Makalah Ku
Makalah Ku
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu sistem pasti akan memerlukan perubahan dan itu merupakan hukum besi
sejarah yang tidak bisa dihilangkan, demikian pula dengan sistem perpajakan di
Indonesia, sejalan dengan perkembangan yang ada baik perkembangan sistem
kenegaraan maupun kehidupan sosial masyarakat indonesia maupun dari laju
pembangunan nasional yang telah dicapai diperlukan pembaharuan-pembaharuan
dalam sistem maupun hukum perpajakan.
Satu hal yang harus diingat,apakah perubahan-perubahan yang ada akan
membawa ke arah lebih baik? ya jika perubahan itu dilaksanakan secara konsisten dan
jika tidak maka akan membawa kita pada suatu keadaan yang statis atau bahkan lebih
buruk daripada sebelumnya. Kerja-kerja yang konkrit dan riil lebih memberikan
jaminan perubahan ke arah yang lebih baik dibandingkan dengan kata-kata hipokrit
tanpa realisasi yang nyata.
Berdasarkan hal diatas, maka dalam makalah ini kami akan membahas
mengenaiPenagihan Pajak.
PEMBAHASAN
B. Dasar Hukum, Pengertian, dan Jenis-jenis Penagihan Pajak
Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang-undang no.
19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Undang-undang ini
mulai berlaku tanggal 23 Mei 1997. Undang-undang ini kemudian diubah dengan
Undang-undang no. 19 tahun 2000 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.
Penagihan pajak adalah tindakan penagihan yang dilaksanakan oleh fiskus
atau juru sita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu jatuh tempo
pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan
tahun pajak.
Definisi penagihan pajak menurut Soemitro (1996:17), yaitu Penagihan pajak
adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jendral Pajak karena Wajib Pajak tidak
mematuhi ketentuan Undang-undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak
yang terutang.
mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak tetapi akan diikuti dengan
tindakan sita, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.[3]
C. Penagihan Seketika dan Sekaligus
Pengihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang
dilakukan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran.
Jurusita pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus berdasarkan
Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus yang diterbitkan apabila :
1. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau
berniat untuk itu.
2. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai
dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau
pekerjaan yang dilakukannya di Indonesi.
3. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan usahanya,
atau
menggabungkan
usahanya,
atau
memekarkan
usahanya,
atau
Apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21 hari dari tanggal surat teguran maka
akan diterbitkan surat paksa yang disampaikan oleh juru sita pajak negara dengan
dibebani biaya penagihan sebesar 25.000 (dua puluh ribu rupiah), utang pajak
harus dilunasi dalam waktu 224 jam.
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan
pajak. Surat kuasa memiliki kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang
sama dengan pututsan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan tetap
(inkracht).
Surat Paksa sekurang-kurangnya meliputi :
a) Nama wajib pajak, atau nam Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
b) Dasar penagihan
c) Besarnya Utang Pajak
d) Perintah untuk membayar.
Surat paksa diterbitkan apabila :
a) Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya diterbitkan Surat
Teguran atau surat lain yang sejenis.
b) Terhadap penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus.
c) Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak
Surat Paksa terhadap orang Pribadi diberitahukan oleh jurusita pajak kepada :
a) Penanggung Pajak
b) Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun bekerja di tempat
usaha penanggung pajak, apabila penanggung pajak apabila yang bersangkutan
tidak dapat dijumpai.
c) salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta
peninggalannya apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan
belum dibagi.
d) para ahli waris, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan
telah dibagi.
Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh jurusita pajak kepada :
a) Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggungjawab, pemilik
modal.
b) Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan apabila jurusita
pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud dalam
huruf 1.
Hal yang harus diperhatikan :
a) Pengajuan keberatan oleh wajib pajak tidak mengakibatkan penundaan
pelaksanaan Surat Paksa.
b) Pelaksanaan surat paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum
lewat waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan.[6]
3. Surat Sita
Apabila utang pajak belum juga dilunasi dalam waktu 224 jam dapat dilakukan
tindakan penyitan atas barang-barang Wajib Pajak dengan dibebani biaya
pelaksanaan sita sebesar Rp 75.000.
Penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung
pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan
perundan-undangan. Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak
dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberitahukan , Pejabat menerbitkan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan. Setiap melaksanakan penyitaan, jurursita pajak
membuat berita acara pelaksanaan sita yang ditandatangani oleh jurusita pajak,
penanggung pajak, dan saksi-saksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita mempunyai
kekuatan
mengikat
meskipun
penanggung
pajak
menolak
untuk
menandatanganinya,
Barang yang dapat disita berupa :
a) Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka,
tabungan, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham.
b) Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dam kapal dengan isi kotor tertentu.
Pencabutan sita dilaksanakan apabila Penanggung Pajak telah melunasi biaya
penagihan dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan
Badan Perdilan Pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri Keuangan
atau Keputusan Kepala Daerah.
4. Lelang
Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran
harga secara lisan dan atau tertuli melalui usaha pengumpulan peminat atau calon
pembeli.
Jika dalam waktu 14 hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak belum dilunasi
maka akan dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui kantor lelang negara.
Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum di bayar
maka akan dibebankan bersama-sama dengan biaya iklan untuk pengumuan
lelang dalam surat kabar dan biaya pada saat pelelangan.
Hasil lelang dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan
pajak yang belum dibayar, dan sisanya untuk membayar utang pajak. Apabila
hasil lelang sudah mencapai jumlah aygn cukup untuk melunasi baya penagihan
pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan oleh pejabat walaupun
barang yang akan dilelang masih ada. Sisa barang beserta uang kelebihan hasil
G. Gugatan
Gugatan Penanggung Pajak terhadap Pelaksanaan Surat Paksa, Surat
Pelaksanaan Perintah Melaksanakan penyitaan, atau Pengumuman Lelang hanya
dapat diajukan kepada badan peradilan pajak. Dalam hal gugatan Penanggung pajak
dikabulkan, penanggung pajak dapat memohon pemulihan nama baik dan ganti rugi
kepada pejabat paling banyak Rp 5 juta. Perubahan besarnya ganti rugi ditetapkan
dengan keputusan Menkeu atau keputusan Kepala Daerah. Gugatan diajukan dalam
jangka waktu 14 hari sejak Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau
Pengumuman Lelang dilakukan.[11]
H. Ketentuan Pidana
Adapun ketentuan-ketentuan pidana antara lain:
a) Penanggung pajak yang memindahkan hak, memindahtangankan, menyewakan,
meminjamkan, menyembunyikan, menghilangkan, atau merusak barang yang
telah disita dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6bulan dan paling
lambat 4 tahun, dan denda paling seikit Rp 1.500.000 dan paling banyak
12.000.000 .
b) Apabila pihak-pihak yang diberi tugas untuk mengalihkan atau menjual barang
sitaan (sesuai UU PPSP Pasal 25 ayat (3) huruf b,c,d,e) tidak melaksanakan
kewajibannya, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 minggu dan
paling lama 4 bulan 2 minggu dan denda paling sedikit Rp 500.000 dan paling
banyak Rp 10.000.000 .
c) Setiap orang yang dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yanh
dilakukan menurut undang-undang, atau dengan sengaja mencegah, menghalanghalangi, atau menggagalkan yindakan dalam melaksanakan ketentuan undangundang yang dilakukan oleh juru sita pajak, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 minggu dan paling lam 4 bulan 2 minggu dan denda paling
sedikit Rp 500.000 dan paling banyak 10.000.000. [12]
Selain iu Penanggung Pajak dilarang :
a) Memindahkan hak, memindahtangankan menyewakan,
meminjamkan,
d) Merusak, mencabut, atau menhilangkan segel sita atau salinan berita acara
Pelaksanaan Sita yang telah ditempel pada barang sitaan.
Penanggung Pajak yang melanggar ketentuan ini dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 tahun dan denda paling banyak Rp 12 juta.
Setiap orang yang dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan
yang dilakuakan menurut UU, atau dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi,
atau menggagalkan tindakan dalam melaksanakan ketentuan UU yang dilakukan oleh
juru sita pajak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 bulan 2 minggu dan
denda paling banyak Rp 10 juta.[13]
I. Daluwarsa Tindakan Penagihan Pajak
Berdasarkan Pasal 22 UU KUP, hak untuk melakukan penagihan pajak,
termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan, daluwarsa setelah lampau
waktu 10 tahun terhitung sejak terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian
tahun pajak, atau tahun pajak yang bersangkutan.
Penagihan pajak dapat dilakukan setelah melampaui 10 tahun dengan syaratsyarat sebagai berikut:
a) Diterbitkan surat teguran dan surat paksa. Kadaluwarsa dihitung sejak tangal
penyampaian surat paksa tersebut.
b) Adanya pengakuan utang dari Wajib Pajak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Hal ini dikarenakan sebagai berikut:
Adanya permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak
sebelum jatuh tempo pembayaran. Untuk daluwarsa penagihan pajak
dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran atau penundaan
pembayaran utang pajak diterima.
Adanya permohonan keberatan. Untuk daluwarsa ini penagihan pajak
dihitung sejak tanggal surat permohonan keberatan diterima. Wajib Pajak
melaksanakan pembayaran sebagian utang pajaknya. Untuk daluwarsa ini
penagihan pajak dihitung sejak tanggal pembayaran sebagian utang pajak
tersebut.