Dari anamnesis dengan ibu penderita, sekitar 20 menit sebelum masuk rumah sakit
penderita mengalami bangkitan di mana seluruh tubuh penderita kejang, mata mendelik
ke atas, kemudian dilanjutkan kelojotan seluruh tubuh. Bangkitan ini berlangsung kurang
lebih 5 menit. Setelahnya penderita tidak sadar. Penderita kemudian dibawa ke rumah
sakit. Sekitar 10 menit setelah bangkitan pertama saat masih dalam perjalanan ke rumah
sakit, bangkitan serupa berulang sampai penderita tiba di rumah sakit. Lama perjalanan
dari rumah ke rumah sakit sekitar 20 menit. Sesampai di rumah sakit masih didapatkan
kejang, setelah diberikan diazepam per rektal 2 kali, kejang berhenti. Serangan ini tidak
didahului atau disertai demam. Pasca kejang penderita sadar.
a. Apa makna klinis kejang yang tidak didahului demam? (emil, anggi)
Suatu kondisi yang ditandai oleh adanya bangkitan kejang yang timbul dua kali
atau lebih secara spontan (unprovocated seizure) disebut epilepsi. Jadi, pada skenario
ini anak mengalami epilepsi pada umur 1 tahun. Epilepsi ini berasal dari gangguan
metabolisme pada fokal epileptogenik, yang timbul akibat lesi pasca meningitis.
Kejang demam yang berlangsung singkat tidak bahaya dan tidak menimbulkan gejala
sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari15 menit) biasanya disertai
terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,hiperkapnea, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur
dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas
adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama
berlangsungnya kejang yang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran
darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.Kejang demam
yang berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan anatomi otak berupa
kehilangan neuron dan gliosis terutama didaerah yang peka seperti hipokampus dan
amigdala. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga
terjadi serangan epilepsi yang spontan. Kejang demam dapat berkembang menjadi
epilepsi diperkirakan melalui mekanisme biokimiawi, neurofisiologi, neuropatologi,
3. Penderita berobat ke dokter dan diberi obat asam valproate. Setelah 9 bulan berobat,
orang tua menghentkan pengobatan karena penderita tidak pernah kejang. Penderita
sudah bisa bicara lancar, sudah bisa memakai baju sendiri dan mengendarai sepeda roda
tiga.
a. Bagaimana farmakologi asam valproate? (emil, ihsan)
Indikasi:
- Epilepsi / kejang
- Mania
- Migrain
Kontraindikasi :
Penyakit hati aktif, riwayat disfungsi hati berat dalam keluarga, porfiria.Dosis: Dosis
Anak :
10-30 mg/kgBB/hari
Mekanisme kerja :
Valproate diyakini mempengaruhi fungsi neurotransmitter GABA dalam otak
manusia, sehingga alternatif untuk garam litium dalam pengobatan gangguan bipolar.
Prinsip mekanisme kerjanya diyakini penghambatan GABA transaminasi.Valproate
juga diyakini untuk membalikkan proses transaminasi untuk membentuk lebih
GABA.
Oleh
karena
itu,
secara
tidak
langsung
Valproat bertindak sebagai agonis GABA. Namun, beberapa mekanisme lain tindakan
dalam gangguan neuro psikiatri telah diusulkan untuk asam valproik dalam beberapa
tahun terakhir.Asam valproik juga menghalangi saluran tegangan-gated sodium dan
T- jenis saluran Kalsium . Mekanisme ini membuat Asam valproat obat Spektrum
Luas anti convulsant. Asam valproik adalah inhibitor dari enzim deacetylasehiston 1
(HDAC1) maka itu adalah inhibitor deacetylase histon.
Farmakodinamik :
Pengikatan GABA ( asam gama aminobutirat ) kereseptornya padamembrane sel
akan membuka saluran klorida, meningkatkan efekkonduksiklorida. Aliran ion
klorida
yang
postsinaptik
masuk
menyebabkan
dari
ambang
hiperpolarisasilemahmenurunkan
letup
potensi
berafinitas
tinggi
dari
membrane sel, yang terpisah tetapi dekat reseptor GABA : reseptor benzodiazepine
terdapat hanya pada SSP dan lokasinyasejajar denganneuron GABA. Pengikatan
benzodiazepine
memacu
afinitasreseptor
GABA untukneurotransmitter
yang
pasien
ini
pada
saat
18
bulan
merupakan
kejang
demam.
Pencegahan berulangnya kejang demam perlu dilakukan karena menakutkan dan bila
sering berulang menyebabkan
perlu dilakukan pengobatan
. Asam
menetap
valproat
. Maka
digunakan
dari
itu
sebagai
profilaksis kejang demam,selain fenobarbital. Antikonvulsan profilaksis terrusmenerus diberikan selama 1-2tahun setelah kejang terakhir, kemudian dihentikan
secara bertahap selama 1-2 bulan.Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah
berulangnya kejang demam beratyang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak
mencegah terjadinya epilepsi dikemudian hari
4. Pada pemeriksaan neurologis
1. Kepala
: Tampak mulut penderita mencong ke sebelah kiri. Lipatan dahi masih
Nampak dan kedua bola mata dapat menutup. Saat penderita diminta mengeluarkan
lidah, terjadi deviasi ke kanan dan dsertai tremor lidah.
2. Ektrimitas : Pergerakan lengan dan tungkai kanan tampak terbatas dan kekuatannya
lebih lemah disbanding sebelah kiri. Lengan dan tungkai kanan dapat sedikiti
diangkat, namun sama sekali tidak dapat melawan tahanan dari pemeriksa. Lengan
dan tungkai kiri dapat melawan tahanan kuat sewajar usianya. Tonus otot hipertoni
dan reflek fisiologis lengan dan tungkai kanan meningkat, ditemukan reflek Babinski
di kaki sebelah kanan.
3. Tanda rangsang meningeal berupa kaku kuduk, bruzinski 1 dan 2, maupun kernick
tidak dijumpai.
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan neurologis di atas? (emil, rido)