PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Dalam kehidupan sehari-hari tubuh hewan dapat terpapar oleh berbagai senyawa
xenobiotik. Senyawa xenobitik merupakan senyawa yang dapat mengakibatkan efek toksik
dalam tubuh. Salah satu contoh yang bisa diambil adalah senyawa xenobiotik dalam pakan
hewan. Hewan ternak bisa saja mengonsumsi bahan toksik yang dapat tercemar dalam pakan
seperti pestisida aflatoksin atau cyanida. Lokasi peternakan yang dekat dengan industri dapat
mengakibatkan adanya pencemarah bahan-bahan xenobiotik seperti dari udara atau air
minum yang berpolusi.
Saat ini, kemungkinan timbulnya efek toksik senyawa xenobiotik belum disikapi secara
benar oleh masyarakat. Senyawa xenobiotik juga mendapat perhatian dalam aspek kesehatan
masyarakat veteriner, di mana senyawa xenobiotik juga kerap dijumpai dalam produk pangan
asal hewan. Salah satu contohnya adalah kasus penambahan formalin dan natrium
tetraborat(boraks) dalam produk olahan daging seperti bakso. Kedua bahan tersebut
merupakan contoh dari senyawa xenobiotik yang dapt menimbulkan efek toksik bagi yang
mengonsumsinya terlebih dalam jangka waktu yang panjang.
Oleh karena itu, saat ini diperlukan kajian keilmuan lebih lanjut untuk mengetahui
macam-macam senyawa yang tergolong xenobiotik. Proses terjadinya toksisitas akibat
senyawa xenobiotik bagi hewan atau manusia, seperti mekanisme metabolisme senyawa
xenobiotik dalam tubuh dan mekanisme kerja senyawa xenobiotik dalam tubuh hewan atau
manusia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini antara lain :
hewan
Untuk mengetahui mekanisme senyawa xenobiotik dalam mengakibatkan kerusakan
DNA
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu dapat mengetahui definisi senyawa
xenobiotik, macam-macam senyawa xenobiotik, proses metabolisme dan aktivasi
senyawa xenobiotik dalam tubuh, dan mekanisme senyawa xenobiotik dalam
mengakibatkan kerusakan DNA.
BAB II
PEMBAHASAN
pangan (food additives) atau BTP merupakan salah satu contoh senyawa
xenobiotik. Selain itu, kontaminan juga termasuk dalam golongan xenobiotik. Kontaminan
dapat berasal dari industri dan lingkunagan, sumber-sumber biologis, maupun ditambahkan
pada proses pengolahan pangan. Di dalam tubuh suatu senyawa xenobiotik akan mengalami
mekanisme biotransformasi. Dengan mekanisme tersebut diharapkan senyawa xenobiotik
yang masuk dapat di ekskresikan dari tubuih. Hasil metabolisme ini ada yang bersifat
menjadi toksik dan juga yang menjadi lebih aktif (Siswandono, 2000). Dalam biotransformasi
toksikan, dibentuk sejumlah metabolik elektrofilik yang sangat reaktif. Beberapa metabolit
ini dapat bereaksi dengan unsur-unsur sel dan menyebabkan kematian sel atau pembentukan
tumor (Lu, 1995).
2. Pestisida
Residu pestisida sangatlah berbahaya bagi kesehataan hewan maupun
manusia. Residu tersebut bisa berasal dari pestisida yang disemprotkan pada sayuran
dan buah atau bahan makanan lain yang akhirnya ikut termakan saat dikonsumsi.
Ataupun butiran-butiran residu pestisida tersebut terbang terbawa angin dan akhirnya
terhirup oleh hewan maupun manusia. Contoh senyawa xenobiotik yang terkandung
dalam pestisida antara lain: bahan aktif klorpirifos, metidation, malation, dan karbaril.
3. Zat tambahan pada makanan (pengawet, pewarna, penyedap)
Formalin merupakan salah satu senyawa xenobiotik yang ditemukan dalam
makanan. Selain itu, sering juga ditemukan bahan pewarna tekstil Rhodamin B dan
amaranth dan cemaran logam berat dalam makanan maupun minuman yang beredar di
lingkungan masyarakat. Penyedap rasa monosodium glutamat dan pemanis buatan
seperti sakarin, siklamat dan asspartam meskipun diperbolehkan untuk bahan
makanan diduga dapat menginduksi timbulnya tumor.
4. Bahan-bahan karsinogen
Bahan karsinogenik yang paling banyak ditemukan di lingkungan diantaranya
adalah asap rokok dan asap pembakaran sampah yang mengandung bemo(a)piren
yang sangat karsinogenik. Begitu pula dengan asap kendaraan bermotor yang banyak
mengandung gas karbon monoksida yang sangat berbahaya bagi kesehatan
(Sugianto,2006).
1. Senyawa Karbonil
Dimana senyawa ini merupakan hasil dari terjadi nya kerusakan makanan yang
utamanya disebabkan oleh oksidasi lemak, selain kerusakan oleh aktivitas enzim dan
mikroorganisme. Oksidasi lemak dapat diinduksi oleh oksigen, radikal bebas, radiasi
sinar ultraviolet atau pemanasan. Senyawa ini bersifat labil dan mudah
terdekomposisi.
Makanan yang mengandung senyawa karbonil, apabila dikonsumsi manusia, dapat
menimbulkan beberapa penyakit, misalnya atherosklerosis, penuaan dini, dan
penyakit Parkinson. Dilaporkan juga, bahwa senyawa karbonil dapat merusak selaput
sel dan komponen vital sel lainnya, misalnya materi genetik (DNA) (Jacob, 1994).
Salah satu contohnya yaitu metabolit reaktif merupakan senyawa kimia, yang
dihasilkan selama metabolisme xenobiotik, yang secara kimia sangat reaktif jika
dibandingkan dengan senyawa asalnya. Meskipun senyawa metabolit reaktif ini dapat
didetok oleh reaksi konjugasi,tetapi senyawa metabolit reaktif ini memiliki
kesempatan besar untuk menjadi senyawa yang berbahaya jika dibandingkan dengan
senyawa asalnya. Metabolit reaktif dapat juga dikatakan elektrophiles (molekul yang
mengandung pusat positif). Elektrophiles dapat berinteraksi dengan sellular
nukleophile (molekul yang yang mengandung pusat negatif), seperti glutation,
protein, dan asam nukleat. Reaktif metabolit lainnya dapat menjadi radikal bebas atau
bertindak sebagai radikal generator yang dapat berinteraksi dengan oksigen
menghasilkan Reaktif Oksigen Species (ROS), yang dapat menyebabkan kerusakan
membran, DNA, dan makromolekul lain(Hodgson, E. 2004.)
Metabolit reaktif terdiri dari group yang berbeda seperti epoksida, quinones,
radikal bebas, reaktif oksigen species, dan ikatan yang tidak stabil. Ketika xenobiotik
masuk ke dalam tubuh, sistem pertahanan tubuh akan berusaha mengeluarkannya
melalui enzim fase I dan enzim fase II sehingga akan diperoleh produk metabolite
nontoksik yang dapat dikeluarkan, namun ada beberapa xenobiotik yang tidak dapat
dikeluarkan dari tubuh, produk tersebut akan menjadi produk metabolit reaktif.
Produk yang bersifat metabolit reaktif akan mengalami 2 proses ; pertama,produk
tersebut dapat menjadi produk yang bersifat metabolit nontoksik yang dapat
dikeluarkan dari tubuh dan kedua produk tersebut akan binding sel molekul
(enzim,reseptor, membran, DNA). Akibat bindingnya produk tersebut, sel molekul
7
akan menjadi toksik (kerusakan jaringan,kanker, perubahan fisiologis sel), namun jika
keadaan gizi baik serta status fisiologis orang tersebut baik, maka sel akan mampu
memperbaiki keadaan tersebut (perbaikan DNA, sintesis protein,dan lain-lain)
(Hodgson, E. 2004.)
2. Karsinogen
Mekanisme karsinogenesis merupakan sekumpulan perubahan pada sejumlah gen
yang terlibat dan berperan dalam sistem sinyal sel, pertumbuhan, siklus sel,
differensiasi, angiogenesis, dan respon atau perbaikan terhadap kerusakan pada DNA.
Dalam sel kanker, lusinan gen yang berbeda mungkin mengalami perubahan baik
pada struktur atau jumlah dan ratusan bahkan ribuan gen dapat diekspresikan secara
berbeda. Perubahan pada sejumlah gen ini dapat berupa mutasi gen atau perubahan
susunan pada DNA yang menyebabkan terjadinya perubahan fungsi suatu gen, seperti
protoonkogen menjadi onkogen; dan mutasi atau dilesi DNA yang menyebabkan
hilangnya fungsi suatu gen, seperti gen penekan tumor (tumor suppressor gene)
(Wirahadikusumah. 1985).
BAB III
PENUTUP
8
Senyawa xenobiotik merupakan senyawa asing dan tidak di butuhkan oleh tubuh.
Xenobiotik tidak mempunyai fungsi struktural maupun fisiologis bagi tubuh sehingga harus
dikeluarkan dari tubuh. Xenobiotik tidak mempunyai fungsi struktural maupun fisiologis bagi
tubuh sehingga harus dikeluarkan dari tubuh. Proses detoksifitas di butuhkan untuk
mengeluarkan senyawa-senyawa asing tersebut. Bahan tambahan pangan (food additives)
atau BTP merupakan salah satu contoh senyawa xenobiotik. Selain itu, kontaminan juga
termasuk dalam golongan xenobiotik. Xenobiotik tidak mempunyai fungsi struktural maupun
fisiologis bagi tubuh sehingga harus dikeluarkan dari tubuh. Proses detoksifitas di butuhkan
untuk mengeluarkan senyawa-senyawa asing tersebut. Bahan tambahan
pangan (food
additives) atau BTP merupakan salah satu contoh senyawa xenobiotik. Selain itu, kontaminan
juga termasuk dalam golongan xenobiotik.
Metabolisme xenobiotik bertujuan untuk mengeleminasi keberadaan senobiotik
didalam tubuh dalam metabolism xenobiotik tidak disertai produksi energi. xenobiotik
didalam tubuh dapat mengalami berbagai macam metabolism yang dapat digolongkan
menjadi dua yaitu reaksi fase satu dan reaksi fase dua. Reaksi fase satu adalah reaksi non
sintesis, merupakan pembentukan gugus fungsional ataupun perubahan gugus fungsional
yang sudah ada pada molekul senobiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Hodson, E. 2004. A Texbook of Modern Toxicology. Third ed. North Carolina: John Wiley
Sons.
Jacob, R.A. 1994. Nutrition, health and antioxidants. INFORM.5: 127-1273;1275.
Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar; Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko, Edisi
2.Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.
Simic, M.G., S.V.Jovanovic & E. Niki. 1992. Mechanisms of lipid oxidative processes and
their inhibition. In: Angelo, A.J.(ed). 1992. Lipid oxidation in Foods Washington:
American Chemical Society.
Siswandono, 2000. Kimia Medisinal jilid I. Airlangga Universitas Press: Surabaya.
Sugianto. 2006. Peran Aktivasi Metabolik pada Toksikologi Biokimiawi Xenobiotik.
Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada.
Wirahadikusumah, 1985. Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan Lipid. Bandung: ITB.
10