Kelompok E5
Ricko Ciady 102010282
Hendricus Novaldo Widodo Putra 102013262
Anita Peronika 102013418
Natanael Petra 102014026
Irene Ferita Wijaya 102014075
Stephanie Jessica Hartono Husodo 102014136
Christiani Elliavani - 102014212
Jason Julio Sutanto 102014213
Abstract:
Blood is a tissue consist of erythrocyte, leukocytes, and platelet that submerged in blood plasma.
Blood circulation use vascular system to transport oxygen from lung and nutrient form digestion
system throughtout the body. blood cell are formed from the hematopoiesis process, where stem
cells stimulated by cytokines so that it can perform proliferation and lead to the different type of
blood cell. One of the hematopoiesis that we will discus in this paper is eritropoiesis, where the
proliferation is stimulated by eritropoietin. Erythrocytes contain hemoglobin, that is useful for
binding the oxygen. In homoestatis there is 3 process that can used to hold the bleeding.
Key Word: erythrocyte, leukocytes, and platelet.
Abstrak:
Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri dari Eritrosit (sel darah merah), Leukosit (sel darah
putih), dan Trombosit (keeping darah) yang terendam dalam plasma darah. Darah beredar
menggunakan sistem vaskular yang mengangkut oksigen dari paru dan nutrient dari saluran
pencernaann ke jaringan lain ke seluruh tubuh. Sel darah terbentuk dari proses hematopoiesis,
dimana stem cell dirangsang oleh sitokinin sehingga terjadi proliferasi sel yang berbeda-beda.
Salah satu proses proliferase sel darah yang di bahas lebih dalam adalah proliferasi sel darah
merah atau eritrosit yang diberi nama eritropoiesis dimana pembentuknya dirangsang oleh
sitokinin eritropoietin. Dalam sel darah merah terdapat juga hemoglobin, yang berguna untuk
mengikat oksigen dan dibentuk dari suksinil KoA dan glisin. Pada saat pembekuan darah terjadi
3 proses hemostatis utama yang mampu menghambat pendarahan.
Kata Kunci: Eritrosit, Leukosit, trombosit
Latar belakang
Organ jantung merupakan organ yang amat vital dalam menunjang kehidupan makhluk
hidup. Organ jantung sebagai pompa memastikan bahwa sebuah organisme mendapatakan nutrisi
dan suplai oksigen serta pengangkutan kembali sisa-sisa metabolisme baik tingkat organ,
jaringan maupun sel. Dalam kehidupan kita memerlukan makanan atau zat-zat yang diperlukan
oleh tubuh untuk pertumbuhan maupun untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Makanan serta
zat-zat yang diperlukan oleh tubuh tersebut akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui
mekanisme transportasi. Dalam hal ini, media transportasi tersebut adalah darah.Darah
merupakan suatu jaringan yang terdiri atas eritrosit(sel darah merah),leukosit(sel darah putih),
dan trombosit(keping darah) yang terendam dalam plasma darah cair.1
Darah beredar dalam sistem vaskular, mengangkut oksigen dari paru-paru dan nutriendari
saluran cerna ke jaringan lain di seluruh tubuh. Selain itu darah juga berperan dalam transportasi
hormon yang berasal dari kelenjar endokrin.1
Defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin dapat mengakibatkan penurunan
jumlah sel darah merah. Oleh karena itu, Kemampuan darah untuk membawa oksigen bekurang,
maka individu akan terlihat pucat dan juga cepat lelah serta lemas.2
Komposisi Darah
Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri dari Eritrosit (sel darah merah), Leukosit
(sel darah putih), dan Trombosit (keeping darah) yang terendam dalam plasma darah. Darah
beredar menggunakan sistem vaskular yang mengangkut oksigen dari paru dan nutrient dari
saluran pencernaann ke jaringan lain ke seluruh tubuh. Darah juga membawa karbon dioksida
dari jaringan ke paru-paru dan limbah bernitrogen ke ginjal untuk dikeluarkan dari tubuh. Darah
juga mempunyai peran yang penting dalam fungsi integrative kelenjar endokrin dengan
membawa hormone dari asalnya ke sel-sel lainya. 1
Volume darah manusia jika diukur mengunakan liter adalah 5 liter, merupakan 7% dari
berat badan total. Eritrosit sendiri mencakup 45% dari volume ini, Leukosit dan trombosit hanya
sekitar 1% dan sisanya adalah plasma darah. Plasma darah sendiri adalah cairan kuning bening
yang merupakan matriks ekstra sel jaringan.1 Illustrasi komponen darah dapat dilihat di gambar
1.
1. Plasma Darah
Plasma darah merupakan matriks cair yang menampung sel-sel darah dan mengandung
sejumlah protein penting secara fisiologis. Bila darah itu membeku dan bekuan itu mengkerut,
beberapa protein plasma besar terperangkap dalam bekuan darah. Cairan yang tertinggal disebut
serum darah. Kategori utama dari protein plasma adalah Albumin, Globulin, Fibrinogen, dan
Komplemen.1
2. Eritosit
Eritrosit adalah korpuskel-korpuskel kecil yang member warna merah pada darah. Jumlah
normal eritrosit kira-kira 5,4 juta/mm 3 darah pada pria dan 4,8 juta/mm 3 pada wanita. Jumlah ini
sedikit meningkat pada dataran tinggi. Eritrosit ini mempunyai bentuk yang sangat khas yaitu
chakram bikonkaf dengan diameter 7 mikrometer, ketebalan maksimum 2 mikrometer, dengan
luas permukaan 140 mikrometer persegi.1
Karena itu, darah arteri yang telah kehilangan sebagian kandungan O 2 akan mengalami kebiruan.
Ilustrasi dari bentuk hemoglobin dapat di lihat di gambar 3 dibawah ini
3. Leukosit
Leukosit atau sel darah putih adalah satuan mobile pada sistem pertahanan sistem tubuh.
Immunitas adalah kemampuan tubuh menahan atau menyingkirkan benda asing yang berpotensi
merugikan atau menjadi abnormal. Leukosit bersama dengan berbagai protein plasma
membentuk
sistem
imun,
suatu
sistem
pertahan
internal
yang
mengenali
dan
menghancurkan/menetralkan benda asing dalam tubuh. Jumlah total leukosit dalam keadaan
normal berkisar dari 5000 10000 mm3. Leukosit merupakan sel darah yang paling sedikit
jumlahnya, sekitar 1 sel darah putih untuk 700 sel darah merah.3
Berbeda dengan sel darah merah, leukosit tidak mempunyai hemoglobin sehingga tidak
bewarna (putih) kecuali jika secara spesifik diwarnai agar dapat dilihat dengan mikroskop.
Dalam darah terdapat 5 jenis leukosit yang berbeda, masing-masing dengan struktur dan fungsi
tersendiri. Sel-sel ini sedikit lebih besar dari eritrosit. 5 jenis leukosit tersebut dibagi menjadi 2
kategori yaitu Granulosit dan Agranulosit.
Granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil. Sedangkan Agranulosit terdiri dari
Monosit dan Limfosit.3
a. Neutrofil
Neutrofil memiliki nucleus yang terdiri dari 2 sampai 5 lobus(ruang). Sel-sel ini
berukuran sekitar 8 mikrometer dalam keadaan segar. Neutrofil bersifat fagosit dengan
cara masuk ke jaringan yang terinfeksi. Sebuah sel neutrofil dapat memfagositosis 5-20
bakteri sebelum sel neutrofil menjadi inaktif dan mati. Neutrofil hanya aktif sekitar 6-20
jam.1
juga melepaskan histamine, yaitu suatu senyawa yang dibebaskan sebagai antigen yang
sesuai.1
d. Monosit
Monosit memiliki 1 nukleus besar dan berbentuk seperti tapal kuda atau ginjal. Monosit
berdiameter sekitar 12 20 mikrometer. Monosit dapat berpindah dari aliran darah ke
jaringan. Didalam jaringan, monosit membesar dan bersifat fagosit menjadi makrofag.
Makrofag ini bersama neutrofil merupakan leukosit fagosit utama, paling efektif dan
berumur panjang.1
e. Limfosit
Limfosit berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter 6-14 mikrometer. Limfosit
dibentuk di sumsum tualng belakang, sedangkan pada janin dibuat di hati. Terdapat 2
jenis sel limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit yang tetap berada di sumsum
tulang belakang berkembang menjadi limfosit B dan limfosit yang berpindah dari
sumsum tulang ke timus berkembang menjadi Limfosit T. Limfosit B berperan dalam
pembentukan antibody. Sebaliknya, Limfosit T tidak menghasilkan antibody. Limfosit T
memiliki berbagai fungsi, misalnya sitotoksik-T berfungsi untuk menghancurkan sel yang
terserang virus.2
10
11
Eritropoiesis
Eritrosit mempunyai jangka hidup sekitar 120 hari. Eritrosit yang tua dikeluarkan dari
darah sewaktu melalui lien limpa dan dimusnahkan disitu. Karena eritorsit tidak dapat membelah
diri untuk mengganti sendiri jumlahnya maka sel tua yang pecah harus diganti oleh sel baru
untuk mempertahankan jumlah normal dalam darah yang di bentuk berkelanjutan di dalam
sumsum tulang. Sumsum tulang yang menghasilkan sel darah baru memerlukan suatu proses
yang bernama Eritopoiesis.3
Fungsi utama eritrosit dalam tubuh adalah transport O2 dan CO2, dengan menurunnya
penyaluran O2 ke ginjal maka ginjal akan merangsang mengeluarkan hormone Eritropoietin ke
dalam darah. Hormon inilah yang akan merangsang eritropoiesis oleh sumsum tulang. Setelah
dirangsang dan hormone eritropoietin masuk ke darah maka dimulai proses pematangan sel
darah merah dari stem cell menjadi eritrosit. Setelah terjadi peningkatan aktivias eritropoietik ini
maka terjadi juga peningkatan sel darah merah dalam darah yang otomatis menyebabkan
pengangkutan O2 kembali seperti semula.3,5 Proses eritropoiesis serta maturasi eritrosit dapat
dilihat di gambar 12 dan 13.
12
13
porfirin, terjadi melalui kondensasi 4 molekul PBG. Keempat molekul ini memadat dari arah
kepala ke ekor untuk membentuk sebuah tetrapirol linier, yaitu hidroksimetibilan (HMB). Reaksi
ini dikatalisis oleh uroporfirinogen I sintase yang disebut juga HMB sintase. HMB mengalami
siklisasi secara spontan untuk membentuk uroporfirinogen I atau diubah menjadi uroporfirinogen
III oleh kerja enzim uroporfirinogen III sintase.7
Uroporfirinogen III diubah menjadi kopropofirinogen III oleh uroporfirinogen
dekarboksilase. Koproporfirinogen III kemudian memasuki mitokondria, tempat senyawa ini
diubah menjadi protoporfirinogen III yang kemudian menjadi protoporfirin III.5
Tahap terakhir sintesis heme adalah penggabungan besi fero dengan protoporfirin dalam
suatu reaksi yang dikatalisis oleh feroketalase (heme sintase), yaitu enzim mitokondria yang
lain.7 Dapat dilihat di diagram 1 dibawah ini.
ALA SINTASE
KOPROPORFIRINOGEN
OKSIDASE
ALA DEHIDRASE
UROPORFIRINOGEN
DEKARBOKSILASE
PROTOPORFIRINOGEN
OKSIDASE
UROPORFIRINOGEN I
SINTASE
UROPORFIRINOGEN
III SINTASE
FEROKETALASE
14
Homeostasis
Homeostasis adalah penghentian pendarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak.
Kapiler kecil, arteriol kecil dan venula sering pecah oleh trauma ringan dalam kehidupan seharihari. Trauma ini semacam sering terjadinya perdarahan meskipun kita bahkan itdak menyadari
adanya trauma tersebut. Proses hemeotasis ini melibatkan beberapa langkah utama yaitu;
1. Spasme vascular mengurangi aliran darah melalui pembuluh yang cedera.
Ini merupakan suatu bentuk respon intrinsic yang dipicu oleh suatu zat parakrin yang
dilepaskan secara local dari lapisan dalam (endotel) pembuluh yang cerdera. Spasme vascular
ini memperlambat darah mengalir melalui bagian yang trauma dan memperkecil kehilangan
darah. Pada saat terjadinya spasme vascular ini, sel-sel endotel saling berhadapan dan saling
menekan satu sama lain sehingga permukaan menempel dan semakin menambal pembuluh
yang rusak.8
2. Trombosit menggumpal untuk membentuk sumbat di bagian pembuluh yang terpotong
atau robek.
Jika permukaan pembuluh ini rusak akibat cedera pembuluh maka trombosit menjadi
aktif oleh kolagen yang terpajang, yaitu proses fibrosa di jaringan ikat di bawah endotel.
Setelah teraktifkan, trombosit cepat melekat ke kolagen dan membentuk sumbat
trombosit hemeostatik di tempat cedera. Ketika mulai menggumpal, trombosit-trombosit
tersebut
mengeluarkan
zat-zat
kimia
antara
lain; adenosine
difosfat
(ADP, yang
menyebabkan permukaan trombosit darah yang terdapat pada sekitarnya menjadi lekat
sehingga trombosit tersebut melekat ke lapisan pertama gumpalan trombosit. Trombosittrombosit yang baru melekat ini melepaskan lebih banyak ADP, yang menyebabkan semakin
banyaj trombosit menumpuk di tempat cedera; karena itu, di tempat cedera cepat terbentuk
sumbat trombosit melalui mekanisme umpan balik positif.3,8
Penyebab utamanya adalah bahwa ADP dan bahan kimia lainnya akan katif merangsang
pelepasan protastasklin dan nitrat oksida dari endotel normal sekitar dan juga menghambat
agregrasi trombosit. Karena itu trombosit bersifat terbatas di daerah cadera dan itdak
merambat ke jaringan vascular sekitar yang tidak rusak.3,8
15
3. Bekuan darah terjadi akibat terpicunya suatu reaksi berantai yang melibatkan faktorfaktor pembekuan darah.
Koaulasi atau pembekuan darah ada;ah transformasi darh dari cairan menjadi gel padat.
Pembentukan bekuan diatas sumbat trombosit memperkuan dan menopang sumbat,
mengikatkan tambalan yang menutupi kerusakan pembuluh.8
Pembekuan darah adalah mekanisme hemeostatik tubuh yang plaing kuat. Mekanisme ini
diperlukan unutk menghentikan perdarahan dari semua cedera kecuali cedera-cedera kecil.8
Pembentukan Bekuan
Setelah homeostasis mulai, aktivitas berurutan yang akan terjadi adalah secara intrinsic
dan ekstrinsik dari pembekuan darah yang menyebabkan adanya pembentukan bekuan padat,
yang menjamin pencegahan kehilangan darah dalam kasus cedera vascular. Dapat terjadi
permbekuan dalam sistem vascular atau pada endothelium jantung yang rusak sering
menyebabkan masalah sirkulasi mayor. ada tiga reaksi dasar yang secara berurutan akan
terjadi setalah proses homeostasis berlangsung yaitu; (1) activator protrombin dibentuk oleh
cara intrinsic atau ekstrinsik dalam berespon pada kerusakan jaringan atau endotel, (2)
activator protrombin mengkatalilis peribahan protrombin menjadi thrombin, dan (3) thrombin
mengkatalisis perubahan fibrinogen yang dapat larut menjadi benang-benang pilimer fibrin
padat. Benang-benang fibrin ini membentuk jaringan-jaringan dimana plasma, sel-sel darah,
dan trombosit menempel untuk membuat bekuan.9
Jenjang Pembekuan Darah
Jenjang pembekuan darah dimuai dengan terjadinya jenjang proenzin yang secara
berurutan mengaktifkan satu sama lain melaui pemutusan protoelitik. Pengaktifan
pembentukan bekuan berlangsung melalui dua jalur tepisah, yang disebut jalur intrinsic dan
jalur ekstrinsik. Jalur intrinsic menjadi aktif apabila protein plasma bereaksi dengan
subendotel yang terpajan akibat kerusakan pembuluh darah. trombosit dan protein yang
disebut faktor von willebrand berikatan dengan subendotel yang terpajan tersebut, dan
trombosit kemudian mengikat fibrinogen. Jalur ekstrinsik dialtifkan oleh faktor jaringan (TF
atau Fakor III) yang merupakan suatu protein terikat-membran yang tepajan pada permukaan
16
sel setelah trauma. Trauma juga mengaktifkan perubahan faktor VII menjadi VIIa. Dan faktor
jaringan serta Faktor VIIa membentuk suatu kompleks yang memutuskan faktor X menjadi
faktor Xa. Jalur intrinsic dan ekstrinsik bertemu pada pengaktifan proteolitik faktor X
menjadi Xa. Faktor XII, XI, IX, VII, X, dan thrombin adalah protease serin. Akhirnya
thrombin memutuskan fibrinogen menjadi fibrin, dan terbentuk bekuan kunak awal. Faktor
XIIIa adalah suatu transglutaminidase. Faktor VIII dan V adalah kofaktor yang masingmasing membentuk kompleks dengan permukaan endotel dan faktor IXa dan Xa. Reaksi
yang diberi tanda PL, Ca berlangsung melalui kofaktor yang terikat ke fosfolipid (PL) di
permukaan sel dalam suatu kompleks koordinasi-Ca2+.6
Kesimpulan
Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri dari Eritrosit (sel darah merah), Leukosit
(sel darah putih), dan Trombosit (keeping darah) yang terendam dalam plasma darah. . Darah
beredar menggunakan sistem vaskular yang mengangkut oksigen dari paru dan nutrient dari
saluran pencernaann ke jaringan lain ke seluruh tubuh. Sel darah terbentuk dari proses
hematopoiesis, dimana stem cell dirangsang oleh sitokinin sehingga terjadi proliferasi sel yang
berbeda-beda. Salah satu proses proliefrase sel darah yang di bahas lebih dalam adalah
proliferasi sel darah merah atau eritrosit yang diberi nama eritropoiesis dimana pembentuknya
dirangsang oleh sitokinin eritropoietin. Dalam sel darah merah terdapat juga hemoglobin, yang
berguna untuk mengikat oksigen dan dibentuk dari suksinil KoA dan glisin. Pada saat
pembekuan darah terjadi 3 proses hemostatis utama yang mampu menghambat pendarahan.
Daftar Pustaka
1. Blown, Fawcet. Buku ajar histology. Edisi ke -12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2002. h. 97-117.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004. h. 218-28.
3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2011. h. 421-44.
17
4. Sumardjo D. Pengantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan progam
strata I fakultas bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. h. 17-9.
5. Mescher LA. Histologi dasar junqueira teks & atlas. Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.h. 211-15.
6. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. h. 86.
7. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2009. h. 288-94.
8. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta: PT. Gramedia; 2002. h.138-9.
9. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2002. h. 182.
18