PROGRAM STUDI TEKNIK KEAIRAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

STRATEGI PENGENDALIAN EROSI

BERDASARKAN KLASIFIKASI TANAH
DALAM BUKU KONSERVASI LAHAN
OLEH
PROF. DR. Ir. BAMBANG AGUS KIRONOTO

PRESENTASI
KELOMPOK III
DISUSUN OLEH :

Rimba - 354823

STRATEGI PENGENDALIAN EROSI

A.
B.
C.
D.
E.
F.

UMUM
KLASIFIKASI TANAH
KRITERIA KLASIFIKASI TANAH
KELAS TANAH
SUB KELAS TANAH
SIMPULAN

Pemandangan Sawah di Hamanoura Saga, Genkai, Higashimatsuura District, Saga Prefecture, Japan
Sumber : www.minimagazin.info

A. UMUM
Erosi adalah salah satu masalah pertanian yang paling
utama di dunia. Erosi merupakan sumber utama dari
sedimen yang mencemari sungai dan mengisi waduk.
(Glenn O Schwab, et al, 1992)

Perambahan Hutan di Desa Jangkat Kab. Merangin, Jambi

( Sumber : Dok. Pribadi )

Menurut Glenn O Schwab, et al,

1992, ada dua jenis penyebab
utama dari erosi yaitu :
1. Erosi Geologi
2. Erosi dari aktivitas manusia
atau hewan.

Foto valle della luna adalah contoh erosi geologi di argentina

(Sumber : www.kuriositas.com)

1. Erosi Geologi
Lokasi : Grand-canyon, Arizona, USA
Lokasi : Pantai Whitehaven, Autralia

Sumber : www.huffingtonpost.com/2013/10/31/mostbeautiful-places_n_4173652.htm.
Sumber : www.en.wikipedia.org/wiki/Whitehaven_Beach

Lokasi : Vermilion Cliffs

National Monument
Paria Canyon Coyote Buttes
The Wave, USA

Sumber : www.en.wikipedia.org/wiki/Coyote_Buttes

2. Erosi dari aktivitas manusia.

Lokasi Hutan Nasional di Jangkat Kab. Merangin, Jambi

( Sumber : Dok. Pribadi )

Lokasi di Kab. Kerinci, Jambi

( Sumber : Dok. Pribadi )

Lokasi di DI. Limun Singkut, Kab. Sarolangun, Jambi

( Sumber : Dok. Pribadi )

2. Erosi dari aktivitas manusia.

Lokasi Hutan Nasional di Jangkat Kab. Merangin, Jambi

( Sumber : Dok. Pribadi )

Lokasi di DI. Batang Uleh Kab. Bungo, Jambi

( Sumber : Dok. Pribadi )

Lokasi Jalan Lintas Kerinci-Padang, di Kab. Kerinci, Jambi

( Sumber : Dok. Pribadi )

A. KLASIFIKASI TANAH
Klasifikasi tanah dimaksudkan
agar mempermudah dalam
pendayagunaan tanah yang
dilihat dari segi :
1. Keadaan tanah
2. Erodibilitas
3. Langkah-langkah yang akan
ditempuh dll.

Lokasi : Terrace fields amidst Himalayan ranges, near Rishikesh

www.lovethesepics.com/.../17-tremendous-terraced-rice-field

FOTO LAHAN KRITIS DAS CITARUM

Lokasi : Hulu Sungai Citarum

Sumber : Website BBWS CITARUM

FOTO LAHAN KRITIS DAS CITARUM

Lokasi : Hulu Sungai Citarum

Sumber : Website BBWS CITARUM

KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN

Kelas digolongakan berdasarkan intensitas faktor
yang menghambat / mengancam kerusakan lahan
jika pengelolaannya dilakukan dengan baik yaitu
terdiri dari :
a. Tanah kelas I s.d. IV , mampu menghasilkan
berbagai penggunaan seperti tanaman
semusim atau tahunan rumput untuk pakan
ternak, padang rumput dan hutan
b. Tanah kelas V s.d VII, mampu menghasilkan
tanaman tertentu seperti buah-buahan dan
sayuran.
c. Tanah kelas VIII, hanya dibiarkan secara alami
seperti hutan lindung

Sumber : www. syaefusay.wordpress.com

Sumber : www. kelompoktanicitarum.blogspot.com

Panen tanaman padi di Kab. Kerinci, Jambi

( Sumber : Dok. Pribadi )

KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN

Klasifikasi kemampuan lahan adalah klasifikasi lahan yang dilakukan dengan
metode faktor penghambat.
1. Mengurutkan setiap kualitas lahan atau sifat-sifat lahan dari yang terbaik
sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau
ancamanya sampai yang terbesar.
2. Menyusun tabel kriteria untuk setiap kelas; penghambat yang terkecil
untuk kelas yang terbaik dan berurutan semakin besar hambatan semakin
rendah kelasnya.
Sistem klasifikasi kemampuan lahan yang banyak dipakai di Indonesia
dikemukakan oleh Hockensmith dan Steele (1943).
Menurut sistem ini lahan dikelompokan dalam tiga kategori umum yaitu
a. Kelas
b. Subkelas
c. Satuan Kemampuan (capability units) atau Satuan pengelompokan
(management unit).
Sumber : www.planthospital.blogspot.com/2011/09/klasifikasi-kemampuanlahan.html
Foto : Sawah Berbentuk Jaring Laba-laba di Flores
(sumber : travel.detik.com

HAMBATAN/ANCAMAN MENINGKAT,
KESEUAIAN DAN PILIHAN PENGGUNAAN
BERKURANG

KELAS
KEMAMPUAN
LAHAN
GARAPAN
SANGAT
INTESNSIP

GARAPAN
INTESNSIP

GARAPAN
SEDANG

GARAPAN
TERBATAS

PENGEMBALAAN
INTENSIP

PENGEMBALAAN
SEDANG

PENGEMBALAAN
TERBATAS

HUTAN
PRODUKSI
TERBATAS

CAGAR ALAM/
HUTAN LINDUNG

Bagan Klasifikasi Kemampuan Lahan

INTENSITAS DAN PILIHAN PENGGUNAAN MENINGKAT

II

III

IV

VI

VII

VIII

bebasbanjir2025.wordpress.com

KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN

1). Tanah pada kelas I sampai IV sesuai untuk berbagai penggunaan
seperti untuk penanaman tanaman pertanian umumnya (tanaman
semusim dan setahun), rumput untuk pakan ternak, padang rumput
atau hutan.
2). Tanah pada Kelas V, VI, dan VII sesuai untuk padang rumput,
tanaman pohon-pohonan atau vegetasi alami.
3). Tanah Kelas V dan VI dapat menghasilkan dan menguntungkan
untuk beberapa jenis tanaman tertentu seperti buah-buahan,
tanaman hias atau bunga-bungaan dan bahkan jenis sayuran bernilai
tinggi dengan pengelolaan dan tindakan konservasi tanah dan air
yang baik.
4). Tanah pada Kelas VIII sebaiknya dibiarkan dalam keadaan alami.
Untuk menerapkan dan menggunakan sistem klasifikasi ini secara
benar setidaknya terdapat 14 asumsi yang perlu dimengerti.
http://planthospital.blogspot.com/2011/09/klasifikasi-kemampuan-lahan.html

KRITERIA PENENTUAN KELAS TANAH :

1. IKLIM
2. LERENG
3. KEPEKAAN EROSI
4. TINGKAT EROSI
5. KEDALAMAN TANAH
6. TEKSTUR LAPIS ATAS/BAWAH TANAH
7. PERMEABILITAS
8. DRAINASE
9. KANDUNGAN BATUAN
10. ANCAMAN BANJIR

GOLONGAN

KEMIRINGAN
LERENG (%)

03

Datar

38

Landai atau berombak

8 15

Agak miring atau bergelombang

15 30

Miring

30 45

Agak Curam

45 65

Curam

> 65

KETERANGAN

Sangat Curam

GOLONGAN

KEPEKAAN EROSI
TANAH (K)

KE1

0,00 0,10

Sangat Rendah

KE2

0,11 0,20

Rendah

KE3

0,21 0,32

Sedang

KE4

0,33 0,43

Agak Tinggi

KE5

0,44 0,55

Tinggi

KE6

0,56 0,64

Sangat Tinggi

KETERANGAN

GOLONGAN

LAPISAN HILANG

KETERANGAN

e0

0%

e1

< 25% Lapisan Atas

Ringan

e2

25% - 75% Lapisan Atas

Sedang

e3

> 75% Lapisan Atas ditambah < 25%

Lapisan Bawah

e4

> 25% Lapisan Bawah

e5

Erosi Parit

Tidak Ada Erosi

Agak Berat
Berat
Sangat Berat

GOLONGAN

KEDALAMAN TANAH EFEKTIF

KETERANGAN

k0

> 90 cm

Dalam

k1

50 cm 90 cm

Sedang

k2

25 cm 50 cm

Dangkal

k3

< 25 cm

Sangat Dangkal

GOLONGAN

KETERANGAN

t1

Tanah bertekstur halus :

Sandy clay, Silty clay, clay

t2

Tanah bertekstur agak halus :

Sandy clay loam, clay loam, silty clay

t3

Tanah bertekstur sedang :

Loam, Silty clay, Silt

t4

Tanah bertekstur agak kasar :

Sandy loam

t5

Tanah bertekstur kasar :

Loamy sand, sand

Perkiraan Penentuan Teksture Tanah

SILT LOAM

www.ext.colostate.edu

GOLONGAN

PERMEABILITAS TANAH

KETERANGAN

P1

> 0,5 cm/jam

P2

0,5 cm/jam 2,0 cm/jam

Agak Lambat

P3

2,0 cm/jam 6,25 cm/jam

Sedang

P4

6,25 cm/jam 12,5 cm/jam

Agak Cepat

P5

> 12,5 cm/jam

Lambat

Cepat

GOLONGAN

KETERANGAN

d0

Berlebihan : Air sangat cepat keluar kekurangan air

d1

Baik

d2

Agak Baik

d3

Agak Buruk

d4

Buruk

d5

Sangat Buruk : Air Menggenang

BATUAN DALAM TANAH (LAPIS 20 cm)

G
O
L.

KANDUNGAN
BATUAN

Kerikil
(%Vol.
Tanah)

Batuan Kecil
(%Vol.
Tanah)

b0

Tidak ada/sedikit

0-15

0-15

Sedang

15-50

15-50

Pengolahan tanah agak sulit,

pertumbuhan tanaman terganggu

Banyak

50-90

50-90

Pengolahan tanah sangat sulit,

pertumbuhan tanaman terganggu

Sangat Banyak

>90

>90

Pengolahan tanah tidak mungkin,

pertumbuhan tanaman terganggu

b1
b2
b4

Keterangan

GOLONGAN

KANDUNGAN
BATUAN

b0

Tidak
ada

< 0,01

Sedikit

0,01 3

Sedang

BATUAN DALAM TANAH (LAPIS 20 cm)

Batuan
lepas

Keterangan

(% luas
permukaan)

Tidak ada gangguan

<2

Tidak ada gangguan

Pengolahan dengan mesin

agak terganggu, tidak
mengganggu tanaman

2 10

Pengolahan tanah dan

penanaman agak
terganggu

3 15

Pengolahan tanah agak

sulit, luas areal produksi
berkurang

10 50

Pengolahan tanah dan

penanaman terganggu

Banyak

15 90

Pengolahan tanah dan

penanaman sangat sulit

50 90

Pengolahan tanah dan

penanaman sangat
terganggu

Sangat
Banyak

>90

>90

Tanah sama sekali tidak

dapat digarap

b1

b2

b3

b4

Keterangan

(% luas
permukaan)

Batuan
Singkap

Tanah tidak dapat

digunakan untuk produksi
pertanian

GOLONGAN

BANJIR

O0

Tidak pernah

Dalam 1 thn tidak terjadi banjir > 1 hari

Kadang-kadang

Banjir menutup tanah > 24 jam, periode

kurang 1 bulan, tidak teratur

Sedang

Banjir menutup tanah > 24 jam, periode

kurang 1 bulan, teratur

Agak Sering

Dalam 2-5 bulan terjadi banjir > 24 jam,

teratur

Sering

> 6 bulan terjadi banjir > 24 jam, teratur

O1
O2
O3
O4

KETERANGAN

KEMAMPUAN LAHAN BERDASARKAN

KRITERIA KLASIFIKASI TANAH
United States Department of Agriculture

Gambar : Klasifikasi kemampuan lahan menurut hasil penelitian dari USDA

Sumber : www.nrcs.usda.gov/wps/portal/nrcs/detail/ri/soils/?cid=nrcs144p2_016628

1) TANAH KELAS I

KRITERIA KLASIFIKASI TANAH

No

Faktor Penghambat

Golongan

Kemiringan Lereng

Kepekaan erosi tanah (K)

Tingkat Erosi

e0

Kedalaman Tanah efektif

(cm)

k0

Tekstur Lapis atas/bawah

t1, t2, t3

Permeabilitas (cm/jam)

Drainase

d1

Batuan

b0

Ancaman Banjir

O0

KE1, KE2

P2, P3

Keterangan
-

Terletak pada topografi hampir datar

Ancaman erosi kecil
Kedalam efektif dalam
Drainase baik
Mudah diolah
Kapasitas menahan air baik
Subur
Tidak terancam banjir
Memiliki curah hujan dan musim yang
cocok bagi hampir semua macam
tanaman

Catatan :
Tanah kelas I merupakan tanah yang subur
dan produktif karena pada musim hujan
dapat menyimpan persediaan air sampai
musim kemarau

Foto : Contoh Tanah Kelas I

Sumber : www.swac.umc.edu

CONTOH : TANAH KELAS I

Foto : Tanaman Semusim di DI. Batang Uleh, Kab. Bungo, Jambi

Sumber : Dok. Pribadi

2) TANAH KELAS II

KRITERIA KLASIFIKASI TANAH

No

Faktor Penghambat

Golongan

Keterangan

Kepekaan erosi tanah (K)

KE3

Tingkat Erosi

e1

Kedalaman Tanah efektif

(cm)

k1

Tekstur Lapis atas/bawah

t1, t2, t3

Permeabilitas (cm/jam)

Drainase

Kemiringan Lereng

P2, P3

Terletak pada topografi lereng yang

landai
Ancaman erosi sedang
Erosi yang terjadi di tingkat ringan
Kedalam efektif sedang (antara 50-90cm)
Tanah bertekstur halus sampai sedang
Permeabilitas tanah agak lambat sampai
sedang
Drainase pada tingkat agak baik
Kadang-kadang terkena banjir
Memiliki curah hujan dan musim yang
cocok bagi hampir semua macam
tanaman

d2

Batuan

b0

Ancaman Banjir

O1

Catatan :
Tanah kelas II merupakan tanah yang cocok
untuk tanaman semusim, rumput, pakan
ternak, hutan produksi, lindung dan cagar
alam. Perlu penanganan yang elbih baik
untuk mengurangi erosi.

Foto : Contoh Tanah Kelas II

Sumber : www.swac.umc.edu

Class II

Foto : Lahan Desa Jangkat, Kab. Merangin, Jambi

Sumber : Dok. Pribadi

Foto : Contoh Tanah Kelas II

Sumber : www.environment.nsw.gov.au

Foto : Contoh Tanah Kelas II

Sumber : www.environment.nsw.gov.au

Foto : Contoh Tanah Kelas II

Sumber : www.environment.nsw.gov.au

3) TANAH KELAS III

KRITERIA KLASIFIKASI TANAH

No

Faktor Penghambat

Golongan

Keterangan

KE4, KE5

Tingkat Erosi

e2

Kedalaman Tanah efektif

(cm)

K2

Tekstur Lapis atas/bawah

t1, t2, t3, t4

Permeabilitas (cm/jam)

Drainase

d3

Batuan

b1

Ancaman Banjir

O2

Kemiringan Lereng

Kepekaan erosi tanah (K)

3
4

P2, P3

Terletak pada topografi lereng agak

miring / bergelombang (antara 8-15%)
Terlihat kerusakan pada tanaman
penutuh lahan.
Erosi yang terjadi terlihat agak menyolok
Lapisan tanah permukaan (top soil)
menipis (antara 25-50 cm)
Tanah bertekstur halus sampai agak kasar
Permeabilitas tanah agak lambat-sedang
Drainase pada tingkat agak buruk
Sedikit agak sering terkena banjir

Catatan :
Tanah kelas III merupakan tanah yang cocok
untuk tanaman semusim, rumput, pakan
ternak, hutan produksi, lindung dan cagar
alam. Tindakan konservasi dapat dilakukan
dengan
perbaikan
drainase,
sistem
penanaman
secara
bergilir
dengan
dikombinasikan dengan tanaman penutup
lahan dan pembuatan teras dengan
bertujuan
pengendalian
erosi
dan
meningkatkan produktifitas lahan.

Foto : Contoh Tanah Kelas III

Sumber : www.swac.umc.edu

TANAMAN SEMUSIM

Panen tanaman padi di Kab. Kerinci, Jambi

( Sumber : Dok. Pribadi )

Tanaman padi di Boracay Island & Rice Terraces , Philippines

( Sumber : www.lovethesepics.com)

Lahan pesawahan di Kab. Merangin, Jambi

( Sumber : Dok. Pribadi )

4) TANAH KELAS IV

KRITERIA KLASIFIKASI TANAH

No

Faktor Penghambat

Golongan

Keterangan

Kepekaan erosi tanah (K)

KE6

Tingkat Erosi

e3

Kedalaman Tanah efektif

(cm)

k2

Tekstur Lapis atas/bawah

t1, t2, t3, t4

Permeabilitas (cm/jam)

Drainase

d4

Batuan

b2

Ancaman Banjir

O3

Kemiringan Lereng

P2, P3

Terletak pada topografi lereng miring

atau berbukit (15-30%)
Kepekaan erosi sangat tinggi
Kerusakan akibat erosi agak berat
Kedalam efektif dangkal (25-50 cm)
Tanah bertekstur halus sampai sedang
Permeabilitas tanah agak lambat sampai
sedang
Drainase pada tingkat buruk
Kadang-kadang terkena banjir
Memiliki iklim yang cukup ekstrim

Catatan :
Tanah kelas IV merupakan tanah yang cocok
untuk pertanian dengan memperhatikan
batasan
cara
penanamannya.
Perlu
penanganan
yang lebih baik untuk
mengurangi erosi. Upaya konservasi spt
pembuatan teras, pergiliran tanaman
penutup
dan
pembuatan
bangunan
konservasi spt check dam.

Foto : Contoh Tanah Kelas IV

Sumber : www.swac.umc.edu

5) TANAH KELAS V

KRITERIA KLASIFIKASI TANAH

No

Faktor Penghambat

Golongan

Keterangan

Kemiringan Lereng

Kepekaan erosi tanah (K)

*)

Tingkat Erosi

Kedalaman Tanah efektif

(cm)

*)

Tekstur Lapis atas/bawah

*)

Permeabilitas (cm/jam)

P1

Drainase

d5

Batuan

b3

Ancaman Banjir

O4

*) mempunyai sifat sembarang

Terletak pada topografi lereng yang

hampir datar dan berbatu
Tidak ada ancaman erosi
Tanah sangat berbatu atau sering
tergenang air seperti rawa
Erosi yang terjadi di tingkat ringan
Permeabilitas tanah lambat
Drainase sangat buruk sehingga terjadi
genangan dan sulit untuk ditanami
tanaman semusim
Sering terkena banjir

Catatan :
Tanah kelas V merupakan tanah yang tidak
cocok untuk tanaman semusim karena
daerah yang sering dilanda banjir dan kondisi
drainase yang buruk menambah kondisi
tanah yang sering tergenang. Pelakukan
praktis pada kondisi ini lahan cocok ditanami
pohon-pohonan tahunan atau rumput untuk
makanan ternak.

Foto : Contoh Tanah Kelas V

Sumber : www.swac.umc.edu

6) TANAH KELAS VI

KRITERIA KLASIFIKASI TANAH

No

Faktor Penghambat

Golongan

Keterangan

Kemiringan Lereng

Kepekaan erosi tanah (K)

*)

Tingkat Erosi

e4

Kedalaman Tanah efektif

(cm)

k3

Tekstur Lapis atas/bawah

Permeabilitas (cm/jam)

*)

Drainase

Batuan

*)

Ancaman Banjir

*) mempunyai sifat sembarang

t1, t2, t3, t4

Terletak pada topografi lereng yang agak

curam
Akibat erosi yang terjadi di tingkat berat
Kedalam efektif sangat dangkal (< 25 cm)
Tanah bertekstur halus sampai sedang
Permeabilitas tanah agak lambat sampai
sedang
Drainase pada tingkat agak baik

Catatan :
Tanah kelas VI mempunyai lapisan tanah
yang dangkal kurang dari < 25 cm jika
dipaksakan untuk dijadikan lahan tanaman
semusim perlu ada tindakan khusus dalam
pengendalian erosi seperti pembuatan teras
tangga, pembuatan parit, pengelolaan
menurut kontur dan sebagainya. Dapat
ditanami tanaman buah-buahan jika kondisi
lahan ditumbuhi oleh tanaman penutup
tanap diganggu sama sekali.

Foto : Contoh Tanah Kelas VI

Sumber : www.swac.umc.edu

Terraces of Machu Picchu, the great Inca

city in the Andes of Peru

http://www.picturenice.com

Teras Sawah Banaue di Philipine

Sumber : citratus.blogspot.com

1) TANAH KELAS VII

KRITERIA KLASIFIKASI TANAH

No

Faktor Penghambat

Golongan

Keterangan

Kemiringan Lereng

Kepekaan erosi tanah (K)

*)

Tingkat Erosi

e5

Kedalaman Tanah efektif

(cm)

*)

Tekstur Lapis atas/bawah

t1, t2, t3, t4

Permeabilitas (cm/jam)

*)

Drainase

Batuan

*)

Ancaman Banjir

*) mempunyai sifat sembarang

Terletak pada topografi lereng curam

(kemiringan 40-65%)
Jika erosi yang terjadi sangat berat akan
terbentuk erosi parit, keadaan ini dapat
menimbukan erosi yang cukup parah.
Tanah bertekstur halus sampai sedang
Drainase umumnya pada tingkat agak
baik

Catatan :
Tanah kelas VII mempunyai lapisan tanah
yang dangkal kurang dari < 30 cm tidak dapat
dijadikan lahan pertanian namun dapat
dijadikan padang rumput untuk pakan
ternak. Sangat baik dijadikan hutan agar
tercegah dari erosi.

Foto : Contoh Tanah Kelas VII

Sumber : www.swac.umc.edu

8) TANAH KELAS VIII

KRITERIA KLASIFIKASI TANAH

No

Faktor Penghambat

Golongan

Keterangan

Kemiringan Lereng

Kepekaan erosi tanah (K)

*)

Tingkat Erosi

*)

Kedalaman Tanah efektif

(cm)

*)

Tekstur Lapis atas/bawah

t5

Permeabilitas (cm/jam)

P5

Drainase

d0

Batuan

b4

Ancaman Banjir

*)

*) mempunyai sifat sembarang

Terletak pada topografi lereng sangat

curam (kemiringan > 65%) )
Tanah bertekstur kasar
Permeabilitas tanah cepat
Drainase pada tingkat berlebihan : air
sangat cepat keluar dan kekurangan air.
Kondisi sangat berbatu

Catatan :
Tanah kelas VIII merupaka kondisi tanah yang
sangat jelek akibat erosi yang tekah terjadi
lama dan tidak mungkin ditanami untuk
usaha pertanian. Lahan seperti ini sebaiknya
dijadikan
hutan
lindung.
Puncak
pegunungan yang berbatu akibat letusan,
pantai yang berbukit dan tanah rawa yang
tidak dapat drainase bisa diklasifikasikan
tanah kelas VIII .

citratus.blogspot.com

Foto : Contoh Tanah Kelas VIII, Painted Hills in Wheeler County, Oregon
Sumber : www.swac.umc.edu

Gunung Bromo, Jawa Timur, Indonesia

Sumber : www.khatulistiwa.info

PENGKLASIFIKASIAN KELAS TANAH

DENGAN PENGGUNAAN SOFTWARE GIS

http://www.iso.com

Pengelompokan sub kelas berdasarkan pada jenis faktor penghambat yang

dominan. Kemampuan lahan kelas I tidak memiliki subkelas.
Huruf

KETERANGAN

Menunjukkan ancaman erosi atau tingkat erosi yang

telah terjadi merupakan masalah utama dilihat dari
faktor kecuraman lereng dan kepekaan erosi.

Menunjukkan bahwa drainase yang buruk merupakan

masalah utama yang dapat menimbulkan ancaman
banjir yang dapat merusak tanaman.

Menunjukkan tanah merupakan hambatan utama pada

daerah perakaran (batuan dipermukaan lahan,
kapasitas menahan air rendah, sifat kimia yang
menghambat pertumbuhan).

Menunjukkan faktor iklim menjadi pembatas

penggunaan lahan.

 The following Plantation Forestry

Penelitian yang telah dilakukan
Land Capability Classification System
mengenai Klasifikasi Kemampuan
has been adapted for forestry use
Lahan Menurut PIRSA Foresty
from Assessing Agricultural Land:
Agricultural
Land
Classification
Standards Used in South Australias
Land Resource Mapping Program
(Maschmedt 2000) and Australian
Soil and Land Survey Field Handbook
(McDonald RC, Isbell RF, Speight JG,
Walker J & Hopkins MS 1984, Inkata
Press, Melbourne).
The system derives eight plantation
forestry land capability classes that
are based on soil drainage, texture,
structure and depth, and slope.
Table 1 further summarises land use
options and associated management
www.pir.sa.gov.au/forestry
practices.

Tabel 1. Plantation forestry land capability classification system

Erosion based
plantation
forestry land
capability class

Capability

Land use options

Very high

Plantation forestry

Standard practice

II

Very high

Plantation forestry

Standard practice

III

High

Plantation forestry

Standard practice with slight

modification

IV

Average

Plantation forestry

Standard practice with some

modified practices

Fair

Plantation forestry

Modified practices required

VI

Low

Non-plantation forestry

Intensive modified practices

VII

Very low

Non-plantation forestry

Very intensive modified practices

VIII

Nil

Non-plantation forestry

Soil conservation only

Management practices

www.pir.sa.gov.au/forestry

Flow Chart Plantation forestry land capability class

www.pir.sa.gov.au/forestry

Tabel 2. Estimasi kelas penerimaan curah hujan

Drainage class

Depth to
Permeability class above
impermea
permeable layer
ble layer

>100 cm

Rapidly drained soil is

never wet for more than
several hours
or
Well drained soil is
never wet for more
than several days

50-100 cm

<50 cm

Drainage class

Highly permeable sand

Very high

Moderately permeable loam

Very high

Impermeable clay

High

Highly permeable sand

Very high

Moderately permeable loam

High

Impermeable clay

High

Highly permeable sand

High

Moderately permeable loam

High

Impermeable clay

High

www.pir.sa.gov.au/forestry

Tabel 2. Estimasi kelas penerimaan curah hujan

Drainage class

Depth to
Permeability class above
impermeabl
permeable layer
e layer

>100 cm
Moderately well drained soil
is wet for up to one week
or
Imperfectly drained soil is
wet for several weeks
or
Imperfectly drained soil is
prone to saturation very early
in the season

50-100 cm

<50 cm

Drainage class

Highly permeable sand

High

Moderately permeable
loam

High

Impermeable clay

Moderate

Highly permeable sand

High

Moderately permeable
loam

Moderate

Impermeable clay

Moderate

Highly permeable sand

Moderate

Moderately permeable
loam

Low

Impermeable clay

Low

www.pir.sa.gov.au/forestry

Tabel 2. Estimasi kelas penerimaan curah hujan

Drainage class

Depth to
Permeability class above
impermea
permeable layer
ble layer

>100 cm
Poorly drained soil is wet
for several months
or
Very poorly drained soil
50-100 cm
is wet for most of the year
or
Inundated land is
permanently under water
<50 cm

Drainage class

Highly permeable sand

Low

Moderately permeable
loam

Low

Impermeable clay

Very low

Highly permeable sand

Low

Moderately permeable
loam

Very low

Impermeable clay

Very low

Highly permeable sand

Very low

Moderately permeable
loam

Very low

Impermeable clay

Very low

www.pir.sa.gov.au/forestry

Table 3. Estimation of soil resistance to breakdown class

Texture of A
horizon
Sand
Loamy sand

Sandy loam

Structure/consistency
Loose, soft, single grained

Very low

Non coherent, single grain

Very low

Soft, poorly structured

Very low

Hard, massive

Low

Non coherent

Very low

Soft, firm/weak structure

Hard, massive

Loam
Clay loam
Loamy clay
Clay

Soil resistance to
breakdown class

Low
Moderate

Soft, weak structure

Low

Firm, hard, massive

Moderate

Friable/strong crumb

High

Hard, poor structure

High

Soft, firm/self mulching

Cracking

Moderate
High

Table 4. Estimation of soil erodibility class (water)

Rainfall acceptance
class from Table 2

Very High

High

Soil resistance to
breakdown class from
Table 3

Soil erodibility class:

water

High

Low

Moderate

Low

Low

Low

Very low

Moderate

High

Low

Moderate

Low

Low

Moderate

Very low

Moderate

www.pir.sa.gov.au/forestry

Table 4. Estimation of soil erodibility class (water)

Rainfall acceptance
class from Table 2

Moderate

Low

Very Low

Soil resistance to
breakdown class from
Table 3

Soil erodibility class:

water

High

Low

Moderate

Moderate

Low

Moderate

Very low

High

High

Moderate

Moderate

Moderate

Low

High

Very low

Very high

High

Moderate

Moderate

High

Low

Very high

Very low

Very high
www.pir.sa.gov.au/forestry

Table 5. Estimation of water erosion potential

Water soil erodibility class
from Table 4

Slope range

Low

010

Moderate/high

010

Very high

010

Low

150

Moderate/high

140

Very high

130

Low

5100

Moderate/high

480

Very high

340

Low

10180

Moderate/high

8120

Very high

460

Water erosion potential

Low

Moderately low

Moderate

Moderately high

www.pir.sa.gov.au/forestry

Table 5. Estimation of water erosion potential

Water soil erodibility class
from Table 4

Slope range

Low

18250

Moderate/high

12200

Very high

6150

Low

2545+0

Moderate/high

20350

Very high

15250

Low

45+0

Moderate/high

35+0

Very high

25+0

Moderate/high

45+0

Very high

45+0

Water erosion potential

High

Very high

Very high

Extreme

www.pir.sa.gov.au/forestry

Table 6. Estimation of soil erodibility class (wind)

Texture of A horizon

Dry coherence

Soil erodibility class:

wind

Sand

Loose

High

Loamy sand

Loose

High

Weakly coherent

Moderate

Weakly coherent

Moderate

Firm to hard

Low

Weakly coherent

Moderate

Firm to hard

Low

Weakly coherent

Moderate

Firm to hard

Low

Loamy

Any

Low

Clay

Any

Low

Sandy loam

Light sandy clay loam

Sandy loam

www.pir.sa.gov.au/forestry

Table 7. Estimation of wind erosion potential

Rainfall
(mm)

Soil erodibility class:

wind from Table 6

Topography

Wind erosion
potential

Low

Flats, rises

Low

Moderate

Flats, rises

Moderate

Flats, rises

High

Low sandhills (<5m)

High

250350
High

Moderate sandhills (5
10m)

Extreme

High sandhills (>10m)

Extreme

Low

Flats, rises

Low

Moderate

Flats, rises

Low

Flats, rises

Moderate

Low sandhills (<5m)

Moderate

350450
High

Moderate sandhills (5
10m)

High

High sandhills (>10m)

Extreme
www.pir.sa.gov.au/forestry

Table 7. Estimation of wind erosion potential

Rainfall
(mm)

Soil erodibility
class: wind from
Table 6

Topography

Wind erosion
potential

Low

Flats, rises

Low

Moderate

Flats, rises

Low

Flats, rises

Moderate

Any sandhills

High

Low

Flats, rises

Low

Moderate

Flats, rises

Low

Flats, rises

Low

Any sandhills

Moderate

450600
High

More than
600

High

www.pir.sa.gov.au/forestry

Table 8. Determination of erosion based plantation forestry land

capability class.
Water erosion potential Wind erosion potential
from Table 5
from Table 7

Low

Moderately low

Moderate

Erosion based plantation

forestry land capability
class

Low

Moderate

High

III

Low

II

Moderate

II

High

III

Low

III

Moderate

IV

High

IV

www.pir.sa.gov.au/forestry

Table 8. Determination of erosion based plantation forestry land

capability class.
Water erosion potential
from Table 5

Moderately high

High

Very high

Extreme

Wind erosion potential

from Table 7

Erosion based plantation

forestry land capability
class

Low

IV

Moderate

High

Low

Moderate

VI

High

VI

Low

VI

Moderate

VII

High

VIII

Low

VIII

Moderate

VIII

High

VIII
www.pir.sa.gov.au/forestry

SOSIALISASI adalah
merupakan salah satu
Strategi KONSERVASI Lahan
Lokasi di Desa Koto Teguh, Jangkat Kab. Merangin, Jambi
( Sumber : Dok. Pribadi )

EROSI PADA SALURAN IRIGASI

Lokasi di DI. Limun Singkut Kab. Sarolangun, Jambi
( Sumber : Dok. Pribadi )

TANAH YANG GERSANG

Lokasi di DI. Limun Singkut Kab. Sarolangun, Jambi

( Sumber : Dok. Pribadi )

Lokasi di DI. Limun Singkut Kab. Sarolangun, Jambi

( Sumber : Dok. Pribadi )

V. SIMPULAN & SARAN

Dengan menklasifikasikan kemampuan lahan yang
digolongkan menjadi beberapa kelas dan sub kelas
yang merupakan hasil pengalaman dilapangan
mempermudah dalam pengambilan strategi dalam
pengendalian erosi yang terjadi.
Banyak sekali parameter untuk menyusun strategi
pengendalian erosi yang sangat memerlukan
penyesuai dan pengembangan yang lebih baik agar
dalam menyusun strategi tersebut akan lebih
konkrit dan sesuai dengan keadaan dilapangan.
Dalam menyusun rencana tata ruang dan wilayah
perlu mempertimbangkan adalah faktor tata guna
lahan yang ada.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Bandung tempo dulu by COLLECTIE_TROPENMUSEUM

Daftar Pustaka

Arsyad, S. (2006)., Klasifikasi Kemampuan Lahan. Konservasi Tanah dan Air,

http://www.planthospital.blogspot.com, (Des, 2013)
Cunningham, G.M., Higginson, F.R., Riddler, A.M.H., and Emery, K.A., (1988),
Systems used to classify rural lands in clew South Wales.,
http://www.environment.nsw.gov.au/.../soils/systemsclassification, (Jan, 2014)
Glenn, O. S., Delmar, D. F. M., William, J. E., and Richard, K. F., 1992 , Soil and
Water Conservation Engineering, edited by John Wailey and Sons, Inc., New York,
USA.
Kironoto, B. A., dan Yulistianto, B., 2013a, Konservasi Lahan, Bahan Kuliah
Program S2 Teknik Sipil, Minat Teknik Keairan, Program Studi Teknik Sipil,
Program Pascasarjana Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Sri Harto, 2011, Metodologi Penelitian, Yogyakarta.
U.S. Department of Agriculture, Natural Resources Conservation Service, 1997. ,
Landscapes with land capability classes outlined.,
http://www.nrcs.usda.gov/wps/portal/nrcs/detail/ri/soils/?cid=nrcs144p2_0166
28 , (Jan, 2014)
Department of Primary Industries and Regions South Australia (PIRSA), 2009.,
Plantation forestry land capability classification system.,
http://www.pir.sa.gov.au/forestry/forestry_development/guidelines_for_plantati
on_forestry_in_south_australia_2009/appendix_5, (Jan, 2014)

SIMULASI BENCANA BANJIR AKIBAT LONGSOR DAN EROSI DI JEPANG