Media Riset Bisnis & Manajemen, Vol. 12, No. 3, Desember 2012
pp.180-198
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
(ENTERPRISE RISK MANAGEMENT)
DAN KEPATUHAN (COMPLIANCE)
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAAN
Bambang Sudaryono*
Abstract
Research on the seven subsidiaries of State Owned Enterprises aims to
obtain empirical evidence on enterprise risk management and compliance to
corporate performance on audit reporting. The results that enterprise risk
management is not significant influence on corporate performance. But
compliance has a significant impact on corporate performance. The influence
of enterprise risk management and compliance to company performance
simultaneously having a more significant contribution than just relying on
mere compliance. The impact of this research on internal audit theory that
the corporation should include aspects of the risk management as has been
adopted in the COSO 2004.
Keywords: Enterprise risk management, Compliance, Corporate
performance
* Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat
11440. (E-mail ; bambang-ak@yahoo.com ).
180181 Media Riset Bisnis & Manajemen
Latar Belakang
Trend yang berkembang bagi perusahaan untuk mengadopsi
kebijakan manajemen risiko perusahaaan (Enterprise Risk Manag
ERM) sebagai pendekatan untuk melindungi perusahaan dari berbagai
dalam menjalankan operasional perusahaan. Hal ini mempercepat evolusi
manajemen risiko perusahaan sebagai proses bisnis inti (Francis & Richards,
2007). Apapun entitas bisnisnya, semua menghadapi banyak risiko yang jika
tidak diidentifikasi dan diintegrasikan dalam strategi bisnis secara
keseluruhan dapat mengakibatkan hilangnya pendapatan perusahaan atau
terjadinya kegagalan bisnis. The Institute of Intern Auditors (IIA) telah
mendokumentasikan praktek saat manajemen risiko perusahaan dan sistem
pengukuran kinerja (performance measurement systems) sebagai salah satu
prioritas penelitian untuk pelaporan operasional dan keuangan. Hal ini tidak
terlepas dari "banyaknya perusahaan menyadari kebutuhan untuk secara
efektif mengidentifikasi dan mengelola sejumlah ancaman serta eksposur
yang dihadapi lingkungan global yang komplek saat ini" (Burnaby & Hass,
2009: 240) .
Tujuan manajemen risiko perusahaan yang pertama adalah untuk
mengembangkan tujuan strategis perusahaan yang terukur; kedua, untuk
mengidentifikasi risiko yang dimaksudkan untuk mencegah kegagalan tujuan
perusahaan; ketiga, untuk mengidentifikasi pengendalian yang akan
mengurangi risiko. Erat hubungannya dengan strategi manajemen risiko
adalah ciri program manajemen risiko perusahaan yang benar (Francis &
Richards, 2007). Risiko tidak dapat dihindari dan merupakan fungsi dari
tujuan strategis serta cara bagaimana perusahaan menjalankannya. Risiko
adalah ketidakpastian dari rencana strategi dan keputusan manajemen atas
peristiwa di masa depan yang tidak diketahui dan memiliki konsekuensi
negatif (Irwin, 2007). Manajemen risiko perusahaaan meliputi analisis risiko
seputar perkembangan ukuran kinerja, faktor penentu keberhasilan, dan
efisien operasional berdasarkan strategi dan tujuan perusahaan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan dan tindakan manajerial.
PSA (Pedoman Standar Auditing) Nomor 62 tentang Audit
Keputuhan yang diterapkan atas Entitas Pemerintahan dan Penerima Bantuan
Keuangan Pemerintah tidak terlepas dari keharusan perusahaan untuk
mengungkapkan pengendalian intern atas pelaporan keuangan. Oleh karena
manajemen perusahaan dituntut untuk menerbitkan laporan pengendalian
intern yang memadai, dan membuat pernyataan tentang efektivitas
pengendalian intern.
Dalam hubungan ini dari sisi pengendalian intern setidaknya dua
pertanyaan mendasar yakni pertama, pengungkapan kelemahan material
dalam pengendalian intern seperti yang dipersyaratkan oleh PSA No 62
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198Analisis Manajemen Risiko 182
dengan menyediakan informasi untuk mengidentifikasi bahwa perusahaan
memiliki pengendalian intern atas kebijakan pengakuan pendapatan,
pemisahan tugas, periode pelaporan, dan akun rekonsiliasi (Ge & McVay,
2005). Oleh karena itu, dengan adanya pengungkapan pengendalian internal,
maka akan terkuak hubungan antara pengendalian intern dan kinerja
perusahaan.
Kedua, banyak perusahaan mengabaikan kepatuhan sebagaimana
tercantum dalam PSA No. 62 dan peraturan Tata Kelola Perusahaan yang
secara eksplisit mengharuskan komite audit memikul tanggung jawab khusus
sehubungan dengan "penilaian risiko dan manajemen risiko, " termasuk
risiko di luar pelaporan keuangan. Lin & Wu (2006) serta Shenkir & Walker
(2006) menjelaskan bahwa sistem pengendalian intern yang baik bertumpu
pada analisis yang memadai dan komprehensif atas risiko perusahaan dan
disarankan untuk membangun manajemen risiko perusahaan.
Hal ini juga alasan bahwa manajemen risiko perusahaan yang
termaktib dalam COSO (2004) diperluas dari COSO (1992) sehingga
kerangka pengendalian intern untuk memberikan fokus yang lebih kuat dan
luas dengan memasukkan dimensi perencanaan. Selain kepatuhan,
pelaksanaan manajemen risiko perusahaan terkait dengan peningkatan
kinerja perusahaan (Hoyt et al., 2006; Nocco & Stulz , 2006) .
Namun, salah satu faktor keberhasilan dalam menerapkan
manajemen risiko perusahaan adalah mempertimbangkan faktor kebutuhan
risiko yang timbul dari lingkungan bisnis. Pertanyaan mendasar kedua dalam
kajian ini adalah apakah hubungan antara manajemen risiko perusahaan dan
kinerja perusahaan yang bergantung pada aktivitas perusahaan?
Perusahaan yang secara sukarela mengungkapkan pelaksanaan
manajemen risiko dalam laporan tahunan atau kuartalan dan memberikan
data empiris untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua ini tentang
perspektif kontingensi pada hubungan antara manajemen risiko perusahaan
dan kinerja perusahaan.
Tujuan Penelitian
Tujuan kajian ini adalah untuk menganalisis bukti empiris mengenai
risiko dan kepatuhan terhadap kinerja perusahaan, sehingga memberikan
manfaat bagi pengembangan teori iting (pemeriksaan akuntansi)
khususnya tentang pelaporan pemeriksaan. Adapun lingkup penelitian adalah
analisis manajemen risiko perusahaan dan kepatuhan terhadap kinerja
perusahaan pada tujuh anak perusahaan salah satu BUMN di Jakarta.
2
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198183 Media Riset Bisnis & Manajemen
Tinjauan Pustaka
Manajemen Risiko Perusahaan
Manajemen risiko perusahaan memfokuskan dan mengadopsi secara
sistematis berbagai pendekatan dalam mengelola segala macam risiko yang
dihadapi perusahaan baik intern maupun eksternal. Manajemen risiko
perusahaan merupakan paradigma mendasar dalam mengelola portofolio
risiko perusahaan (Nocco & Stulz, 2006). Dari perspektif akuntansi
manajemen maupun pengendalian internal, manajemen risiko perusahaan
adalah payung dari berbagai nilai manajemen (value-based management)
yang dikembangkan perusahaan sebagai pengukuran dalam pengelolaan
perusahaan. Manajemen risiko perusahaan secara operasional merupakan
penterjemahan dari nilai jangka panjang yang telah ditetapkan perusahaan
(Tseng, 2007). Dengan demikian manajemen risiko perusahaan diterapkan
pada seluruh level organisasi, dari yang terrendah hingga ke manajemen
puncak. Namun pilihan perusahaan dalam mengimplementasikan
manajemen risiko perusahaan tergantung pula aspek pengungkapan
(disclosure) yang dipilih perusahaan.
Pengertian manajemen risiko perusahaan menurut COSO (2004 : 2),
“a process, effected by an entity’ s board of directors, management and
other personnel, applied in strategy setting and across the enterprise,
designed to identify potential events that may affect the entity, and manage
risk to be within its risk appetite, to provide reasonable assurance regarding
the achievement of entity objectives”. Sehingga efektivitas manajemen risiko
perusahaan perusahaan dinilai dari empat sasaran berikut: strategi
perusahaan, aspek operasional, pelaporan yang handal dan kepatuhan pada
hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway
Commission, atau disingkat COSO, adalah suatu inisiatif dari sektor swasta
yang dibentuk pada tahun 1985. Tujuan utamanya adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penggelapan laporan
keuangan dan membuat rekomendasi untuk mengurangi kejadian tersebut.
COSO telah menyusun suatu definisi umum untuk pengendalian, standar,
dan kriteria internal yang dapat digunakan perusahaan untuk menilai sistem
pengendalian mereka. COSO disponsori dan didanai oleh 5 asosiasi dan
lembaga akuntansi profesional; American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA), American Accounting Association (AAA), Financial
Executives Institute (FEI), The Institute of Internal Auditors (IIA) dan The
Institute of Management Accountants (IMA) (http://id.wikipedia.org).
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198Analisis Manajemen Risiko 184
Definisi dan tujuan manajemen risiko perusahaan yang mengacu
pada COSO (2004) sebagian besar berdasarkan kerangka pengendalian
inter COSO tahun 1992. Satu perbedaan utama adalah bahwa gagasan
COSO lebih sederhana dari manajemen risiko perusahaan karena tidak
memasukkan dimensi strategi dalam kerangka pengendalian intern. Dengan
demikian, bila dilihat dari segi ini, tujuan manajemen risiko perusahaan
ditentukan oleh COSO merupakan perpanjangan dari sistem pengendalian
manajemen perusahaan.
Dalam mengembangkan kerangka kerja manajemen _risiko
perusahaan, COSO (2004) menyebutkan delapan komponen untuk mencapai
pencapaian tersebut empat tujuan : strategi, operasional, pelaporan, dan
kepatuhan. Kedelapan komponen: lingkungan internal, pengaturan tujuan,
identifikasi kejadian, penilaian risiko, respon risiko, aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Kerangka COSO menunjukkan
bahwa peran kedelapan komponen tersebut yang bervariasi tergantung pada
ukuran perusahaan. Pada intinya, COSO menunjukkan bahwa biaya dan
manfaat dari sistem manajemen risiko perusahaan akan bervariasi dari
perusahaan ke perusahaan, tergantung pada komponen di atas dan ukuran
perusahaan. Dengan demikian, COSO (2004) pendekatan manajemen risiko
perusahaan menyiratkan perspektif kontingensi terhadap keuntungan bersih
perusahaan. Dengan kata lain, biaya yang paling efektif sistem manajemen
risiko untuk sebuah perusahaan mungkin berbeda secara substansial dengan
perusahaan lain. Pandangan ini, tentu saja, konsisten dengan teori
kontingensi dalam sistem pengendalian manajemen.
Kepatuhan (Compliance)
Manajemen perusahaan bertanggung jawab untuk menjamin bahwa
entitas yang dikelolanya mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku atas semua aktivitasnya. Tanggung jawab ini mencakup
pengidentifikasian peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk itu
suatu penyusunan pengendalian intern yang dirancang agar memberikan
keyakinan memadai bahwa entitas tersebut mematuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Tujuan sistem pengendalian intern dapat dibedakan atas, pertama,
pengendalian intern akuntansi (internal accounting control) yang meliputi:
struktur organisasi, metode dan ukuran yang dikoordinasikan, terutama
untuk menjaga kekayaan iperusahaan dan mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntansi. Kedua, pengendalian intern administrasi (internal
administrative control) yang meliputi: struktur organisasi, metode dan
ukuran yang dikoordinasikan, terutama untuk mendorong efisiensi dan
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198185 Media Riset Bisnis & Manajemen
dipatuhinya kebijakan manajemen dan peraturan-peraturan lainnya yang
harus dijalankan oleh organisasi.
Atas dasar pengujian yang dilaksanakan terhadap audit kepatuhan
perusahaan dalam menerapkan peraturan perundang-undangan seperti
Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan
Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan, Keputusan-
Keputusan Menteri BUMN yang berkaitan dengan ketentuan atau peraturan
yang harus ditaati perusahaan, kontrak-kontrak, serta sistem pengendalian
intern, terhadap aspek organisasi, aspek akuntansi, sistem otorisasi dan
prosedur pencatatan, praktik bisnis yang sehat dan pengelolaan Sumber Daya
Manusia. Kemudian diterbitkan dalam suatu Laporan Auditor Independen
yang menyatakan tingkat kepatuhan atau ketaatan perusahaan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan.
Pengujian dan pelaporan atas kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan termasuk pelaporan atas pengendalian intern yang
diterapkan perusahaan didasarkan pada standar auditing yang diterapkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia dan Standar Audit Pemerintahan
yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Perlu diketahui bahwa audit kepatuhan dengan kriteria yang
digunakan sebagai acuan pengukuran, berbeda dengan audit keuangan
historis. Dalam audit keuangan mengacu pada PSAK, sedangkan audit
kepatuhan pada ketentuan perundang-undangan terkait yang berlaku.
Kinerja Perusahaan
Pemahaman yang telah umum mengenai kinerja perusahaan
(corporate performance) umumnya dibagi dua yaitu kinerja ekonomi atau
keuangan dan kinerja non-ekonomi (Sudaryono, 2008). Kinerja keuangan
adalah ukuran keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba, memenuhi
kewajiban lancarnya dan pengelolaan aset perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Penilaian kinerja keuangan memperhitungkan pula dampak
keuangan kumulatif berdasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan
yang dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan yang berlaku umum.
Sementara kinerja non-keuangan adalah ukuran keberhasilan perusahaan
dalam aktivitas sosial dan lingkungan serta interaksi perusahaan dengan
stakeholders-nya.
Dalam konteks ini, kinerja perusahaan dari sisi operasional mengacu
pada semua indikator yang mencakup aspek yang berkaitan dengan
peningkatan efisiensi proses (Zhang, 2000). Oleh karena itu, dimensi kinerja
perusahaan mencerminkan efektivitas produksi dan sistem operasi dalam hal
biaya, kualitas, fleksibilitas, kecepatan, dan lain-lain (Gonza'lez &
Gonza'lez, 2005b).
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198Analisis Manajemen Risiko 186
Pengukuran kinerja perusahaan semakin banyak menarik minat
peneliti. Pengukuran yang dimaksud mencakup dua kelompok: (a) Analisis
atas dimensi dari kinerja perusahaan (Devinney ef a/., 2010) dan (b) review
dari praktek pengukuran kinerja perusahaan yang digunakan penelitian
manajemen maupun akuntansi (Richard ef al., 2009; Tosi et al., 2000).
Kelompok pertama memberikan bukti bahwa dimensi kinerja perusahaan
adalah multidimensi, seperti kinerja keuangan, kinerja sosial, kinerja
lingkugan dan kinerja operasional (Richard er al., 2009). Namun banyak
pula penelitian yang mengukur kinerja perusahaan dengam dimensi tunggal
yaitu dari sisi kinerja keuangan dengan analisis rasionya.
Combs ef al., (2005) memaparkan kesenjangan pertama dalam
kajiannya dengan mengembangkan dimensi kinerja perusahaan berdasarkan
sintesis dari penelitiannya sebelumnya. Mereka membagi menjadi tiga
dimensi kinerja perusahaan: kinerja akuntansi, kinerja keuangan, dan
pertumbuhan perusahaam. Selanjutnya, mereka menguji kerangka kinerja
perusahaan dengan melakukan konfirmatori faktor analisis berdasarkan
matriks korelasi lima indikator kinerja perusahaan dari metaanalisis data.
Meskipun kontribusi yang dibuat oleh Combs er al., (2005) termasuk
signifikan untuk pengujian dimensi kinerja perusahaan, penelitiannya
memiliki tiga keterbatasan. Pertama, Combs et al. tidak memberikan definisi
yang jelas dari dimensi kinerja perusahaan. Kedua, uji kofirmatori dengan
tiga faktor dan lima indikator kinerja perusahaan tidak memenuhi aturan
identifikasi mode] dua indikator (Kline, 2011). Akibatnya, Combs ef al.
hanya menawarkan bukti empiris awal untuk kerangka kinerja perusahaan.
Ketiga, tidak menguji validitas konstruk indikator kinerja perusahaan pada
tingkat operasionalisasi variabel.
Carton (2004: 69) dengan mengutip hasil kajian dari Cameron (1986)
mensarikan ada delapan model dalam menilai kinerja perusahaan yang
kemudian disederhanakan menjadi tiga kategori yaitu kinerja keuangan,
kinerja operasional dan kinerja stakeholder. Klasifikasi ini menjadi salah
satu rujukan dalam model pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini.
Dalam hubungannya dengan kinerja perusahaan yang termasuk
BUMN, maka penerapan Good Corporate Governance (GCG) saat ini sudah
merupakan suatu tuntutan bagi Direksi dan Komisaris dalam menjalankan
aktivitas perusahaan. Para stakeholder akan melakukan pemantauan
akuntabilitas operasi perusahaan berdasarkan target yang telah ditetapkan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Menteri BUMN sebagai Pemegang Saham
BUMN telah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No
117/MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Tata Kelola Perusahaan Yang
Baik dan Benar (GCG) pada BUMN.
Pengukuran kinerja perusahaan menjadi kata kunci dalam rangka
penerapan GCG. Pengukuran diperlukan dalam rangka menilai kinerja
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198187 Media Riset Bisnis & Manajemen
perusahaan serta keberhasilan Direksi dan Komisaris. Dengan demikian,
perlu adanya kesamaan alat atau indikator dalam melakukan penilaian
kinerja mereka.
Guna mewujudkan akuntabilitas dalam menjalankan perusahaan,
Direksi dan Komisaris menggunakan konsep KPI (Key Performance
Indicators). KPI adalah seperangkat ukuran kinerja yang berfokus pada
aspek-aspek yang dianggap penting bagi keberhasilan manajemen dalam
mengelola perusahaan saat ini dan masa mendatang. KPI juga
menggambarkan kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan manajemen
perusahaan.
Dengan menggunakan KPI, pengukuran kinerja menjadi jelas, fokus
dan tidak bias. Apa yang harus dicapai dan menjadi dasar penilaian kinerja
telah menjadi kesepakatan bersama antara pihak yang menilai dan pihak
yang dinilai. Oleh karena itu, KPI juga memperhitungkan karateristik khusus
yang ada pada masing-masing BUMN. Dengan demikian indikator KPI
suatu perusahaan tidak dipaksakan menjadi suatu keseragaman yang dapat
menjadi kendala dalam penilaian kinerja
Menteri BUMN telah mengeluarkan beberapa ketentuan menyangkut
penggunaan KPI pada BUMN, di antaranya Keputusan Menteri BUMN
Nomor : KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 mengenai Tingkat
Kesehatan BUMN, dan Surat Menteri BUMN Nomor: S-676/MBU/ 2004
tentang Penerapan Key Performance Indicators (KPI) dalam RUPS
pengesahan RKAP BUMN. Pencapaian KPI akan dievaluasi setiap tahunnya.
Kontrak Manajemen dan KPI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Informasi kinerja merupakan semua informasi, baik kuantitatif
maupun kualitatif, yang menyediakan rincian mengenai seberapa baik
sebuah iperusahaan dalam berkarya dibandingkan dengan tujuan, target dan
prioritas. Salah satu mekanisme penyajian informasi kinerja adalah dengan
menggunakan Indikator Kinerja. Indikator Kinerja ditujukan sebagai
petunjuk untuk mengevaluasi kinerja korporat yang telah dicapai. Evaluasi
kinerja secara khusus dimaksudkan untuk mengetahui capaian perusahaan
dalam menjalankan bisnisnya SWterhadap target-target yang telah
ditetapkan sehingga dapat diketahui area-area yang perlu perbaikan dan
peningkatan.
Berdasarkan paparan teoritis sebelumnya, maka kerangka pemikiran
penelitian ini dapat dilihat dalam skema diagramatis berikut ini.
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198Analisis Manajemen Risiko 188
Manajemen Risiko Perusahaan
Pengendalian Internal
Kinerja Perusahaan
of Key Performance indicators
Audit
1. Keuangan PSAK
2. Operasional Bugdeting
3. Kepatuhan Regulasi
Gambar 1
Rerangka Model Teoritis
Hipotesis
Hipotesis kerja yang dapat disusun adalah sebagai berikut:
1. Manajemen risiko perusahaan yang dalam kajian ini diukur dengan
praktek pengendalian intern memiliki pengaruh terhadap pemeriksaan
dari sisi kepatuhan dan memberikan kontribusi terhadap kinerja
perusahan sesuai indikator keberhasilan kunci yang telah ditetapkan
perusahaan.
2. Pemeriksaan intern dari sisi kepatuhan dan memberikan kontribusi
terhadap kinerja perusahan sesuai indikator keberhasilan kunci yang telah
ditetapkan perusahaan
Metodologi
Penelitian ini digolongkan dalam penelitian kausalitas (Yvonne &
Kristaung, 2013), yang mengungkap pengaruh antara manajemen risiko
perusahaan dan kepatuhan terhadap kinerja perusahaan. Sementara untuk
pengukuran variabel pertama, manajemen risiko perusahaan diukur dengan
enam dimensi yaitu perencanaan, lingkungan pengendalian, penaksiran risiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan (COSO
2004). Variabel kedua, kepatuhan diukur dengan lima dimensi yang
didasarkan pada standar auditing yang diterapkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia dan Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Dan ketiga, kinerja
perusahaan diukur dengan dari tiga aspek: (a). aspek operasional terdiri dari
indikator dari pertumbuhan penjualan, tingkat utilisasi, inovasi produk,
penambahan pelanggan; (b) aspek keuangan terdiri dari indikator yang
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198189 Media Riset Bisnis & Manajemen
menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh Laba Kotor (Gross
Margin), memenuhi kewajiban (Current Ratio), ROE (Retun On Equity),
Debt To Equity Ratio (DER) dan Perbaikan Collection Period; (c) aspek
dinamis terdiri dari pendidikan & latihan SDM, rekruitmen pegawai, dan
pemanfaatan lahan.
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling dengan kriteria sampel yang akan digunakan yaitu
adalah sebanyak 74 sampel yang terdiri dari tenaga auditor internal, staf dan
pimpinan bagian atau departemen akuntansi dari BUMN untuk periode
laporan keuangan tahun 2011-2012 dengan bidang usaha peternakan, logistik
dan niaga Untuk pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara
dilakukan oleh enam orang surveyor yang merupakan tenaga pelaksana
auditor yunior terlatih dan kompeten dalam bidangnya.
Metode statistik yang akan digunakan adalah Model Persamaan
Struktural Analisis untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan program
bantu LISREL 8.08. Hasil Uji Model dengan berbagai jenis pengukuran
goodness-of fit adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Hasil Uji Model Fit (Goodness-of-Fit Model)
Jenis Pengukuran Nilai Nilai yang Kesimpulan
diharapkan
Absolute Fit Measures
Chi square 152.75 Diharapkan kecil — Marginal fit
p-value 0,00 20.05 Marginal fit
RMSEA 0,077 £0.08 goodness-of-fit
Incremental Fit Measures
GFI 0,77 20.90 Marginal fit
AGFI 0,68 20.90 Marginal fit
TLI 0,89 20.90 goodness-of-fit
NFI 0,91 20.90 ‘goodness-of-fit
Parsimonious Fit
Measures
PGFI 0,54 Diharapkan kecil goodness-of-fit
Keterangan: GFI = Goodness of Fit-Index, RMSEA = Root Mean Square Error of
Approximation, CMIN/DF = Normed Chi Square, AGFl = Adjusted Goodness of Fit Index;
TLI = Tucker-Lewis Indes; NF1 = Normed Fit Index; CFI = Comparative Fit Index. Parsimony
Goodness of Fit Index (PGF).
Semua kriteria pengukuran mempunyai goodness of fit index dengan
nilai yang dapat diterima pada nilai yang diharapkan atau mendekati nilai
yang diharapkan (marginal fit). Hal ini berarti model yang dibangun dapat
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198Analisis Manajemen Risiko 190
diterima pada tingkat marginal maupun fit. Hair et al., (2010), menyatakan
bahwa jika terdapat satu atau dua kriteria goodness-of-fit yang telah
memenuhi, model dapat dikatakan baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan
model yang dibangun secara statistik dapat didukung dan sesuai dengan
model fit yang ditetapkan, sehingga pengujian Hipotesa dapat dilanjutkan.
Adapun dasar pengambilan keputusan uji hipotesa adalah dengan
membandingkan besarnya p-value dengan level of significant (alpha) sebesar
0,05. Jika p-value < a 0,05 ; Ho Ditolak; dan jika p-value > a 0,05 ; Ho
Gagal Untuk Ditolak.
Hasil dan Pembahasan
Deskripsi Manajemen Risiko Perusahaan, Kepatuhan dan Kinerja
Korporasi
Hasil pengukuran model penelitian untuk ketiga variabel penelitian
disajikan dalam Tabel 2, yang menunjukkan sumbangan setiap indikator dari
variabel manajemen risiko perusahaan, kepatuhan dan kinerja perusahaan.
Seluruh Indikator memberikan kontribusi signifikan karena nilai thing yang
lebih besar dari nilai tra 1.96 pada tingkat kesalahan 0.05. Indikator-
indikator yang berhubungan dengan realitas manajemen risiko perusahaan
terkaitan dengan aspek perencanaan, lingkungan pengendalian, penaksiran
risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan.
Tabel 2
Hasil Pengukuran Model Penelitian MRP dan Kepatuhan
Terhadap Kinerja Perusahaan
Variabel Indikator Koefisient-value__R” __Keputusan
Manajemen MRPI 0.65 608 0.42 Signifikan
Risiko MRP2 0.59 5.41 0.35 Signifikan
Perusahaan MRP3 0.85 9.01 0.73 Signifikan
(MRP) MRP4 0.89 9.58 0.79 ikan
MRPS 0.87 936 0.76 kan
MRP6 0.83 8.66 0.69 kan
Kepatuhan Patuh 0.92 10.04 (0.84 kan
Patuh2 0.85 8.85 0.72 kan
Patuh3 0.77 760 0.59 kan
Patuh4 0.68 6.48 0.46 ikan
Patuhs on 686 0.51 ikan
Kinerja KPI 0.65 524 0.35 ikan
Perusahaan Kp2 071 448 0.49 ikan
KP3 0.68 4.16 0.44 _Signifikan
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198191 Media Riset Bisnis & Manajemen
Pada pengujian model pengukuran variabel kepatuhan, maka
indikator-indikator yang terrekam baik melalui kuesioner maupun
pengamatan lapangan adalah yang berhubungan dengan pengujian kepatuhan
atas pengendalian intern yang dilakukan oleh perusahaan. Sebgaimana telah
diketahui bahwa Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, mengharuskan suatu gambaran
atas setiap kondisi yang dapat dilaporkan yang ditemukan, termasuk
identifikasi kondisi yang dipandang sebagai suatu kelemahan material.
Dalam melakukan pengujian kepatuhan terhadap pengendalian intern
perusahaan yang menjadi perhatian adalah: (1) Kepatuhan Perusahaan
yang memisahkan tanggang jawab secara tegas - Struktur perusahaan
merupakan kerangka (frame work) pembagian tanggung jawab fungsional
kepada unit-unit iperusahaan yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan pokok Perusahaan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
terhadap struktur iperusahaan pada perusahaan yang menjadi objek
penelitian, secara umum dapat dikatakan bahwa struktur perusahaan yang
diterapkan perusahaan sudah cukup memadai dalam rangka pengendalian
kegiatan dan aktivitas perusahaan. (2) Kepatuhan atas Sistem Otorisasi
dan Prosedur Pencatatan - Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
mengharuskan perusahaan untuk menentukan pelaksanaan wewenang dan
otorisasi terhadap pencatatan dan pelaporan informasi keuangan dan
akuntansi, baik untuk tujuan pengendalian maupun untuk tujuan
pertanggungjawaban. Berdasarkan hasil pengujian, sistem otorisasi dan
prosedur pencatatan yang diterapkan pada perusahaan yang menjadi objek
penelitian telah memadai. (3) Kepatuhan atas Praktik yang Bisnis Sehat -
Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pada perusahaan yang
menjadi objek penelitian dan, secara umum administrasi telah berjalan
dengan baik, semua sudah sesuai dengan surat keputusan kontrak-kontrak
yang ada. Namun ditemukan beberapa penemuan : (a) Kontrol pada orang
yang dipercaya menjalankan bisnis masih kurang, sehingga bisa
menimbulkan kerugian besar seperti kasus piutang unit usaha. Sehingga
ihak manajemen harus meningkatkan kontrol atas piutang pada orang yang
rikan kuasa untuk menjalankan bisnis. (b) Manajemen atas gudang
masih lemah (layout penempatan barang tidak jelas, daftar kartu stock yang
tidak update, keluar masuk barang tidak termanajemen dengan baik) dan
fungsi departemen akunting sebagai kontrol data masih belum berjalan
dengan baik. Sebagai solusi perlu melakukan pembenahan manajemen
gudang yang mengerti tentang tata kelola pergudangan yang baik, termasuk
stock opname berkala antara departemen akunting dan gudang, agar data
selalu update. (c) Pengendalian terhadap piutang masih lemah, seperti
piutang pegawai yang menimbulkan kredit macet nilai yang material.
Peningkatan kontrol terhadap pengendalian atas piutang merupakan tindakan
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198Analisis Manajemen Risiko 192
yang harus dilakukan oleh pihak manajemen, agar tidak menimbulkan kredit
macet. (4) Kepatuhan dalam Pengelolaan Sumber Daya Manusia - Untuk
menjamin kelancaran operasi perusahaan, diperlukan karyawan yang
berkualitas serta memenuhi standar untuk ditempatkan sesuai dengan bidang
keahliannya serta bertanggung jawab atas fungsi yang diembannya.
Berdasarkan pengamatan lapangan, secara umum penempatan
karyawan terhadap unit-unit kerja dalam lingkungan perusahaan sudah
memenuhi standar kualifikasi kegiatan usaha perusahaan. Namun ditemukan
penemuan seperti dalam pelaksanaan perencanaan dan adminsitrasi
perpajakan masih kurang, hal ini dikarenakan belum adanya manajer tax
yang mampu mengatur pajak perusahaan dan jumlah staff yang mengerjakan
perpajakan, dan masih kurang dalam segi SDM dan kompetensi.
Deskripsi terakhir adalah model pengukuran kinerja perusahaan
berbasis KPI (Key Performance Indicators). Dalam hubungan ini, penerapan
Good Corporate Governance (GCG) merujuk pada Surat Keputusan Menteri
BUMN No 117/MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik dan Benar (GCG) pada BUMN. Dalam
pelaksanaannya, Direksi dan Komisaris menggunakan konsep KPI (Key
Performance Indicators). KPI adalah seperangkat ukuran kinerja yang
berfokus pada aspek-aspek yang dianggap penting bagi keberhasilan
manajemen dalam mengelola perusahaan saat ini dan masa mendatang. KPI
juga menggambarkan kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan manajemen
perusahaan.
Informasi kinerja merupakan semua informasi, baik kuantitatif
maupun kualitatif, yang menyediakan rincian mengenai seberapa baik
sebuah iperusahaan dalam berkarya dibandingkan dengan tujuan, target dan
prioritas. Salah satu mekanisme penyajian informasi kinerja adalah dengan
menggunakan Indikator Kinerja. Indikator Kinerja ditujukan sebagai
petunjuk untuk mengevaluasi kinerja korporat yang telah dicapai. Evaluasi
kinerja secara khusus dimaksudkan untuk mengetahui capaian perusahaan
dalam menjalankan bisnisnya terhadap target-target yang telah ditetapkan
sehingga dapat diketahui area-area yang perlu perbaikan dan peningkatan.
Pengujian Empiris Pengaruh Manajemen Risiko Perusahaan dan
Kepatuhan terhadap Kinerja Perusahaan
Sebagaimana disajikan dalam Tabel 3, hasil koefisien gamma
manajemen risiko perusahaan terhadap kinerja korporasi diperoleh nilai
sebesar 0.053 dengan nilai tinng = 0.45 yang berarti tidak signifikan pada
tingkat kesalahan 0.05, karena lebih kecil dari nilai tibe: = 1.96, dengan
tingkat kesalahan estimasi sebesar 0.11. Dengan demikian manajemen risiko
perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198193 Media Riset Bisnis & Manajemen
perusahaan dalam penelitian ini, yaitu pada perusahaan yang sahamnya
dimiliki oleh pemerintah. Selanjutnya untuk koefisien gamma kepatuhan
terhadap kinerja korporasi diperoleh nilai sebesar 0.80 dengan nilai thitung =
4.42 yang berarti signifikan pada tingkat kesalahan < 0.05, karena lebih
besar dari nilai tiabe: = 1.96, dengan tingkat kesalahan estimasi sebesar 0.18.
Dengan demikian kepatuhan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja perusahaan dalam penelitian ini, yaitu pada perusahaan yang
sahamnya dimiliki oleh pemerintah Pengaruh manajemen risiko perusahan
dan kepatuhan secara simultan terhadap kinerja perusahaan sebesar 69% dan
31% dipengaruhi variabel lainnya yang tidak masuk dalam model empiris
yang diuji (Gambar 1).
Tabel 3
Estimasi Parameter Manajemen Risiko Perusahaan dan Kepatuhan
Terhadap Kinerja Perusahan
Variabel Koefisien | t mame | Error |_R’ -| Keputusan.
Manajemen Risiko > Kinerja 0.053 | 0.45 | 0.11 | 0.003 | Tidak
Perusahaan Signifikan
Kepatuhan-> Kinerja Perusahaan 0.80 4.42 | 0.18 |0,64 | Signifikan
Sumber : Hasi! Pengolahan Data
ow wo kee
PO wen
0.26%] pat ae Ny
So J wp ose
roam coy
Loe
0.71
oof
et
Gambar 1
Full Model Manajemen Risiko Perusahaan dan Kepatuhan
Terhadap Kinerja Perusahan
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198Analisis Manajemen Risiko 194
Dengan tidak signifikannya pengaruh dari manajemen risiko terhadap
kinerja perusahaan memperkuat pendapat yang disampaikan oleh Burnaby &
Hass (2009) bahwa pengelolaan risiko adalah bagian dari tata kelola
perusahaan dan kemampuan perusahaan sebagai entitas bisnis untuk
mencapai hasil strategis. Perusahaan memerlukan sejumlah langkah penting
memungkinkannya mampu untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan
mengelola risiko yang dapat menghambat kemampuannya untuk mencapai
hasil operasi yang diinginkan. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
sebagai entitas bisnis dalam menerapkan manajemen risiko akan memastikan
pencapaian yang lebih memuaskan untuk jangka pendek dan panjang
perusahaan.
Seperti dijelaskan sebelumnya tentang hubungan antara kepatuhan
dan kinerja perusahaan, temuan menunjukkan bahwa kepatuhan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan dibandingkan dengan
manajemen risiko perusahaan. Oleh karena perusahaan dengan pengendalian
yang lemah akan mengungkapkan kelemahan material dalam laporan
tahunan Tseng (2007). Berdasarkan temuan penelitian dapat dikatakan
bahwa kepatuhan dengan adanya pengendalian intern yang baik maka berarti
Kinerja perusahaan yang lebih baik. Temuan ini memberikan dukungan
untuk pelaksanaan audit berdasarkan PSA 62 untuk mempromosikan
kepatuhan yang lebih baik oleh perusahaan (BUMN).
Penelitian empiris berhasil membuktikan adanya pengaruh kepatuhan
terhadap kinerja perusahaan yang memberik dukungan argumen atas
hubungan antara kepatuhan dan kinerja perusahaan. Dengan demikian,
perusahaan yang membangun kesuksesan bisnis memiliki kepatuhan yang
merujuk pada regulasi yang telah ditentukan.
Simpulan, Implikasi Manajerial, Keterbatasan Penelitian dan Saran
untuk Penelitian Selanjutnya
Simpulan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan bukti empiris
mengenai risiko dan kepatuhan terhadap kinerja perusahaan, khususnya
tentang pelaporan pemeriksaan dengan lingkup analisis pada tujuh anak
perusahaan salah satu BUMN di Jakarta. Hasil yang diperoleh
memperlihatkan bahwa manajemen risiko perusahaan terhadap kinerja
korporasi tidak signifikan pengaruhnya. Namun dari sisi kepatuhan terhadap
kinerja korporasi memiliki pengaruh yang signifikan. Pengaruh manajemen
tisiko perusahan dan kepatuhan terhadap kinerja perusahaan secara simultan
memiliki kontribusi yang lebih signifikan dibandingkan dengan hanya
mengandalkan kepatuhan semata.
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198195 Media Riset Bisnis & Manajemen
Implikasi Teoritis dan Manajerial
Dengan penelitian di atas akan memberikan dampak terhadap teori
sebagai berikut terbuktinya bahwa dalam pengendalian intern perusahaan
faktor risiko manajemen perusahaan tidak dapat diabaikan. COSO sebagai teori
baku dalam Audit Intern sudah harus memasukkan teori manajemen risiko
perusahaan sebagaimana telah diadopsi dalam COSO 2004.
Implikasi manajerial dari penelitian ini adalah bahwa dalam
menyusun Key Performance Indicators, maka aspek operasional dan
keuangan juga memasukkan aspek dinamis atau administratif. Dengan
mengikutsertakan aspek dinamis, perusahaan akan dapat memantau
kinerjanya berkaitan dengan hal jangka panjangnya, yakni sustainability atau
kesinambungan usaha. Faktor-faktor intangible, seperti motivasi pegawai,
budaya kerja, serta kontribusi perusahaan terhadap sosial dan lingkungannya
akan dapat dimonitor dan diperbaiki.
Lebih jauh lagi, implementasi Key Performance Indicators
diharapkan dikaitkan dengan merit sistem sehingga kinerja tiap unit, fungsi
dan pegawai akan terkait langsung dengan reward and punishment yang
akan diterima. Tentu saja hal ini baru dapat terlaksana setelah adanya
sosialisasi, pengalaman dan pemantapan yang cukup terhadap penggunaan
Key Performance Indicators sebagai penilaian kinerja.
Berdasarkan capaian kinerja, sebaiknya perusahaan lebih
memfokuskan diri pada peningkatan likuiditas perusahaan, pengendalian
biaya, peningkatan penjualan, optimalisasi penggunaan lahan, Pertumbuhan
Pasar, Pengembangan Produk, Utilasi Peralatan Produksi, Peningkatan
Populasi Ternak, Peningkatan Produktifitas Ternak, Perbaikan SOP Proses
Bisnis, Produktifitas Pegawai dan pengembangan Sumber Daya Manusia.
Temuan negatif atas risiko manajemen memberikan gambaran bahwa
pelaksanaan operasional dari departemen yang diperiksa memiliki
kekurangan sesuai dengan tujuan manajemen risiko perusahaan. Untuk itu,
dorongan dari manajemen perusahaan yang merupakan salah satu syarat
keberhasilan penerapan manajemen risiko.
Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Sekalipun manajemen risiko perusahaan dalam penelitian ini tidak
terbukti signifikan tapi tetap relevan masuk dalam pengujian kinerja sebuah
korporasi. Selain itu harus mempertimbangkan pula variabel lainnya yang
tidak kalah pentingnya terhadap kinerja perusahaan yaitu tata kelola
perusahaan. Bila yang diteliti adalah perusahaan publik, maka variabel nilai
perusahaan harus dipertimbangkan sebagai variabel yang merupakan
konsekensi dari kinerja perusahaan.
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198Analisis Manajemen Risiko 196
Daftar Pustaka
Arens, Alvin, A., Elder, Randal, J., Beasly, Mark, S. (2008). Auditing and
Assurance Service, An Integrated Approach., 10" Edition. Prentice
Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Augustine, Yvonne., Robert, Kristaung. (2013). Metodologi Penelitian
Bisnis dan Akuntansi. Jakarta : Penerbit Dian Rakyat.
Burnaby, Priscilla., Susan, Hass (2009). Ten steps to enterprise-wide risk
Management. Corporate Governance. 9 (5).
Combs, J. G., Crook, T. R., Shook, C. L. (2005). The dimensionality of
organizational performance and itsimplications for strategic
management research. Research methodology in strategy and
management. Dalam D. J. Ketchen (Ed.). 2, Amsterdam: Elsevier.
Committee of Sponsoring Organizations (COSO). (1992). Internal Control-
Integrated Framework.
http://www.coso.org/publications/executive_summary_integrated
framework.htm.
Committee of Sponsoring Organizations (COSO). (2004). Enterprise Risk
Management-Integrated Framework Executive Summary. Lihat
http://www.coso.org/Publications/ERM/COSO_ERM_ExecutiveSu
mmary.pdf
Devinney, T. M., Yip, G. S., Johnson, G. (2010). Using frontier analysis to
evaluate company performance. British Journal of Management. 21
(4) : 921-938.
Francis, S. Richards, T. (2007). Why ERM matters and how to accelerate
progress. Risk Management. 15 (October) : 28-31.
Ge, W., S. McVay. (2005). The Disclosure of Material Weaknesses in
Internal Control after the Sarbanes-Oxley Act. Accounting
Horizons. 19 : 137-158.
Hoyt, R.E., D.L. Moore., A.P. Liebenberg. (2006). The Value of Enterprise
Risk Management: Evidence from the U.S. Insurance Industry.
Working Paper.
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198197 Media Riset Bisnis & Manajemen
Irwin, D. (2007). Why Do We Need Enterprise Risk Management?. WIPFLi
LLP, Milwaukee, WI.
Ikatan, Akuntan, Indonesia. (2001). PSA No 62 tentang Audit Kepatuhan
yang Diterapkan atas Entitas Pemerintahan dan Penerima Lain
Bantuan Keuangan Pemerintah.
Lin, H.H., F.H. Wu. (2006). How to Mange Section 404 of the Sarbanes-
Oxley Act: What Is Wrong with Section 404 of the Sarbanes-Oxley
Act. Journal of Accounting and Corporate Governance. 3 (21) : 1-
16.
Messier, Jr., William, F., Glover, Steven, M., Prawitt, Douglas, F. (2006).
Auditing & Assurance Services: A Systematic Approach. New York:
Mc Graw-Hill.
Nocco, B.W., R.M. Stulz. (2006). Enterprise Risk Management: Theory and
Practice. Journal of Applied Corporate Finance. 18 (4) : 8-20.
Ricchiute, David, N. (2006). Auditing. Ohio: Thomson South-Western.
Rittenberg, Larry, E., Schwiger, Bradley J. (2005). Auditing: Concepts for a
Changing Environment. Ohio: Thomson South-Western.
Robertson, Jack C., Timothy J. Louwers. (2002). Auditing and Assurance
Services. 10" Edition. Boston: McGraw-Hill Irwin.
Richard, P. J., Devinney, T. M., Yip, G. S., Johnson, G. (2009). Measuring
organizational performance: Towards methodological best practice.
Journal of Management. 35 (3) : 718-804.
Sudaryono, Bambang., Yadi, Supriyadi. (2010). Pengungkapan Tindak lanjut
(Correctian Action) atas temuan audit pada Laporan InternAudit:
Studi Kasus Pada Perusahaan Tekstil. Proceeding. Seminar
Nasional Universitas Widyatama, Bandung.
- (2011). Laporan Keuangan dalam Era Sustainable. Jakarta :
Penerbit Mitra Wacana Media.
Shenkir, W.G., P.L. Walker. (2006). Implementing Enterprise Risk
Management. Statement on Management Accounting. Institute of
Management Accountants.
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198Analisis Manajemen Risiko 198
Tseng, Chih-Yang. (2007). Internal Control, Enterprise Risk, and Firm
Performance. Dissertation. Faculty of the Graduate School of the
University of Maryland.
Tosi, H. L., Werner, S., Katz, J. P., Gomez-Mejia, L. R. (2000). How much
does performance matter? A meta-analysis of CEO pay studies.
Journal of Management. 26 (2) : 301-339.
Weygandt, Jerry J., Kieso, Donald, E., Kimmel Paul, D. (2002). Accounting
Principles. Canada: John Willey & Sons Inc.
Vol. 12, No. 3, Desember 2012, hal. 180-198