Anda di halaman 1dari 12

Penyebab Pendarahan yang Sukar Membeku

Arditya Destian
Mahasiswa Semester 1, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061
ardi_cristo@yahoo.co.id

Pendahuluan
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Di mana kita
sebagai manusia, hidup di dunia ini pasti tidak terlepas dari yang namanya penyakit
atau sesuatu yang membuat diri kita tidak nyaman dan ingin menghilangkannya
secepat mungkin. 1,2
Penyakit di dunia ini banyak jenis dan penyebabnya. Ada yang disebabkan oleh
bakteri, virus, dan yang lainnya Ada penyakit yang kurang berbahaya,menengah,
sampai mengancam jiwa kita. Ada yang dapat disembuhkan maupun sulit disembuhkan
dan memerlukan waktu singkat maupun sangat panjang. Tetapi yan jelas semua jenis
penyakit itu ada yang menyebabkan dan ada obatnya. 1
Dalam hal ini saya akan mengkhususkan pada salah penyakit yang cukup
terkenal diderita orang-orang khusus saja, yakni hemophilia atau pendarahan yang
sukar membeku. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini akan
dibahas dalam tinjauan pustaka ini.

Isi dan pembahasan


Gen adalah unit terkecil bahan sifat menurun. Gregor Mendel telah berasumsi
tentang adanya suatu bahan yang terkait dengan suatu sifat atau karakter yang dapat
diwariskan, yang Ia sebut sebagai factor tetapi kita kenal sebagai gen. Gen
menumbuhkan serta mengatur berbagai jenis karakter dalam tubuh baik fisik maupun
psikis. Pengaturan karakteristik ini melalui proses sintesa protein. 3
Hukum Mendel
Sekilas tentang Gregor Mendel, yang sekitar tahun 1857 memulai pekerjaannya
menyilangkan tanaman kacang kapri di Abbey Garden. Mendel mulai mengadakan
penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini
menemukan prinsip- prinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan
dengan cermat dalam pembiakan silang. Dari persilangan yang dilakukannya ini di
kenal dengan hukum pewarisan Mendel yang mengatur pewarisan sifat secara genetik
dari satu organisme kepada keturunannya. Hukum Mendel terdiri dari dua bagian yaitu
Hukum Pertama Mendel (hukum pemisahan atau Segregation) yang isinya pada waktu
berlangsung pembentukan gamet, setiap pasang gen akan disegregasi ke dalam
masing-masing gamet yang tertentu..

Yang kedua dikenal dengan Hukum Kedua

Mendel (hukum berpasangan secara bebas atau independent assortment) yang berisi
Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen
lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan
kombinasi gen-gen secara bebas..3
Hasil dari percobaannya tersebut Mendel menyadari bahwa hasil yang diperoleh
dapat dijelaskan apabila karakteristik (misalnya bentuk biji) disandikan oleh sepasang
faktor (yang kita kenal sebagai gen)

Dua gen terpisah satu sama lain, selama

pembetukan gamet, sehingga masing-masing gamet hanya mebawa salah satu dari
kedua gen tersebut. Dengan itu, Mendel menemukan ide gen dominan, yaitu gen yang
akan mengekspresikan pengaruhnya terhadap karakteristik tertentu dan tidak

tergantung dari gen pasangannya, dan gen resesif, yakni gen yang harus berpasngan
dengan salinan yang identik untuk dapat mengekspresikan pengaruhnya. 3
Pada manusia sendiri, hukum pewarisan Mendel berpengaruh pada persilangan.
Persilangan disini terhadap perkawinan dan juga keadaan kesehatan keluarga. Di mana
kromosom dan kode DNA akan diturunkan dari orangtua ke anaknya. 4 Gambar Gregor
Mendel beserta tanaman percobaannya (gambar 1.1)

Gambar 1.1 Tanaman kacang kapri (kiri) dan Gregor Mendel (kanan) (sumber dari
http://genmed.yolasite.com/history.php)

Peranan gen
Organisme hidup memiliki kromosom yang merupakan struktur sel yang
membawa informasi herediter, kromosom ini terdiri dari banyak gen. Gen adalah
segmen-segmen DNA (pada beberapa jenis virus berupa RNA) yang mengkode produk yang fungsional. Keberadaan DNA di dalam sel adalah berupa dua untaian panjang
nukleotida yang berpasangan sambil berputar sehingga membentuk struktur double
helix. Informasi genetik mengalir dengan dua cara. Pertama, informasi genetik dapat
ditransfer ke generasi selanjutnya melalui replikasi. Kedua, informasi genetik juga
digunakan untuk menghasilkan protein-protein yang diperlukan. Informasi ini ditransfer
melalui proses transkripsi dan translasi. 5,6
Replikasi gen merupakan perbanyakan/duplikasi gen, kejadian ini ditemukan
pada saat pembelahan sel, baik itu pembelahan mitosis maupun pembelahan meiosis.
Penggandaan tersebut memanfaatkan enzim DNA polimerase yang membantu
pembentukan ikatan antara nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA. Peneliti
meyakini bahwa pada kromosom terdapat gen-gen pembawa informasi genetik. 7
Transkripsi adalah sintesa mRNA (messenger RNA) dari DNA template oleh
enzim RNA polymerase. Mula-mula RNA po-lymerase berikatan dengan bagian DNA
template yang disebut promotor. Kemudian RNA poly-merase akan bergerak dengan arah 53, transkripsi akan di-mulai pada tempat yang disebut initiation site dan
berakhir pada termination site. Translasi (atau sintesa protein) adalah proses
penerjemahan bahasa asam nukleat (mRNA) menjadi bahasa protein oleh ribosom
dan tRNA.6

Mutasi
Kesalahan apapun yang terjadi selama replikasi gen di dalam molekul DNA, baik
yang berupa insersi, delesi, maupun subtitusi pada satu atau lebih basa dapat
menyebabkan timbulnya mutasi. Insersi merupakan penyisipan atau penambahan satu
atau lebih nukleotida ke dalam rantai polinukleotida. Delesi adalah pengurangan satu

atau lebih pasangan nukleotida pada suatu gen saat replikasi DNA. Subtitusi pertukaran
pasangan basa nitrogen. Meskipun sel mempunyai suatu mekanisme untuk
meningkatkan ketepatan replikasi DNA, terkadang bisa terjadi suatu kesalahan secara
spontan yang menimbulkan perubahan sekuens DNA yang dapat diwariskan. Transisi
dapat terjadi ketika terdapat kesalahan perpasangan basa yang mengakibatkan
tertukarnya satu purin dengan purin lain ataupun satu pirimidin ataupun sebaliknya.
Transversi terjadi jika purin digantikan oleh pirimidin atau sebaliknya. 8 Perhatikan
gambar di bawah.

Gambar 1.2 Inversi (sumber dari http://biologimediacentre.com/mutasi/)

Gambar 1.3 Delesi (Sumber dari http://biologimediacentre.com/mutasi/)

Gambar 1.4 Subtitusi (Sumber dari http://biologimediacentre.com/mutasi/)

Mutasi adalah suatu perubahan pada rangkaian nukleotida dari suatu asam
nukleat. Mutasi dapat berakibat pada kesalahan menyandi protein dan keadaan ini jika
tidak bersifat letal, biasanya menimbulkan penampakan fenotip yang berbeda dari
keadaan normalnya. Karena merupakan perubahan pada materi genetik, maka mutasi
diwariskan pada keturunannya. Mutasi dapat terlihat dalam jumlah kecil maupun besar.
Mutasi kecil hanya menimbulkan perubahan yang sedikit dan kadang kala tidak
membawa perubahan fenotif yang jelas, jadi hanya semacam variasi. Mutasi besar
menimbulkan perubahan besar pada fenotif, yang biasanya dianggap abnormal atau
cacat. Sedangkan mutasi gen ialah peristiwa perubahan sifat gen (susunan kimia gen)
atau kromosom sehingga menyebabkan perubahan sifat yang baka (diturunkan) tetapi
bukan sebagai akibat persilangan atau perkawinan. Mutasi gen pada tingkat nukleotida
disebut mutasi titik (point mutation)

5,8

Mutasi titik terjadi akibat adanya subtitusi basa pada gen yang mengkode suatu
polipeptida sehingga dapat menyebabkan terjadinya mutasi missense, nonsense,
ataupun bisu (silent). Mutasi missense mengakibatkan pergantian satu kodon sense
oleh kodon sense lainnya sehingga mengubah asam amino yang dikodekan pada posisi
tersebut. Mutasi nonsense menghasilkan salah satu dari ketiga kodon kodon stop
(UGA, UAA, UAG) sehingga polipeptida yang dihasilkan akan lebih pendek dari yang
normal. Silent mutasi adalah perubahan dalam sekuens kodon yang tidak mengubah
asam amino yang dikodenya. 8

Mutasi terjadi karena perubahan lingkungan yang luar biasa. Hal ini dapat
diakibatkan oleh adanya sifat yang tidak tetap dan selalu dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor baik alamiah maupun buatan. Agar suatu species tidak mengalami
kepunahan diperlukan usaha untuk menyesuaikan diri terhadap timbulnya suatu
perubahan. Kejadian mutasi sangat jarang terlihat, hal ini disebabkan mutasi yang
terjadi pada suatu gen tidak dapat menunjukan penampakannya, karena jumlah gen
yang terdapat dalam satu individu banyak sekali, gen yang bermutasi bersifat letal,
sehingga gejala mutasi tidak dapat diamati sebab individu segera mati sebelum
dewasa, gen yang bermutasi umumnya bersifat resesif, sehingga selama dalam
keadaan hetreozigot tidak akan terlihat.5
Penyebab dapat dibedakan dapat dibedakan menjadi mutasi alami dan mutasi
buatan. Mutasi alami adalah perubahan yang terjadi dengan sendirinya akibat adanya
factor yang mempengaruhinya. Faktor alami tersebut antara lain sinar ultraviolet (sinar
gelombang pendek) dan sinar radioaktif. Sinar ultraviolet memiliki energy yang besar
yang dapat menyebabkan perubahan susunan gen atau kromosom. Unsur radioaktif
seperti uranium dan radium yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya
perubahandalam gen atau kromosom. Perubahan tersebut dapat diturunkan jika terjadi
pada sel-sel gonad dan tidak akan diturunkan jika terjadi pada sel somatik. Mutasi akan
segera pulih kembali jika kerusakannya sedikit namun akan bersifat permanen jika
kerusakannya besar. Mutasi buatan adalah yang sengaja dilakukan oleh manusia.
Kerusakan akibat mutagen fisik dan kimia dapat digolongkan sebagai berikut,
kerusakan fisiologis dapat terjadi perubahan kerja enzim dan hormon sehingga aktivitas
fisiologis berubah. Perubahan gen terjadi perubahan sistem pengaturan metabolisme
yang juga dapat menimbulkan perubahan fenotipe. Perubahan kromosom terjadinya
perubahan susuna kromosom yang juga diikuti oleh perubahan fenotipe. Dengan ini
keadaan makhluk hidup ditentukan oleh gen dan jika dilakukan perubahan fenotipe. 9

Kelainan genetika
Kelainan genetika atau penyakit genetik adalah sebuah kondisi yang
disebabkan oleh kelainan oleh satu atau lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi
fenotip klinis. Kelainan genetika atau Penyakit genetik di sebabkan Oleh gen yang
rusak atau tidak berfungsi dengan normal. Sebuah gen yang termutasi tidak
menghasilkan protein yang berfungsi normal namun malah menghasilkan protein dalam
bentuk lain sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik disebabkan oleh atau bahkan
malah tidak bisa menghasilkan protein sama sekali. kelainan genetik dapat disebabkan
oleh adanya mutasi gen dominan maupun gen resesif pada autosom maupun pada
kromosom

seks.

Ketidaknormalan

jumlah kromosom seperti

dalam sindrom

down (adanya ekstra kromosom 21) dan sindrom Klinefelter (laki-laki dengan 2
kromosom

X).

Mutasi

gen

berulang

yang

dapat

menyebabkan sindrom

rapuh atau penyakit Huntington. Gen rusak yang diturunkan dari orang tua. Dalam
kasus ini, penyakit genetik juga dikenal dengan istilah penyakit keturunan. Kondisi ini
terjadi ketika individu lahir dari dua individu sehat pembawa gen rusak tersebut, tetapi
dapat juga terjadi ketika gen yang rusak tersebut merupakan gen yang dominan. 8

Hemofilia atau gangguan pembekuan darah. Biasanya, ketika seseorang melukai


diri gumpalan darah dalam beberapa menit dan penyembuhan luka dapat mulai. Tetapi
pada penderita hemophilia, hal itu tidak terjadi. Ada yang menyebutkan hemofilia
adalah penyakit turunan, akan tetapi pendapat ini tidak selamanya benar karena
hemofilia dapat menyerang siapa saja. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada pria
dan jarang terjadi pada wanita. penderita penyakit ini sangat rentan terhadap
pendarahan, walaupun hanya benturan tidak terlalu keras. Hemofilia menyebabkan
tidak terbentuknya factor antihemofilia yang diperlukan untuk pemecahan trombosit
menjadi trombokinase pada proses pembekuan darah. Kebanyakan dari kasus
hemophilia yang ada diturunkan dari gen yang bersifat resesif terkait kromosom x. 10,11

Biasanya pendarahan pertama terjadi sebelum usia 18 bulan yang sering muncul
setelah cedera ringan. Anak mudah mengalami memar. Benturan ringan di kepala dapat
memicu pendarahan di tulang tengkorak yang bisa menyebabkan kerusakan di otak
sehingga menyebabkan kematian. Jika seorang laki-laki yang tidak biasa maka diduga
dia menderita hemofilia. Penderita hemofilia harus menghindari keadaan yang dapat
menimbulkan pendarahan. Mereka harus memperhatikan perawatan gigi mereka agar
tidak perlu menjalani pencabutan gigi. Pada penderita hemophilia terdapat defisiensi
factor VIII (plasmokinin) dan factor IX (Protromboplastin) yakni sejenis glikoprotein yang
berfungsi sebagai zat pembekuan darah. Pada defisiensi ini banyak ditemukan mutasi
pada struktur gennya, yang paling umum adalah delesi dan mutasi missense. Pada
faktor VII, plasmokinin disintesis dan dilepaskan ke dalam sirkulasi darah oleh sel
endotelial. Pada beberapa individu yang mempunyai sel endotelial yang tidak
mensekresi senyawa ini, terjadi pendarahan yang sulit dihentikan meskipun terjadi
oleh luka yang kecil sehingga dapat menimbulkan kematian.Lalu, apabila kekurangan
Faktor IX akan mengakibatkan pendarahan pada jaringan otot dan persendian,

12,13

Proses gengguan pembekuan darah, perhatikan gambar1.5 dan 1.6

a. Ketika

mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada 4

pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh


tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh. 4
b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil. 4
c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh 4.
d. Faktor-faktor pembeku da-rah bekerja membuat anyaman
(benang - benang fibrin) yang akan menutup luka sehingga
darah berhenti mengalir keluar pembuluh. 4

Gambar 1.5 proses


pembekuan darah
pada orang normal
(sumber
dari
http://www.hemofilia
.or.id/hemofilia.php)

a.

Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh


darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu

darah keluar dari pembuluh.4


b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.4
c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh. 4
d. Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu,
mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna,
sehingga darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh. 4

Gambar 1.6 proses


pembekuan
darah
pada
penderita
hemofilia
(sumber
dari
http://www.hemofilia.
or.id/hemofilia.php

Penutup
Kesimpulan pada kasus yang bersangkutan dengan hemofilia atau penyakit
pendarahan yang sukar berhenti ini dapat disebakan oleh faktor mutasi pada protein

VIII (plasmakinin) dan IX (protromboplastin), lalu diturunkan (pewarisan sifat) dari


orangtua yang menderita terhadap anaknya yang pada kromosom bersifat resesif.

Daftar Pustaka
1. Soenanti Z. Soejeti. Konteks sehat, sakit dan penakit dalam konteks sosial
budaya Des 2008; 1(1): 2
2. Lallu M. Pengertia kesehatan secara umum. Okt 2013. Diunduh dari
http://eksistensikesehatan.com/2013/05/pengertian-kesehatan-secaraumum.html, 25 Jan 2014
3. Elvita A, Widianto F, Widiawati H, Maimanah, Pradini M, Sari RPH, et al.
Genetika dasar. Agust 2008; 4(2): 3-8
4. Gugun.
Hemofilia
Indonesia.

Mei

2007.

Diunduh

dari

http://www.hemofilia.or.id/hemofilia.php, 25 Jan 2014


5. Sumantri C, Morozumi T, Hamashima N. Deteksi delesi dan mutasi pada gen
mx1 (gen resisten terhadap virus influenza) pada babi. Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner. 2007; 6(1):1-2
6. Himayanti T, Siti HH, Yoni MF, Syukriani. Varientas mutasi gen ATPase 6 mtDNA
manusia pada populasi dataran rendah. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. April
2010;1(1):80-87
7. Lucianus P. Introduksi genetika molekular virus. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Juli 2004; 3(1): 2-3
8. Laksono SP, Qomariyah, Purwaningsih E. Presentase distribusi penyakit genetik
dan penyakit yang dapat disebabkan oleh faktor genetic di rsud serang. 2011;
3(2): 2-3

9. Karmana O. Biologi untuk kelas xii semester 1 sekolah menengah atas.


Bandung: Grafindo Media Pratama; 2008. Bab 5, mutasi; hal 154-6
10. Jones P. Living with haemophilia. Edisi ke-5. Amerika Serikat: Oxford University
Press; 2005. Bab 1, haemophilia; hal 3-6
11. Ferdinand FP, Ariebowo M. Praktis belajar biologi untuk kelas xii program ilmu
pengetahuan alam. Jakarta: Visindo Media Persada; 2007. Bab 6, Mutasi; hal
118-9
12. Setiowati T, Furqonita D. Biologi interaktif. Jakarta: Azka Press; 2007. Bab 4,
Pewarisan sifat dan mutasi; hal 82
13. Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Yogyakarta: Penerbit
Buku Kedokteran; 2000. Bab 60, Aspek genetic pada penyakit; hal 385-6

Anda mungkin juga menyukai