tetap ada walaupun sistem pelayanannya sudah
diubah.
Dari uaraian diatas sudah jelaslah bagi kita bersama bahwa sebenarnya
kebijakan investasi yang telah diterapkan oleh pemerintah sebenarnya sudah cukup
untuk mendukung pembangunan ekonomi di indonesia,masalahnya tinggal kepada
bagaimana menanamkan kepercayaan yang besar bagi para investor bahwa Indonesia
adalah syurga bagi para petualang Investasi.

26

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Pemerintah memiliki peranan yang sangat penting dalam menciptakan iklim yang
kondusif bagi perkembangan pembangunan Ekonomi di Indonesia, dari konsep
perencanaan Pembangunan Ekonomi yang telah dibuat oleh pemerintah rasanya ada
secercah harapan bagi bangsa ini, karena jika diperhatikan pemerintah secara umum
telah menyiapkan perencanaan dari berbagai aspek mulai dari menanamkan
kepercayaan pada investor,dibuatnya kebijakan investasi,sistem pelayanan kepada
investor yang diperbaiki dan lain sebagainya,walau harus di akui masih banyak
kelemahan dari berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
2. Paket kebijakan investasi juga menjadi salah satu substansi penting. Kebijakan
tersebut dituangkan dalam Perpres 19 tahun 2006, langkah-langkah yang akan
direncanakan pemerintah dalam kaitanya dengan kebijakan investasi terutama untuk
perbaikan iklim investasi,mulai dari peningkatan manajerial para pelaksananya dan
diberlakukannya sistem pelayanan satu atap sebagai upaya penanaman kepercayaan
pada para investor

4.2.

Saran
27

Penguatan peran dan kelembagaan pemerintah sangat penting untuk mendukung


keberhasilan kebijakan investasi. Tanpa lembaga dan kapasitas yang siap maka
kebijakan tidak bisa terealisasi secara maksimal. Tujuan dan prospek yang ingin
dicapai sulit untuk dicapai dan kemungkinannya malah akan hilang. Pemerintah perlu
menata kembali fungsi organisasi dan manajemen yang ada saat ini. Keterbukaan
terhadap perubahan gaya manajemen dan fungsi organisasi perlu dilakukan. Bukan
tidak mungkin pemerintah bias mengadopsi gaya kepemimpinan dan manajemen
swasta yang berorientasi pada peningkatan ekonomi, tentu saja dengan tidak
mengangapnya sebagai privatisasi birokrasi.

28

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Jayus, Jaja; 20 Maret 2006, Paket Kebijakan Investasi Dongkrak


Investasi,Bandung, Pikiran Rakyat.
Bryant, Coralie dan Louise G. White; 1989, Manajemen Pembangunan Untuk
Negara Berkembang (diterjemahkan oleh Rusyanto L), Jakarta, LP3ES.
Inpres No. 3 tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Investasi.
Jhingan, M.L.; 2003, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (diterjemahkan
oleh D. Guritno), Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Keputusan Presiden No. 3 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Peningkatan Ekspor
dan Peningkatan Investasi.
Keputusan Presiden No. 29 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal
dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal dalam Negeri
Melalui Sistem Pelayanan Satu Atap.

Kuncoro, Mudrajad; 2000, Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah, dan


Kebijakan, Yogyakarta, UPP AMP YKPN.
Osborne, David and Ted Gabler; 1996, Reinventing Government
(Mewirausahakan Birokrasi), diterjemahkan oleh Abdul Rosyid, Jakarta,
Pustaka Binaman Pressindo.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 19 tahun 2006 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2007.

29

Soebhan, Syafuan Rozi; 2000, Model Reformasi Birokrasi Indonesia, Jakarta,


LIPI.
Suryana; 2000, Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan, Jakarta,
Salemba Empat.
Tambunan, Tulus; 2006, Iklim Investasi di Indonesia: Masalah, Tantangan dan
Potensi, KADIN Indonesia Jetro.
Toha, Miftah; Reformasi Birokrasi Indonesia, disampaikan dalam Seminar Good
Goverance di Bappenas, tgl 24 Oktober 2002.

30

Anda mungkin juga menyukai