1. PENDAHULUAN
Sub modul ini memperkenalkan metode-metode untuk memperkirakan banjir yang ada, dan
untuk memberikan petunjuk kapan metode tersebut bisa digunakan. Dalam modul ini, sebuah
garis besar cara memperkirakan banjir ada dilakukan, yang kemudian diikuti oleh metode yang
lebih rinci yang sesuai untuk DAS yang kecil, terutama DAS perkotaan. Penerapan dari Metode
Rasional untuk daerah perkotaan ada diterangkan secara rinci. Dalam modul ini cara
memperkirakan banjir untuk DAS yang luasnya sedang dan besar ada diungkapkan, termasuk
metode kekerapan banjir wilayah yang spesial dikembangkan untuk Jawa dan Sumatera.
1.2 Pentingnya Memperkirakan Banjir Rencana
Metode memperkirakan Banjir Rencana adalah sebuah langkah penting didalam proses desain
pekerjaan rekayasa teknik sipil yang bermacam-macam. Apabila perkiraan tersebut salah maka
keuntungan dari desain hidraulika yang detil dan dari desain bangunan yang dihasilkan darinya
tidak akan terwujud. Kita bisa membandingkan hal tersebut dengan mendesain suatu bangunan
yang canggih tetapi bebannya salah. Hasil akhirnya akan tidak memuaskan.
Oleh karena itu amatlah penting untuk memilih suatu banjir rencana yang mempunyai periode
ulang rata-rata (ARP) yang memadai, agar bisa dibekali dengan suatu resiko gagal yang bisa
diterima. Kemudian dari situ bisa diturunkan besar banjir yang bersangkutan. Kegiatan tersebut
memerlukan suatu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi besar banjir dan suatu
pemahaman mengenai metode yang ada untuk penghitungannya.
Dengan memandang pada metode-metode perkiraan banjir yang ada, akan mudah dikenali
bahwa ada 2 jenis maslah perkiraan banjir yang sangat berbeda:
(i ) Perkiraan suatu banjir rencana
( ii ) Perkiraan suatu banjir yang nyata
Suatu banjir rencana adalah suatu perkiraan peluang atau statistika yang didasarkan pada suatu
jenis analisis peluang dari data banjir atau curah hujan. Suatu periode ulang rata-rata atau
peluang dilampaui itu merupakan hal yang menyatu dengan cara perkiraan tersebut.
Pendekatan untuk perkiraan suatu banjir yang nyata dari suatu kejadian hujan merupakan hal
yaang sama sekali berbeda dalam konsep dan merupakan hal yang sifatnya deterministik.
Semua sebab-akibat memerlukan pertimbangan. Keadaan nyata yang terjadi sebelumnya yang
terjadi bersamaan dengan waktu terjadinya hujan tersebut, adalah penting dan perlu
diperhitungkan dalam perkiraan banjir yang diakibatkannya.
Tidak ada informasi yang nyata yang diberikan, yang berkaitan dengan peluang dari banjir yang
diperkirakan.
1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Besar Banjir
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar banjir adalah sebagai berikut:
( i ) Faktor Hujan
Faktor hujan itu mencukupi kelebatan hujan, jujuh, sebarannya dalam waktu dan ruang.
( ii ) Karakteristik DAS
Karakteristik DAS mencakupi faktor fisiografi (seperti daerah dan kelerengan), faktorfaktor kehilangan (termasuk jenis tetumbuhan dan tanah) dan simpanan (terutama
simpanan alur, volume air yang dalam perjalanan menuju tempat keluar selama banjir).
Penting untuk dicatat bahwa agar suatu metode perkiraan banjir itu sah, maka faktorfaktor yang disebut diatas harus ditangani dengan memperhatikan perubahan keadaan
pada saat metode tersebut diberlakukan.
1.4. Akibat Urbanisasi Pada Karakteristik DAS
Apabila hutan asli atau lahan pertanian diubah menjadi lahan perkotaan, perubahan berikut akan
terjadi:
o Hilangnya tetumbuhan
o Berkurangnya serasah di tanah
o Hilangnya simpanan alami
o Bertambahnya daerah yang bocor
o Bertambahnya pencemar
o Permukaan terganggu
Akibat hidrologis dari perubahan-perubahan ini adalah sebagai berikut:
o Peresapan dan pengimbuhan air tanah yang berkurang
o Makin banyaknya larian permukaan
o Kecepatan makin besar
o Reaksi DAS makin cepat
o Luah puncak makin tinggi
o Kualitas air menurun
Analisis kekerapan banjir yang langsung dilakukan terhadap data rekaman aliran sungai di
suatu lokasi (tempat) yang akan dipelajari, yang mempunyai data rekaman yang mencakupi
periode yang panjang.
Metode kekerapan banjir wilayah. Pembuatan dari metode kekerapan banjir wilayah
mencakupi melakukan analisis data kekerapan banjir yang berasal dari semua DAS di suatu
wilayah, untuk rekaman yang cukup lama. Hubungan antara data kekerapan banjir dengan
karakteristik DAS kemudian dibuat. Begitu metode tersebut sudah dibangun (yang
memerlukan upaya rekayasa yang sangat besar), penerapannya secara umum akan
menyangkut perkiraan dari suatu banjir indeks dan pembandingan banjir indeks tersebut
dengan suatu faktor byang tergantung pada ARP, yang akan memberikan banjir rencana
yang diperlukan.
Sedangkan metode perkiraan banjir yang didasarkan pada hujan rencana dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelas yang mewakili suatu tingkat ketepatan yang makin menurun:
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Metode umum atau metode arbiter atau rumus yang boleh diterapkan
untuk mendapatkan perkiraan awal. Termasuk dalam kelas ini adalah
rumus empiris, tipe-hand-book dari Metode Rasional dan US
Conservation Method.
Model
Jenis Model
Penggunaan Yang
Benar
Perkiraan dari
aliran rencana dari
DAS yang sangat
kecil dan
mempunyai sifat
individual
Desain untuk DAS
kecil. Hanya bisa
diterapkan untuk
analisis alam
bentuk yang
terbatas
Tingkat
Kompleksitas
Sangat mudah
Perubahan
Yang Besar
Contoh (A)
Rumus Empiris
Aliran puncak
Metode Rational
Aliran puncak
Unit Hidrograf
Hidrograf
Sedang
(pilihan
menggunakan
komputer)
Luas Waktu
(Isokron)
Hidrograf
Sedang sampai
sukar
(perlu
komputer)
Pelacakan larian
Hidrograf
Sedang sampai
sukar (perlu
komputer)
Waduk linear
dan non linear
WASSP,RORE
RAFTS
Kinematic
Wave/penyelesaian
masalah penuh
dengan persamaan
St. Venant
Hidrograf
Desain atau
analisis dari sisitim
dengan berbagai
ukuran, termasuk
yang mempunyai
waduk (simpanan)
Desain atau analisis
untuk semua
ukuran, termasuk
yang mempunyai
waduk (simpanan)
Desain atau analisis
untuk semua
ukuran, termasuk
yang mempunyai
waduk (simpanan)
Sedang sampai
kompleks
(perlu
komputer)
WSSP, SWWW
Mudah ke
agak sukar
(bisa memilih
untuk
menggunakan
komputer)
Patokan untuk
desain drainase
atap
Akumulasi
dari ekvalensi
daerah yang
tidak bocor
Perlakuan
akibat dari
sebagian
luasan
-
Australian Rainfall
and Runoff (1987)
Malaysian
Drainase Design
Manual (1975)
Synthetik Unit
Hydrograph
Methods With
parameters
adjusted for
urbanisation
TRRL, ILLUDAS,
ILSA
Model
Jenis Model
Progres Fisik
Model Perhitungan
Lengas Tanah
Hidrograf
Berkesinambu
ngan
Penggunaan Yang
Benar
Terlalu kompleks
untuk desain rutin
untuk saat ini.
Digunakan pada
analisis detil dari
sistim yang lebih
besar dan untuk
studi keilmuan
Tingkat
Kompleksitas
Kompleks
(perlu
komputer
Perubahan
Yang Besar
-
Contoh (A)
SWWW,WSPP
3. METODE RASIONAL
3.1 Rumus Metode Rasional
Rumus Metode Rasional adalah sebagai berikut:
Q
Dimana,
Q
=
C
=
A
=
I
=
T
tc
=
=
C i A
= 0,278 C i A
3,6
Luah puncak (m3/S)
Koefisien larian ( tanpa dimensi)
Luas daerah tangkapan (Km2)
laju curahan hujan badai rata-rata, yang jatuh per kali dalam T tahun,
dengan jatah tc.
Periode ulang rencana (tahun)
Waktu memusat atau waktu konsentrasi (menit)
Angka 3,6 dalam rumus di atas adalah faktor konversi yang sesuai dengan ukuran yang
dipakai. Apabila luas diambil dalam hektar, maka faktor konversinya menjadi 360.
Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan bagi satu tetes air yang jatuh di
tempat terjauh, di daerah tangkapan, untuk mencapai muara (outlet).Tempat yang
terjauh merupakan istilah yang dikaitkan dengan waktu penjelajahan, bukan jarak.
Mungkin batasan tc yang lebih baik adalah = waktu sesudah limpasan hujan mulai
terjadi, ketika seluruh bagian daerah tangkapan memberi masukan pada aliran di muara,
secara bersamaan.
Pemakaian metode ini memerlukan:
- Pengukuran luas A dengan menggunakan peta dan/atau berdasarkan pemeriksaan
lapangan
Nama tersebut diberikan pada metode ini, karena dasarnya yang rasional bila
dibandingkan dengan metode empiris lainnya, ketika rumus ini pertama-tama
digunakan. Namun pemikiran-pemikiran selanjutnya mampu memperlihatkan bahwa
metode ini tidak benar-benar rasional di beberapa aspeknya. Beberapa bentuk dari
metode ini telah dipergunakan sejak tahun 1850. Pemakaiannya tidak meluas sejak awal
abad ini. Dua lapangan utama yang menerapkan metode tersebut adalah :
(I)
(II)
Daerah tangkap daerah pedesaan kecil (meskipun penggunaan ini sering dikritik).
(Ci mm/jam). Diasumsikan bahwa aliran terjadi dan dalamnya larian (jadi
volume) dapat diabaikan. Analogi dari asumsi ini adalah larian di lembaran baja
yang dimiringkan. Kelalaian memperhitungkan simpanan ini merupakan asumsi
yang penting yang membatasi ketepatan dan penerapan Metode Rasional. Metode
tersebut didasarkan pada ukuran metrik sehingga dari 1mm/jam pada 1 km2
didapat 0,278 m3/s.
Bila mempertimbangkan luas daerah yang memberi masukan setiap waktu, maka
aliran di muara diketahui dengan membandingkan sebagai berikut :
Pada jam ke 1, q1 = 0,278 Ci. a m3/s
Pada jam ke 2, q2 = 0,278 Ci ( a + b ) m3/s
Luasan yang memberi masukan akan bertambah sesuai dengan waktu konsentrasi
tercapai, yakni ketika seluruh luasan A memberi masukan pada aliran yang terjadi
di muara pada saat itu, maka:
Q = 0,278 C . i . A m3/s
Rumus di atas adalah rumus rasional untuk aliran puncak. Untuk waktu yang
lebih lama dari tc, hidrografnya akan tinggal tetap sebesar itu meskipun hujan
terus jatuh.
3.2.2 Keterbatasan.
Dua kekurangan dari teori mengenai Metode Rasional adalah sebagai berikut:
(I) Mengabaikan pengaruh simpanan alur.
Pengaruh simpanan alur adalah untuk mengurangi dan menangguhkan
tercapainya tinggi puncak hidrograf. Oleh karena itu pengabaian simpanan alur
mengakibatkan tinggi puncak aliran menjadi over-estimated (lebih dari
perkiraan).
(II) Mengabaikan keragaman deras hujan dalam ruang dan waktu.
Yang dipertimbangan dalam metode tersebut hanya deras hujan rata-rata.
Ragam dari deras hujan cenderung untuk meninggikan aliran puncak yang
diakibatkannya. Oleh karena itu mengabaikan keragaman deras hujan akan
menyebabkan under estimation (kurang dari perkiraan).
Akibat (I) dan (II) cenderung untuk saling mengisi namun faktor akibat
simpanan alur biasanya lebih besar dari faktor akibat ragam curah hujan.
Q=
C. i. A 3
m /s
3. 6
Langkah (i), (iii) dan (v) dibicarakan secara lebih rincih di bawah ini:
3.4.2 Daerah tangkapan yang lasim juga disebut daerah aliran (DAS) dapat diukur dari
peta atau diperkirakan di lapangan. Dianjurkan agar batas daerah tangkap
diperkuat kebenarannya di lapangan, sehingga pengaruh dari jalan, saluran dan
penghalang buatan lainnya dapat diperhitungkan. Ada juga kemungkinan bahwa
saluran dari suatu daerah tangkapan perkotaan, ternyata melimpahkan sebagian
muatannya ke saluran lain selama banjir.
10
Gambar 2. Nomograf Aliran Permukaan. Data berkat US Dept. of Agrikulture, 1942. Nomograf
dikeluarkan oleh Municipal Utilities 1951.
11
Waktu yang diperlukan air untuk mengalir sepanjang saluran drainase (td) itu
ditentukan dengan membagi panjang saluran tersebut oleh kecepatan rata-rata air
di dalam saluran. Kecepatan rata-rata bisa dihitung dengan menggunakan rumus
hidraulika seperti persamaan Manning. Namun itu memerlukan luah yang
diketahui, yang sampai saat itu belum diketahui. Karena itu perlu diasumsikan
suatu kecepatan, dan membuat perkiraan awal dari td dan perkiraan awal dari Q
ini dapat digunakan kemudian untuk merevisi perkiraan dari td dan luahnya
dihitung ulang.
3.4.4 Koefisien Larian C
Koefisien larian adalah hasil bagi dari laju puncak dari larian oleh kelebatan hujan,
apabila kedua peubah (variable) tersebut diungkapkan dari tabel mengenai nilainilai yang disarankan; seperti yang dikeluarkan oleh The Malaysian Dept. of
Irrigation & Drainage) (lihat tabel 2) atau dengan menggunakan metode yang
diberikan dalam Australian Rainfall & Runoff [I.E Aust, 1987].
Nilai koefisien larian yang dalam tabel, seperti tabel 2 itu sering dikritik sebagai
tidak memuaskan, karena sifat kategori penggunaan tanahnya yang luas. Metode
yang diberikan dalam Australian Rainfall and Runoff. Menghindari kelemahan
tersebut. Di situ diungkapkan koefisien larian untuk suatu ARP 10 tahunan, C10, dan
hubungannya dengan bagian-bagian yang kedap dan tak kedap dari DAS serta iklim
curah hujan (diungkapkan melalui kelebatan curah hujan dengan ARP 10 tahun
yang jujuhnya 1 jam di DAS 1110 dalam mm/jam. Nilai C10 jatuh dalam daerah
interpolasi yang ditandai dalam gambar 3. Dan nilai tersebut bisa diperkirakan
dengan menggunakan persamaan berikut ini:
C10
Tabel 2. Koefisien larian dari Metode Rasional bagi daerah perkotaan yang dipakai di Malaysia
12
0,80
Daerah Perumahan
- 4 rumah/acre
- 4 - 8 rumah/acre
- 4 - 12 rumah/acre
- 12 rumah/acre
0,55
0,65
0,75
0,85
Semenan
0,95
13
14
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Drainage and Irrigation Division, Ministry of Agriculture, Malysia 1975. Urban Drainage
Design Standards & Procedures for Peninsular Malaysia. Planning and Design Procedure
No. 1.
2. Institution of Engineers Australia, 1987. Australian Rainfall and Runoff Volume 1. ISBN
085825-434-4.
16