Anda di halaman 1dari 16

Tinjauan Pustaka

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium pada Suatu Wilayah


Letidebora Enjuvina Tambawan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Nim: 102012300
Letidebora@yahoo.co.id

BAB I
Pendahuluan

Latar Belakang
GAKI adalah istilah yang digunakan untuk semua spektrum gangguan
yang terjadi akibat kekurangan konsumsi iodium pada populasi yang dapat
dicegah dengan memastikan populasi mengkonsumsi iodium secara cukup. GAKI
merupakan silent pandemic atau pandemi yang tersembunyi yang jarang terekspos
dalam sosialisasi dan kebijakan kesehatan. Dampak yang ditimbulkan GAKI
sudah menjadi semakin besar, sementara perhatian pada klinisi secara global
masih termarginalisasikan pada tingkat individu. Hal tersebut terbukti pada
berbagai negara yang menghadapi prevalensi GAKI yang tinggi, ketika kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dunia sudah melampaui kebutuhan
untuk mengeliminasi gangguan tersebut. Secara umum, dapat dinyatakan bahwa
GAKI masih belum mendapat perhatian yang layak. GAKI harus ditatap sebagai
diagnosis kelompok, populasi, atau komunitas jauh melampaui penilaian selama

ini yang lebih terbatas pada tingkat individu. Interpretasi status GAKI seharusnya
dilakukan pada tingkat populasi yang menggunakan data yang diambil dari
kelompok masyarakat di suatu daerah tertentu.

BAB II
Pembahasan

Yodium
Yodine ada di dalam tubuh dalam jumlah sangat sedikit, yaitu sebanyak
kurang lebih 0,00004% dari berat badan atau 15-23 mg. Sekitar 75% dari yodium
ini ada di dalam kelenjar tiroid, dan merupakan komponen yang penting dalam
pembentukan hormone tiroid, tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Komponenkomponen tersebut berperan dalam meregulasi banyak reaksi biokimia, terutama
sintesis protein dan aktivitas enzim. Di dalam darah yodium terdapat dalam
bentuk yodium bebas atau terikat-dengan-protein (protein-bound iodine/PBI)
(Almatsier, 2010).

Sumber Yodium
Iodium dapat diperoleh dari berbagai jenis pangan dan kandungannya
berbeda-beda tergantung asal jenis pangan tersebut dihasilkan. Kandungan iodium
pada buah dan sayur tergantung pada jenis tanah. Kandungan iodium pada
jaringan hewan serta produk susu tergantung pada kandungan iodium pada pakan
ternaknya. Pangan asal laut merupakan sumber iodium alamiah. Sumber lain
iodium adalah garam dan air yang difortifikasi. Hal yang sama juga dikemukakan
oleh bahwa makanan laut dan ganggang laut adalah sumber iodium yang paling
baik.

Fungsi Yodium
Fungsi iodium di dalam tubuh yaitu memaksimalkan kerja kelenjar tiroid (kelenjar
gondok) dalam pembentukan hormon tiroid. Hormon tiroid dibedakan menjadi dua jenis yaitu
tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Kedua hormon ini berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh,
merangsang jaringan tubuh untuk memproduksi protein dan energi dari oksigen dan makanan,
pembentukan sel darah merah serta fungsi otot dan saraf. Fungsi utama hormon-hormon ini
adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid mengontrol kecepatan tiap
sel menggunakan oksigen. Yodium juga berperan dalam perubahan karoten menjadi vitamin A
dan sintesis kolesterol darah.

Angka Kecukupan Gizi Yodium


Kebutuhan yodium sehari sekitar 1-2 g per kg berat badan. Widyakarya Pangan dan
Gizi (2004) menganjurkan AKG untuk yodium sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bayi 0-6 bulan


Balita 7 bulan 5 tahun dan anak sekolah
Remaja 10-12 tahun
Dewasa
Ibu hamil
Ibu menyusui

:
:
:
:
:
:

90 g
70-120 g
120 g
150 g
+ 50 g
+ 50 g

Khusus bagi kelompok ibu hamil tambahan tersebut sebagian dapat


dipergunakan untuk keperluan aktivitas kelenjar tiroid dan sebagiannya lagi untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin khususnya perkembangan otak (Almatsier,
2010).

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)


Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) menurut Depkes RI
(1996) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh
menderita kekurangan iodium secara terus menerus dalam waktu yang lama yang
berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) berupa gondok atau


pembengkakan kelenjar tiroid di leher dan kretinisme (cebol) telah dikenal sejak
zaman budaya Cina dan Hindu, Yunani dan Roma. Di abad pertengahan, gambargambar orang gondok kretin muncul dalam dunia seni lukis, antara lain lukisan
Madona di Italia menggambarkan wanita dengan gondok. Gondok waktu itu
dianggap normal. Baru pada abad ke 17 dan 18 dilakukan penelitian tentang
penyebab gondok dan kretin, dan pada abad ke 19 dimulai langkah konkret untuk
menanggulanginya. Pada abad ke 20 diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam
tentang cara pencegahan dan penanggulangannya.

Epidemiologi
Penduduk dunia yang mengalami resiko GAKY dilaporkan pada tahun
1999 sebesar 2,2 miliar orang yang tinggal di 130 negara, termasuk Indonesia,
740 juta orang di antaranya menderita gondok endemik. Di Indonesia 42 juta
orang tinggal di daerah yang lingkungannya kurang yodium. Dari hasil survei
pemetaan GAKI tahun 1998 pada anak sekolah, diperkirakan 53,8 juta penduduk
tinggal di daerah risiko GAKI dengan rincian 8,8 juta penduduk tinggal di daerah
endemik berat, 8,2 juta di daerah endemik sedang dan 36,8 juta di daerah endemik
ringan. Di beberapa provinsi seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera
Barat, angka gondok bahkan mencapai 30%.
1.

Gaky Di Daerah Pesisir Pantai


Penelitian dengan mengambil latar belakang prevalensi gondok yang

tinggi dipesisir Kab. Halmahera. Berdasarkan hasil Survei Nasional Gondiok


tahun 1980/1982 dan hasil survei tahun 1995/1996, gugus pulau Halmahera
Utara-Barat telah memiliki GTR (Total Goiter Rate) 54,7%. TGR didapat melalui
pemeriksaan pe rabaan pada kelenjar tiroid di daerah leher dan ditemukan adanya
pembesaran. Dari Gambaran TGR >30 % berarti termasuk wilayah endemik berat.
Tahun 2002/2003 dilakukan survei pada Kecamatan Tobelo (Desa Pitu) dan
Kecamatan Tobelo Selatan (Desa Kupa-kupa dan Tomahalu) dengan hasil TGR
masih >30% atau masih masuk dalam kategori endemik berat (Dachlan dan Thaha

2001). Besarnya nilai TGR atau tingkat endemisistas GAKI di kawasan pesisir
Kabupaten Halmahera Utara merupakan sesuatu yang sangat ironis jika dilihat
dari potensi sumberdaya alamnya. Sumberdaya pesisir merupakan sumberdaya
yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi terutama kandungan iodin, misalnya
ikan dan rumput laut. Konsumsi harian sebagian besar masyarakat juga tidak
terlepas dari produk perikanan baik produk segar maupun olahan. Berdasarkan
kondisi tersebut, tingginya nilai TGR atau endemisitas GAKI yang terjadi
dimungkinkan karena faktor lain, misalnya rendahnya kadar iodium pada air
minum, konsumsi umbi-umbian yang mengandung goitrogenik, serta penggunaan
garam yang tidak memenuhi standar kandungan iodiumnya.1,2
2.

GAKY Di Daerah Dataran Rendah


Beberapa penelitian telah menemukan kejadian gondok di daerah dataran

rendah yang cukup yodium, di mana kandungan yodium dari air, tanah dan
produk-produk pertanian di daerah tersebut mestinya cukup memadai, Berkaitan
dengan hal tersebut, muncul beberapa teori ; antara lain kemungkinan adanya
paparan oleh kontaminan di lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan fungsi tiroid, seperti logam berat (Plumbum=Pb, Hydrargyrum=Hg dan
Cadmium=Cd), polychlorinated biphenyl (PCB), dan pestisida. Hasil penelitian
Samsudin (2007), mengenai risiko pajanan Pb di Yogyakarta, diketahui proporsi
Wanita Usia Subur(WUS) menderita hipotiroid sebesar 19,2%. Proporsi WUS
dengan kadar Pb tinggi (PbB = 50 gr/L) adalah 49,5%. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan antara kadar Pb dalam darah dengan fungsi tiroid.
Kadar Pb tinggi dalam darah merupakan faktor risiko terjadinya hipotiroid pada
WUS risiko terpajan Pb di perkotaan. Tingginya kadar Pb dalam darah ini
mengakibatkan terbentuknya ikatan dengan unsur yodium di dalam tubuh yang
akibatnya akan menyebabkan timbulnya gondok.
3. GAKY Di Daerah Dengan Pola Konsumsi Makanan Yang Banyak Mengandung
Zat Goitrogenik.
Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium
oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi
rendah. Selain itu, zat goitrogenik dapat menghambat perubahan iodium dari

bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormone tiroksin


terhambat (Linder, 1992). Laporan penelitian BP2GAKI (2012), dalam
penelitiannya tentang pola makan pada anak penderita gangguan akibat
kekurangan yodium (gaky) di kabupaten Wonosobo menunjukkan hasil bahwa
pola makan anak penderita GAKY masih banyak mengandung zat-zat goitrogenik.
4.

Peran Selenium Terhadap Penyerapan Iodium


Selenium merupakan senyawa penting pada metabolismeiodin. Penemuan

fungsi selenium dalam metabolisme hormon tiroid memiliki implikasi penting


bagi penafsiran efek defesiensi selenium pada gondok. Suatu kejadian/musibah air
bandang

yang

menimpa,

menyebabkan

terjadinya

ketidakseimbangan

mikromineral dalam tanah, salah satunya adalah selenium. Hal ini terjadi pada
daerah pada bagian timur gunung Muria untuk 10 tahun terakhir.1,2

Etiologi
Menurut Fadil (1996), penyebab timbulnya GAKI yaitu:
1. Kandungan yodium dalam konsumsi sehari-hari tidak cukup (intake yang
rendah). Asupan yodium dapat diperiksa dengan cara langsung yaitu
menganalisis makanan duplikat yang terdapat dalam makanan seseorang,
ataupun dengan cara tidak langsung seperti memeriksa kadar yodium di
dalam urin (Djokomoeljanto, 1987).
2. Meningkatnya kebutuhan hormon tiroid terutama dalam masa anak-anak,
pubertas, kehamilan dan menyusui.
3. Terdapatnya zat goitrogen di dalam air minum dan masakan sehari-hari.
Goitrogen adalah bahan yang mengganggu pembentukan hormone tiroid,
yang dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok, terdapat pada
sayuran seperti kol, kacang tanah, ubi kayu, lobak, jagung, buncis, bawang
merah, bawang putih. Aktivitas bahan goitrogenik pada prinsipnya bekerja
pada tempat yang berlainan dalam rantai proses pembentukan hormon
tiroid yang terbagi atas dua (Nahampun dan Chatherina, 2010):
a. Menghambat pengambilan yodium oleh kelenjar tiroid, golongan
ini termasuk kelompok perchlorate.

b. Menghalangi pembentukan ikatan organik antara yodium dan


tiroksin untuk menjadi hormone tiroid, golongan ini adalah
kelompok tiouracils imidazoles.
4. Kelainan genetik dari kelenjar gondok.

Diagnosa
Untuk menentukan apakah seseorang mengalami pembesaran kelenjar
gondok dapat dilakukan dengan palpasi. Kriteria tingkat pembesaran kelenjar
gondok dapat dilihat pada table di bawah ini:
Grade (Tingkat)
Normal (0)
IA

Hasil Palpasi
Tidak ada pembesaran kelenjar
Pembesaran kelenjar tidak nampak walaupun leher
pada posisi tengadah maksimum.
Pembesaran

kelenjar

teraba

ketika

palpasi

setidaknya sebesar phalang terakhir dari ibu jari


penderita.
Pembesaran kelenjar gondok terlihat jika leher

IB

tengadah maksimum.
II

Pembesaran kelenjar teraba ketika palpasi.


Pembesran kelenjar gondok terliht pada posisi

III

kepala normal dan terlihat dari jarak satu meter.


Pembesaran kelenjar gondok tampak nyata dari
jarak 5-6 meter.
Pemeriksaan status yodium dianjurkan untuk menilai angka kejadian

gondok yang telah dijelaskan di atas, pengukuran kadar yodium yang


diekskresikan ke dalam urin dan penetuan kadar TSH dalam darah berbagai
kelompok usia. Kriteria keparahan dan signifikansi GAKY dibagi sebagai berikut:
Gambaran
Keparahan
Derajat

Klinis
G H
0 0

Total Goitre
K

Rate (%)

<5,0

Rata-rata
kadar urine
(g/L)
100

Prioritas
Koreksi
-

(normal)
Derajat

I +

5,0-19,9

50-99

Penting

(ringan)
Derajat

II ++

20,0-29,9

20-49

Segera

(sedang)
Derajat

III ++

++

++

30

<20

Kritis

(parah)
+
Keterangan: G (Goitre), H (Hipotiroidisme), K (Kretin), 0 (tidak ada), + (ringan),
++ (sedang), +++ (sangat berat)

Dampak Gangguan Akibat Kekurangan Yodium


Pada kekurangan yodium, konsentrasi hormon tiroid menurun dan hormon
perangsang tiroid/TSH meningkat agar kelenjar tiroid mampu menyerap lebih
banyak yodium. Bila kekurangan berlanjut, sel kelenjar tiroid membesar dalam
usaha meningkatkan pengambilan yodium oleh kelenjar tersebut. Bila pembesaran
ini menampak dinamakan gondok sederhana. Bila terdapat secara meluas di suatu
daerah disebut gondok endemik. Gondok dapat menampakkan diri dalam bentuk
gejala yang sangat luas, yaitu dalam bentuk kretinisme (cebol) di satu sisi dan
pembesaran kelenjar tiroid di sisi lain.
Ganong (1979) menyatakan bahwa kekurangan yodium dapat memberikan
efek pada sistem saraf janin dan bayi, dikarenakan hormon tiroid dapat
merangsang penggunaan oksigen dalam otak. Sedangkan efeknya pada
pembentukan kalori adalah pada sistem katabolisme protein yang menyebabkan
berat badan menurun dan kelemahan otot.
Gejala kekurangan yodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid
membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang
permanen serta hambatan pertumbuhan yang disebut sebagai kretinisme. Seorang
anak yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh abnormal dan IQ
sekitar 20. Kekurangan yodium pada anak-anak menyebabkan kemampuan belajar

yang rendah. Pengurangan tingkat kecerdasan yang diakibatkan oleh GAKY dapat
diperinci sebagai berikut:
1. Setiap penderita gondok akan mengalami pengurangan IQ sebesar 5 poin
di bawah normal.
2. Setiap penderita kretin akan mengalami pengurangan IQ sebesar 5 poin di
bawah normal.
3. Setiap penderita GAKY lain yang bukan gondok maupun kretin akan
mengalami penurunan IQ sebesar 5 poin di bawah normal.
4. Setiap kelahiran bayi yang terdapat di daerah yang kurang yodium akan
mengalami pengurangan IQ sebesar 5 poin di bawah normal (Nahampun
dan Chatherina, 2010).
Dampak karena GAKY dapat dilihat pada tabel spektrum di bawah ini:
Kelompok Rentan
Ibu Hamil
Janin

Dampak
Keguguran
Lahir mati, meningkatkan kematian janin, kematian
bayi, kretin (keterbelakangan mental, tuli, mata

Neonatus
Anak dan Remaja

juling, lumpuh), kelainan fungsi psikomotor


Gondok dan hipotiroid
Gondok, gangguan pertumbuhan fisik dan mental,

Dewasa

hipotiroid juvenile
Gondok, hipotiroid

Permasalahan pada GAKY


GAKY atau Gangguan akibat kekurangan yodium suatu spektrum yang
cukup luas dan mengenai semua segmen usia, sejak fetus hingga penduduk
dewasa. Sehingga bukan saja pembesaran kelenjar tiroid atau gondok yang
dinamakan GAKY, tetapi gangguan fungsional lain yang dapat dan sering
menyertai yaitu hipotiroidisme, kretin endemik serta gangguan perkembangan
fisik/mental dan rendahnya IQ. Kelainan GAKY itu sendiri didefinisikan sebagai
semua kelaianan dan gangguan (reversibel maupun irreversibel), yang dapat

dicegah dengan pemberian unsur yodium secara adekuat. Terdapat 3 bentuk


kelainan klinis, yaitu gondok endemic, kretin endemik, hipotiroidisme.
Gondok Endemik
Semula gondok endemik disama artikan dengan GAKY, namun kini telah
dipisahkan. Gondok hanya sebagian kecil dari spectrum GAKY. Penyebab utama
gondok adalah defisiensi yodium dan penyebab lain seperti goitrogen dan
kelebihan yodium dan mikronutrien yang lain. Dengan member yodium dalam
jumlah yang cukup, prevalensi gondok akan berkurang, tetapi tidak berarti GAKY
telah tiada.3
Kretin Endemik
Merupakan akibat defisiensi yodium berat pada masa fetus dan merupakan
indikator klinik penting bagi GAKY yang belum diketahui tepat peneybabnya.
Prevalensinya di daerah defisiensi yodium derajat berat berkisar antara 1-15%.
Kretin endemik umumnya lahir di daerah defisiensi yodium yang sangat berat,
dengan Urine Iodine Excretion (UIE) < 25 ug/L8. Gambaran klinis seseorang
dikatakan kretin endemic, jika ia lahir di daerah gondok endemik dan
menunjukkan dua dari tiga gejala ini, yaitu retardasi mental, tuli perseptif
(sensorineural) nada tinggi dan gannguan neuromuscular. Kretin sendiri
dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu kretin tipe nervosa, kretin tipe miksedematosa
dan kretin tipe campuran.
a. Kretin Tipe Nervosa
Jenis ini terdapat di China, Indonesia, Thailand an New Guinea, ditandai
dengan retardasi mental yang sangat berat, dengan penyebab kekurangan hormon
tiroid intrauterine, yang menyebabkan, yaitu:

Gangguan pendengaran dan bisu tuli


Sindroma paresis sistem piramidalis khisusnya tungkai bawah, hipertonia,

klonus
Sikap berdiri dan cara berjalan yang khas, spastic, ataksik atau bajkan

tidak mampu beridiri.


b. Kretin Tipe Miksedematosa
10

Tipe ini banyak dijumpai di Kongo, disebabkan karena atrofi kelenjar gondok
oleh sebab yang belum dapat diungkapkan, ditandai dengan:

Retardasi mental, namun derajatnya lebih ringan


Tanda-tanda hipotiroid klinis. Tubuh sangat pendek (cebol), miksedema,

kulit kering, rambut jarang


Gangguan neurologis: spastisitas tungkai bawah, reflex plantaris dan

gangguan gaya berjalan


c. Kretin Tipe Campuran
Terdapat di Jawa Tengah dan Thailand. Gambaran klinisnya merupakan
gabungan dari keduanya.

Penatalaksanaan
Penanggulangan GAKY dilakukan dalam dua jangka waktu, yaitu :
1. Jangka Panjang: suplementasi tidak langsung melalui fortifikasi garam
konsumsi dengan iodium dimana program ini disebut garam iodium.
2. Jangka pendek: suplementasi langsung dengan ,minyak iodium baik secara
oral maupun suntikan lipiodol intramuscular dengan dosis 2 ml, diebrikan
kepada anak-anak dan kepada ibu usia subur khususnya yang sedang
hamil. Upaya ini hanya ditunjukkan pada daerah endemik berat dan telah
dilaksanakan sejak tahun 1974.
Menurut ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan RI 1986, kandungan
KIO3 yang dianjurkan adalah 40 ppm. Iodium diperlukan semata-mata untuk
biosintesis hormon thyroid yang mengandung iodium. Kebutuhan iodium
meningkat pada kaum remaja dan kehamilan. Banyaknya metoda suplementasi
Iodium tergantung pada beratnya GAKY pada populasi, grade iodium urine dan
prevalensi goiter dan kretinism. Strategi penanggulangan sesuai daerah produksi
garam dan konsumsi garamnya:
Sentra Produksi Garam
Konsumsi

Garam Kategori 1

Nonsentra

Produksi

Garam
Kategori 2
11

beryodium cukup

Strategi:

Strategi:

Mempertahankan

Mempertahankan

produksi dan konsumsi

pasokan dan konsumsi

garam beryodium yang

garam beryodium yang

memenuhi syarat.

memenuhi syarat.

Upaya:

Upaya:

Meneruskan

Menjamin

pengawasan di tingkat

garam beryodium dan

produksi,

distribusi,

pengawasan

dan

konsumsi,

garam

penegakan

pasokan

di

mutu
tingkat

hukum,

distribusi

dan

status

konsumsi

secara

peningkatan
sosial

ekonomi

intensif

pegaram,

teknologi

memperkuat

iodisasi dan survailans.

serta

penegakan
perundangan

garam

beryodium

dan

survailans.
Konsumsi
Beryodium
cukup

Garam Kategori 3

Kategori 4

Tidak Strategi:

Strategi:

Meningkatkan

Meningkatkan pasokan

produksi dan konsumsi

dan konsumsi garam

Garam

beryodium

beryodium

memenuhi syarat

yang

memenuhi syarat.

Upaya:

Upaya:

Meningkatkan

Menjamin pemenuhan

konsumsi

garam

beryodium

melalui

beryodium

promosi

intensif,

dengan

promosi

norma

intensif

konsumsi

penegakan

pasokan

garam
disertai

12

sosial

dan

hukum,

garam

beryodium,

meneruskan

penegakan

pengawasan di tingkat

sosial

dan

hukum,

produksi,

pengawasan

mutu

distribusi,

dan konsumsi secara

garam

intensif,

peningkatan

distribusi

dan

status sosial ekonomi

konsumsi

serta

pegaram dan teknologi

survailans.

iodisasi

di

norma

tingkat

serta

survailans.
1. GAKY ringan: akan lenyap dengan sendirinya jika status ekonomi
penduduk ditingkatkan.
2. GAKY sedang: dapat dikontrol dengan garam beryodium (biasanya 20-40
mg/kg pada tingkat rumah tangga). Di samping itu minyak beryodium
diberi secara oral atau suntik yang dikoordinasi melalui puskesmas.
3. GAKY berat: minyak beryodium diberikan secara oral pada 3, 6, dan 12
bulan maupun suntuikan setiap 2 tahun sampai system garam beryodium
efektif, jika efek pada system saraf pusat dicegah dengan sempurna.
Minyak beryodium secara oral diberikan dalam bentuk kapsul dengan dosis
tinggi dan tiap kapsul berisi 200 mg yodium dalam larutan minyak. Kapsul
yodium diberikan kepada penduduk yang tinggal di daerah endemik sedang dan
berat (prevalensi 20%) setiap tahun sekali:
1. Pada laki-laki : 0-20 tahun
2. Pada perempuan : 0-30 tahun
3. Pada semua ibu hamil dan menyusui
Dosis pemberian kapsul yodium:
1.
Bayi 0-1 tahun : kapsul per tahun
2.
Balita 1-5 tahun : 1 kapsul per tahun
3.
Wanita 6-35 tahun : 2 kapsul per tahun
4.
Pria 6-20 tahun : 2 kapsul per tahun
5.
Wanita hamil dan menyusui : 2 kapsul per tahun

13

Pencegahan
Secara relatif, hanya makanan laut yang kaya akan yodium sekitar
100g/100gr. Pencegahan dilaksanakan melalui pemberian garam beryodium. Jika
tidak tersedia maka diberikan kapsul yodium secara oral seperti yang sudah
dijelaskan atau suntikan ke dalam otot setiap 2 tahun.
Kegiatan pencegahan dan penanggulangan GAKY yang telah dilakukan
oleh pemerintah meliputi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang tertuju
pada 3 kelompok sasaran yaitu:
1. Para perencana, pengelola, dan pelaksana program.
2. Masyarakat di daerah gondok endemik.
3. Masyarakat di luar daerah gondok endemik.

14

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala
atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara
terus menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan manusia.

Pada kekurangan yodium, konsentrasi hormon tiroid

menurun dan hormon perangsang tiroid/TSH meningkat agar kelenjar tiroid


mampu menyerap lebih banyak yodium. Bila kekurangan berlanjut, sel kelenjar
tiroid membesar dalam usaha meningkatkan pengambilan yodium oleh kelenjar
tersebut. Gondok dapat menampakkan diri dalam bentuk gejala yang sangat luas,
yaitu dalam bentuk kretinisme (cebol) di satu sisi dan pembesaran kelenjar tiroid
di sisi lain.

15

Daftar Pustaka
1. Almatsier, 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
2. Chan, M., Javalera, and A. Rayes. 1988. A Discriptive Study abouth The
General Preceptions and Behavior Related to Goiter of Females Fifteen
Years old and above in Three Barangays of Ternate, Govite, Philipina.
College of Public Health, University of Philippina. Manila.
3. Depkes RI, 1997. Strategi Mobilisasi sosial dalam Rangka Meningkatkan
Konsumsi Garam Beryodium di Masyarakat. Komite Nasional Garam
Tingkat Pusat, Dirjen PKM, Jakarta.
4. Djokomoeljanto R, 1987. Kelenjar Tiroid: Embriologi, Anatomi dan
Faalnya. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi kedua. Jakarta: FKUI.
5. Djokomoeljanto R, 1997. Peta Gondok dan Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium di Jawa Tengah. Jurnal Vol. 32 No. 1, M Med Indonesia.
6. Fadil, 1996. Evaluasi Dampak Program Yodiolisasi pada Masyarakat
Rawan GAKY di Sumatera Barat. Temu Ilmiah & Simposium Nasional III
Penyakit Kelenjar Tiroid. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.
7. Saidah RD, 2001. Neonatal Hypothyroidism. Kumpulan Naskah
Pertemuan Ilmiah Nasional Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY).
Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
8. Soeharyo H dkk. 1996. Laporan Penelitian Survei Pemetaan Gaki di Jawa
Tengah. Kerja Sama Tim Peneliti GAKY FK Undip dengan Kanwil
Depkes Prop. Jateng Semarang.

16

Anda mungkin juga menyukai