Y
F
cermin
X
A
D
B
U
pegas
Y
Gambar 1.1
Konstruksi alat ukur kumparan putar
Dari gambar 1.1, terlihat bahwa induksi magnit ditimbulkan oleh medan magnit
permanen, arah induksi magnit dan kutub U ke kutub S, sehingga kawat kumparan
dalam daerah CD akan mengalami gaya ke arah x, sedangkan kawat dalam daerah
AB akan mengalami gaya kearah x, dimana kedua gaya tersebut sama besamya dan
arahnya berlawanan dan tidak dalam satu garis kerja, sehingga membentuk suatu
momen yang akan memutar kumparan dengan besar momen kopel:
T=BIL
gerak kumparan ini akan ditentang oleh torsi yang ditimbulkan oleh konduktor F yang
berupa pita tipis, sehingga simpangan kumparan akan dibatasi oleh torsi yang
ditimbulkan oleh F, dan besamya simpangan kumparan ini akan sebanding dengan
kuat arus yang melewatinya.
Kuat arus yang melewati kumparan akan mempengaruhi ketepatan pengukuran,
yang berkaitan dengan kepekaan alat ukur itu sendiri (Current Sensitivity of
Measurement Device) yaitu besar arus dalam kumparan alat ukur yang dapat
menimbulkan simpangan satu cahaya yang dipantulkan cermin besar satu milimeter
pada jarak 1 meter dari alat ukur, dimana momen penggerak ini hanya ditentukan
oleh besarnya arus dan tidak tergantung sudut putar dari jarum penunjuk, maka bila
sudut perputaran dan penunjuk dalam keadaan keseimbangan antara momen
penggerak dan momen pengontrol maka arus yang melalui alat ukur dapat
dinyatakan pada harga skala dimana penunjuk berhenti.
Pembacaan skala yang tepat dan teliti pada alat ukur dipengaruhi oleh paralax
pembaca yang juga tergantung pada pembagian skala minimal dan besaran listrik
yang akan diukur. Hal ini karena tidak mungkin menghasilkan suatu ketelitian yang
tinggi dengan mempergunakan hanya satu batas ukur yang lebar karena akan terjadi
banyak kesalahan paralax dengan cara seperti itu, sehingga pembentukan partisi
atau pembagian batas ukur kedalam range-range yang lebih kecil dalam beberapa
batas ukur akan menghasilkan suatu kesalahan paralax yang lebih kecil sehingga
kesalahan relatifnya dapat ditoleransikan sedemikian rupa sehingga ketepatan
pengukuran akan dipengaruhi oleh besaran listrik yang akan kita ukur serta batas
ukur yang kita pergunakan dalam pengukuran.
3
IV. PERCOBAAN
A1
V1
V2
L4
L1
MCB
L2
1 2 3
L5
L3
1 2
S2
S1
Gambar 1.2
I Pengukuran I Teori
% Kesalahan Re latif
I Teori
x 100%
16. Buatlah kurva daya sebagai fungsi arus danpada I Teori dengan arus hasil
pengukuran dan masing - masing batas ukur, dan hitung serta dapatkan
persamaan regresi liniernya.
17. Berikan analisa penyebabnya berdasarkan grafik dan data di atas serta
berikan kesimpulan anda.
4
Tabel 1.1
I
Teori
200
1000
Beban (Watt)
Saklar S1
10000
1(L1)
2(L2)
Saklar S2
2(L4)
1(L3)
2(L5)
TOTAL
V Pengukuran VTeori
% Kesalahan Re latif
VTeori
x 100%
16. Buatlah kurva daya sebagal fungsi tegangan dan pada V Teori dengan
tegangan hasil pengukuran dari masing-masing batas ukur, dan hitung serta
dapatkan persamaan regresi liniernya.
17. Berikan analisa penyebabnya berdasarkan, grafik dan data diatas serta
berikan kesimpulan anda.
Tabel 1.2
V
Teori
300
700
Beban (Watt)
1000
Saklar S1
1(L1)
2(L2)
Saklar S2
2(L4)
1(L3)
2(L5)
TOTAL
PERTANYAAN:
1. Apa sebabnya untuk V yang kecil penggunaan batas ukur yang mengecil
mengakibatkan kesalahan relatif yang semakin kecil?
2. Apa sebabnya untuk V yang besar penggunaan batas ukur yang mengecil
mengakibatkan kesalahan relatif yang semakin besar?.
3. Apa sebabnya untuk I yang kecil penggunaan batas ukur yang mengecil
mengakibatkan kesalahan relatif yang semakin kecil?
4. Apa sebabnya untuk I yang besar penggunaan batas ukur yang mengecil
mengakibatkan kesalahan relatif yang semakin besar?
5. Dalam pengamatan di atas, digunakan supply AC 220 Volt dengan frekuensi
50 Hz, berpengaruhkah frekuensi ini terhadap penunjukan jarum penunjuk?
Berikan alasannya!
6. Presisikah hasil pengamatan yang anda lakukan tersebut di atas? Jelaskan
untuk pengamatan pengukuran arus Iistrik dan pengamatan tegangan listrik.
7. Kenapa untuk pengukuran tegangan listrik pada percobaan diatas, Jikalau
dilakukan pengukuran tegangan dengan menggunakan pengukuran
beberapa alat ukur secara paralel, dapat memperbesar kesalahan?.
Jelaskan!
8. Mengapa alat ukur Voltmeter yang memiliki sensitivitas yang Iebih besar akan
meng hasilkan pengukuran yang lebih baik terutama pengukuran pada
jaringan - jaringan tenaga?
6
TUGAS PENDAHULUAN
Gambar konstruksi dan berikan prinsip kerja ditambah karakteristik dari
1.
masing masing alat ukur dibawah ini:
a. kumparan putar
b. besi putar
c. thermokoupel
2.
Diketahui Voltmeter dengan tiga batas ukur yakni 1V, 10V, dan 100V.
Sedangkan arus maksimum yang menyebabkan jarum Voltmeter
menyimpang penuh adalah 1 mA dan tahanan dalam Voltmeter adalah 10,
maka tentukanlah besar R1, R 2 dan R3
a
R1
0V
3.
b
R2
1V
c
R3
100 V
10 V
Diketahul Amperemeter dengan tiga batas ukur yakni 1A, 10A, dan 100A.
Sedangkan arus maximum yang menyebabkan jarum Amperemeter
menyimpang penuh adalah 1 mA, dan tahanan dalam Amperemeter adalah
20, maka tentukanlah besar R1, R 2 dan R3
A
a
R1
0V
b
R2
100 V
c
R3
10 V
1V
(1)
maka arus yang mengalir melintasi elemen tersebut adalah:
I I m cos ( t ) ..
(2)
dimana:
: sudut beda phase antara V dan I, dengan tanda positif untuk I lagging
terhadap V dan bertanda negatif untuk I leading terhadap V.
Maka daya sesaat (instanteneus power) yang diserap elemen adalah:
S V x I
Vm I m cos t cos ( t )
.(3)
dengan menerapkan identitas trigonometri maka diperoleh:
S 0 ,5Vm I m cos 0 ,5Vm I m cos ( 2t )
(4)
Harga rata-rata dan daya sesaat di atas adalah:
P V I cos
.(5)
dimana:
Vm
: nilai rms dari tegangan
2
dan
Im
: nilai rms dari arus
2
Dari persamaan (1) di atas yang merupakan harga rata-rata dari daya sesaat yang
disebut daya aktif atau nyata yang berdimensi Watt sedangkan cos disebut faktor
daya.
Berdasarkan formula di atas diturunkan berbagai metode pengukuran daya listrik
dalam percobaan ini.
8
IV. PERCOBAAN
IV.1. Pengukuran Daya 1 Phase
IV. 1.1. Metode Volt-Ampere meter
Daya
dapat
dihitung
dengan
P V I
rumus:
(6)
A
Vs
A
Vs
+
-
+
-
BEBAN
BEBAN
Gambar 2.1
Gambar 2.2
1. Siapkan rangkaian percobaan seperti gambar 2.1 pada panel yang tersedia.
2. Telitilah apakah rangkaian yang anda buat sudah benar!
3. Siapkan beban dengan cermat minimal 10 buah yang nilainya berbeda-beda
(lakukan kombinasi dan beban yang tersedia).
4. Hubungkan beban pertama, catat penunjuk Voltmeter dan Amperemeter
5. Lakukan prosedur yang sama untuk beban-beban yang lain dan jaga V
konstan. Tabulasikan hasilnya dalam tabel.
6. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 2.2. pada panel.
7. Lakukan prosedur 1 sampai 5 diatas untuk rangkaian ini.
Tabel 2.1
Beban
(watt)
I
I1
V1
P1=V1I1
II
I2
V2
P2=V2I2
VS
V3
V1
B
e
b
a
n
Gambar 2.3
V2 = I R
V3
9
Untuk metode ini daya dapat dihitung dengan formula:
1
2
2
2
P
( V3 V2 V1 )
2R
(7)
1. Buat rangkaian percobaan gambar 2.3 pada panel
2. Pastikanlah bahwa rangkaian telah benar.
3. Siapkan beban minimal 10 buah yang nilainya berbeda-beda (lakukan
kombinasi dan beban-beban tersebut).
4. Hubungkan beban pertama, catat harga yang ditunjukkan ketiga Voltmeter.
5. Lakukan pengukuran untuk beban-beban yang lain yang tersedia dan catat
hasilnya ke dalam tabel.
Tabel 2.2
R=.
Beban
(Watt)
V1
(Volt)
V2 (Volt)
V3 (Volt)
1
2
2
2
( V3 V 2 V1 )
2R
R
2
2
2
( I 3 I 2 I 1 )
2
(8)
A3
VS
I2
A1
A2
B
e
b
a
n
I1
Gambar 2.4
V
R
I3
10
Tabel 2.3
R=...
Beba
n
(Watt)
I1
(Ampere
)
I2
(Ampere
)
I3
(Ampere
)
1
2
2
2
( V3 V 2 V1 )
2R
W
VS
B
e
b
a
n
Gambar 2.5
Tabel 2.4
Beban (Watt)
Wattmeter
11
R
Ptot=W1+W2+W3
W1
W2
S
T
W3
0
Gambar 2.6
W1
Ptot=W1+W2
W1
W2
W1
W2
W2
Gambar 2.7
W1
W2
PTOT
W1
W2
PTOT
12
PERTANYAAN:
1. Hitunglah daya dan masing-masing metode pengukuran daya pada
percobaan ini
2. Setelah membandingkan hasil perhitungan rangkaian percobaan, yang mana
yang lebih dekat dengan kondisi sesungguhnya dari kedua rangkaian
percobaan untuk metode Volt-Amperemeter.
3. Secara keseluruhan hitunglah perbedaan antara penunjukan Wattmeter
dengan metode-metode lain.
P (%)
Pwattmeter
x 100%
4. Buatlah grafik P (%) sebagai fungsi daya hasil perhitungan untuk masing
masing metode.
5. Berikan analisa penyebab penyimpangan-penyimpangan tersebut.
6. Pengukuran daya dengan metode Volt-Ampere sesungguhnya adalah untuk
pengukuran daya arus searah (DC). Kenapa metode ini dapat digunakan
dalam percobaan ini.
7. Apakah fungsi R dalam rangkaian percobaan metode tiga Amperemeter dan
3 Voltmeter. Berikan saran anda tentang besar nilai R (relatif) agar
menghasilkan pengukuran yang baik.
8. Apa yang terjadi bila salah satu koil Wattmeter dibalik polaritasnya. Berikan
argumentasi anda.
9. Hitunglah perbedaan daya teoritis (sesungguhnya) dengan masing-masing
metode pengukuran:
W metode W teori
x 100%
W teori
P (%)
10. Buatlah grafik P (%) fungsi pengukuran untuk masing - masing metode.
11. Buktikan secara teoritis bahwa daya suatu sistem 3 phase dapat diukur
dengan 2 Wattmeter.
12. Berikan analisa dan berikan kesimpulan.
TUGAS PENDAHULUAN:
1. Turunkan formula pengukuran daya metode 3 Voltmeter dan 3 Amperemeter
(persamaan 7 dan 8).
2. Terangkan secara singkat prinsip kerja Wattmeter type lnduksi dan type
Elektrodinamometer beserta diagram rangkaiannya.
13
R
V
Beban
0
Gambar 3.1
kWh-meter satu fase mempunyai satu kumparan arus dan satu kumparan tegangan.
VI cos h
KWh
1000
Dimana:
V = Tegangan fase-nol (Volt)
I = Arus beban (A)
cos = Faktor daya
2. kWh-meter 3 fase
14
R
S
T
0
R
S
T
0
Gambar 3.2
cos
kWh
V
Z
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Langkah-langkah:
1. Siapkan rangkaian percobaan seperti gambar 3.3
2. Pastikan kebenaran rangkaian anda !
3. Catatlah konstanta kWh (jumlah putaran/kWh) pada name platenya.
4. Siapkan beban listrik sesuai petunjuk pengawas.
5. Masukkan beban secara bertahap dan catatlah hasil penunjukkannya (W, cos
, A, dan V).
6. Siapkan rangkaian percobaan seperti gambar 3
7. Pastikan rangkaian anda sudah benar !
8. Siapkan beban listrik sama dengan gambar 3.3.
9. Siapkan Stop watch.
10. Masukan beban secara bertahap seperti pada gambar 3.3. dan catatlah
waktu yang diperlukan untuk n putaran yang telah ditentukan.
15
Tabel 3.1
Hasil Pengukuran Energi 1 Fase
Beban
Beban
Cos
Jumlah Putaran
Waktu
PERTANYAAN
1. Hitunglah energi berdasarkan kWh = W x t, bandingkan dengan hasil
pengukuran kWh-meter.
2. Hitunglah cos = W/A.V, bandingkan dengan hasil pengukuran cos meter.
3. Hitunglah energi reaktif kVArh = A . V. sin
4. Buatlah tabel penyimpangan dari masing-masing pengukuran dalam persen.
5. Buatlah grafik masing-masing penyimpangan sebagai fungsi beban dan
buatlah analisanya untuk mendapatkan kesimpulan.
IV.2. Pengukuran Energi 3 Fase
R
kWh
1
R
Z2
kWh
2
Z1
P
h
a
s
e
Z3
kWh
3
T
0
Gambar 3.5
Langkah - langkah:
1. Siapkan rangkaian seperti gambar 3.5
2. Pastikan rangkaian anda sudah benar.
k
W
h
Z2
Z1
Z3
Gambar 3.6
16
3. Catatlah konstanta kWh meter (jumiah putaran/kWh) yang dinyatakan pada
masing-masing name plate kWh-meter tersebut.
4. Siapkan beban listrik sesuai petunjuk pengawas.
5. Siapkan 3 buah stop watch.
6. Masukkan beban listrik secara bertahap dan catatlah waktu yang diperlukan
untuk n putaran yang telah diperlukan untuk ketiga kWh meter.
7. Siapkan rangkaian seperti gambar 3.6.
8. Pastikan rangkaian anda sudah benar.
9. Catatlah konstanta kWh-meter.
10. Siapkan beban listrik sama seperti pada gambar 3.5.
11. Siapkan stop watch.
12. Masukkan beban secara bertahap sama seperti pada gambar 3.5 dan
catatlah waktu yang diperlukan untuk n putaran yang telah ditentukan.
13. Ulangi kedua percobaan tersebut untuk beban tak seimbang.
Tabel 3.3
Hasil Pengukuran Beban Seimbang
Beban
kWh 1
n
kWh 2
t1
kWh 3
t1
t1
kWh 3
n
t3
t1
kWh 3
n
t3
kWh 1
n
kWh 2
t1
kWh 3
t1
17
PERTANYAAN
1. Hitung Energi 3 berdasarkan ketiga kWh-meter 1 phase pada t 1= t2 = t3
untuk setiap variasi beban.
Bandingkan dengan energi 3 yang dihubungkan berdasarkan
Wz1 x t3 + Wz2 x t3 + Wz3 x t3 dimana Wz1 Wz2 Wz3 adalah daya beban.
Bandingkan pula dengan energi 3 phase yang ditunjukkan oleh kWh 3 phase
pada t3
2. Buatlah tabel penyimpangan dan masing-masing pengukuran dalam persen
(%).
3. Buatlah grafik dari masing-masing penyimpangan sebagai fungsi beban dan
buatlah analisanya untuk mendapatkan kesimpulan.
4. Lakukan hal yang sama untuk beban tak seimbang.
TUGAS PENDAHULUAN:
1. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan alat ukur integrasi. Berikan contohnya.
2. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya energi
listrik yang terserap pada beban.
18
Switc
h
Volt/Di
Vertical
v.
Attenuator
YInput
Vertical
Amplifier
Plate
Horizontal
Amplifier
Int
Trigger
Pulse Cct
Ext
Line
+
Trigger
- Level
Sweep
Generator
Switch
Time/Di
v.
X
Ext
X
in
Vertical
Attenuator
Gambar 4.1
Blok diagram sederhana Osiloskop
Bagian yang paling penting dari pada rangkaian dalam osiloscop dan tombol-tombol
yang berhubungan dengan bagian ini adalah:
1. VERTICAL ATTENUATOR
Sinyal V-input setelah diatur sedemikian rupa hingga setelah diperkuat dalam vertical
amplifier (V amplifier) diperoleh sinyal yang dibutuhkan untuk deflection plate
TOMBOL VOLT/DIV: dipakai untuk memilih attenuation yang dibutuhkan, dan dapat
diubah-ubah pada step-step yang telah dikalibrasi, jadi untuk mengamati besarnya
suatu amplitudo dari sinyal terlihat pada layar, pembacaan dapat dilakukan apabila
switch VOLT/DIV pada posisi kalibrasi.
Jika menggunakan probe yang mempunyai perbandingan: 1:1 atau 1:10, berarti input
Iangsung 1 kali atau diperkecil menjadi 10 kali maka pembacaan sinyal yang
ditampilkan di Iayar harus dikalikan dengan perbandingan probe ini.
19
Untuk pembacaan amplitudo sinyal yaitu dengan mengalikan skala/div (pada Iayar)
dan tinggi amplitudo sinyal yang terlihat pada Iayar dengan penunjukan pada tombol
VOLT/DIV yang dipakai disamping memperlihatkan perbandingan probe yang
digunakan.
2. TRIGGER CIRCUIT
Untuk memulai dari elektron beam, bila sinyal input telah mencapai harga tertentu
sebagian sinyal dari sinyal input ini dipakai sebagal input untuk circuit pulse trigger
TOMBOL TRIGGER LEVEL: digunakan untuk memilih amplitudo dari elektron beam
pada waktu mulai bergerak, atau bila tombol trigger level pada posisi otomatis berarti
pemilihan dapat dilakukan secara otomatis oleh osciloscope sendiri, x-INPUT
SELECTOR: posisi dari x-input selector pada internal, ini berarti bahwa tegangan
untuk defleksi horisontal disupplay dari SWEEP GENERATOR, sedang untuk posisi
x-external sweep generator diputuskan hubungannya dengan x amplifier sehingga
kedudukan dari tombol TIME/DIV tidak mempengaruhi display.
TOMBOL TIME/DIV: digunakan untuk memilih waktu yang dibutuhkan untuk satu
sweep. Jadi misalnya diinginkan membaca waktu satu periode dari suatu sinyal, hal
ini dapat dilakukan dengan mengalikan skala pada Iayar untuk satu periode sinyal
dengan penujukkan dari TOMBOL TIME/DIV yang dipakai. Sedangkan untuk
amplification/attenuation dapat dipilih dengan SWITCH x magnitude, dan untuk
pembacaan di atas switch TIME/DIV harus pada kedudukan yang telah dikalibrasi.
3. SWEEP GENERATOR
Setelah menerima pulsa trigger, sweep generator akan menghasilkan tegangan yang
setelah diperkuat dalam horisontal amplifier (x-amplifier) digunakan untuk deflection
horisontal dari elektron beam. Elektron beam ini bergerak dengan arah horisontal
dengan kecepatan konstan dari sisi kiri ke sisi kanan dari pada Iayar serta displaynya
berupa garis. Bila beam telah mencapai pada bagian yang paling kanan dari layar
maka dia akan menghilang, untuk sementara kemudian bergerak kembali ke arah kiri
dan gerakan kembali ini tidak terlihat pada layar karena ter OUT-OFF. Satu gerakan
dari kiri ke kanan ini dan kembali lagi disebut satu sweep.
TOMBOL - TOMBOL YANG LAIN ADALAH:
1. TOMBOL POWER ON / OFF: pada tombol ini disamping untuk menghidupkan
osiloskop juga untuk mengatur intensitas
2. Perhatikan dalam mengatur intensitas jangan terlampau besar karena dapat
merusak osiloskop.
3. TOMBOL FOCUS: tombol ini dipakai untuk memperoleh gambar yang tajam
dan jelas.
4. TOMBOL HORISONTAL POSITION: tombol ini berhubungan dengan horisontal
amplifier dan dipergunakan untuk mengatur posisi dari gambar dengan
menggeser kearah horisontal.
5. TOMBOL VERTICAL POSITION: tombol ini digunakan pengaturan posisi
dengan menggeser kearah vertical.
6. TOMBOL TRIGGER LEVEL: dipergunakan untuk mengatur kestabilan gambar
pada layar osiloskop.
7. TIME/DIV: untuk mengatur sweep time pada display. Dengan posisi expander
control pada callibrated maka time sweep seperti yang tertera pada skala.
8. VOLT/DIV: dengan posisi vener expander pada posisi callibrated maka skala
division dan display sesuai dengan angka pada skala pengatumya.
IV. PERCOBAAN
IV. 1. Kompensasi Probe
1. Hubungkan ujung probe ke terminal CAL 0,6 V.
2. Probe terkompensasi 10 x.
20
3. Hubungkan jepitan buaya (alligator clip) kebagian luar konektor BNC di kanal
2.
4. Hidupkan Osiloskop.
5. Pindahkan sakiar CH.I VOLT/DIV sehingga menunjuk 10 mV
6. Pindahkan saklar TIME/DIV sehingga menunjuk ke 0,2 ms.
7. Setel gandengan masukan kanal 1 ke DC.
8. Dilayar ditampilkan dua daur gelombang segi empat
9. Putarlah sekrup pada probe dengan obeng kecil sedemikian hingga bagian
atas dan bawah gelombang segi empat benar-benar rata.
PERTANYAAN:
1. Sebutkan apakah tujuan kompensasi probe.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan:
a. Over-convensation
b. Under-convensation
3. Buktikan bahwa kompensasi saudara benar.
IV.2. Pengukuran Amplitudo, Waktu dan Frekuensi.
1. Hubungkan probe kanal I ke CAL 0,6 V, kompensasi probe 10 x dan jepitan
buaya ke input kanal 2.
2. Tombol AT/NORM dalam posisi normal (tertekan), CH.l dalam posisi AC,
Tombol EXT terlepas (pemicuan dari dalam). Pastikan kanal 1bekerja.
3. Gunakan tombol LEVEL untuk mencari jejak dilayar. Pindahkan VOLT/DIV
agar mendapat gelombamg yang tingginya: 4,2 dan 1 bagian.
4. Atur TIME/DIV sehingga dua daur gelombang nampak dilayar.
* Catatlah hasil pengukuran saudara!
PERTANYAAN:
1. Hitunglah Amplitudo, Waktu dan Frekuensi gelombang yang didapat.
2. Jelaskan hasil perhitungan saudara.
IV.3. Menentukan beda Phase antara dua buah tegangan yang berbeda
phasenya.
Yin
V
Xma
Yo
R = 10
L = 140
H
Xin
Gambar 4.2 Rangkaian R C seri
Y0 (cm)
250
350
450
Laboratorium Pengukuran Listrik
Ym (cm)
Lissayous
Gelombang
21
550
650
750
850
950
Lakukan kembali percobaan di atas untuk beban C = 10 F
PERTANYAAN:
Dari gambar gelombang yang diperoleh, hitunglah beda phasenya. Kemudian
bandingkan dengan hasil pngukuran beda phase pada Lissayous. Jelaskan
jawaban saudara.
TUGAS PENDAHULUAN:
1. Hitunglah beda phase antara R dan L bila diberi supply 4 volt dengan sudut 0o
dengan frekuensi 250 Hz, dimana R = 100 , L = 50 mH.
2. Hitunglah beda phase antara R dan C bila diberi supply 4 volt dengan sudut
0o dengan frekuensi 250 Hz, dimana R = 100 , C = 10 F.
PERTANYAAN:
1. Apa yang dimaksud dengan kalibrasi dan apa tujuannya ?
22
RANGKAIAN JEMBATAN
I.
Tujuan
1.
2.
3.
RS / RB = R X / R A
IX x RA = IS x Rs atau IX x RX = IS x Rs
Ig = 0 Oleh karena itu, a dan b terlepas dari besarnya IS dan Rs.
Jembatan seimbang dengan resistor yang tidak diketahui R X, nilai RX dapat diketahui
dari hubungan berikut:
RS / RB = RX / RA Oleh karena itu maka, Rx = Rs x RA / RS
Jembatan yang seimbang dapat dipaksa menjadi Keadaan yang tidak seimbang ketika
nilai resistor lepas, karena misalnya efek pemanasan atau alasan lain. Jika tahanan
meningkat dari keadaan seimbang, hubungan IX x RX = IS x Rs berubah menjadi IX x
RX > IS x Rs dan potensial di "a" dinaikkan di atas "b", sehingga arus yang mengalir
dari "a" menjadi "b". Demikian pula dalam hal nilai perubahan R X ke nilai yang lebih
rendah, arus mengalir dalam arah yang berlawanan. Jembatan tidak seimbang ini
secara efektif digunakan sebagai rangkaian pengendali.
Laboratorium Pengukuran Listrik
23
24
4. Dengan jembatan penyeimbang, ukurlah tegangan pada resistor RA, RB, RX,
dan RS. Buktikan tegangan di "a" - "b" adalah nol.
NOTE:
Membentuk persamaan keseimbangan dari jembatan E RB-ERA = 0, Vb-c = 0
dan
Ig = 0.
Maka ERA = IX.RA dan ERB = IS.RB
Oleh karena itu maka, Ix=
dan IS
25
26
MODUL PRAKTIKUM
PENGUKURAN LISTRIK
Y
F
X
cermin
A
D
B
U
pegas