Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2.1 Tujuan
1) Membuat larutan dari zat padat (Kristal) dengan molaritas tertentu
2) Membuat larutan dari zat cair dengan molaritas tertentu (pengenceran)
3) Mengetahui cara mengukur pH larutan
2. Fraksi mol
Fraksi mol menyatakan banyaknya zat terlarut yang tercampur dengan komponen
pelarut yang banyaknya diketahui dan dihitung dalam bentuk mol.
XA = nA/ nA + nB
3. Molalitas
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlalut dalam setiap kilogram larutan
m = mol terlarut/ kg
m = gr/Mr x 1000/gr
4. Normalitas
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan
e = mr/ ek
N = gr/e/ liter
5. Persen berat
Persen berat menyatakan berat bahan yang terkandung dalam 100gr larutan.
Faktor faktor yang memengaruhi kelarutan yaitu temperature, sifat pelarut, efek ion
sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh komplek dan lain lain.
Pembuatan larutan banyak aplikasinya dalam kehidupan sehar hari, salah satunya ketika
kita ingin membuat the manis kita menambahkan gula ke dalam air dan kemudian ditambah teh
serta mengaduknya. Ternyataa air tersebut msih terasa manis, kemudian kita menambahkan lagi
air lagi kedalamannya sehingga air teh yang tadinya terasa manis dan pekat menjadi lebih encer
da rasa manisnya berkurang. Air, the dan gula merupakan contoh pembuatan larutan dan
campuran itu disebut larutan serta penambahan air disebut pengenceran. Jadi, larutan adalah
suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan
akan terjadi jika atom, mollekul atau dari suatu zat semuanya terdispersi.
Larutan yang saling melarut kan adalah campuran dua larutan polar atau dua larutan nn
polar yang membentuk larutan satu fase homogeny. Larutan yang tidak melarutkan adalah
campuran dari dua zat cair polar dan non polar membentuk dua fase.
Pengenceran adalah proses mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa
kimia yang pekat diencerkan, kadang kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat
terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Pada proses pengenceran volume dan molaritas
berubah sedangkan jumlah mol tetap.
Pengukuran pH larutan
Pengukuran pH larutan adalahderajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan ia didefinisikan sebagai
logaritma negative ion hydrogen yang koefisien aktivitas ion hydrogen tidak dapat diukur setara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritas.
Nilai pH berkisar antara 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila pH = 7, nilai
pH> 7 menunjukkan sifat basa dan nilai pH< 7 menunjukkan larutan memiliki sifat asam.
Nilai pH = 7 diakatakan netral karena pada air murni ion H + dan ion OH- terlarut(sbg
tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama yaitu 10-7 pada kesetimbangan
Umumnya indicator sedehana yang digunakan adalah kertas lakmus yag berubah menjadi
merah bila tingkat keasaman tinggi dan biru bila tingkat kebasaan tinggi. Selain menggunakan
kertas lakmus, indicator asam basa bisa menggunakan indicator universal dan pH meter uang
bekerja berdasarkan prinsip elektrolit atau konduksivitas suatu larutan.
Skala pH bukanlah skala absolute ia bersifat relative terhadap sekumpulan larutan standar
yang pHnya ditentukan berdasarkan persetujuan.
Analisa dan
pembahasan
Kesimpula
Larutan HCl 1 M
Siapkan alat dan
bahan
Pipet 10 ml larutan
HCl 5 M
Analisa dan
pembahasan
kesimpula
Analisa dan
pembahasan
Kesimpula
3. Pengukuran pH Larutan
a. Pengecekan pH dengan lakmus
Analisa dan
pembahasan
Kesimpula
kesimpulan
Neraca
spatula
Gelas kimia
Batang pengaduk
Kaca arloji
Gelas ukur
2.4.2. Bahan
1. Aqua dm
2. HCl
3. NaOH
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Labu ukur
Pipet tetes
Pipet volum
Filler
pH meter
Botol semprot
4. Indicator universal
5. Kertas lakmus
Nama
larutan
NaOH
Sebelum dilarutkan
Bau
Warna Bentuk
Menyenga Putih
Padat
t
Reaksi
NaOH(s
)
Bau
Tidak
berbau
Setelah dilarutkan
Warna Bentuk Reaksi
Bening larutan NaOH(s)+
H2O(aq)
NaOH(aq)
Sebelum dilarutkan
Bau
Warna
Bentuk
Menyengat Kuning Cair
pudar
menyengat Bening Cair
menyengat Bening Cair
Reaksi
HCl(aq)
HCl(aq)
HCl(aq)
Sesudah dilarutkan
Bau
Warna Bentuk
Menye Bening Cair
ngat
Bening Cair
Bening Cair
Reaksi
HCl(aq)
HCl(aq)
HCl(aq)
Pengukuran pH Larutan
Kertas Lakmus
Nama Larutan
NaOH 1N
HCl 5 M
HCl 1 M
HCl 0,1 M
Merah
Biru
Merah
Merah
Merah
Biru
Biru
Merah
Merah
Merah
Indikator Universal
B
D
D
1
2.5.1. Perhitungan
N = ek/v
1 = ek/0,1
Ek = massa/BE
Ek = 0,1
0,1 = massa/40
Massa = 4gr
Mol = gr/ Mr
=5M
2. Larutan A pembuatan 5 M
V1. C1 = V2.C2
10ml. 5 M = 50ml. C2
C2
=1M
3. Larutan A pembuatan 5 M
V1. C1 = V2.C2
5ml. 1 M = 50ml. C2
C2
= 0,1 M
1. NaOH(s) + H2O
2. HCl(aq) + H2O
NaOH(aq)
HCl
HCl 5 M sebelum dilarutkan oleh aquades memiliki warna cairan bening dan bau sedikit
menyengat, setelah dilarutkan oleh aquades memiliki warna cairan bening, bau sedikit
menyengat serta terjadi perubahan volume dan konsentrasi pada larutan.
HCl 1 M sebelum dilarutkan oleh aquades memiliki warna cairan bening dan bau sedikit
menyengat, setelah dilarutkan oleh aquades memiliki warna cairan bening, bau sedikit
menyengat serta terjadi perubahan volume dan konsentrasi pada larutan.
Pengetesan asam dan basa pada larutan NaOH 1N,HCl 5 M, HCl 1 M, HCl 0,1 M
menggunakan kertas lakmus, indicator universal dengan mencelupkannya kedalam larutan asam
dan basa.
Pengetesan pada kertas lakmus merah, pada saat kertas lakmus merah dicelupkan ke
larutan HCl 5 M, HCl 1 M, dan HCl 0,1 M tidak terjadi perubahan warna namun pada saat kert
as lakmus dicelupkan pada larutan NaOH 1 N terjadi perubahan warna menjadi biru.
Pengetesan pada kertas lakmus biru, pada saat kertas lakmus biru dicelupkan kelarutan
HCl 5 M, HCl 1 M, dan HCl 0,1 M terjadi perubahan warna menjadi merah namun dengan
perbedaan kepekatan warna yang disebabkan karena konsentrasi larutan yang berbeda,
sedangkan pencelupan kertas lakmus biru ke larutan NaOH tidak mengalami perubahan warna.
Pengetesan dengan indicator universal dengan mencelupkan kertas indicator universal ke
larutan HCl 5 M menunjukkan warna pada angka 0, ke larutan HCl 1 M menunjukkan warna
pada angka 0, dan ke kelarutan HCl 0,1 menunjukkan warna pad angka 1, semakin kecil
angkanya maka semakin tinggi tingkat keasamannya, sedangkan pada larutan NaOH 1 N
menujukkan warna pada angka 13 karena larutan bersifat basa.
2.7. Kesimpulan
1. Dalam pembuatan larutan NaOH 1 N dengan volume 100ml memerlukan 4gr NaOH
2. Dapat mengencerkan larutan HCl 32% dengan mendapatkan 10,4 M
3. Dapat mengetahui bahwa pengenceran merupakan penambahan volume zat pelarut
dalam larutan agar dapat menurunkan konsentrasi larutan.
4. Dalam pembuatan larutan NaOH terjadi perubahan bentuk dari zat padat menjadi cair
serta perubahan warna dari putih menjadi bening.
BAB II
PERSIAPAN AWAL PERMUKAAN
3.1. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tujuan dari persiapan awal permukaan
2. Mengetahui tahapan-tahapan proses persiapan awal permukaan
3. mengetahui reaksi yang terjadi pada setiap tahapan persiapan awal
4. Memperoleh permukaan logam yang lebih halus rata dan bersih
3.2. Teori Dasar
Persiapan awal permukaan merupakan persiapan awal darri benda kerja sebelum
mengalami pelapisan logam. Proses persiapan awal ini sangat menentukan kualitas hasil
pelapisan logam, proses persiapan awal permukaan ini terdiri dari proses mekanik dan kimiawi.
Proses mekanik dari persiapan awal permukaan adalah pengamplasan benda kerja dan
proses kimia yaitu pencucian benda kerja kedua proses tersebut bertujuan untuk menghilangkan
pengotor pada benda logam seperti oli, mingyak, lemak, dan karat.
Pengamplasan benda kerja logam ini merupakan proses membersihkan sebagian karat
pada logam serta membuat lempengan logam menjadi lebih halus, rata dan bersih. Setelah proses
mekanik tersebut dilakukan proses secara kimia dengan mencelupkan plat logam ke dalam
larutan NaOH 1N dan HCl 32%. Pada saat pencelupan ke larutan NaOH 1N berfungsi untuk
menghilangkan lemak dan minyak yg menempel pada plat logam sedangkan pencelupan ke
larutan HCl 32% berfungsi untuk menghilangkan oksida atau karat pada logam, penggunaan HCl
ini karna Hcl merupakan asam kuat sehingga dapat menghentikan reaksi antara logam dan
oksidanya. Factor yang memengaruhi pencucian logam adalah;
Temperature
Konsentrasi
Pengotor
pengadukan
Perlu diperhatikan cara olah permukaan dan pembersihan permukaan agar memperoleh
daya lekat yang baik. Ketidaksempurnaan kedual hal tersebut akan menyebabkan adanya
garisan- garisan pada plat logam.
Rinsing
picklin
Rinsing
III
keringka
n
Analisa dan
pembahasan
kesimpulan
3.4.1. Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
Aqua dm
NaOH 1N
HCl 32%
Plat logam
Amplas
Sebelum di amplas
Specimen
Baja ST 37
Berat
10,887 gr
Panjang
3,7 cm
Lebar
2,6 cm
Tebal
0,02 cm
Berat
10,887 gr
Panjang
3,7 cm
Lebar
2,6 cm
Tebal
0,01 cm
Sesudah di amplas
Specimen
Baja ST 37
3.6. Perhitungan
Luas sebelum diamplas
Lp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(3,7x 2,6) + 2(3,7x 0,02) + 2(2,6x 0,02)
= 19,24 cm + 0,148 cm
+ 0,104 cm
= 19,492 cm2
Luas sebelum diamplas
Lp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(3,7x 2,6) + 2(3,7x 0,02) + 2(2,6x 0,02)
= 19,24 cm + 0,074 cm
= 19,366 cm2
3.7. Persamaan Reaksi
Rinsing
+ 0,052 cm
L(s) + H2O
L(s) + H2O(aq)
Degresing
L(s) + lemak + NaOH +
O
L(s) + R
Na + Gliserol
O
Pickling
L(s) + FeO3 + HCl(aq)
3.9. Kesimpulan
1. Perbersihan mekanik menggunakan amplas untuk menghilangkan pengotor
2. Perbersihan kimia menggunakan larutan kimia bertujuan untuk menetralkan plat
logam(rinsing), membersihkan dari minyak,lemak dan oli(degreasing),
menghilangkan oksida atau karat(pickling)
3. Terjadi penurunan ketebalan plat logam diakibatkan oleh proses pengamplasan
BAB III
ELEKTROPLATING BAJA ST 37
4.1. Tujuan
1. Mengetahui proses electroplating baja ST 37 dengan menggunakan pelapis tembaga
2. Mengetahui perubahan dan reaksi yang terjadi selama proses electroplating dengan
bahan pelapis tembaga
3. Meningkakan ketahanan korosi
dihubungkan olejh arus listrik. Hasil dalam electroplating dipengaruhi oleh berbagai macam
variable, diantaranya larutan yang digunakan, suhu larutan, durasi electroplating, tegangan antara
kedua elektroda, keadaan elektroda yang digunakan. Proses electroplating bertujuan untuk
meningkatkan ketahanan korosi,meningkatkan sifat mekanis benda, dan memperbaiki sifat
dekoratif
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya
larutan, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan
atau solvasi. menjadi konduktor elektrik, konduktor elektrik adalah material yang dapat
menghantarkan arus listrik dengan mudah. ion-ion merupakan atom-atom bermuatan elektrik.
Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya
berbentuk asam, basa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada
kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan
asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar.
Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl
yang merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalm
bentuk larutan dan lelehan. atau bentuk liquid dan aqueous. sedangkan dalam bentuk solid atau
padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.
Anoda adalah elektroda , elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan
dengan bagian atau media non-logam dari sebuah sirkuit (misalnya semikonduktor, elektrolit
atau vakum). Biasa berupa logam maupun penghantar listrik lain, pada sel elektrokimia yang
terpolarisasi jika arus listrik mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir berlawanan dengan
arah pergerakan elektron. Pada proses elektrokimia, baik sel galvani maupun sel elektrolisis,
anoda mengalami oksidasi.
Putuskan aliran
listrik
3.4.2. Bahan
1. Aqua dm
2. Larutan elektrolit CuSO4
3. Plat tembaga
4. Plat baja ST 37
Specimen
Baja ST 37
Berat
10,887 gr
Panjang
4,2 cm
Lebar
2,98 cm
Tebal
0,011 cm
Berat
6,5033
Panjang
4,12 cm
Lebar
2,98 cm
Tebal
0,011 cm
Sesudah di lapisi
Specimen
Baja ST 37
4.6. Perhitungan
+ 0,6556 cm
= 26,114 cm2
Luas sesudah dilapisi
Lp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(4,12x 2,98) + 2(4,12x 0,11) + 2(2,6x 0,11)
= 24,552 cm + 0,9064 cm
+ 0,6556 cm
= 26,114 cm2
W = e. i. t
96500
Ketebalan
0,96 x 26,114
233,981
Katoda : 2H + 2e-
H2
2H2O + O2 + 4e-
4OH-
4.8. Kesimpulan
1. Plat baja ST 37 terlapisi oleh tembaga sebagai pelapis dasar
2. Plat ST 37 mengalami perubahab warna sesuai warna pelapis yaitu tembaga menjadi
warna kemerah merahan dan mengalami penebalan lapisan
3. Electroplating bertujuan untuk destruktif dan dekoratif
4. Factor yang mempegaruhi pelapisan adalah, kuat arus, lama waktu pelapisan, larutan
elektrolit yang digunakan, pH larutan elektrolit, temperature pelapisan Cu
BAB IV
ANODISASI ALUMUNIUM
5.1. Tujuan
1. Mengetahui prinsip dasar anodisasi alumunium
2. Mengetahui perubahan dan reaksi yang terjadi selama anodisasi
3. Meningkatkan ketahanan korosi
energy kimia. Pada proses ini kompnen yang paling penting adalah elektroda dan larutan
elektrolit.pada elektrolisis katoda merupakan kutub negative dan anoda merupakan kutub positif.
Pada dasaarnya proses anodisasi merupakan rekayasa permukaan untruk memproteksi logam dari
korosi dan untuk memperindah tampilan.
Anodisasi alumunium adalah proses pembentukan oksida pada Al secara elektrolisa. Anodisasi
Al bertujuan sebagai berikut:
1. Menigkatkan ketahanan korosi
2. Meningkatkan adhesi
3. Memperbaiki Penampilan Dekoratif
4. Sebagai dasar untuk pelapisan lain
5. Meningkatkan tahanan listrik atau sebagai isolasi listrik
6. Meningkatkan ketahanan abrasi
Proses anodisasi ini di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti rapat arus, jenis larutan elektrolit,
pH larutan, konsentrasi larutan, temperatur operasi. Disamping itu perlu juga diperhatikan pula
proses persiapan permukaannya, karena apabila ada kotoran atau lemak yang terbawa pada
permukaan, maka hasil anodisasi akan kurang baik terhadap daya lekat maupun sifat-sifatnya.
Proses anodisasi Al juga prinsipnya hampir sama dengan proses pelapisan dengan cara lapis
listrik . Akan tetapi bedanya logam yang akan dioksidasi ditempatkan sebagai anoda di dalam
larutan elektrolit. Perbedaan lain ialah larutan elektrolit yang digunakan bersifat asam dengan
penyerah arus DC bertipe voltage dan ampere tinggi. Katoda disini hanya berfungsi sebagai
penghantar arus listrik, jadi tidak larut. Katoda harus dari bahan logam yang tidak larut atau
terkorosi di dalam larutan asam kuat misalnya stainless steel, alumunium, titanium dll atau bahan
dari grafit.
Reaksi yang tejadi
Katoda :
2H+ + 2e > H2
2H2O + 2e + O2 > OH
Anoda :
Al > Al3+ + 3e
Reaksi total:
2Al + O2 + H2O > Al2O3 + H2
Perlatan utama dari proses anodisasi sam seperti yang digunakan pada proses pelapisan secara
listrik yaitu penyerah arus rectifier, elektroda katoda dan anoda, rak serta bak pada proses
anodisasi tidak menggunakan alat perndingin (thermostat). Fungsi dari alat-alat tersebut hampir
sama dengan yang digunakan pada proses lapis listrik yang telah dijelaskan pada sebelumnya
dilihat dari proses pemakaian dan kegunaannya. Proses anodisasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu
untuk keperluan dekoratif dan keperluan protektif. Untuk keperluan yang bersifat dekoratif harus
tahan cuaca dan tahan warna. Jenis ini proses anodisasinya dilakukan diatas temperatur kamar,
sedangkan untuk yang bersifat protektif yaitu tahan terhadap proses korosi dan abrasi biasa
disebut anodisasi keras. Proses ini dilakukan di bawah temperatur kamar.
Selain alumuniun dan paduaannya, logam-logam seperti stainless steel, titanium dan tembaga
dapat juga dilakukan proses anodisasi, karena mempunyai sifat kedap air dan relatif stabil.
Proses anodisasi pada umumnya dilakukan pada temperatur yang lebih rendah, karena akan
menghasilkan lapisan yang keras, dan porositasnya rendah. Bila dilakukan pada temperatur
tinggi lapisan yang akan terbentuk akan lebih poros sehingga daya tahan terhadap korosinya
terutama pada udara terbuka akan menurun dan karena bagian luar lapisannya sangat rapuh dan
mudah lepas.
Pemakaian arus searah akan menghasilkan lapisan yang lebih keras dan tahan korosi, tapi lebih
bersifat rapuh. Sifat ketahanan korosi akan bergantung pada proses pengerjaan akhir, terutama
proses sealing. Proses sealing bertujuan untuk menutupi atau melapisi pori-pori yang tidak dapat
di tutupi dengan proses anodisasi. Caranya mereaksikan lapisan hasil anodisasi dengan H2O atau
dengan larutan kimia lainnya.
Proses sealing akan sangat efektif apabila dilakukan dengan air biasa pada temperatur didih atau
larutan tertentu dengan pH yang tepat. Keefektifan sealing akan berkurang jika lapisan oksida
yang terbentuk tidak rata, tidak keras dan banyak terdapat cacat atau rusak. Tampak rupa, warna
dan sifat-sifat lapisan oksida yang terbentk akibat pengaruh dari larutan elektrolit dan jenis bahan
yang dioksidasi.
1 buah rectifier
1 buah bak anodisasi
1 buah thermometer
1 buah magnetic stirrer
1 buah jangka sorong
1.
2.
3.
4.
Aqua dm
H2SO4 10%
Plat alumunium
Larutan pewarna
5.4.2. Bahan
Sesudah di lapisi
spesimen
Plat Al sebelum
amplas
Plat Al sesudah
amplas
Plat Al sesudah
sealing
Lebar
2,87 cm
Panjang
3,78 cm
tebal
0,0940 cm
Berat
1,5765 gr
2,87 m
3,78 cm
0,070 cm
1,528 gr
2,82 cm
3,76 cm
0,075 cm
1,147 gr
4.6. Perhitungan
Luas sebelum di amplas
Lp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(3,78x 2,87) + 2(3,78x 0,094) + 2(2,87x 0,094)
= 21,6972 cm + 0,7106 cm
+ 0,5396cm
= 22,9474 cm2
Luas sesudah di amplas
Lp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(3,78x 2,87) + 2(3,78x 0,070) + 2(2,87x 0,070)
= 21,6972 cm + 0,5292 cm
+ 0,4018cm
= 22,6282 cm2
Luas sesudah sealing
Lp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(3,76x 2,82) + 2(3,76x 0,075) + 2(2,82x 0,075)
= 21,2064cm + 0,564 cm
+ 0,423cm
= 22,1934 cm2
W = e. i. t
96500
96500
Ketebalan
Ketebalan = Wakhir Wawal = 1,5285- 1,576 =
A.ro
22,1934 x 2,7
22,1934 x 2,7
0,048
= -0,000801
59,9222
0,048
= -0,000676
59,9222
Al3+ + 3e-
2H2O
4H + O2 + 4e-
Katoda : 2H + 2e-
H2
2H2O + O2 + 4e-
4OH-
Al2O3 + 3H+
Reaksi Anodisasi
2Al3+ + O2 + H2O
Al2O3 + H2
disebut oksida alumunium atau Al2O3, yang dapat terlihat sebagai lapisan putih yang
menyelimuti alumunium tersebut. Meskipun dikatakan menyelimuti alumunium, oksida
alumnium ini (oksida alumunium) memilki pori-pori yang sangat kecil sehingga masih
memungkinkan zat warna dapat terserap kedalamnya sehingga, dalam prosesnya, proses
anodisasi ini sering dimanfaatkan untuk proses pewarnaan pada logam. Arus listrik akan
mempengaruhi proses pelapisann oksida pada Al, semakin besar arus listrik semakin cepat
pelapisan oksida pada alumuniym.
Pada proses anodisasi Al ditempatkan pada anoda dan katoda oleh inert(Pb,Pt,C,Au) yang
merupakan logam yg tidak bereaksi dan hanya sebagai penghantar listrik saja. Setelah itu anoda
dan katoda di celupkan pada larutan elektrolit H2SO4 yang berfungsi untuk membuat terjadinya
reaksi antara elektroda atau mempercepat reaksi, pada proses ini terjadi gelembung gelembung
karna adanya reaksi redoks antara larutan elektrolit dan plat Al, pada anoda terjadi gelembung O 2
dan pada katoda dihasilakn gas H2 dan juga adanya bau yang menyengat dihasilkan oleh larutan
elektrolit.
Tahap akhir dari anodisasi adalah pewarnaan dan sealing. Pada tahap pewarnaan
bertujuan untuk memperindah tampilan dan juga memperlihatkan bagian logam ang mengalami
anodisasi karena logam yang tidak tercelup ke dalam larutan anodisasi ini tidak mengalami
perubahan warna dalam kata lain logam tidak terlapisi zat pewarna. Setelah dilakukan proses
pewarnaan dilakukan proses sealing yaitu proses pencucian logam dengan menggunakan aqua
dm panas ang bertujuan untuk menutup pori pori bendakerja sehingga warna dan lapisan tipis
yang terbentuk tidak memudar dan lebih melekat. Proses sealing akan sangat efektif apabila
dilakukan dengan air biasa pada temperatur didih atau larutan tertentu dengan pH yang tepat.
Keefektifan sealing akan berkurang jika lapisan oksida yang terbentuk tidak rata, tidak keras dan
banyak terdapat cacat atau rusak. Tampak rupa, warna dan sifat-sifat lapisan oksida yang
terbentk akibat pengaruh dari larutan elektrolit dan jenis bahan yang dioksidasi
BAB V
ELEKTROKOAGULASI LARUTAN PEWARNA MAKANAN
5.1. Tujuan
1. Mengetahui tahapan proses elektrokoagulasi
2. Mengetahui perubahan dan reaksi yang terjadi selama elektrokoagulasi
3. Mengetahui perubahan fisik yang terjadi selama
dan setelah
elektrokoagulasi
hingga 0,1 nm (10-8cm). partikel-partikel ini tidak dapat mengendap dalam periode waktu
tertentu dan tidak dapat dihilangkan dengan proses perlakuan fisika biasa.
Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid padatan tersuspensi
termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. sehingga akan terbentuk flok-flok halus yang
dapat diendapkan, proses pengikatan partikel koloid. Pengadukan cepat (flash mixing)
merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah untuk
mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang diolah. Koagulan yang
umum dipakai adalah alumunium sulfat, feri sulfat, fero sulfat dan PAC.
Umumnya partikel-partikel tersuspensi atau koloid dalam air buangan memperlihatkan
efek Brownian. Permukan partikel-partikel tersebut bermuatan listrik negatif. Partikel-partikel itu
menarik ion-ion positif yang terdapat dalam air dan menolak ion-ion negatif. Ion-ion positif
tersebut kemudian menyelubungi partikel-partikel koloid dan membentuk lapisanrapat
bermuatan didekat permukannya. Lapisan yang terdiri dari ion-ion positif itu disebut dengan
lapisan kokoh (fixed layer). Adanya muatan-muatan pada permukaan partikel koloid tersebut
menyebabkan pembentukan medan elektrostatik di sekitar partikel itu sehingga menimbulkan
gaya tolak-menolak antar partikel. Disamping gaya tolak-menolak akibat muatan negatif pada
partikel-partikel koloid, ada juga gaya tarik manarik antara 2 patikel yang dikenal dengan gaya
Van der Walls. Selama tidak ada hal yang mempengaruhi kesetimbangan muatan-muatan listrik
partikel koloid, gaya tolak menolak yang ada selalu lebih besar dari pada gaya Van der Walls,
dan akibatnya partikel koloid tetap dalam keadaan stabil (Farooq dan Velioglu, 1989).
Jika ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) ditambahkan kedalam koloid target
koagulasi, maka kation tersebut akan masuk kedalam lapisan difusi karena tertarik oleh muatan
negatif yang ada permukaan partikel koloid. Hal ini menyebabkan konsentrasi ion-ion dalam
lapisan difusi akan meningkat. Akibatnya, ketebalan lapisan difusi akan berkurang
(termampatkan kea rah permukaan partikel). Pemampatan lapisan difusi ini akan mempengaruhi
potensial permukaan partikel koloid, gaya tolak menolak antar partikel serta stabilitas partikel
koloid. Penambahan kation hingga mencapai suatu jumlah tertentu akan merubah besar partikel
kesuatu tingkat dimana gaya tarik menarik Van der Walls antar partikel dapat melampaui gaya
tolak menolak yang ada. Dengan demikian, partikel koloid dapat saling mendekati dan
menempel satu sama lain serta membentuk mikroflok. (Farooq dan Velioglu, 1989).
Ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) yang ditambahkan untuk meniadakan
kestabilan partikel koloid tersebut dapat dihasilkan dari senyawa organic dan anorganik tertentu
yang disebut koagulan. Zat kimia yang digunakan dalam proses ini meliputi ion-ion metal
seperti alumunium atau besi, yang mana akan terhidrolisa dengan cepat untuk membentuk
presipitat yang tidak larut dan polielektrolit organik alam atau sintetik, yang mana dengan cepat
teradsoprsi pada permukaan partikel koloid, dengan demikian mempercepat laju pembentukan
agregat dari partikel koloid (Montgomery, 1985).
Flokulasi merupakan proses pembentukan flok, yang pada dasarnya merupakan
pengelompokan/ aglomerasi antara partikel dengan koagulan (menggunakan proses pengadukan
lambat atau slow mixing), Proses pengikatan partikel koloid pengadukan lambat atau slow
mixing), Proses pengikatan partikel koloid oleh flokulan. Pada flokulasi terjadi proses
penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang berukuran besar. Partikel yang berukuran
besar akan udah diendapkan.
Agar patikel koloid dapat menggumpal, gaya tolak-menolak elektrostatik antara
partikelnya harus dikurangi dan transportasi partikel harus menghasilkan kontak diantara partikel
yang mengalami destabilisasi. Setelah partikel-partikel koloid mengalami destabilisasi, adalah
penting untuk membawa partikel-partikel tersebut ke dalam suatu kontak antara satu dengan
yang lainnya sehingga dapat menggumpal dan membentuk partikel yang lebih besar yang disebut
flok. Proses kontak ini disebut flokulasi.
Analisa dan
pembahasan
kesimpulan
1 buah rectifier
1 buah bak elektrokoagulasi
1 buah magnetic stirrer
1 buah jangka sorong
5.4.2. Bahan
1.
2.
3.
4.
Aqua dm
KCl
Plat alumunium
Larutan pewarna
Sebelum elektrokoagulasi
Nama larutan
Warna
Bau
Reaksi
Larutan pewarna+
KCl
Merah pekat
Tidak berbau
Endoterm
Bau
Tidak berbau
Reaksi
eksoterm
Sesudah elektrokoagulasi
Nama larutan
Larutan pewarna+
KCl
Warna
Merah muda
4.6. Perhitungan
4.7. Persamaan Reaksi
Anoda : Al + 2H2O
2H + 2OH2H2O