Pengaruh TAK Dengan Kemampuan Sosialisasi Lansia
Pengaruh TAK Dengan Kemampuan Sosialisasi Lansia
TINJAUAN PUSTAKA
b) Menurut Bab 1 pasal 1 ayat (2) Undang- Undang No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai berikut: lansia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Tamher, 2011).
c) Menurut (Mubarak, 2010) Departemen Kesehatan RI membagi lansia
menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas,
2. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium dan
3. Kelompok usia lanjut (>65 tahun) sebagai senium
d) Menurut Setyonegoro, 1984 dalam (Tamher,2011) menggolongkan bahwa
yang di sebut usia lanjut (geriatric age) adalah:
2.1.3
1. Young old
2. Old
3. Very old
Tipe Lansia
Beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam
Bukhari, 2008). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, ramah, rendah hati, mempunyai kesibukan, dermawan, dan menjadi
panutan.
2. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
Teori
ini
menyatakan
bahwa
lansia
yang
berhasil
pembebasan
(Cumming
and
Henry,
1961)
3) Teori psikologi
Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak, hal
ini dapat dilihat dari perbedaan kemampuan lanjut usia dalam
memecahkan masalah, di mana sebagian lanjut usia masih mampu
memecahkan masalah mereka dengan baik, tetapi sebagian lanjut usia
telah mengalami kemunduran mental yang substansial atau luas (Watson,
2003). Sedangkan Smeltzer (2001) berpendapat bahwa psikologi
penuaan yang berhasil dapat dilihat dari kemampuan individu lansia
dalam beradaptasi terhadap kehilangan fisik, sosial, dan emosional serta
mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup.
Hanghurst (1972) berpendapat bahwa setiap individu harus
memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap
kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan sukses
(Mubarak, 2010).
4) Teori Perkembangan
Joan Birchenall dan Mary E. Streight (1973) menekankan
perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna memahami
perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya
(Bukhari. 2008).
5) Teori kesalahan genetik
Dari Afgel berpendapat bahwa proses menjadi tua ditentukan oleh
kesalahan sel genetik DNA dimana sel genetik memperbanyak diri (ada
yang
memperbanyak
diri
sebelum
pembelahan
sel)
sehingga
kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian maka seseorang akan
tampak tua (Mubarak, 2010).
6) Rusaknya sistem imun tubuh (autoimun)
Dalam
teori
ini
mutasi
yang
terjadi
secara
berulang
a.
b.
2002).
Perubahan psikolososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan
ini sangat beragam, bergantung kepada kepribadian invidu yang bersangkutan.
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun.
Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman
teman yang akrab dan disingkirkan untuk dudukduduk dirumah dengan begitu
dapat menimbulkan perasaan kesepian akibat pengasingan dari lingkungan
sosial, kehilangan hubungan teman dan keluarga, perubahan mendadak dalam
kehidupan rutin barang tentu membuat mereka merasa kurang melakukan
kegiatan yang berguna, antara lain:
Minat
Pada umumnya diakui bawa minat seseorang berubah dalam
kuantitas dan kualitas pada masa lanjut usia. Lazimnya minat dalam
aktifitas fisik cenderung menurun dengan bertambahnya umur. Kendati
perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan dengan menurunnya
kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa halhal tersebut
dipengaruhi oleh faktor faktor sosial.
2) Isolasi dan kesepian
Isolasi sosial di mana seorang individu mengalami penurunan atau
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang bearti
dengan orang lain. Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang
lanjut usia terisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu
mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha. Selanjutnya membuat orang
lanjut usia merasa terputus dari hubungan dengan orangorang lain. Faktor
lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih parah adalah perubahan
sosial, terutama mengendornya ikatan kekeluargaan. Bila orang usia lanjut
tinggal bersama sanak saudaranya, mereka mungkin bersikap toleran
terhadapnya, tetapi jarang menghormatinya lebih sering terjadi seorang
lanjut usia menjadi terisolasi dalam arti kata yang sebenarnya, karena ia
hidup sendiri (Mubarak, 2006).
Kesepian merupakan suatu perasaan pedih, sunyi, lengang, tidak
ramai, hidup dalam keterasingan karena kehilangan (Prasetya, 2004).
Kesepian adalah sebuah perasaan dimana orang mengalami rasa yang kuat
kehampaan dan kesendirian. Kesepian adalah suatu kesadaran pedih bahwa
seseorang memiliki hubungan yang tidak dekat dan tidak berarti dengan
orang lain. Kekurangan tadi menimbulakan kekosongan, kesedihan,
b. Fase Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
c. Fase Kebersamaan
Setelah tahap konflik anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi
masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negatif
dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun,
kelompok lebih stabil dan realistis, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai
dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4. Fase terminasi
Terminasi dapat sementara (temporal) atau akhir. Terminasi dapat juga
anggota kelompok atau pemimpin kelompok keluar dari kelompok. Pada
akhir sesi, perlu dicatat atau didokumentasikan proses yang terjadi berupa
2.2.3
notulen.
Definisi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama (Keliat, 2005). Terapi aktivitas kelompok dibagi empat,
yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas
kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita, dan
terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat,2005).
a.
b.
c.
d.
e.
stimulasi eksternal.
Tujuan khusus :
Penderita mampu menyebutkan identitasnya.
Menyebutkan identitas penderita lain.
Berespon terhadap penderita lain.
Mengikuti aturan main.
Mengemukakan pendapat dan perasaannya.
(Herman, 2011 ).
Menurut Keliat (2005), tujuan umum TAK sosialisasi yaitu klien dapat
meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
Sementara, tujuan khususnya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
2.2.6
3. Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama
lain untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
2.3.7
b. Communication model
c. Model interpersonal
d. Model psikodrama
2.4
sosial
adalah
keadaan
seseorang
individu
mengalami
Menurut Stuart Sundeen dalam Yosep, 2010 rentang respon klien ditinjau dari
interaksinya dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang
terbentang antara respons adaptif dengan maladaptif sebagai berikut :
Respon adaptif
Respon maladaptif
Menyendiri
Otonomi
Bekerjasama
interdependen
Merasa sendiri
Depedensi
curiga
Menarik diri
Ketergantungan
Manipulasi
curiga
Stuart Sundeen
1. Respon adaptif
a. Menyendiri
Respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah terjadi di
lingkungan sosialnya.
Kemampuan
Individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam
hubungan sosial.
Bekerjasam
Kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
d. Interdependen
Saling ketergantungan antara individu denganorang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
2. Respon maladaptif
Respon yang diberikan individu yang menyimpang dari norma sosial, yang termasuk
respon maladaptif adalah :
1. Menarik diri
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain.
2. Ketergantungan
Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan
orang lain.
Manipulasi
Seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
Curiga
Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
2.5
setelah terjadinya pemutusan hubungan kerja atau tibanya saat pensiun. Teman-teman
sekerja yang biasanya menjadi curahan segala masalah sudah tidak dapat dijumpai
setiap hari. Lebih-lebih lagi ketika teman sebaya/sekampung sudah lebih dahulu
meninggalkannya. Sosialisasi yang dapat dilakukan adalah dengan keluarga dan
masyarakat yang relatif berusia muda .
Lansia di bantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
lansia. Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan lansia dalam
melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi di
maksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :
a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal.