Anda di halaman 1dari 43

BAB II

PEMBUATAN, PENGENCERAN, PENGUKURAN pH LARUTAN

2.1 Tujuan
1) Membuat larutan dari zat padat (Kristal) dengan molaritas tertentu
2) Membuat larutan dari zat cair dengan molaritas tertentu (pengenceran)
3) Mengetahui cara mengukur pH larutan

2.2. Teori Dasar


Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair
atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekatan atau knsentrasi suatu
larutan dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada tujuan.
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang
terdispersi baik sebagai molekul, atom, maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan
dapat berupa padatan, cairan, atau gas. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian
kecil solute, terhadap relative jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat dalah larutan yang
mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent(pelarut) adalah
medium dalam mana solute terlarut. Pada umumnya zat pelarut adalah air (H 2O), selain air yang
berungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform, benzene, minyak, asam asetat,
akan tetapi menggunakan air biasanya tidak disebutkan.
Selain larutan juga dikenal istilah kosentrasi larutan. Konsentrasi larutan adalah kuatitas
relative suatu zat tertentu didalam larutan. Konsentrasi merupakan suatu ukuran yang
menggambarkan banyaknya zat di dalam suatu campuran dua larutan atau lebih. Larutan yang
mengandung sejumlah kecil solute maka konsentrasinya rendah, sedangkan bila mengandung
sebagian besar solute berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Konsentrasi
larutan dalam kimia dapat dinyatakan dalam molaritas(M), fraksi mol (X), molalitas (m),
normalitas (N), persen berat (%w), persen volume (%V) dan part per million (ppm).
1. Molaritas
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.
M = gr/Mr x 1000/ Ltr larutan

2. Fraksi mol
Fraksi mol menyatakan banyaknya zat terlarut yang tercampur dengan komponen
pelarut yang banyaknya diketahui dan dihitung dalam bentuk mol.
XA = nA/ nA + nB
3. Molalitas
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlalut dalam setiap kilogram larutan

m = mol terlarut/ kg

m = gr/Mr x 1000/gr

4. Normalitas
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan

N = gr ekivalen zat terlarut/ liter larutan

e = mr/ ek

N = gr/e/ liter
5. Persen berat
Persen berat menyatakan berat bahan yang terkandung dalam 100gr larutan.

%(massa) = gr/ 100gr x100%


6. Persen volume (%V)
Persen volume adalah vlume bahan yang terkandung dalam 100ml larutan.

%(volume) = ml/100ml x100%


7. Part per million
PPM adalah milligram zat teralarut dalam setiap kilogram larutan, satuan ini
biasanya dipakai untuk konsentrasi zat yang sangat kecil baik pdat, cairan, dan gas.

Ppm = mg zat/ kg larutan

Faktor faktor yang memengaruhi kelarutan yaitu temperature, sifat pelarut, efek ion
sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh komplek dan lain lain.
Pembuatan larutan banyak aplikasinya dalam kehidupan sehar hari, salah satunya ketika
kita ingin membuat the manis kita menambahkan gula ke dalam air dan kemudian ditambah teh
serta mengaduknya. Ternyataa air tersebut msih terasa manis, kemudian kita menambahkan lagi
air lagi kedalamannya sehingga air teh yang tadinya terasa manis dan pekat menjadi lebih encer
da rasa manisnya berkurang. Air, the dan gula merupakan contoh pembuatan larutan dan
campuran itu disebut larutan serta penambahan air disebut pengenceran. Jadi, larutan adalah
suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan
akan terjadi jika atom, mollekul atau dari suatu zat semuanya terdispersi.
Larutan yang saling melarut kan adalah campuran dua larutan polar atau dua larutan nn
polar yang membentuk larutan satu fase homogeny. Larutan yang tidak melarutkan adalah
campuran dari dua zat cair polar dan non polar membentuk dua fase.
Pengenceran adalah proses mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa
kimia yang pekat diencerkan, kadang kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat
terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Pada proses pengenceran volume dan molaritas
berubah sedangkan jumlah mol tetap.
Pengukuran pH larutan
Pengukuran pH larutan adalahderajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan ia didefinisikan sebagai
logaritma negative ion hydrogen yang koefisien aktivitas ion hydrogen tidak dapat diukur setara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritas.
Nilai pH berkisar antara 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila pH = 7, nilai
pH> 7 menunjukkan sifat basa dan nilai pH< 7 menunjukkan larutan memiliki sifat asam.
Nilai pH = 7 diakatakan netral karena pada air murni ion H + dan ion OH- terlarut(sbg
tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama yaitu 10-7 pada kesetimbangan
Umumnya indicator sedehana yang digunakan adalah kertas lakmus yag berubah menjadi
merah bila tingkat keasaman tinggi dan biru bila tingkat kebasaan tinggi. Selain menggunakan
kertas lakmus, indicator asam basa bisa menggunakan indicator universal dan pH meter uang
bekerja berdasarkan prinsip elektrolit atau konduksivitas suatu larutan.

Skala pH bukanlah skala absolute ia bersifat relative terhadap sekumpulan larutan standar
yang pHnya ditentukan berdasarkan persetujuan.

2.3. Metologi Praktikum

2.3.1. Skema Proses


1. Pembuatan Larutan NaOH 1N

Siapkan alat dan

Timbang NaOH sebanyak 4 gr dalam


gelas kimia menggunakan neraca

Tambahkan NaOH dengan sedikit


aqua dm
Masukkan kedalam labu ukur tambahkan aqua dm
hingga tanda batas

Kocokkan larutan hingga tanda


batas

Beri label pada labu


ukur

2.Pengenceran Larutan HCl


Larutan HCl 5 M
Siapkan alat dan
bahan

Pipet 24 ml larutan HCl


pekat

Masukkan kedalam labu ukur 50 ml tambahkan aqua dm


hingga tanda batas

Tambahkan aqua dm hingga


tanda batas

Kocok larutan hingga


homogen

Beri label pada labu

Analisa dan
pembahasan

Kesimpula

Larutan HCl 1 M
Siapkan alat dan
bahan

Pipet 10 ml larutan
HCl 5 M

Masukkan kedalam labu ukur 50 ml tambahkan aqua dm


hingga tanda batas

Tambahkan aqua dm hingga


tanda batas

Kocok larutan hingga


homogen

Beri label pada labu

Analisa dan
pembahasan

kesimpula

Larutan HCl 0,1 M


Siapkan alat dan
bahan

Pipet 5 ml larutan HCl


1M

Masukkan kedalam labu ukur 50 ml tambahkan aqua dm


hingga tanda batas

Tambahkan aqua dm hingga


tanda batas

Kocok larutan hingga


homogen

Beri label pada labu

Analisa dan
pembahasan

Kesimpula

3. Pengukuran pH Larutan
a. Pengecekan pH dengan lakmus

Siapkan alat dan


bahan

Masukkan kertas lakmus ke dalam larutan


(NaOH dan HCl)

Amatilah perubahan yang


terjadi

Catatkan hasil pengamatan


dalam jurnal

Analisa dan
pembahasan

Kesimpula

b. Pengecekan pH dengan Indikator Universal


Siapkan alat dan
bahan
Masukkan kertas lakmus ke dalam larutan (NaOH
dan HCl)
Amatilah perubahan yang
terjadi
Sesuaikan perubahan dengan standar
yang ada
Catatkan hasil pengamatan dalam
jurnal
Analisa dan pembahasan
kesimpulan

c. Pengecekan pH dengan pH Meter


Siapkan alat dan
bahan
Masukkan kertas lakmus ke dalam larutan (NaOH
dan HCl)
Catatkan hasil yang tertera pada
display
Analisa dan pembahasan

kesimpulan

2.3.2 Penjelasan Skema Proses

1) Pembuatan larutan NaOH 1N


1. Ditimbang NaOH sebanyak 4 gr dalam gelas kimia 100 ml menggunakan neraca
2. Dilarutkan NaOH dengan sedikit aqua dm
3. Dimasukkan ke labu ukur 100 ml dan tambahkan aquades hingga tanda batas
4. Kocok larutan hingga homogen
5. Beri label pada labu ukur

2) Pengenceran Larutan HCl


Larutan A ( pebuatan HCl 5 M)
1. Pipet 24 ml larutan HCl pekat
2. Masukkan kedalam labu ukur 50 ml
3. Tambahkan aqua dm hingga tanda batas
4. Kocokkan larutan hingga homogen
5. Berikan label pada labu ukur
Larutan B( pebuatan HCl 1 M)
1. Pipet 10 ml larutan HCl 5 M
2. Masukkan kedalam labu ukur 50 ml
3. Tambahkan aqua dm hingga tanda batas
4. Kocokkan larutan hingga homogen
5. Berikan label pada labu ukur
Larutan C( pebuatan HCl 0,1 M)
1. Pipet 5 ml larutan HCl 1 M
2. Masukkan kedalam labu ukur 50ml
3. Tambahkan aqua dm hingga tanda batas
4. Kocokkan larutan hingga homogen
5. Berikan label pada labu ukur
6. Pengukuran pH larutan
1. Pengecekan pH dengan lakmus
1. Masukkan kertas lakmus ketiap larutan (NaOH dan HCl) yang telah dibuat
sebelumnya
2. Amati perubahan yang terjadi
3. Catat hasil pengamatan dalam jurnal
2. Pengecekan pH dengan indicator universal
1. Celupkan indikator ketiap larutan (NaOH dan HCl) yang telah dibuat sebelumnya
2. Amati perubahan yang terjadi

3. Sesuaikan perubahan dengan standar yang ada


4. Catat hasil pengamatan dalam jurnal
3. Pengecekan pH dengan lakmus
1. Celupkan elektroda ketiap larutan (NaOH dan HCl) yang telah dibuat sebelumnya
2. Catat hasil yang tertera pada display alat

2.4. Alat Dan Bahan


2.4.1. Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Neraca
spatula
Gelas kimia
Batang pengaduk
Kaca arloji
Gelas ukur

2.4.2. Bahan
1. Aqua dm
2. HCl
3. NaOH

7.
8.
9.
10.
11.
12.

Labu ukur
Pipet tetes
Pipet volum
Filler
pH meter
Botol semprot

4. Indicator universal
5. Kertas lakmus

2.5. Data pengamatan


Pembuatan larutan NaOH 1N

Nama
larutan
NaOH

Sebelum dilarutkan
Bau
Warna Bentuk
Menyenga Putih
Padat
t

Reaksi
NaOH(s
)

Bau
Tidak
berbau

Setelah dilarutkan
Warna Bentuk Reaksi
Bening larutan NaOH(s)+
H2O(aq)
NaOH(aq)

Pengenceran larutan HCl


Nama
Larutan
HCl 5 M
HCl 1 M
HCl 0,1 M

Sebelum dilarutkan
Bau
Warna
Bentuk
Menyengat Kuning Cair
pudar
menyengat Bening Cair
menyengat Bening Cair

Reaksi
HCl(aq)
HCl(aq)
HCl(aq)

Sesudah dilarutkan
Bau
Warna Bentuk
Menye Bening Cair
ngat
Bening Cair
Bening Cair

Reaksi
HCl(aq)
HCl(aq)
HCl(aq)

Pengukuran pH Larutan

Kertas Lakmus

Nama Larutan
NaOH 1N
HCl 5 M
HCl 1 M
HCl 0,1 M

Merah
Biru
Merah
Merah
Merah

Biru
Biru
Merah
Merah
Merah

Indikator Universal
B
D
D
1

2.5.1. Perhitungan

Pembuatan larutan NaOH

BE = Mr/ jumlah OH- = 40/1 = 40

N = ek/v
1 = ek/0,1

Ek = massa/BE

Ek = 0,1

0,1 = massa/40
Massa = 4gr

Pengenceran larutan HCl

Mol = gr/ Mr

M = mol/v = 32,6/1 = 32,6 M

= 1190/ 26,5 = 36,60


HCl = 32,6 M x 32% = 10,4 M
1. Larutan A pembuatan 5 M
V1. C1 = V2.C2
24ml. 10,4ml = 50ml. C2
C2

=5M

2. Larutan A pembuatan 5 M
V1. C1 = V2.C2
10ml. 5 M = 50ml. C2

C2

=1M

3. Larutan A pembuatan 5 M
V1. C1 = V2.C2
5ml. 1 M = 50ml. C2
C2

= 0,1 M

2.5.2. Persamaan Reaksi

1. NaOH(s) + H2O
2. HCl(aq) + H2O

NaOH(aq)
HCl

2.6 Analisa dan pembahasan


Dalam pembuatan NaOH 1 N memerlukan zat padat NaOH sebanyak 4gr yang dilarutkan
sebanyak 100ml. Zat NaOH sebelum dilarutkan benbentuk serbuk putih dan setelah dilarutkan
dalam aqua dm menjadi larutan bewarna bening dan terjadi reaksi perubahan suhu dari dingin
menjadi panas.
Pada awalnya HCl pekat 32% sebelum diencerkan memiliki warna bening kekuningan
dengan bau yang menyengat namun setelah diencerkan dengan menambahkan aquades hingga
tanda batas larutan berubah menjadi bening, bau menyengat berkurang dan adanya penambahan
volume pada larutan serta perubahan konsentrasi larutan.

HCl 5 M sebelum dilarutkan oleh aquades memiliki warna cairan bening dan bau sedikit
menyengat, setelah dilarutkan oleh aquades memiliki warna cairan bening, bau sedikit
menyengat serta terjadi perubahan volume dan konsentrasi pada larutan.
HCl 1 M sebelum dilarutkan oleh aquades memiliki warna cairan bening dan bau sedikit
menyengat, setelah dilarutkan oleh aquades memiliki warna cairan bening, bau sedikit
menyengat serta terjadi perubahan volume dan konsentrasi pada larutan.
Pengetesan asam dan basa pada larutan NaOH 1N,HCl 5 M, HCl 1 M, HCl 0,1 M
menggunakan kertas lakmus, indicator universal dengan mencelupkannya kedalam larutan asam
dan basa.
Pengetesan pada kertas lakmus merah, pada saat kertas lakmus merah dicelupkan ke
larutan HCl 5 M, HCl 1 M, dan HCl 0,1 M tidak terjadi perubahan warna namun pada saat kert
as lakmus dicelupkan pada larutan NaOH 1 N terjadi perubahan warna menjadi biru.
Pengetesan pada kertas lakmus biru, pada saat kertas lakmus biru dicelupkan kelarutan
HCl 5 M, HCl 1 M, dan HCl 0,1 M terjadi perubahan warna menjadi merah namun dengan
perbedaan kepekatan warna yang disebabkan karena konsentrasi larutan yang berbeda,
sedangkan pencelupan kertas lakmus biru ke larutan NaOH tidak mengalami perubahan warna.
Pengetesan dengan indicator universal dengan mencelupkan kertas indicator universal ke
larutan HCl 5 M menunjukkan warna pada angka 0, ke larutan HCl 1 M menunjukkan warna
pada angka 0, dan ke kelarutan HCl 0,1 menunjukkan warna pad angka 1, semakin kecil
angkanya maka semakin tinggi tingkat keasamannya, sedangkan pada larutan NaOH 1 N
menujukkan warna pada angka 13 karena larutan bersifat basa.

2.7. Kesimpulan
1. Dalam pembuatan larutan NaOH 1 N dengan volume 100ml memerlukan 4gr NaOH
2. Dapat mengencerkan larutan HCl 32% dengan mendapatkan 10,4 M
3. Dapat mengetahui bahwa pengenceran merupakan penambahan volume zat pelarut
dalam larutan agar dapat menurunkan konsentrasi larutan.
4. Dalam pembuatan larutan NaOH terjadi perubahan bentuk dari zat padat menjadi cair
serta perubahan warna dari putih menjadi bening.

BAB II
PERSIAPAN AWAL PERMUKAAN

3.1. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tujuan dari persiapan awal permukaan
2. Mengetahui tahapan-tahapan proses persiapan awal permukaan
3. mengetahui reaksi yang terjadi pada setiap tahapan persiapan awal
4. Memperoleh permukaan logam yang lebih halus rata dan bersih
3.2. Teori Dasar
Persiapan awal permukaan merupakan persiapan awal darri benda kerja sebelum
mengalami pelapisan logam. Proses persiapan awal ini sangat menentukan kualitas hasil
pelapisan logam, proses persiapan awal permukaan ini terdiri dari proses mekanik dan kimiawi.
Proses mekanik dari persiapan awal permukaan adalah pengamplasan benda kerja dan
proses kimia yaitu pencucian benda kerja kedua proses tersebut bertujuan untuk menghilangkan
pengotor pada benda logam seperti oli, mingyak, lemak, dan karat.
Pengamplasan benda kerja logam ini merupakan proses membersihkan sebagian karat
pada logam serta membuat lempengan logam menjadi lebih halus, rata dan bersih. Setelah proses
mekanik tersebut dilakukan proses secara kimia dengan mencelupkan plat logam ke dalam
larutan NaOH 1N dan HCl 32%. Pada saat pencelupan ke larutan NaOH 1N berfungsi untuk
menghilangkan lemak dan minyak yg menempel pada plat logam sedangkan pencelupan ke
larutan HCl 32% berfungsi untuk menghilangkan oksida atau karat pada logam, penggunaan HCl
ini karna Hcl merupakan asam kuat sehingga dapat menghentikan reaksi antara logam dan
oksidanya. Factor yang memengaruhi pencucian logam adalah;

Temperature
Konsentrasi
Pengotor
pengadukan

Perlu diperhatikan cara olah permukaan dan pembersihan permukaan agar memperoleh
daya lekat yang baik. Ketidaksempurnaan kedual hal tersebut akan menyebabkan adanya
garisan- garisan pada plat logam.

3.3. Metologi Praktikum

3.3.1. Skema Proses

Siapkan alat dan


bahan
Timbang dan ukur
material uji
Bersihkan permukaan
secara mekanik
Timbang dan ukur
kembali
Rinsing
I
degresi
ng

Rinsing

picklin
Rinsing
III
keringka
n
Analisa dan
pembahasan
kesimpulan

3.3.2. Penjelasan skema Proses


1. Timbang dan ukur material uji
2. Bersihkan material secara mekanik menggunakan amplas kasar 800 meiss dan
halus 1000 meiss hingga permukaan menjadi bersih.
3. Timbang dan ukur kembali material uji menggunakan jangka sorong dan neraca
4. Bersihkan logam menggunakan aquades selama 5 menit
5. Bersihkan logam menggunakan NaOH 1N untuk menghilangkan lemak dan
minyak selama 5 menit
6. Bersihkan kembali dengan aquades selama 5 menit
7. Bersihkan material menggunakan HCl untuk menghilangkan karat selama 5
menit
8. Bilaskan kembali menggunakan aquades selama 5 menit
9. Keringkan menggunakan hairdyer

3.3.3. Gambar Proses

3.4. Alat dan bahan


3.4.1. Alat
1.
2.
3.
4.
5.

1 buah Neraca digital


5 buah Gelas kimia 100ml
1 buah spatula
1 buah batang pengaduk
1 buah haidyer

3.4.1. Bahan
1.
2.
3.
4.
5.

Aqua dm
NaOH 1N
HCl 32%
Plat logam
Amplas

3.5. Data Pengamatan

6. 1 buah labu ukur


7. 1 buah termometer
8. 1 buah hotplate strirrer
9. 1 buah jangka sorong

Sebelum di amplas

Specimen
Baja ST 37

Berat
10,887 gr

Panjang
3,7 cm

Lebar
2,6 cm

Tebal
0,02 cm

Berat
10,887 gr

Panjang
3,7 cm

Lebar
2,6 cm

Tebal
0,01 cm

Sesudah di amplas

Specimen
Baja ST 37

3.6. Perhitungan
Luas sebelum diamplas
Lp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(3,7x 2,6) + 2(3,7x 0,02) + 2(2,6x 0,02)
= 19,24 cm + 0,148 cm

+ 0,104 cm

= 19,492 cm2
Luas sebelum diamplas
Lp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(3,7x 2,6) + 2(3,7x 0,02) + 2(2,6x 0,02)
= 19,24 cm + 0,074 cm
= 19,366 cm2
3.7. Persamaan Reaksi
Rinsing

+ 0,052 cm

L(s) + H2O

L(s) + H2O(aq)

Degresing
L(s) + lemak + NaOH +

O
L(s) + R

Na + Gliserol
O

Pickling
L(s) + FeO3 + HCl(aq)

FeCl3 + L(s) + H20(aq)

3.8. Analisa dan Pembahasan


Persiapan awal permukaan diawali dengan mengukur dan menimbang baja ST 37 yang
memiliki dimensi panjang 3,7cm, lebar 2,6cm , tebal 0,02cm, berat 10,887gr dan luas permukaan
19,492cm . Setelah plat logam di amplas menggunakan amplas kasar dan halus dimensi plat
menjadi panjang 3,7cm, lebar 2,6cm, tebal 0,01cm, berat 10,887gr dan luas permukaan 19,336 ,
jadi terjadi perubahan pada tebal plat karena pengotor pada plat telah hilang yang menyebabkan
berubahnya luas permukaan pada plat. Setelah itu dilakukan proses rinsing dengan mencelupkan
pada aqua dm untuk menetralkan plat logam. Setelah itu dicelupkan ke larutan NaOH 1 N
(degresing) bertujuan menghilangkan minyak, lemak,oli pada plat logam. Kemudian plat dicuci
kembali untuk menghilangkan NaOH yang masih menempel pada plat. Stelah itu dicelupkan ke
HCl 32% agar oksida atau karat hilang.

3.9. Kesimpulan
1. Perbersihan mekanik menggunakan amplas untuk menghilangkan pengotor
2. Perbersihan kimia menggunakan larutan kimia bertujuan untuk menetralkan plat
logam(rinsing), membersihkan dari minyak,lemak dan oli(degreasing),
menghilangkan oksida atau karat(pickling)
3. Terjadi penurunan ketebalan plat logam diakibatkan oleh proses pengamplasan

BAB III
ELEKTROPLATING BAJA ST 37

4.1. Tujuan
1. Mengetahui proses electroplating baja ST 37 dengan menggunakan pelapis tembaga
2. Mengetahui perubahan dan reaksi yang terjadi selama proses electroplating dengan
bahan pelapis tembaga
3. Meningkakan ketahanan korosi

4.2. Teori Dasar


Electroplating adalah suatu proses pengendapan atau deposisi logam pada permukaan
logam lain untuk melindungi, dengan cara elektrolisis. Elektrolisa dilakukan dalam suatu bejana
yang disebut sel elektrolisa yang berisi larutan elektrolit dan dua jenis elektroda masin masing

dihubungkan olejh arus listrik. Hasil dalam electroplating dipengaruhi oleh berbagai macam
variable, diantaranya larutan yang digunakan, suhu larutan, durasi electroplating, tegangan antara
kedua elektroda, keadaan elektroda yang digunakan. Proses electroplating bertujuan untuk
meningkatkan ketahanan korosi,meningkatkan sifat mekanis benda, dan memperbaiki sifat
dekoratif
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya
larutan, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan
atau solvasi. menjadi konduktor elektrik, konduktor elektrik adalah material yang dapat
menghantarkan arus listrik dengan mudah. ion-ion merupakan atom-atom bermuatan elektrik.
Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya
berbentuk asam, basa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada
kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan
asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar.
Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl
yang merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalm
bentuk larutan dan lelehan. atau bentuk liquid dan aqueous. sedangkan dalam bentuk solid atau
padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.
Anoda adalah elektroda , elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan
dengan bagian atau media non-logam dari sebuah sirkuit (misalnya semikonduktor, elektrolit
atau vakum). Biasa berupa logam maupun penghantar listrik lain, pada sel elektrokimia yang
terpolarisasi jika arus listrik mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir berlawanan dengan
arah pergerakan elektron. Pada proses elektrokimia, baik sel galvani maupun sel elektrolisis,
anoda mengalami oksidasi.

4.3. Metodologi Praktikum


4.3.1. Skema Proses
Siapkan alat dan
bahan
Persiapan awal permukaan baja
st 37
Masukan larutan elektrolit ke bak
elektroplating
Hub plat baja ST 37 ke
anoda
Hub plat kembaga ke
katoda
Celupkan anoda dan katoda ke larutan
elektrolit
Beri arus 2A dengan suhu

Putuskan aliran
listrik

Bersihkan plat baja


ST 37
Ukur dan timbang
dimensi
Analisa dan
pembahasan
kesimpulan

4.3.2. Penjelasan Skema Proses


1. Persiapan awal permukaan logam baja ST 37 dengan membersihkan plat dairi
lemak,oli, minyak,oksida dan pengotor lainnya menggunakan amplas, NaOH, HCl,
dan aqua dm
2. Dimasukkan larutan elektrolit ke bak electroplating
3. Dihubungkan plat tembaga ke kutub positif rectifier(anoda)
4. Dihubungkan plat baja ST 37 ke kutub negative rectifier(katoda)
5. Dicelupkan anoda dan katoda ke dalam larutan elektrolit dengan suhu kamar
6. Nyalakan rectifier beri arus 2A dengan variasi waktu
7. Diputuskannya aliran listrik
8. Diangkat baja ST 37 dari larutan elektrolit dan bilas dengan aqua dm
9. Keringkan dan ukur dimensi baja ST 37

3.4. Alat dan bahan


3.4.1. Alat
1. 1 buah rectifier

5. 1 buah gelas kimia 100 ml

2. 1 buah bak electroplating

6. 1 buah magnetic stirrrer

3. 1 buah jangka sorong

7. 1 buah hotplate stirrer

4. 1 buah neraca digital

3.4.2. Bahan
1. Aqua dm
2. Larutan elektrolit CuSO4
3. Plat tembaga
4. Plat baja ST 37

3.5. Data Pengamatan


Sebelum dilapisi

Specimen
Baja ST 37

Berat
10,887 gr

Panjang
4,2 cm

Lebar
2,98 cm

Tebal
0,011 cm

Berat
6,5033

Panjang
4,12 cm

Lebar
2,98 cm

Tebal
0,011 cm

Sesudah di lapisi

Specimen
Baja ST 37
4.6. Perhitungan

Luas sebelum di lapisi


Lp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(4,12x 2,98) + 2(4,12x 0,11) + 2(2,6x 0,11)
= 24,552 cm + 0,9064 cm

+ 0,6556 cm

= 26,114 cm2
Luas sesudah dilapisi
Lp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(4,12x 2,98) + 2(4,12x 0,11) + 2(2,6x 0,11)
= 24,552 cm + 0,9064 cm

+ 0,6556 cm

= 26,114 cm2
W = e. i. t
96500
Ketebalan

= 31,75.2.300 = 0, 197gr e = Ar/ biloks = 63,5/2 = 31,25


96500

Ketebalan = Wakhir Wawal = 6,5033- 10,3887 = 3,88854


A.ro

0,96 x 26,114

233,981

4.7. Persamaan Reaksi


Anoda : Cu
2H2O

Cu2+ + 2e4H + O2 + 4e-

Katoda : 2H + 2e-

H2

2H2O + O2 + 4e-

4OH-

4.8. Analisa dan Pembahasan


Pelapisan logam dengan Cu ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi. Dalam
hal ini logam Cu akan melapisi logam yang memiliki potensial negative lebih tinggi. Cu akan
melapisi plat baja ST 37 dan baja ST 37 akan lebih tahan terhadap korosi.
Proses pelapisan ini menggunakan cara elektrolisis, yaitu proses perpidahan electron pada
anoda dan katoda dibantu dengan larutan elektrolit dan arus listrik. Dalam hal ini Cu sebagai
pelapis dan baja ST 37 yang akan dilapisi, karena baja ST 37 mudah terkena korosi maka baja
ST 37 sebelum electroplating perlu dilakukan persiapan awal permukaan agar permukaan pla
menjadi halus,rata, bersih dari berbagai pengotor. Permbersihan ini diawali dengan amplas plat
agar korosi hilang dan membuat plat menjadi halus agar hasil electroplating baik. Stelah itu
menghilangkan minyak, lemak, oli dengan NaOH bertujuan agar tidak menghambat daya hantar
listrik dan juga permukaan kontak antara logam dasar dengan logam pelapis sedangkan
menghilangkan karat dengan HCl bertujuan untuk meningkat tidak mudah terkelupas.
Pada saat arus dinyalakan terjadi reaksi kimia dalam system, yang mana ion positif dalam
larutan akan bergerak mendekati katoda dan ion negative akan bergerak mendekati anoda.reaksi
reduksi terjadi di katoda dan reaksi oksidasi pada anoda. Dalam hal ini, tembaga digunakan
sebaagai anoda akan melepas electron sementara lempeng besi akan menerima electron.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi proses electroplating yaitu, arus yang
mengalir,pH,konsentrasi larutan, temperature, lama waktu pelapisan serta logam dasar itu
sendiri. Arus sendiri berperan besar dalam electroplating karna arus yang mengalir akan
mempengaruhi lapisan, apabila arus tinggi akan memberikan lapisan ketebalan yg besar namun
adsivitas rendah, sedangkan arus rendah akan memberikan lapisan tipis namun adesivitas tinggi.

4.8. Kesimpulan
1. Plat baja ST 37 terlapisi oleh tembaga sebagai pelapis dasar
2. Plat ST 37 mengalami perubahab warna sesuai warna pelapis yaitu tembaga menjadi
warna kemerah merahan dan mengalami penebalan lapisan
3. Electroplating bertujuan untuk destruktif dan dekoratif
4. Factor yang mempegaruhi pelapisan adalah, kuat arus, lama waktu pelapisan, larutan
elektrolit yang digunakan, pH larutan elektrolit, temperature pelapisan Cu

BAB IV
ANODISASI ALUMUNIUM

5.1. Tujuan
1. Mengetahui prinsip dasar anodisasi alumunium
2. Mengetahui perubahan dan reaksi yang terjadi selama anodisasi
3. Meningkatkan ketahanan korosi

5.2. Dasar Teori


Alumunium (Al) termasuk logam lunak, liat dan mudah ditempa. Alumunium
mempunyai sifat ringan, bercahaya dan daya hantar listrik. Adaya sifat ringan ini membuat
alumunium banyak digunakan pada industri pesawat terbang dan angkutan. Al mempunyai
afinitas yang besar terhadap oksigen, membentuk lapisan oksida yang terbentuk dialumini tipis,
maka melindungi korosi lapisan oksida ini harus tebal yang dapat dihasilkan dari proses
anodisasi.
Anodisasi adalah proses pelapisan dengan cara elektrolisis untuk melapisi permukaan
logam dengan suatu material ataupun oksida yag bersifat melindungi dari lingkungan sekitar.
Prinsip anodisasi adalah elektrolisis yaitu proses kimia yang mengubah energy listrik menjadi

energy kimia. Pada proses ini kompnen yang paling penting adalah elektroda dan larutan
elektrolit.pada elektrolisis katoda merupakan kutub negative dan anoda merupakan kutub positif.
Pada dasaarnya proses anodisasi merupakan rekayasa permukaan untruk memproteksi logam dari
korosi dan untuk memperindah tampilan.
Anodisasi alumunium adalah proses pembentukan oksida pada Al secara elektrolisa. Anodisasi
Al bertujuan sebagai berikut:
1. Menigkatkan ketahanan korosi
2. Meningkatkan adhesi
3. Memperbaiki Penampilan Dekoratif
4. Sebagai dasar untuk pelapisan lain
5. Meningkatkan tahanan listrik atau sebagai isolasi listrik
6. Meningkatkan ketahanan abrasi
Proses anodisasi ini di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti rapat arus, jenis larutan elektrolit,
pH larutan, konsentrasi larutan, temperatur operasi. Disamping itu perlu juga diperhatikan pula
proses persiapan permukaannya, karena apabila ada kotoran atau lemak yang terbawa pada
permukaan, maka hasil anodisasi akan kurang baik terhadap daya lekat maupun sifat-sifatnya.
Proses anodisasi Al juga prinsipnya hampir sama dengan proses pelapisan dengan cara lapis
listrik . Akan tetapi bedanya logam yang akan dioksidasi ditempatkan sebagai anoda di dalam
larutan elektrolit. Perbedaan lain ialah larutan elektrolit yang digunakan bersifat asam dengan
penyerah arus DC bertipe voltage dan ampere tinggi. Katoda disini hanya berfungsi sebagai
penghantar arus listrik, jadi tidak larut. Katoda harus dari bahan logam yang tidak larut atau
terkorosi di dalam larutan asam kuat misalnya stainless steel, alumunium, titanium dll atau bahan
dari grafit.
Reaksi yang tejadi
Katoda :

2H+ + 2e > H2

2H2O + 2e + O2 > OH
Anoda :

2H2O > O2 + 4H+ + 4e

Al > Al3+ + 3e
Reaksi total:
2Al + O2 + H2O > Al2O3 + H2

Perlatan utama dari proses anodisasi sam seperti yang digunakan pada proses pelapisan secara
listrik yaitu penyerah arus rectifier, elektroda katoda dan anoda, rak serta bak pada proses
anodisasi tidak menggunakan alat perndingin (thermostat). Fungsi dari alat-alat tersebut hampir
sama dengan yang digunakan pada proses lapis listrik yang telah dijelaskan pada sebelumnya
dilihat dari proses pemakaian dan kegunaannya. Proses anodisasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu
untuk keperluan dekoratif dan keperluan protektif. Untuk keperluan yang bersifat dekoratif harus
tahan cuaca dan tahan warna. Jenis ini proses anodisasinya dilakukan diatas temperatur kamar,
sedangkan untuk yang bersifat protektif yaitu tahan terhadap proses korosi dan abrasi biasa
disebut anodisasi keras. Proses ini dilakukan di bawah temperatur kamar.
Selain alumuniun dan paduaannya, logam-logam seperti stainless steel, titanium dan tembaga
dapat juga dilakukan proses anodisasi, karena mempunyai sifat kedap air dan relatif stabil.
Proses anodisasi pada umumnya dilakukan pada temperatur yang lebih rendah, karena akan
menghasilkan lapisan yang keras, dan porositasnya rendah. Bila dilakukan pada temperatur
tinggi lapisan yang akan terbentuk akan lebih poros sehingga daya tahan terhadap korosinya
terutama pada udara terbuka akan menurun dan karena bagian luar lapisannya sangat rapuh dan
mudah lepas.
Pemakaian arus searah akan menghasilkan lapisan yang lebih keras dan tahan korosi, tapi lebih
bersifat rapuh. Sifat ketahanan korosi akan bergantung pada proses pengerjaan akhir, terutama
proses sealing. Proses sealing bertujuan untuk menutupi atau melapisi pori-pori yang tidak dapat
di tutupi dengan proses anodisasi. Caranya mereaksikan lapisan hasil anodisasi dengan H2O atau
dengan larutan kimia lainnya.
Proses sealing akan sangat efektif apabila dilakukan dengan air biasa pada temperatur didih atau
larutan tertentu dengan pH yang tepat. Keefektifan sealing akan berkurang jika lapisan oksida
yang terbentuk tidak rata, tidak keras dan banyak terdapat cacat atau rusak. Tampak rupa, warna
dan sifat-sifat lapisan oksida yang terbentk akibat pengaruh dari larutan elektrolit dan jenis bahan
yang dioksidasi.

5.3. Metodologi Praktikum


5.3.1. Skema Proses
Siapkan alat dan
bahan
Persiapan awal permukaan plat
Al
Hub plat Al ke anoda

Hub plat Pb ke katoda

Celupkan anoda dan katoda ke larutan


elektrolit
Bilas menggunakan aqua
Celupkan plat yang sudah dianodisasi ke
larutan pewarna
Bersihkan dengan
aqua dm
Ukur dan timbang
dimensi
Analisa dan
pembahasan
kesimpulan

5.3.2. Penjelasan Skema Proses


1. Bersihkan plat Al menggunakan proses pengamplasan,rinsing, degreasing,
rinsing,pickling,rinsing agar pengotor,lemak, minyak, karat hilang dan
permukaan plat jadi halus
2. Dihubungkan plat Al pada anoda rectifier
3. Dihubungkan plat Pb pada katoda rectifier
4. Dicelupkan anoda dan katoda ke larutan H2SO4 2N / 10% dengan arus 2 A
selama 5 menit
5. Dibilas dengan aqua dm
6. Dicelupkan plat yang telah dianodisasi ke larutan pewarna pada suhu 50-60 o
C selama 5 menit
7. Dibershkan dengan aqua dm
8. Direndam plat Al dalam aqua dm dengan suhu 100 o C(sealing) selama 5
menit
9. Dibersihkan dengan aqua dm
10. Keringkan, timbang dan ukur dimensi

5.3.3. Gambar skema Proses

5.4. Alat dan Bahan


5.4.1. Alat
1.
2.
3.
4.
5.

1 buah rectifier
1 buah bak anodisasi
1 buah thermometer
1 buah magnetic stirrer
1 buah jangka sorong

1.
2.
3.
4.

Aqua dm
H2SO4 10%
Plat alumunium
Larutan pewarna

5.4.2. Bahan

6. 3 buah gelas kimia 100ml


7. 3 buah gelas kimia 25ml
8. 1 buah hotplate stirrer
9. 1 buah neraca digital

5.5. Data pengamatan

Sesudah di lapisi
spesimen
Plat Al sebelum
amplas
Plat Al sesudah
amplas
Plat Al sesudah
sealing

Lebar
2,87 cm

Panjang
3,78 cm

tebal
0,0940 cm

Berat
1,5765 gr

2,87 m

3,78 cm

0,070 cm

1,528 gr

2,82 cm

3,76 cm

0,075 cm

1,147 gr

4.6. Perhitungan
Luas sebelum di amplas
Lp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(3,78x 2,87) + 2(3,78x 0,094) + 2(2,87x 0,094)
= 21,6972 cm + 0,7106 cm

+ 0,5396cm

= 22,9474 cm2
Luas sesudah di amplas
Lp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(3,78x 2,87) + 2(3,78x 0,070) + 2(2,87x 0,070)
= 21,6972 cm + 0,5292 cm

+ 0,4018cm

= 22,6282 cm2
Luas sesudah sealing
Lp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(3,76x 2,82) + 2(3,76x 0,075) + 2(2,82x 0,075)
= 21,2064cm + 0,564 cm

+ 0,423cm

= 22,1934 cm2
W = e. i. t

= 31,75.2.300 = 0, 197gr e = Ar/ biloks = 63,5/2 = 31,25

96500

96500

Ketebalan
Ketebalan = Wakhir Wawal = 1,5285- 1,576 =
A.ro

22,1934 x 2,7

Ketebalan set sealing= Wakhir Wawal = 1,147- 1,5285=


A.ro

22,1934 x 2,7

0,048

= -0,000801

59,9222
0,048

= -0,000676

59,9222

4.7. Persamaan Reaksi


Anoda : Al

Al3+ + 3e-

2H2O

4H + O2 + 4e-

Katoda : 2H + 2e-

H2

2H2O + O2 + 4e-

4OH-

Reaksi Pembentukan oksida


2Al3+ + 3OH-

Al2O3 + 3H+

Reaksi Anodisasi
2Al3+ + O2 + H2O

Al2O3 + H2

4.8. Analisa dan Pembahasan


Anodisasi merupakan proses pembentukan oksida dalam suatu proses elktrolisis pada
bagian Anoda dari suatu logam yang bertindak sebagai anion. Dalam hal ini digunakan
alumunium sebagai anoda dan katoda. Alumunium akan membentuk suatu oksida apabla
bereaksi dengan oksigen, sehingga alumunium akan mencegah korosi lebih lanjut ketika
alumunium tersebut kontak dengan oksigen dengan cara membentuk lapisan oksida yang
menyelimuti seluruh permukaan alumunium. Lapisan oksida yang menyelimuti alumunium

disebut oksida alumunium atau Al2O3, yang dapat terlihat sebagai lapisan putih yang
menyelimuti alumunium tersebut. Meskipun dikatakan menyelimuti alumunium, oksida
alumnium ini (oksida alumunium) memilki pori-pori yang sangat kecil sehingga masih
memungkinkan zat warna dapat terserap kedalamnya sehingga, dalam prosesnya, proses
anodisasi ini sering dimanfaatkan untuk proses pewarnaan pada logam. Arus listrik akan
mempengaruhi proses pelapisann oksida pada Al, semakin besar arus listrik semakin cepat
pelapisan oksida pada alumuniym.
Pada proses anodisasi Al ditempatkan pada anoda dan katoda oleh inert(Pb,Pt,C,Au) yang
merupakan logam yg tidak bereaksi dan hanya sebagai penghantar listrik saja. Setelah itu anoda
dan katoda di celupkan pada larutan elektrolit H2SO4 yang berfungsi untuk membuat terjadinya
reaksi antara elektroda atau mempercepat reaksi, pada proses ini terjadi gelembung gelembung
karna adanya reaksi redoks antara larutan elektrolit dan plat Al, pada anoda terjadi gelembung O 2
dan pada katoda dihasilakn gas H2 dan juga adanya bau yang menyengat dihasilkan oleh larutan
elektrolit.
Tahap akhir dari anodisasi adalah pewarnaan dan sealing. Pada tahap pewarnaan
bertujuan untuk memperindah tampilan dan juga memperlihatkan bagian logam ang mengalami
anodisasi karena logam yang tidak tercelup ke dalam larutan anodisasi ini tidak mengalami
perubahan warna dalam kata lain logam tidak terlapisi zat pewarna. Setelah dilakukan proses
pewarnaan dilakukan proses sealing yaitu proses pencucian logam dengan menggunakan aqua
dm panas ang bertujuan untuk menutup pori pori bendakerja sehingga warna dan lapisan tipis
yang terbentuk tidak memudar dan lebih melekat. Proses sealing akan sangat efektif apabila
dilakukan dengan air biasa pada temperatur didih atau larutan tertentu dengan pH yang tepat.
Keefektifan sealing akan berkurang jika lapisan oksida yang terbentuk tidak rata, tidak keras dan
banyak terdapat cacat atau rusak. Tampak rupa, warna dan sifat-sifat lapisan oksida yang
terbentk akibat pengaruh dari larutan elektrolit dan jenis bahan yang dioksidasi

BAB V
ELEKTROKOAGULASI LARUTAN PEWARNA MAKANAN

5.1. Tujuan
1. Mengetahui tahapan proses elektrokoagulasi
2. Mengetahui perubahan dan reaksi yang terjadi selama elektrokoagulasi
3. Mengetahui perubahan fisik yang terjadi selama
dan setelah
elektrokoagulasi

5.2. Dasar Teori


Koagulasi flokulasi adalah salah satu proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan
bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid. Dimana partikel-partikel koloid ini
tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisik. Pada proses koagulasi,
koagulan dan air limbah yang akan diolah dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat
kemudian dilakukan pengadukan secara cepat agar diperoleh campuran yang merata distribusi
koagulannya sehingga proses pembentukan gumpalan atau flok dapat terjadi secara merata pula.
Koagulasi dan flokulasi diperlukan untuk menghilangkan material limbah berebentuk
suspense atau koloid. Koloid merupakan partikel-pertikel berdiameter sekitar 1 nm (10 -7cm)

hingga 0,1 nm (10-8cm). partikel-partikel ini tidak dapat mengendap dalam periode waktu
tertentu dan tidak dapat dihilangkan dengan proses perlakuan fisika biasa.
Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid padatan tersuspensi
termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. sehingga akan terbentuk flok-flok halus yang
dapat diendapkan, proses pengikatan partikel koloid. Pengadukan cepat (flash mixing)
merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah untuk
mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang diolah. Koagulan yang
umum dipakai adalah alumunium sulfat, feri sulfat, fero sulfat dan PAC.
Umumnya partikel-partikel tersuspensi atau koloid dalam air buangan memperlihatkan
efek Brownian. Permukan partikel-partikel tersebut bermuatan listrik negatif. Partikel-partikel itu
menarik ion-ion positif yang terdapat dalam air dan menolak ion-ion negatif. Ion-ion positif
tersebut kemudian menyelubungi partikel-partikel koloid dan membentuk lapisanrapat
bermuatan didekat permukannya. Lapisan yang terdiri dari ion-ion positif itu disebut dengan
lapisan kokoh (fixed layer). Adanya muatan-muatan pada permukaan partikel koloid tersebut
menyebabkan pembentukan medan elektrostatik di sekitar partikel itu sehingga menimbulkan
gaya tolak-menolak antar partikel. Disamping gaya tolak-menolak akibat muatan negatif pada
partikel-partikel koloid, ada juga gaya tarik manarik antara 2 patikel yang dikenal dengan gaya
Van der Walls. Selama tidak ada hal yang mempengaruhi kesetimbangan muatan-muatan listrik
partikel koloid, gaya tolak menolak yang ada selalu lebih besar dari pada gaya Van der Walls,
dan akibatnya partikel koloid tetap dalam keadaan stabil (Farooq dan Velioglu, 1989).
Jika ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) ditambahkan kedalam koloid target
koagulasi, maka kation tersebut akan masuk kedalam lapisan difusi karena tertarik oleh muatan
negatif yang ada permukaan partikel koloid. Hal ini menyebabkan konsentrasi ion-ion dalam
lapisan difusi akan meningkat. Akibatnya, ketebalan lapisan difusi akan berkurang
(termampatkan kea rah permukaan partikel). Pemampatan lapisan difusi ini akan mempengaruhi
potensial permukaan partikel koloid, gaya tolak menolak antar partikel serta stabilitas partikel
koloid. Penambahan kation hingga mencapai suatu jumlah tertentu akan merubah besar partikel
kesuatu tingkat dimana gaya tarik menarik Van der Walls antar partikel dapat melampaui gaya
tolak menolak yang ada. Dengan demikian, partikel koloid dapat saling mendekati dan
menempel satu sama lain serta membentuk mikroflok. (Farooq dan Velioglu, 1989).
Ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) yang ditambahkan untuk meniadakan
kestabilan partikel koloid tersebut dapat dihasilkan dari senyawa organic dan anorganik tertentu

yang disebut koagulan. Zat kimia yang digunakan dalam proses ini meliputi ion-ion metal
seperti alumunium atau besi, yang mana akan terhidrolisa dengan cepat untuk membentuk
presipitat yang tidak larut dan polielektrolit organik alam atau sintetik, yang mana dengan cepat
teradsoprsi pada permukaan partikel koloid, dengan demikian mempercepat laju pembentukan
agregat dari partikel koloid (Montgomery, 1985).
Flokulasi merupakan proses pembentukan flok, yang pada dasarnya merupakan
pengelompokan/ aglomerasi antara partikel dengan koagulan (menggunakan proses pengadukan
lambat atau slow mixing), Proses pengikatan partikel koloid pengadukan lambat atau slow
mixing), Proses pengikatan partikel koloid oleh flokulan. Pada flokulasi terjadi proses
penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang berukuran besar. Partikel yang berukuran
besar akan udah diendapkan.
Agar patikel koloid dapat menggumpal, gaya tolak-menolak elektrostatik antara
partikelnya harus dikurangi dan transportasi partikel harus menghasilkan kontak diantara partikel
yang mengalami destabilisasi. Setelah partikel-partikel koloid mengalami destabilisasi, adalah
penting untuk membawa partikel-partikel tersebut ke dalam suatu kontak antara satu dengan
yang lainnya sehingga dapat menggumpal dan membentuk partikel yang lebih besar yang disebut
flok. Proses kontak ini disebut flokulasi.

5.3. Metodologi Praktikum


5.3.1. Skema Proses
Siapkan alat dan
bahan
Persiapan awal permukaan plat
Al
Masukkan larutan pewarna +aquades ke bak
elektrokoagulasi
Hub plat Al ke anoda

Hub plat ke Al katoda

Celupkan anoda dan katoda ke larutan pewarna


+ KCl
Beri arus 2 A selama 5 menit, aduk

Matikan arus listrik

Analisa dan
pembahasan
kesimpulan

5.3.2. Penjelasan Skema Proses


1. Bersihkan plat Al menggunakan proses pengamplasan,rinsing, degreasing,
rinsing,pickling,rinsing agar pengotor,lemak, minyak, karat hilang dan
permukaan plat jadi halus
2. Masukkan 20ml larutan pewarna dan tmbah aqua dm hingga menjadi
300ml
3. Dihubungkan plat Al pada anoda rectifier
4. Dihubungkan plat Al pada katoda rectifier
5. Dicelupkan anoda dan katoda ke larutan pewarna yang telah ditambah KCl
6. Dinyalakan rectifier dengan arus 2 A selama 5 menit
7. Setelah 5 menit matikan rectifier
8. Amati perubahan yang terjadi pada larutan pewarna

5.3.3. Gambar skema Proses

5.4. Alat dan Bahan


5.4.1. Alat
1.
2.
3.
4.

1 buah rectifier
1 buah bak elektrokoagulasi
1 buah magnetic stirrer
1 buah jangka sorong

5. 1 buah hotplate stirrer


6. 1 buah neraca digital

5.4.2. Bahan
1.
2.
3.
4.

Aqua dm
KCl
Plat alumunium
Larutan pewarna

5.5. Data pengamatan

Sebelum elektrokoagulasi
Nama larutan

Warna

Bau

Reaksi

Larutan pewarna+
KCl

Merah pekat

Tidak berbau

Endoterm

Bau
Tidak berbau

Reaksi
eksoterm

Sesudah elektrokoagulasi
Nama larutan
Larutan pewarna+
KCl

Warna
Merah muda

4.6. Perhitungan
4.7. Persamaan Reaksi
Anoda : Al + 2H2O

Al(OH)3 + 3H+ + 3e-

Katoda : 2H2O + 2eO2 + 4H +4e-

4.8. Analisa dan Pembahasan

2H + 2OH2H2O

Anda mungkin juga menyukai