Anda di halaman 1dari 9

KERAJAAN-KERAJAAN BERCORAK HINDU DAN BUDHA DI INDONESIA

1. Kerajaan Kutai
Informasi paling meyakinkan tentang kerajaan Kutai ini bersumber pada prasasti yang ditemukan di
daerah Muara Kaman. Prasasti ini berbentuk Yupa. Yupa adalah tugu peringatan kurban yang ditulis
dengan huruf Pallawa, berbahasa Sansekerta dan tersusun dalam bentuk syair. Kerajaan Kutai merupakan
kerajaan Hindu yang tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak di tepi sungai Mahakam propinsi
Kalimantan Timur.
Apabila diperhatikan dari bentuk tulisan maupun bahasanya diperkirakan prasasti itu ditulis pada tahun
400 Masehi. Parasasti yang berbentuk Yupa didirikan oleh raja Mulawarman sebagai peringatan baginda
telah memberikan kurban dan hadiah yang besar. Pembuatan tugu peringatan seperti Yupa atau prasasti
sudah dikenal dan lazim dilakukan oleh bangsa Indonesia pada zaman Prasejarah. Pada saat itu sudah
biasa memperingati jasa seorang pemimpin dengan mendirikan menhir.
Dari prasasti tersebut yang berbentuk Yupa tau Menhir, maka dapat diketahui bahwa agama dan budaya
Hindu sudah masuk ke Indonesia kira-kira pada abad ke-5 Masehi. Meskipun agama dan budaya Hindu
itu telah berkembang di Indonesia namun kebudayaan Indonesia tetap terpelihara.

2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Indonesia Hindu yang kedua adalah Kerajaan Tarumanegara kerajaan ini berdiri sekitar tahun
450 tahun M. Kerajaan itu diperintah oleh Raja Purnawarman. Batu prasasti dijumpai di daerah Bogor, di
Jakarta dan di daerah Bekasi.
Ada tujuh prasasti yang memberikan informasi Kerajaan Tarumanegara yang terletak di Bogor propinsi
Jawa Barat. Lima buah prasasti terdapat di Bogor, yaitu prasasti Jambu, Muara Cianten, Caruteun, Kebun
Kopi dan Pasir Awi. Sebuah prasasti dijumpai prasasti Tugu di daerah Cilingcing Jakarta Utara, dan
prasasti Muncul di Lebak Banten Selatan.
Prasasti yang memberikan informasi tentang kerajaan Tarumanegara berhuf Pallawa dan berbahasa
Sansekerta dan tersusun dalam bentuk syair. Prasasti tersebut menerangkan bahwa Kerajaan tarumanegara
diperintah oleh seorang raja yang bijaksana, yaitu Raja Purnawarman. Dalam melaksanakan
pemerintahannya, beliau sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya. Oleh karena itu rakyatnya hidup
teratur dan tentram.
Prasasti Tugu yang dijumpai di Jakarta Utara menjelaskan bahwa Raja Purnawarman memerintahkan
penggalian saluran air yang dipergunakan untuk pengairan rakyatnya. Panjang sungai itu adalah 12 km.
Setelah pembuatan sungai selesai kemudian diadakan upacara selamatan. Raja menghadiahkan 1.000 ekor
lembu kepada para Brahmana.

Raja Purnawarman sebagai pemeluk agama Hindu bersumber pada Prasasti Ciaruteun. Pada prasasti
tersebut terdapat gambar telapak kaki Raja Purnawarman yang dikaitkan sebagai telapak Dewa Wisnu.
Selain informasi dari prasasti yang terdapat di Indonesia, juga terdapat informasi yag berasal dari musafir
bangsa Cina bernama Fa-Hien. Pada tahun 414 Fa-Hien pernah singgah di Jawa. Dikatakan kerajaan Tolo-mo (Tarumanegara) kekuasaannya sangat besar.
Berakhirnya kekuasaan Tarumanegara tidak diketahui dengan jelas. Kemungkinan besar ditaklukan oleh
Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Batu Tulis di Desa Ciampea, Bogor, merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara
dengan Raja Purnawarman. Prasasti ini tertulis dengan huruf Pallawa dari masa sekitar tahun 400 Masehi.
3. Kerajaan Mataram
Berdasarkan prasasti Batu Canggal tahun 732 dapat diketahui bahwa di Jawa Tengah terdapat Kerajaan
Hindu Syiwa yang berpusat di daerah subur sungai Progo, yang diperintah oleh raja Sanjaya. Raja
Sanjaya memerintahkan untuk membangun Yoni (yaitu Canggal) sebagai kebaktian kepada dewa Syiwa
dan sekaligus lambang kesuburan.
Raja Sanjaya kemudian banyak membangun candi-candi Hindu di dataran tinggi pegunungan Dieng. Di
sekeliling candi didirikan pula rumah para pendeta Brahmana. Penginapan bagi para musyafir dan
pesanggrahan
bagi
raja
dan
bangsawan
istana.
Raja Sanjaya adalah orang bijaksana, sehingga sangat dihormati dan dikenal oleh rakyat, selain itu Raja
sanjaya juga seorang ahli kitab. Baginda raja mempunyai kekuasaan di daerah sekitarnya. Dalam prasasti
Kedu, Raja sanjaya diberikan gelar Raka-i Mataram Sang ratu Sanjaya.
Sanjaya memerintahkan dengan penuh kebijaksanaan, sehingga dapat menciptakan ketentraman dan
kemakmuran yang dapat dinikmati oleh rakyat. Demikianlah yang dikemukakan oleh prasasti Canggal
yang berangka tahun 778 M. Berdasarkan prasasti Canggal kedudukan Raja Sanjaya digantikan oleh
Panangkaran. Raja Panangkaran juga dinamakan Syailendra, Sri Maharaja Dyah Pancapana. Rakai
Panagkaran, beliau lebih dikenal dengan keluarga Syailendra. Perbedaan kedua raja tersebut dalam hal
agama di mana Raja Sanjaya beragama Hindu, sedangkan Panangkaran atau Syailendra beragama Budha.
Setelah Syailendra Sri Maharaja Dyah Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran berakhir keluarga
Syaleindra terpecah menjadi dua. Perpecahan keluarga ini dengan sendirinya menyebabkan kerajaan
Mataram, terpecah dua (kelompok Syailendra) yaitu keturunan agama Hindu dan keturunan agama
Budha. Keturunan agama Hindu dipusatkan diJawa Tengah bagian utara yang kemudian mendirikan
Candi Bima. Arjuna dan Puntadewa. Sedangkan keturunan Budha dipusatkan di Jawa Tengah bagian
selatan yang kemudian mendirikan Candi Sewu, Candi Sari, Candi Pawon, Candi Mendut dan Candi
Borobudur. Candi Borobudur ini didirikan oleh raja Samaratungga pada tahun 824 Masehi.
Pada thun 832 M perpecahan dalam keluarga Syailendra berakhir. Karena raja Pikatan yang beragama
Hindu menikah dengan Pramodhawadhani putri Samaratungga yang beragama Budha. Setelah Rakai
Pikatan, raja yang terkenal adalah Balitung. Bahkan dikatakan Raja Balitung adalah raja terbesar
Mataram Kuno. Ia memerintah pada 898 - 910 M dengan gelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah
Balitung Sri Djarmadya Mahasambu. kerajaan Mataram Kuno diakhiri oleh Empu Sindok. Pada tahun
929 Empu Sindok memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur.

4. Kerajaan Sriwijaya
Sejak terjadinya hubungan dagang antara Cina dengan India kegiatan perdagangan dan pelayaran di Selat
Malaka menjadi ramai. Keramaian itu meluas di Pantai Timur Sumatera yang berdekatan dengan Selat
Malaka. Timbulah tempat-tempat perdagangan dan kerajaan. Pada abad ke-7 kerajaan yang berkurang
ialah Tulang Bawang, Melayu dan Sriwijaya. Di antara kerajaan itu, Sriwijayalah yang berhasil mencapai
puncak keemasanya.

Kerajaan sriwijaya menitikberatkan keagungan dan kekuatan armadanya di lautan. Kerajaan Sriwijaya
merupakan kerajaan maritim. Sriwijaya merupakan pusat perniagaan dan pusat kebudayaan agama Budha
di Asia Tenggara. Kerajaan ini juga mengadakan hubungan dengan luar negeri yaitu Cina dan India.
Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya menjadi penguasa utama dipelabuhan-pelabuhan di pesisir timur
Sumatera, Singapura dan pantai barat Malaysia sekarang ini. Ini merupakan bukti bahwa Kerajaan
Sriwijaya telah mengalami kejayaan pada masanya. Kerajaan Sriwijaya mencapai puncaknya di bawah
Raja Balaputra pada tahun 850 M. Kerajaan Sriwijaya dapat dipandang sebagai penjelmaan negara
kesatuan yang pertama, yaitu memenuhi syarat sebagai negara modern. Unsur ketahanan, tata
pemerintahan atas dasar musyawarah, keadilan sosial, kedaulatan dan sebagainya telah ada pada waktu
itu.
Informasi Kerajaan Sriwijaya dapat diperoleh dari Prasasti Ligor, Kedukan Bukit, Karang Brahi, dan
Muara Takus. Letak prasasti tersebut dapat dilihat pada peta no. 4
5. Kerajaan Singasari
Informasi kerajaan Singasari bersumber dari kitab Pararaton. Kitab Pararaton mengemukakan, bahwa
kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok.

Ken Arok berasal dari keluarga petani. Berkat jasa pendeta Lohgawe, Ken Arok diterima mengabdikan
diri pada Akuwu (Bupati) Tunggul Ametung di Tumapel. Setelah mengabdikan diri beberapa waktu
lamanya, Ken Arok mengambil alih kekuasaan tunggul ametung dengan jalan membunuh Tunggul
Ametung. Bukan saja membunuh tunggul ametung, Ken Arok juga memperistrikan Ken Dedes. Ken
Dedes adalah Istri tunggul Ametung, pada Saat Ken Dedes ditinggalkan oleh Tunggul Ametung, ia sedang
mengandung yang kelak lahir dengan nama Anusapati. Dari perkawinan Ken Dedes dengan Ken Arok
memproleh putra yang bernama Mahisa Wong Ateleng. Sedangkan dari istrinya yang lain, yaitu Ken
Umang memperoleh Putra bernama Tohjaya.
Pada tahun 1222, setelah Ken Arok berkuasa di Tumapel kemudian mengalahkan Kediri yang pada saat
itu diperintah oleh Kertajaya. Kerajaan Kediri dan Tumapel kemudian disatukan, berdirilah Kerajaan
sangasari. Ken Arok Sebagai raja pertama di Singasari dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang
Amurwabhumi. Ken Arok melaksanakan pemerintahan dari tahun 1222-1227. Ken Arok melaksanakan
pemerintahan dari tahun 1222-1227. Ken Arok mengakhiri pemerintahan setelah dibunuh oleh anak
tirinya yang bernama Anusapati.
Anusapati memerintah pada tahun 1227-1248. Selama pemerintahannya rakyat hidup dalam keadaan
tentram. Pada tahun 1248 Anusapati dibunuh oleh saudara tirinya yang benama Tohjaya. Tohjaya
menggantikan pemerintahan Anusapati pada tahun 1248. Dalam pemerintahan Tohjaya timbul
pemberontakan yang dipimpin oleh Ranggawuni dan Mahisa Cempaka. Dalam pemberontakan itu
Tohjaya terbunuh. Setelah tohjaya terbunuh, Ranggawuni naik tahta memerintah dari tahun 1248-1268
dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardhan. Ranggawni wafat pada tahun 1268 dan digantikan olej putranya
bernama Kerta negara.
pada masa pemerintahan Kertanegara, Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaannya (1268-1292).
Untuk menetapkan kekuasaan Kerajaan Singasari, Kertanegara memperluas daerah kekuasaannya dan
menjalin kerjasama dengan raja-raja di Pahang, Bali, Sunda, Maluku dan Kalimantan. pada tahun 1275
Kertanegara mengirimkan rombongan ke Kerajaan Melayu di Jambi yang dikenal dengan ekspedisi
Pamalayu, selain itu juga menjalin kerja sama dengan kerajaan Campa di Vietnam.
Tujuan Kertanegara dalam menjalin kerjasama dengan raja-raja di Indonesia dan Vietnam adalah untuk
mencegah pengaruh Raja Mongol yaitu Kaisar Kubilai Khan. Pada tahun 1289 utusan Kerajaan Mongol
dipimpin oleh Meng-Ki datang ke singasari dengan maksud agar Singasari tunduk kepada Kerajaan
Mongol. Utusan raja Mongol itu diusir oleh Kertanegara.
Kertanegara mengakhiri pemerintahannya setelah dikalahkan Jayakatwang keturunan Kertajaya.
Sedangkan kerajaan Singasari hancur setelah Raden Wijaya bekerja sama dengan utusan Mongol pada
tahun 1292 membunuh Jayakatwang.
6. Kerajaan Majapahit
kerajaan Hindu Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 mencapai puncak kejayaan dan
kemegahannya pada pertengahan abad ke-14 yaitu pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang
memerintah pada tahun 1350-1389. Pemerintahan raja Hayam Wuruk didampingi Patih Gajah Mada.
Pusat ibukota kerajaan di daerah sungai Branta. Kerajaan Majapahit bertambah berkembang sebagai
kerajaan agraris dengan menguasai daerah yang subur di lembah sungai Brantas sekaligus sebagai
kekuatan bahari dan perdagangan dengna pusat di Ujung Galuh di daerah muara Sungai Brantas.

Dengan pengaduan antar kekuatan agraris dan bahari serta perdagangan. kerajaan Majapahit di bahwah
pimpinan tokoh besar Hayam Wuruk dan Gajah Mada berhasil mempersatukan Nusantara, di bawah
kepemimpinan Gajah Mada, mereka dapat menumpas pemberontakan yang membahayakan kemegahan
kerajaan Majapahit di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk. Pemberontakan itu adalah pemberontakan
Sadeng dan ditumpas pada tahun 1331.
Kerajaan Majapahit berkembang dengna pesat sehingga Kerajaan Majapahit disegani oeh kerajaaan di
sekitarnya. Berkat dukungan rakyatnya Majapahit menjadi negara yang besar dan megah. Majapahit
memandang negara lain sebaga negara merdeka dan berdaulat, memandang negaranya sama derajatnya
dengan negara lain. Pada masa kerajaan ini agama Hindu dan Agama Budha hidup berdampingan secara
damai. Keadaan seperti ini patut dicontoh dalam kehidupan sekarang ini. Di Indonesia ada lima agama
yang daapt hidup berdampingan secara damai. Rasa toleransi antar pemeluk agama harus dipelihara terus
agar negara Indonesia dapat aman dan tertib.
Kelemahan Kerajaan Majapahit adalah timbulnya perang saudara. Adanya perang saudara menyebabkan
kemunduran kerajaan Majapahit. Berarti persatuan dan kesatuan sudah tidak ada lagi. Ini perlu menjadi
perhatian kita semua, bahwa bisa persatuan dan kesatuan diabaikan maka negara akan hancur. Oleh
karena itu marilah bina persatuan di antara kita, agar kita bisa hidup rukun. Dengan adanya hidup rukun,
maka pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Dari kerajaan Majapahit yang tidak dapat kita lupakan adalah hasil kesenian dan kebudayaan, seperti;
a. Bangunan Candi Kedaton di Kediri, Candi sukun di lereng Gunung Lawu
b. Buku Pararaton
c. Buku Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365
d. Buku Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Prapanca.

Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia ini dapat dilihat dari peninggalanpeninggalan sejarah dalam berbagai bidang, antara lain sebagai berikut.
1. Bidang agama, yaitu berkembangnya agama Hindu-Buddha di Indonesia
.Sebelum masuk pengaruh India, kepercayaan yang berkembang di Indonesia masih
bersifat animisme dan dinamisme. Masyarakat pada saat itu melakukan pemujaan
terhadap arwah nenek moyang dan kekuatan-kekuatan benda-benda pusaka
tertentu serta kepercayaan pada kekuatan-kekuatan alam. Dengan masuknya
pengaruh Hindu-Buddha, kepercayaan asli bangsa Indonesia ini kemudian
berakulturasi dengan agama Hindu-Buddha. Hal ini terbukti dari beberapa upacara
keagamaan Hindu-Buddha yang berkembang di Indonesia walaupun dalam
beberapa hal tidak seketat atau mirip dengan tata cara keagamaan yang
berkembang di India. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam tatacara pelaksanaan
upacara keagamaan mengalami proses sinkretisme antara kebudayaan agama
Hindu-Buddha
dengan
kebudayaan
asli
bangsa
Indonesia.
2. Bidang politik dan pemerintahan, pengaruhnya terlihat jelas dengan lahirnya
kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Sebelum masuknya
pengaruh agama Hindu-Buddha di Indonesia tampaknya belum mengenal corak
pemerintahan dengan sistem kerajaan. Sistem pemerintahan yang berlangsung
masih berupa pemerintahan kesukuan yang mencakup daerah-daerah yang
terbatas. Pimpinan dipegang oleh seorang kepala suku bukanlah seorang raja.
Dengan masuknya pengaruh India, membawa pengaruh terhadap terbentuknya
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Kerajaan bercorak
Hindu antara lain Kutai, Tarumanagara, Kediri, Majapahit dan Bali, sedangkan
kerajaan yang bercorak Buddha adalah Kerajaan Sriwijaya. Hal yang menarik di
Indonesia adalah adanya kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha yaitu Kerajaan
Mataram
lama.
3. Bidang pendidikan membawa pengaruh bagi munculnya lembaga-lembaga
pendidikan. Meskipun lembaga pendidikan tersebut masih sangat sederhana dan
mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan. Akan tetapi lembaga pendidikan
yang berkembang pada masa Hindu-Buddha ini menjadi cikal bakal bagi lahirnya
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. 17 bukti yang menunjukkan telah
berkembangnya pendidikan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di
Indonesia,
antara
lain
adalah:
a. Dalam catatan perjalanan I-Tsing, seorang pendeta yang berasal dari Cina,
menyebutkan bahwa sebelum dia sampai ke India, dia terlebih dahulu singgah di
Sriwijaya. Di Sriwijaya I-Tsing melihat begitu pesatnya pendidikan agama Buddha,
sehingga dia memutuskan untuk menetap selama beberapa bulan di Sriwijaya dan
menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha bersama pendeta Buddha yang
ternama di Sriwijaya, yaitu Satyakirti. Bahkan I-Tsing menganjurkan kepada siapa
saja yang akan pergi ke India untuk mempelajari agama Buddha untuk singgah dan
mempelajari terlebih dahulu agama Buddha di Sriwijaya. Berita I-Tsing ini
menunjukkan bahwa pendidikan agama Buddha di Sriwijaya sudah begitu maju dan
tampaknya menjadi yang terbesar di daerah Asia Tenggara pada saat itu.

b. Prasasti Nalanda yang dibuat pada sekitar pertengahan abad ke-9, dan
ditemukan di India. Pada prasasti ini disebutkan bahwa raja Balaputradewa dari
Suwarnabhumi (Sriwijaya) meminta pada raja Dewapaladewa agar memberikan
sebidang tanah untuk pembangunan asrama yang digunakan sebagai tempat bagi
para pelajar agama Buddha yang berasal dari Sriwijaya. Berdasarkan prasasti
tersebut, kita bisa melihat begitu besarnya perhatian raja Sriwijaya terhadap
pendidikan dan pengajaran agama Buddha di kerajaannya. Hal ini terlihat dengan
dikirimkannya beberapa pelajar dari Sriwijaya untuk belajar agama Buddha
langsung ke daerah kelahirannya yaitu India. Tidak mustahil bahwa sekembalinya
para pelajar ini ke Sriwijaya maka mereka akan menyebarluaskan hasil
pendidikannya tersebut kepada masyarakat Sriwijaya dengan jalan membentuk
asrama-asrama sebagai pusat pengajaran dan pendidikan agama Buddha.
c. Catatan perjalanan I-Tsing menyebutkan bahwa pendeta Hui-Ning dari Cina
pernah berangkat ke Ho-Ling (salah satu kerajaan Buddha di Jawa). Tujuannya
adalah untuk bekerja sama dengan pendeta Ho-Ling yaitu Jnanabhadra untuk
menerjemahkan bagian terakhir kitab Nirwanasutra. Dari berita ini menunjukkan
bahwa di Jawa pun telah dikenal pendidikan agama Buddha yang kemudian menjadi
rujukan bagi pendeta yang berasal dari daerah lain untuk bersamasama
mempelajari
agama
dengan
pendeta
yang
berasal
dari
Indonesia.
d. Pada prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga
menyebutkan tentang pembuatan Sriwijaya Asrama oleh Raja Airlangga. Sriwijaya
Asrama merupakan suatu tempat yang dibangun sebagai pusat pendidikan dan
pengajaran keagamaan. 18. Hal ini menunjukkan besarnya perhatian Raja Airlangga
terhadap pendidikan keagamaan bagi rakyatnya dengan memberikan fasilitas
berupa pembuatan bangunan yang akan digunakan sebagai sarana pendidikan dan
pengajaran.
e. Istilah surau yang digunakan oleh orang Islam untuk menunjuk lembaga
pendidikan Islam tradisional di Minangkabau sebenarnya berasal dari pengaruh
Hindu-Buddha. Surau merupakan tempat yang dibangun sebagai tempat beribadah
orang Hindu-Buddha pada masa Raja Adityawarman. Pada masa itu, surau
digunakan sebagai tempat berkumpul para pemuda untuk belajar ilmu agama. Pada
masa Islam kebiasaan ini terus dilajutkan dengan mengganti fokus kajian dari
Hindu-Buddha
pada
ajaran
Islam.
4. Bidang sastra dan bahasa. Dari segi bahasa, orang-orang Indonesia mengenal
bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Pada masa kerajaan Hindu-Buddha di
Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada aman kejayaan kerajaan
Kediri.
Karya
sastra
itu
antara
lain,
a. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa pemerintahan
Airlangga.
b. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan
Kediri.
c. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan Kediri.
d. Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada aman
kerajaan
Majapahit.
e. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada aman kerajaan Majapahit.
f. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada aman

kerajaan
Majapahit.
5. Bidang seni tari. Berdasarkan relief-relief yang terdapat pada candicandi,
terutama candi Borobudur dan Prambanan memperlihatkan adanya bentuk taritarian yang berkembang sampai sekarang. Bentuk-bentuk tarian yang digambarkan
dalam relief memperlihatkan jenis tarian seperti tarian perang, tuwung, bungkuk,
ganding, matapukan (tari topeng). Tari-tarian tersebut tampaknya diiringi dengan
gamelan yang terlihat dari relief yang memperlihatkan jenis alat gamelan yang
terbatas seperti gendang, kecer, gambang, saron, kenong, beberapa macam bentuk
kecapi,
seruling dan
gong.
6. Seni relief pada candi yang kemudian menghasilkan seni pahat. Hiasan pada
candi atau sering disebut relief yang terdapat pada candi-candi di Indonesia
didasarkan pada cerita-cerita epik yang berkembang dalam kesusastraan yang
bercorak Hindu ataupun Buddha. Pemilihan epik sebagai hiasan relief candi dikenal
pertama kali pada candi Prambanan yang dibangun pada permulaan abad ke-10.
Epik yang tertera dalam relief candi Prambanan mengambil penggalan kisah yang
terdapat dalam cerita Ramayana. Hiasan relief candi Penataran pada masa Kediri
mengambil epik kisah Mahabharata. Sementara itu, kisah Mahabharata juga
menjadi epik yang dipilih sebagai relief pada dua candi peninggalan kerajaan
Majapahit,
yaitu
candi
Tigawangi
dan
candi
Sukuh.
7. Seni Arca dan Patung, sebagai akibat akulturasi budaya pemujaan arwah leluhur
dengan
agama
Hindu-Buddha maka beberapa keluarga raja diperdewa dalam bentuk arca yang
ditempatkan di candi makam. Arcaarca dewa tersebut dipercaya merupakan
lambang keluarga raja yang dicandikan dan tidak mustahil termasuk di dalamnya
kepribadian dan watak dari keluarga raja tersebut. Oleh karena itu, arca dewa
tersebut sering diidentikkan dengan arca keluarga raja. Seni arca yang berkembang
di Indonesia memperlihatkan unsur kepribadian dan budaya lokal, sehingga bukan
merupakan bentuk peniruan dari India. Beberapa contoh raja yang diarcakan adalah
Raja Rajasa yang diperdewa sebagai Siwa di candi makam Kagenengan, Raja
Anusapati sebagai Siwa di candi makam Kidal, Raja Wisnuwardhana sebagai
Buddha di candi makam Tumpang. Raja Kertanegara sebagai Wairocana Locana di
candi makam Segala dan Raja Kertarajasa Jayawardhana sebagai Harihara di candi
makam
Simping.
Patung-patung dewa dalam agama Hindu yang merupakan peninggalan sejarah di
Indonesia,
antara
lain:
a.
Arca
batu
Brahma.
b.
Arca
perunggu
Siwa
Mahadewa.
c.
Arca
batu
Wisnu.
d.
Arca-arca
di
Prambanan,
di
antaranya
arca
Lorojongrang.
e.
Arca
perwujudan
Tribhuwanatunggadewi
di
Jawa
Timur.
f. Arca Ganesa, yaitu dewa yang berkepala gajah sebagai dewa ilmu pengetahuan.
8. Seni pertunjukan, terutama seni wayang sampai sekarang merupakan salah satu
bentuk seni yang masih populer di kalangan masyarakat Indonesia. Seni wayang
beragam bentuknya seperti wayang kulit, wayang golek, dan wayang orang. Seni
pertunjukan wayang tampaknya telah dikenal oleh bangsa Indonesia sejak aman
prasejarah.

9. Bidang seni bangunan merupakan salah satu peninggalan budaya Hindu-Buddha


di Indonesia yang sangat menonjol antara lain berupa candi dan stupa. Selain itu,
terdapat pula beberapa bangunan lain yang berkaitan erat dengan kehidupan
keagamaan, seperti: ulan dan satra merupakan semacam pesanggrahan atau
tempat bermalam para pe iarah; sima adalah daerah perdikan yang berkewajiban
memelihara bangunan suci di suatu daerah; patapan adalah tempat melakukan
tapa; sambasambaran yang berarti tempat persembahan; meru merupakan
bangunan berbentuk tumpang yang melambangkan gunung Mahameru sebagai
tempat tinggal dewadewa agama Hindu.

Anda mungkin juga menyukai