Anda di halaman 1dari 26

1

PENGARUH BATAS UKUR


TERHADAP HASIL PENGUKURAN
I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengaruh batas ukur terhadap hasil pengukuran.
2. Dapat mempergunakan alat ukur Amperemeter dan Voltmeter dengan benar.
II. ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN:
1. Kit praktikum
1 buah
2. Voltmeter High Impedansi
1 buah
3. Amperemeter Low Impedansi
1 buah
4. Kabel konektor
12 buah
5. Lampu 5 Watt/220 Volt - 240 Volt 1 buah
6. Lampu 10 Watt/220 Volt - 240 Volt 2 buah
7. Lampu 15 Watt/220 Volt - 240 Volt 1 buah
8. Lampu 25 Watt/220 Volt - 240 Volt 1 buah
9. Lampu 40 Watt/220 Volt - 240 Volt 1 buah
10. Lampu 60 Watt/220 Volt - 240 Volt 1 buah
11. Lampu 100 Watt/220 Volt - 240 Volt 3 buah
12. Meja Bench Top Console
1 buah
Ill. TEORI DASAR
Besaran listrik seperti arus, tegangan dan sebagainya, tidak dapat secara langsung
kita tanggapi dengan panca indera kita. Untuk memungkinkan pengukuran, maka
besaran listrik ditransformasikan melalui suatu phenomena fisis yang akan
memungkinkan pengamatan melalui panca indera kita. Besaran listrik seperti arus,
ditransformasikan melalui suatu phenomena fisis kedalam besaran mekanis, dimana
perubahan tersebut bisa merupakan suatu rotasi melalui sumbu tertentu. Besar
sudut rotasi tersebut berhubungan langsung dengan besaran listrik yang akan kita
amati, sehingga dengan demikian maka pengukuran dikembalikam menjadi ukuran
besaran listrik yang ingin diukur.
Yang dimaksud dengan alat pengukur adalah untuk memungkinkan mengamati
besaran listnk yang akan diukur, yang secara jelas mentransformasikan besaran
listrik pada skala yang tertentu. Alat ukur jenis ini disebut alat penunjuk. Ada
beberapa jenis alat penunjuk listrik, seperti jenis kumparan putar yang bekerja akibat
adanya gaya elektromagnetik antara medan magnit suatu magnit tetap dan arus,
sedangkan untuk jenis penyearah menggunakan prinsip kerja kombinasi suatu
pengubah memakai penyearah semi konduktor dan suatu alat ukur jenis kumparan
putar dan jenis yang lainnya masih banyak lagi.
Secara umum, yang paling banyak digunakan adalah jenis kumparan putar yang
pada dasarya pada alat ukur jenis ini, gerakan jarum alat ukur disebabkan oleh
adanya interaksi antara arus listnk yang diukur dan medan magnit, dimana interaksi
antara arus listrik yang mengalir dalam kumparan dan medan magnit memungkinkan
dikonstruksi alat ukur besaran listrik tersebut.
Prinsip dan gerakan alat ukur adalah adanya momen gerak yang besarnya:
T=BIL
yang merupakan momen simpangan kumparan yang dialiri arus listrik dalam medan
magnit.

Laboratorium Pengukuran Listrik

Y
F
cermin

X
A

D
B

U
pegas
Y

Gambar 1.1
Konstruksi alat ukur kumparan putar

Dari gambar 1.1, terlihat bahwa induksi magnit ditimbulkan oleh medan magnit
permanen, arah induksi magnit dan kutub U ke kutub S, sehingga kawat kumparan
dalam daerah CD akan mengalami gaya ke arah x, sedangkan kawat dalam daerah
AB akan mengalami gaya kearah x, dimana kedua gaya tersebut sama besamya dan
arahnya berlawanan dan tidak dalam satu garis kerja, sehingga membentuk suatu
momen yang akan memutar kumparan dengan besar momen kopel:
T=BIL
gerak kumparan ini akan ditentang oleh torsi yang ditimbulkan oleh konduktor F yang
berupa pita tipis, sehingga simpangan kumparan akan dibatasi oleh torsi yang
ditimbulkan oleh F, dan besamya simpangan kumparan ini akan sebanding dengan
kuat arus yang melewatinya.
Kuat arus yang melewati kumparan akan mempengaruhi ketepatan pengukuran,
yang berkaitan dengan kepekaan alat ukur itu sendiri (Current Sensitivity of
Measurement Device) yaitu besar arus dalam kumparan alat ukur yang dapat
menimbulkan simpangan satu cahaya yang dipantulkan cermin besar satu milimeter
pada jarak 1 meter dari alat ukur, dimana momen penggerak ini hanya ditentukan
oleh besarnya arus dan tidak tergantung sudut putar dari jarum penunjuk, maka bila
sudut perputaran dan penunjuk dalam keadaan keseimbangan antara momen
penggerak dan momen pengontrol maka arus yang melalui alat ukur dapat
dinyatakan pada harga skala dimana penunjuk berhenti.
Pembacaan skala yang tepat dan teliti pada alat ukur dipengaruhi oleh paralax
pembaca yang juga tergantung pada pembagian skala minimal dan besaran listrik
yang akan diukur. Hal ini karena tidak mungkin menghasilkan suatu ketelitian yang
tinggi dengan mempergunakan hanya satu batas ukur yang lebar karena akan terjadi
banyak kesalahan paralax dengan cara seperti itu, sehingga pembentukan partisi
atau pembagian batas ukur kedalam range-range yang lebih kecil dalam beberapa
batas ukur akan menghasilkan suatu kesalahan paralax yang lebih kecil sehingga
kesalahan relatifnya dapat ditoleransikan sedemikian rupa sehingga ketepatan
pengukuran akan dipengaruhi oleh besaran listrik yang akan kita ukur serta batas
ukur yang kita pergunakan dalam pengukuran.

Laboratorium Pengukuran Listrik

3
IV. PERCOBAAN

A1

V1

V2

L4
L1

MCB

L2

1 2 3

L5
L3

1 2

S2

S1
Gambar 1.2

IV.1. Pengukuran Arus Listrik


1. Siapkan alat yang dipergunakan.
2. Pasang alat ukur Amperemeter pada A1, dan Voltmeter pada V1.
3. Pasang beban pada masing-masing fiting L1, L2, L3, L4, dan L5, sesuai dengan
tabel 1.1
4. Arahkan saklar MCB pada posisi O atau OFF demikian juga saklar kontak S 1
dan S2 pada posisi OFF.
5. Atur batas ukur untuk Voltmeter pada posisi AC-300 Volt
6. Atur batas ukur untuk Amperemeter pada posisi A (AC) - 150 mA.
7. Hubungkan supply AC 220 Volt ke input rangkaian, dimana supply ini diambil
dari stop kontak Bench Top Console.
8. Hubungkan MCB dengan mengarahkan sakiar ke 1.
9. Hidupkan beban 5 Watt dengan jalan menekan anak saklar 1 pada saklar S1.
10. Amati besar tegangan yang mengalir serta besar arus yang mengalir, dan
catat hasilnya pada tabel 1.1
11. Lepaskan anak saklar 1 pada saklar S1, lalu ubahlah batas ukur Amperemeter
pada posisi A (AC) - 300 mA.
12. Hidupkan beban 5 Watt dengan jalan menekan anak saklar S 1, amati besar
arus yang mengalir dan usahakan menjaga tegangan supply agar tetap
konstan, dan catat hasilnya pada tabel 1.1.
13. Ulangi langkah 11 dan 12 untuk batas ukur yang lainnya sesuai dengan tabel
1.1.
14. Ulangi langkah 6 dan 12 untuk beban sesuai dengan tabel 1.1.
15. Hitunglah perbedaan antara I teori dengan I hasil pengukuran atau besar dari
pada prosentase kesalahan relatifnya denga rumus:

I Pengukuran I Teori

% Kesalahan Re latif

I Teori

x 100%

16. Buatlah kurva daya sebagai fungsi arus danpada I Teori dengan arus hasil
pengukuran dan masing - masing batas ukur, dan hitung serta dapatkan
persamaan regresi liniernya.
17. Berikan analisa penyebabnya berdasarkan grafik dan data di atas serta
berikan kesimpulan anda.

Laboratorium Pengukuran Listrik

4
Tabel 1.1
I
Teori

Batas Ukur (mA)


100

200

1000

Beban (Watt)
Saklar S1

10000

1(L1)

2(L2)

Saklar S2
2(L4)

1(L3)

2(L5)

TOTAL

IV.2 Pengukuran Tegangan Listrik


1. Siapkan alat yang dipergunakan.
2. Pasang alat ukur Amperemeter pada A1, dan Voltmeter pada V2.
3. Pasang beban pada masing - masing fiting L 1, L2, L3, L4 dan L5 sesuai dengan
tabel 1.2.
4. Arahkan sakiar MCB pada posisi O atau OFF demikian juga saklar kontak S 1
dan S2 pada posisi OFF.
5. Atur batas ukur untuk Voltmeter pada posisi AC-300 Volt
6. Atur batas ukur untuk Amperemeter pada posisi A (AC) - 300 mA.
7. Hubungkan supply AC 220 Volt ke input rangkaian, dimana supply ini diambil
dari stop kontak Bench Top Console.
8. Hubungkan MCB dengan mengarahkan saklar ke 1.
9. Hidupkan beban 5 Watt dengan jalan menekan anak saklar 1 pada sakiar S1.
10. Amati besar tegangan yang mengalir serta besar arus yang mengalir, dan
catat hasilnya pada tabel 1.2.
11. Lepaskan anak saklar 1 pada saklar S1, lalu ubahlah batas ukur Voltmeter
pada posisi V (AC) - 500 Volt.
12. Hidupkan beban 5 Watt dengan jalan menekan anak saklar 1 pada saklar S1,
amati besar tegangan yang mengalir dan usahakan menjaga arus agar tetap
konstan, dan catat hasilnya dalam tabel 1.2.
13. Ulangi langkah 11 sampai 12 untuk batas ukur yang lainnya sesuai dengan
tabel 2.1
14. Ulangi langkah 6 sampai 12 untuk beban sesuai dengan tabel 1.2.
15. Hitunglah perbedaan antara V teori dengan V hasil pengukuran atau besar
daripada persentase kesalahan relatifnya dengan rumusan:

V Pengukuran VTeori

% Kesalahan Re latif

Laboratorium Pengukuran Listrik

VTeori

x 100%

16. Buatlah kurva daya sebagal fungsi tegangan dan pada V Teori dengan
tegangan hasil pengukuran dari masing-masing batas ukur, dan hitung serta
dapatkan persamaan regresi liniernya.
17. Berikan analisa penyebabnya berdasarkan, grafik dan data diatas serta
berikan kesimpulan anda.
Tabel 1.2
V
Teori

Batas Ukur (V)


200

300

700

Beban (Watt)
1000

Saklar S1
1(L1)

2(L2)

Saklar S2
2(L4)

1(L3)

2(L5)

TOTAL

PERTANYAAN:
1. Apa sebabnya untuk V yang kecil penggunaan batas ukur yang mengecil
mengakibatkan kesalahan relatif yang semakin kecil?
2. Apa sebabnya untuk V yang besar penggunaan batas ukur yang mengecil
mengakibatkan kesalahan relatif yang semakin besar?.
3. Apa sebabnya untuk I yang kecil penggunaan batas ukur yang mengecil
mengakibatkan kesalahan relatif yang semakin kecil?
4. Apa sebabnya untuk I yang besar penggunaan batas ukur yang mengecil
mengakibatkan kesalahan relatif yang semakin besar?
5. Dalam pengamatan di atas, digunakan supply AC 220 Volt dengan frekuensi
50 Hz, berpengaruhkah frekuensi ini terhadap penunjukan jarum penunjuk?
Berikan alasannya!
6. Presisikah hasil pengamatan yang anda lakukan tersebut di atas? Jelaskan
untuk pengamatan pengukuran arus Iistrik dan pengamatan tegangan listrik.
7. Kenapa untuk pengukuran tegangan listrik pada percobaan diatas, Jikalau
dilakukan pengukuran tegangan dengan menggunakan pengukuran
beberapa alat ukur secara paralel, dapat memperbesar kesalahan?.
Jelaskan!
8. Mengapa alat ukur Voltmeter yang memiliki sensitivitas yang Iebih besar akan
meng hasilkan pengukuran yang lebih baik terutama pengukuran pada
jaringan - jaringan tenaga?

Laboratorium Pengukuran Listrik

6
TUGAS PENDAHULUAN
Gambar konstruksi dan berikan prinsip kerja ditambah karakteristik dari
1.
masing masing alat ukur dibawah ini:
a. kumparan putar
b. besi putar
c. thermokoupel
2.

Diketahui Voltmeter dengan tiga batas ukur yakni 1V, 10V, dan 100V.
Sedangkan arus maksimum yang menyebabkan jarum Voltmeter
menyimpang penuh adalah 1 mA dan tahanan dalam Voltmeter adalah 10,
maka tentukanlah besar R1, R 2 dan R3

a
R1

0V

3.

b
R2

1V

c
R3
100 V

10 V

Diketahul Amperemeter dengan tiga batas ukur yakni 1A, 10A, dan 100A.
Sedangkan arus maximum yang menyebabkan jarum Amperemeter
menyimpang penuh adalah 1 mA, dan tahanan dalam Amperemeter adalah
20, maka tentukanlah besar R1, R 2 dan R3

A
a
R1
0V

Laboratorium Pengukuran Listrik

b
R2

100 V

c
R3

10 V

1V

PENGUKURAN DAYA LISTRIK


I.TUJUAN
Untuk mengenal berbagai metode pengukuran daya listrik dan mengetahui
beberapa perbedaannya.
II. ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN:
1. Voltmeter
2. Amperemeter
3. Wattmeter 1 (Fasa)
4. Wattmeter 3 (Fasa)
5. Panel Percobaan
6. Konektor
Ill. TEORI DASAR
Pada dasarnya daya yang diserap oleh suatu elemen adalah hasil perkalian antara
besar tegangan terminal-terminal elemen dan arus yang melintasi elemen tersebut.
Jika tegangan sesaat yang dikenakan terhadap elemen tersebut adalah berbentuk
sinusoidal,
V Vm cos t

(1)
maka arus yang mengalir melintasi elemen tersebut adalah:
I I m cos ( t ) ..

(2)
dimana:
: sudut beda phase antara V dan I, dengan tanda positif untuk I lagging
terhadap V dan bertanda negatif untuk I leading terhadap V.
Maka daya sesaat (instanteneus power) yang diserap elemen adalah:
S V x I
Vm I m cos t cos ( t )

.(3)
dengan menerapkan identitas trigonometri maka diperoleh:
S 0 ,5Vm I m cos 0 ,5Vm I m cos ( 2t )
(4)
Harga rata-rata dan daya sesaat di atas adalah:
P V I cos
.(5)
dimana:

Vm
: nilai rms dari tegangan
2

dan

Im
: nilai rms dari arus
2

Dari persamaan (1) di atas yang merupakan harga rata-rata dari daya sesaat yang
disebut daya aktif atau nyata yang berdimensi Watt sedangkan cos disebut faktor
daya.
Berdasarkan formula di atas diturunkan berbagai metode pengukuran daya listrik
dalam percobaan ini.

Laboratorium Pengukuran Listrik

8
IV. PERCOBAAN
IV.1. Pengukuran Daya 1 Phase
IV. 1.1. Metode Volt-Ampere meter
Daya

dapat

dihitung

dengan

P V I

rumus:

(6)
A
Vs

A
Vs

+
-

+
-

BEBAN

BEBAN

Gambar 2.1

Gambar 2.2

1. Siapkan rangkaian percobaan seperti gambar 2.1 pada panel yang tersedia.
2. Telitilah apakah rangkaian yang anda buat sudah benar!
3. Siapkan beban dengan cermat minimal 10 buah yang nilainya berbeda-beda
(lakukan kombinasi dan beban yang tersedia).
4. Hubungkan beban pertama, catat penunjuk Voltmeter dan Amperemeter
5. Lakukan prosedur yang sama untuk beban-beban yang lain dan jaga V
konstan. Tabulasikan hasilnya dalam tabel.
6. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 2.2. pada panel.
7. Lakukan prosedur 1 sampai 5 diatas untuk rangkaian ini.
Tabel 2.1
Beban
(watt)

I
I1

V1

P1=V1I1

II
I2

V2

P2=V2I2

IV.1 .2. Metode Tiga Voltmeter


V2
V1

VS
V3

V1

B
e
b
a
n

Gambar 2.3

Laboratorium Pengukuran Listrik

V2 = I R

V3

9
Untuk metode ini daya dapat dihitung dengan formula:
1
2
2
2
P
( V3 V2 V1 )
2R

(7)
1. Buat rangkaian percobaan gambar 2.3 pada panel
2. Pastikanlah bahwa rangkaian telah benar.
3. Siapkan beban minimal 10 buah yang nilainya berbeda-beda (lakukan
kombinasi dan beban-beban tersebut).
4. Hubungkan beban pertama, catat harga yang ditunjukkan ketiga Voltmeter.
5. Lakukan pengukuran untuk beban-beban yang lain yang tersedia dan catat
hasilnya ke dalam tabel.

Tabel 2.2
R=.
Beban
(Watt)

V1
(Volt)

V2 (Volt)

V3 (Volt)

1
2
2
2
( V3 V 2 V1 )
2R

IV. 1.3. Metode Tiga Amperemeter.


Daya dihitung dengan rumus: P

R
2
2
2
( I 3 I 2 I 1 )
2

(8)

A3
VS

I2

A1
A2

B
e
b
a
n

I1

Gambar 2.4

1. Buat rangkaian percobaan sesuai gambar 2.4.


2. Lakukan pengukuran terhadap setiap beban yang tersedia.
3. Catat hasil penunjukan ketiga Amperemeter kedalam tabel

Laboratorium Pengukuran Listrik

V
R

I3

10
Tabel 2.3
R=...
Beba
n
(Watt)

I1
(Ampere
)

I2
(Ampere
)

I3
(Ampere
)

IV. 1.4. Metode Wattmeter


1. Buat rangkaian percobaan seperti gambar
2.5.
2. Siapkan beberapa beban dan berbagai
kombinasi yang mungkin.
3. Hubungkan beban satu-persatu dan catat
hasil penunjukan Wattmeter kedalam tabel.

1
2
2
2
( V3 V 2 V1 )
2R

W
VS

B
e
b
a
n

Gambar 2.5

Tabel 2.4
Beban (Watt)

Wattmeter

IV.2. Pengukuran Daya 3 Phase


IV.2.1. Metode Tiga Wattmeter 1 Phase
1. Buatlah rangkaian percobaan seperti gambar 2.6.
2. Siapkan beberapa buah beban (lakukan kombinasi).
3. Hubungkan beban secara bertahap dan catat penunjukan ketiga Wattmeter
untuk setiap beban kedalam tabel.

Laboratorium Pengukuran Listrik

11
R

Ptot=W1+W2+W3

W1
W2

S
T

W3

0
Gambar 2.6

IV.2.2. Metode Dua Wattmeter


R

W1

Ptot=W1+W2

W1

W2

W1

W2

W2

Gambar 2.7

1. Buatlah rangkaian percobaan seperti gambar 2.7.


2. Siapkan beberapa beban.
3. Hubungkan beban satu-persatu dan catat penunjukan kedua Wattmeter pada
tabel.
Tabel 2.5
Beban

W1

Laboratorium Pengukuran Listrik

W2

PTOT

W1

W2

PTOT

12
PERTANYAAN:
1. Hitunglah daya dan masing-masing metode pengukuran daya pada
percobaan ini
2. Setelah membandingkan hasil perhitungan rangkaian percobaan, yang mana
yang lebih dekat dengan kondisi sesungguhnya dari kedua rangkaian
percobaan untuk metode Volt-Amperemeter.
3. Secara keseluruhan hitunglah perbedaan antara penunjukan Wattmeter
dengan metode-metode lain.

Pmetode _ lain Pwattmeter

P (%)

Pwattmeter

x 100%

4. Buatlah grafik P (%) sebagai fungsi daya hasil perhitungan untuk masing
masing metode.
5. Berikan analisa penyebab penyimpangan-penyimpangan tersebut.
6. Pengukuran daya dengan metode Volt-Ampere sesungguhnya adalah untuk
pengukuran daya arus searah (DC). Kenapa metode ini dapat digunakan
dalam percobaan ini.
7. Apakah fungsi R dalam rangkaian percobaan metode tiga Amperemeter dan
3 Voltmeter. Berikan saran anda tentang besar nilai R (relatif) agar
menghasilkan pengukuran yang baik.
8. Apa yang terjadi bila salah satu koil Wattmeter dibalik polaritasnya. Berikan
argumentasi anda.
9. Hitunglah perbedaan daya teoritis (sesungguhnya) dengan masing-masing
metode pengukuran:

W metode W teori
x 100%
W teori

P (%)

10. Buatlah grafik P (%) fungsi pengukuran untuk masing - masing metode.
11. Buktikan secara teoritis bahwa daya suatu sistem 3 phase dapat diukur
dengan 2 Wattmeter.
12. Berikan analisa dan berikan kesimpulan.
TUGAS PENDAHULUAN:
1. Turunkan formula pengukuran daya metode 3 Voltmeter dan 3 Amperemeter
(persamaan 7 dan 8).
2. Terangkan secara singkat prinsip kerja Wattmeter type lnduksi dan type
Elektrodinamometer beserta diagram rangkaiannya.

Laboratorium Pengukuran Listrik

13

PENGUKURAN ENERGI LISTRIK


I.TUJUAN
1. Untuk mengukur pemakaian energi listrik dan faktor yang mempengaruhi.
2. Untuk mengetahui ketelitian kWh-meter.
II. ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN:
1. kWh-meter 3 fase
1 buah
2. kWh-meter 1 fase
3 buah
3. cos-phi-meter
1 buah
4. Wattmeter 1 fase
1 buah
5. Voltmeter
1 buah
6. Amperemeter
1 buah
7. Stop Watch
3 buah
8. Beban lampu
secukupnya
9. Konektor
secukupnya
III. TEORI DASAR
Mengukur energi listrik pada dasarnya mengukur besarnya daya listrik yang
digunakan dalam waktu tertentu.
kWh 1000 I x V x t

Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat dikembangkan metode pengukuran


lebih lanjut.
1. kWh-meter I fase

R
V

Beban

0
Gambar 3.1

kWh-meter satu fase mempunyai satu kumparan arus dan satu kumparan tegangan.
VI cos h
KWh
1000
Dimana:
V = Tegangan fase-nol (Volt)
I = Arus beban (A)
cos = Faktor daya

2. kWh-meter 3 fase

Laboratorium Pengukuran Listrik

14

R
S
T
0

R
S
T
0

Gambar 3.2

kWh-meter 3 fase dengan 4 saluran, memiliki 3 kumparan arus dan 3 kumparan


tegangan. Pengukuran energi ketiga fasenya adalah:
3VI cos h
kWh ( 3 )
1000
Dimana:
V = Tegangan fase-nol beban (Volt)
I = Arus beban (A)
cos = Faktor daya
IV. PERCOBAAN
IV.1 Pengukuran energi 1 fase
W

cos

kWh

V
Z

Gambar 3.3

Gambar 3.4

Langkah-langkah:
1. Siapkan rangkaian percobaan seperti gambar 3.3
2. Pastikan kebenaran rangkaian anda !
3. Catatlah konstanta kWh (jumlah putaran/kWh) pada name platenya.
4. Siapkan beban listrik sesuai petunjuk pengawas.
5. Masukkan beban secara bertahap dan catatlah hasil penunjukkannya (W, cos
, A, dan V).
6. Siapkan rangkaian percobaan seperti gambar 3
7. Pastikan rangkaian anda sudah benar !
8. Siapkan beban listrik sama dengan gambar 3.3.
9. Siapkan Stop watch.
10. Masukan beban secara bertahap seperti pada gambar 3.3. dan catatlah
waktu yang diperlukan untuk n putaran yang telah ditentukan.

Laboratorium Pengukuran Listrik

15
Tabel 3.1
Hasil Pengukuran Energi 1 Fase
Beban

Beban

Cos

Jumlah Putaran

Waktu

PERTANYAAN
1. Hitunglah energi berdasarkan kWh = W x t, bandingkan dengan hasil
pengukuran kWh-meter.
2. Hitunglah cos = W/A.V, bandingkan dengan hasil pengukuran cos meter.
3. Hitunglah energi reaktif kVArh = A . V. sin
4. Buatlah tabel penyimpangan dari masing-masing pengukuran dalam persen.
5. Buatlah grafik masing-masing penyimpangan sebagai fungsi beban dan
buatlah analisanya untuk mendapatkan kesimpulan.
IV.2. Pengukuran Energi 3 Fase
R

kWh
1

R
Z2

kWh
2

Z1

P
h
a
s
e

Z3
kWh
3

T
0

Gambar 3.5

Langkah - langkah:
1. Siapkan rangkaian seperti gambar 3.5
2. Pastikan rangkaian anda sudah benar.

Laboratorium Pengukuran Listrik

k
W
h

Z2
Z1
Z3

Gambar 3.6

16
3. Catatlah konstanta kWh meter (jumiah putaran/kWh) yang dinyatakan pada
masing-masing name plate kWh-meter tersebut.
4. Siapkan beban listrik sesuai petunjuk pengawas.
5. Siapkan 3 buah stop watch.
6. Masukkan beban listrik secara bertahap dan catatlah waktu yang diperlukan
untuk n putaran yang telah diperlukan untuk ketiga kWh meter.
7. Siapkan rangkaian seperti gambar 3.6.
8. Pastikan rangkaian anda sudah benar.
9. Catatlah konstanta kWh-meter.
10. Siapkan beban listrik sama seperti pada gambar 3.5.
11. Siapkan stop watch.
12. Masukkan beban secara bertahap sama seperti pada gambar 3.5 dan
catatlah waktu yang diperlukan untuk n putaran yang telah ditentukan.
13. Ulangi kedua percobaan tersebut untuk beban tak seimbang.
Tabel 3.3
Hasil Pengukuran Beban Seimbang
Beban

kWh 1
n

kWh 2
t1

kWh 3
t1

t1

kWh 3
n
t3

t1

kWh 3
n
t3

Hasil Pengukuran Beban tak Seimbang


Beban

kWh 1
n

kWh 2
t1

Laboratorium Pengukuran Listrik

kWh 3
t1

17
PERTANYAAN
1. Hitung Energi 3 berdasarkan ketiga kWh-meter 1 phase pada t 1= t2 = t3
untuk setiap variasi beban.
Bandingkan dengan energi 3 yang dihubungkan berdasarkan
Wz1 x t3 + Wz2 x t3 + Wz3 x t3 dimana Wz1 Wz2 Wz3 adalah daya beban.
Bandingkan pula dengan energi 3 phase yang ditunjukkan oleh kWh 3 phase
pada t3
2. Buatlah tabel penyimpangan dan masing-masing pengukuran dalam persen
(%).
3. Buatlah grafik dari masing-masing penyimpangan sebagai fungsi beban dan
buatlah analisanya untuk mendapatkan kesimpulan.
4. Lakukan hal yang sama untuk beban tak seimbang.
TUGAS PENDAHULUAN:
1. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan alat ukur integrasi. Berikan contohnya.
2. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya energi
listrik yang terserap pada beban.

Laboratorium Pengukuran Listrik

18

OSILOSKOP , TANG AMPERE DAN EARTH TESTER


I. TUJUAN
1. Pengenalan dan beberapa pemakaian dan Osiloskop
II. ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN:
1. 1 Osiloskop - 2 channel
2. 1 Audio Generator
3. 1 Soket Panel
4. 1 Resistor 100
5. 1 lnduktor 140 h (Tranformator)
6. 1 Kapasitor 10 F
7. Beberapa kabel
Ill. TEORI DASAR
III. 1. Osiloskop
Osiloskop merupakan suatu peralatan elektronik yang dapat memberikan gambar
pada layarnya (display), dan sinyal listrik yang dihubungkan pada inputnya. Dengan
osiloskop memungkinkan untuk melihat bentuk dari persamaan gelombang suatu
sinyal listrik. Disini diberikan rangkaian blok diagram dari bagian penting yang
berhubungan dengan tombolnya seperti gambar dibawah ini:

Switc
h
Volt/Di
Vertical
v.
Attenuator

YInput

Vertical
Amplifier

Plate

Horizontal
Amplifier
Int

Trigger
Pulse Cct
Ext
Line

+
Trigger
- Level

Sweep
Generator
Switch
Time/Di
v.

X
Ext

X
in

Vertical
Attenuator

Gambar 4.1
Blok diagram sederhana Osiloskop

Bagian yang paling penting dari pada rangkaian dalam osiloscop dan tombol-tombol
yang berhubungan dengan bagian ini adalah:
1. VERTICAL ATTENUATOR
Sinyal V-input setelah diatur sedemikian rupa hingga setelah diperkuat dalam vertical
amplifier (V amplifier) diperoleh sinyal yang dibutuhkan untuk deflection plate
TOMBOL VOLT/DIV: dipakai untuk memilih attenuation yang dibutuhkan, dan dapat
diubah-ubah pada step-step yang telah dikalibrasi, jadi untuk mengamati besarnya
suatu amplitudo dari sinyal terlihat pada layar, pembacaan dapat dilakukan apabila
switch VOLT/DIV pada posisi kalibrasi.
Jika menggunakan probe yang mempunyai perbandingan: 1:1 atau 1:10, berarti input
Iangsung 1 kali atau diperkecil menjadi 10 kali maka pembacaan sinyal yang
ditampilkan di Iayar harus dikalikan dengan perbandingan probe ini.

Laboratorium Pengukuran Listrik

19
Untuk pembacaan amplitudo sinyal yaitu dengan mengalikan skala/div (pada Iayar)
dan tinggi amplitudo sinyal yang terlihat pada Iayar dengan penunjukan pada tombol
VOLT/DIV yang dipakai disamping memperlihatkan perbandingan probe yang
digunakan.
2. TRIGGER CIRCUIT
Untuk memulai dari elektron beam, bila sinyal input telah mencapai harga tertentu
sebagian sinyal dari sinyal input ini dipakai sebagal input untuk circuit pulse trigger
TOMBOL TRIGGER LEVEL: digunakan untuk memilih amplitudo dari elektron beam
pada waktu mulai bergerak, atau bila tombol trigger level pada posisi otomatis berarti
pemilihan dapat dilakukan secara otomatis oleh osciloscope sendiri, x-INPUT
SELECTOR: posisi dari x-input selector pada internal, ini berarti bahwa tegangan
untuk defleksi horisontal disupplay dari SWEEP GENERATOR, sedang untuk posisi
x-external sweep generator diputuskan hubungannya dengan x amplifier sehingga
kedudukan dari tombol TIME/DIV tidak mempengaruhi display.
TOMBOL TIME/DIV: digunakan untuk memilih waktu yang dibutuhkan untuk satu
sweep. Jadi misalnya diinginkan membaca waktu satu periode dari suatu sinyal, hal
ini dapat dilakukan dengan mengalikan skala pada Iayar untuk satu periode sinyal
dengan penujukkan dari TOMBOL TIME/DIV yang dipakai. Sedangkan untuk
amplification/attenuation dapat dipilih dengan SWITCH x magnitude, dan untuk
pembacaan di atas switch TIME/DIV harus pada kedudukan yang telah dikalibrasi.
3. SWEEP GENERATOR
Setelah menerima pulsa trigger, sweep generator akan menghasilkan tegangan yang
setelah diperkuat dalam horisontal amplifier (x-amplifier) digunakan untuk deflection
horisontal dari elektron beam. Elektron beam ini bergerak dengan arah horisontal
dengan kecepatan konstan dari sisi kiri ke sisi kanan dari pada Iayar serta displaynya
berupa garis. Bila beam telah mencapai pada bagian yang paling kanan dari layar
maka dia akan menghilang, untuk sementara kemudian bergerak kembali ke arah kiri
dan gerakan kembali ini tidak terlihat pada layar karena ter OUT-OFF. Satu gerakan
dari kiri ke kanan ini dan kembali lagi disebut satu sweep.
TOMBOL - TOMBOL YANG LAIN ADALAH:
1. TOMBOL POWER ON / OFF: pada tombol ini disamping untuk menghidupkan
osiloskop juga untuk mengatur intensitas
2. Perhatikan dalam mengatur intensitas jangan terlampau besar karena dapat
merusak osiloskop.
3. TOMBOL FOCUS: tombol ini dipakai untuk memperoleh gambar yang tajam
dan jelas.
4. TOMBOL HORISONTAL POSITION: tombol ini berhubungan dengan horisontal
amplifier dan dipergunakan untuk mengatur posisi dari gambar dengan
menggeser kearah horisontal.
5. TOMBOL VERTICAL POSITION: tombol ini digunakan pengaturan posisi
dengan menggeser kearah vertical.
6. TOMBOL TRIGGER LEVEL: dipergunakan untuk mengatur kestabilan gambar
pada layar osiloskop.
7. TIME/DIV: untuk mengatur sweep time pada display. Dengan posisi expander
control pada callibrated maka time sweep seperti yang tertera pada skala.
8. VOLT/DIV: dengan posisi vener expander pada posisi callibrated maka skala
division dan display sesuai dengan angka pada skala pengatumya.
IV. PERCOBAAN
IV. 1. Kompensasi Probe
1. Hubungkan ujung probe ke terminal CAL 0,6 V.
2. Probe terkompensasi 10 x.

Laboratorium Pengukuran Listrik

20
3. Hubungkan jepitan buaya (alligator clip) kebagian luar konektor BNC di kanal
2.
4. Hidupkan Osiloskop.
5. Pindahkan sakiar CH.I VOLT/DIV sehingga menunjuk 10 mV
6. Pindahkan saklar TIME/DIV sehingga menunjuk ke 0,2 ms.
7. Setel gandengan masukan kanal 1 ke DC.
8. Dilayar ditampilkan dua daur gelombang segi empat
9. Putarlah sekrup pada probe dengan obeng kecil sedemikian hingga bagian
atas dan bawah gelombang segi empat benar-benar rata.
PERTANYAAN:
1. Sebutkan apakah tujuan kompensasi probe.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan:
a. Over-convensation
b. Under-convensation
3. Buktikan bahwa kompensasi saudara benar.
IV.2. Pengukuran Amplitudo, Waktu dan Frekuensi.
1. Hubungkan probe kanal I ke CAL 0,6 V, kompensasi probe 10 x dan jepitan
buaya ke input kanal 2.
2. Tombol AT/NORM dalam posisi normal (tertekan), CH.l dalam posisi AC,
Tombol EXT terlepas (pemicuan dari dalam). Pastikan kanal 1bekerja.
3. Gunakan tombol LEVEL untuk mencari jejak dilayar. Pindahkan VOLT/DIV
agar mendapat gelombamg yang tingginya: 4,2 dan 1 bagian.
4. Atur TIME/DIV sehingga dua daur gelombang nampak dilayar.
* Catatlah hasil pengukuran saudara!
PERTANYAAN:
1. Hitunglah Amplitudo, Waktu dan Frekuensi gelombang yang didapat.
2. Jelaskan hasil perhitungan saudara.
IV.3. Menentukan beda Phase antara dua buah tegangan yang berbeda
phasenya.

Yin
V

Xma

Yo

R = 10

L = 140
H

Xin
Gambar 4.2 Rangkaian R C seri

a. Rangkaikan rangkaian seperti gambar 4.2.


b. Atur frekuensi dan Audio Generator seperti pada tabel:
F (Hz)

Y0 (cm)

250
350
450
Laboratorium Pengukuran Listrik

Ym (cm)

Arc sinY0 /Y0

Lissayous

Gelombang

21
550
650
750
850
950
Lakukan kembali percobaan di atas untuk beban C = 10 F

PERTANYAAN:
Dari gambar gelombang yang diperoleh, hitunglah beda phasenya. Kemudian
bandingkan dengan hasil pngukuran beda phase pada Lissayous. Jelaskan
jawaban saudara.
TUGAS PENDAHULUAN:
1. Hitunglah beda phase antara R dan L bila diberi supply 4 volt dengan sudut 0o
dengan frekuensi 250 Hz, dimana R = 100 , L = 50 mH.
2. Hitunglah beda phase antara R dan C bila diberi supply 4 volt dengan sudut
0o dengan frekuensi 250 Hz, dimana R = 100 , C = 10 F.
PERTANYAAN:
1. Apa yang dimaksud dengan kalibrasi dan apa tujuannya ?

Laboratorium Pengukuran Listrik

22

RANGKAIAN JEMBATAN
I.

Tujuan

Rangkaian jembatan digunakan dalam menentukan nilai resistansi yang tidak


diketahui atau sebagai rangkaian deteksi sensitif. Tujuan dari pembahasan ini adalah
untuk mengetahui karakteristik keseimbangan rangkaian jembatan.
II. Pendahuluan
Pada Gambar 14 - 1 rangkaian jembatan resistansi yang biasa ditampilkan. Jembatan
dikatakan seimbang ketika kondisi berikut terus terlepas dari sumber tegangan Ea.

1.
2.
3.

RS / RB = R X / R A
IX x RA = IS x Rs atau IX x RX = IS x Rs
Ig = 0 Oleh karena itu, a dan b terlepas dari besarnya IS dan Rs.

Gambar 14 1 Jembatan resistansi

Jembatan seimbang dengan resistor yang tidak diketahui R X, nilai RX dapat diketahui
dari hubungan berikut:
RS / RB = RX / RA Oleh karena itu maka, Rx = Rs x RA / RS
Jembatan yang seimbang dapat dipaksa menjadi Keadaan yang tidak seimbang ketika
nilai resistor lepas, karena misalnya efek pemanasan atau alasan lain. Jika tahanan
meningkat dari keadaan seimbang, hubungan IX x RX = IS x Rs berubah menjadi IX x
RX > IS x Rs dan potensial di "a" dinaikkan di atas "b", sehingga arus yang mengalir
dari "a" menjadi "b". Demikian pula dalam hal nilai perubahan R X ke nilai yang lebih
rendah, arus mengalir dalam arah yang berlawanan. Jembatan tidak seimbang ini
secara efektif digunakan sebagai rangkaian pengendali.
Laboratorium Pengukuran Listrik

23

III. Alat yang dibutuhkan


Papan mount BR-3
Papan NO-10 (RANGKAIAN JEMBATAN)
Power supply DC
Galvanometer - Analog multimeter dengan

skala 50 microamp dapat

digunakan di tempat galvanometer


Function generator (generator fungsi)
Alat ukur digital/Digital multimeter
Alat Pendengar/Earphone
Kabel koneksi

IV. Langkah - langkah


1. Pasangkan papan No-10 RANGKAIAN JEMBATAN ke papan mount.
2. Atur output power supply DC 10V. Mengacu pada gambar 14-2 dan gambar
14-3, hubungkan output power supply ke terminal EB di sisi kiri papan.
Sisipkan resistor 10KOhm ke rangkaian sebagai resistor Rx.
3. Hubungkan galvanometer. Menyesuaikan Rs untuk mendapatkan nilai pada
galvanometer (Ig = 0).

Gambar 14 2 Papan Rangkaian Jembatan NO-10

Laboratorium Pengukuran Listrik

24

Gambar 14 3 Diagram sambungan untuk percobaan rangkaian jembatan.

4. Dengan jembatan penyeimbang, ukurlah tegangan pada resistor RA, RB, RX,
dan RS. Buktikan tegangan di "a" - "b" adalah nol.
NOTE:
Membentuk persamaan keseimbangan dari jembatan E RB-ERA = 0, Vb-c = 0
dan
Ig = 0.
Maka ERA = IX.RA dan ERB = IS.RB
Oleh karena itu maka, Ix=

dan IS

5. Mengubah RS sepenuhnya berlawanan dan mengukur Vb-c dengan multimeter


digital. Hitunglah VRB.
6. Menyesuaikan RS untuk mendapatkan keseimbangan lagi. Dengan 10Kohm RX
di pasangkan, ambil kedua ujung RX dengan jari dan amati indikator
galvanometer. Indikator meter harus membelokkan karena penambahan
resistansi tubuh manusia.
7. Mengatur generator fungsi untuk gelombang sinus, 100 Hz sebuah 5Vrms dan
terhubung ke output seperti yang ditunjukkan pada gambar 14-4. Masukkan
RA1 (1KOhm) dan RX (500Ohm) seperti pada gambar.

Laboratorium Pengukuran Listrik

25

Gambar 14 3 Pemeriksaan keseimbangan menggunakan sinyal audio

8. Menghubungkan earphone ke terminal earphone. Menyesuaikan RS untuk


situasi yang seimbang sampai tidak ada suara yang terdengar. Memverifikasi
melalui perhitungan bahwa jembatan seimbang.
9. Menghubungkan resistor yang tidak diketahui dalam kisaran 200Ohm10KOhm ke terminal RX ukur nilai RX. Nilai RX mungkin harus pada kisaran
1K-10KOhm.
NOTE:
Tujuan dari RA adalah untuk mengatur rentang jembatan. Sebagai nilai
perubahan RA dengan rentang yang lebih luas, jangkauan resitor yang tidak
diketahui juga diperpanjang.
10. Menggunakan 10 KOhm untuk nilai RA. Menentukan rentang RX.
Memverifikasi rentang menggunakan resistor dalam menghitung rentang.

Laboratorium Pengukuran Listrik

26

MODUL PRAKTIKUM

PENGUKURAN LISTRIK

Y
F
X

cermin
A

D
B

U
pegas

LABORATORIUM PENGUKURAN LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
Laboratorium Pengukuran Listrik
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN

Anda mungkin juga menyukai