Anda di halaman 1dari 58

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur,

Kota Surabaya berkembang

dengan pesat sesuai peranannya sebagai pusat perdagangan, industri,


maritim dan pendidikan.

Perkembangan di bidang industri dan

perdagangan berdampak pada bertambahnya bangunan-bangunan


untuk pusat-pusat kegiatan tersebut, di samping itu perkembangan
tersebut juga menarik penduduk luar Kota Surabaya untuk masuk dan
tinggal di Kota Surabaya baik sebagai penduduk musiman maupun
penduduk tetap. Pertumbuhan penduduk itu menuntut pertambahan
tempat tinggal, mulai dari yang sangat sederhana, yang berada di
stren kali atau saluran sampai dengan yang mewah. Hal ini tampak
jelas pada bertambahnya pusat-pusat perdagangan (mal-mal) dan
perumahan (real estate) baik di daerah barat maupun di daerah timur.
Pembangunan gedung-gedung tersebut dan fasilitas pendukungnya
yang berupa jalan, gardu keamanan, fasilitas ibadah dan lain-lainnya
menempati lahan yang semula merupakan lahan terbuka, yang
hujan (sawah-sawah). Pembangunan gedung tersebut mungkin sudah
memenuhi peraturan tata ruang, namun belum memperhatikan
elevasi, karena kenyataannya terdapat bangunan di dekatnya yang

BAB 1 -

mempunyai kemampuan menahan atau menampung sementara aliran

sudah dibangun lebih dulu, sehingga menyebabkan banjir di daerahdaerah yang lebih rendah dan menggenang.

Hal ini dapat terjadi

karena pada umumnya pembangunan gedung-gedung dan sarana


pendukungnya tidak dilengkapi dengan sarana drainase.
Kota Surabaya memiliki kedudukan yang sangat strategis dan menjadi
pusat pengembangan wilayah bagian Timur Indonesia. Dinamika dan
aktivitas kota yang sangat tinggi memacu terjadinya perkembangan
kota

yang

sangat

cepat.

Kawasan

perkotaan

yang

terbangun

memerlukan adanya dukungan prasarana dan sarana yang baik serta


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

dapat menjangkau/memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat


terutama yang berpenghasilan menengah dan rendah.

Prasarana

bidang sanitasi bertujuan untuk dapat mencapai hidup sehat dan


sejahtera dalam lingkungan yang layak huni.
Pembangunan kota yang tidak terintegrasi dengan kawasan di
sekitarnya

akan

menimbulkan

permasalahan-permasalahan

kompleks seperti masalah kesehatan

yang

lingkungan, pencemaran,

penyediaan air bersih dan sebagainya. Sementara itu, perlindungan


terhadap lingkungan hidup menjadi tanggung jawab bersama dan tidak
terlepas dari aspek pembangunan ekonomi dan sosial.
Pelaksanaan program pembangunan sarana dan prasarana sanitasi
yang

berwawasan

lingkungan

menghadapi

berbagai

tantangan

khususnya menyangkut sumber dana, peningkatan kapasitas baik


sumber daya manusia maupun institusional termasuk upaya sosialisasi
yang lebih luas dan pemberdayaan masyarakat untuk mendukung
berbagai program yang telah dicanangkan.
Di Kota Surabaya belum terdapat institusi yang bertanggung jawab
secara langsung kepada sanitasi perkotaan.

Di sisi masyarakat

pemahaman tentang sanitasi juga rendah, perilaku dan buruknya


sanitasi masyarakat dikarenakan kurang mengenalnya pola hidup
sehat, hal ini memperburuk kondisi lingkungan perkotaan.
Belajar dari pengalaman daerah-daerah lain dan melihat adanya
perkembangan yang cukup signifikan di Kota Surabaya dalam lima

BAB 1 -

bersih dan dalam memahami kesehatan lingkungan (hygiene) yang

tahun terakhir, maka Kota Surabaya perlu memotret kondisi lingkungan


hidup di Kota Surabaya dari sudut pandang sanitasi dalam bentuk
Buku Putih Sanitasi Kota Surabaya Tahun 2010.

Potret kondisi ini

akan menjadi dasar untuk perencanaan pembangunan daerah ke


depan terutama dari sisi air bersih dan sanitasi secara komprehensif
yang mengarah pada pencapaian TERWUJUDNYA SANITASI KOTA
SURABAYA YANG RAMAH LINGKUNGAN PADA TAHUN 2015.

1.2. PENGERTIAN DASAR SANITASI


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Sanitasi adalah suatu dukungan sarana untuk menciptakan keadaan


yang dapat menghindarkan timbulnya gangguan dan penyakit yang
merupakan efek samping yang ditimbulkan karena aktivitas manusia.
Makna

sarana

beberapa

hal,

dan

prasarana

dimana

pendukung

Kementerian

tersebut

Pekerjaan

menyangkut

Umum

Republik

Indonesia mendefinisikan bahwa kata sanitasi meliputi : 1) pengelolaan


air limbah domestik; 2) pengelolaan persampahan; 3) pengelolaan air
hujan (drainase ingkungan) serta 4) penyediaan air bersih. Air limbah
domestik adalah air limbah yang berasal dari bekas kegiatan/aktivitas
manusia di rumah tangga, perumahan, rumah susun, apartemen,
perkantoran, rumah dan kantor, rumah dan toko, rumah sakit, mall,
pasar swalayan, balai pertemuan, hotel, industri, sekolah, baik berupa
grey water (air bekas memasak, mandi, cuci ) ataupun black water (air
kotor/tinja). Sedangkan pengelolaan air limbah domestik adalah upaya
memperbaiki

kualitas

air

yang

berasal

dari

kegiatan

rumah

tangga/perkantoran sehingga memenuhi baku mutu air limbah yang


ditetapkan.
Sanitasi merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup
bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung
dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan
harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan
dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Bahan
buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari:
tinja manusia atau binatang, sisa bahan-bahan padat, air bahan

BAB 1 -

manusia. Bahaya ini mungkin dapat terjadi secara fisik, mikrobiologi

industri dan bahan buangan pertanian.

1.3. MAKSUD

DAN

TUJUAN

PENYUSUNAN

BUKU

PUTIH

SANITASI
Maksud utama penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Surabaya Tahun
2010 adalah untuk memberikan informasi awal secara lengkap tentang
situasi dan kondisi sanitasi Kota Surabaya pada saat ini, dan sebagai
dasar untuk melakukan perencanaan pembangunan sanitasi di masa
yang akan datang.
Adapun tujuan dari penyusunan dokumen ini adalah sebagai berikut :
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

1.

Memberikan gambaran konkret tentang kondisi sanitasi Kota


Surabaya saat ini sebagai bahan dasar dan pertimbangan
penyusunan rencana peningkatan pembangunan sanitasi kota di
masa yang akan datang.

2.

Dapat dipergunakan oleh semua unsur pemangku kepentingan


memainkan perannya untuk berpartisipasi dalam pembangunan
sanitasi ke depan.

3.

Memberi

bahan

dasar

penetapan

kebijakan

daerah

dalam

pengelolaan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

1.4. METODE PENYUSUNAN


Dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Surabaya Tahun 2010 ini
pendekatan yang digunakan adalah studi dokumen dan pengumpulan
data sekunder yang ada di masing-masing SKPD yang terkait dengan
bidang sanitasi, yang didukung dengan observasi obyek yang relevan.
Selain pengumpulan data sekunder juga akan dilakukan survei
Environmental

Health

Risk

Assesment

(EHRA)

dengan

jumlah

responden sebanyak 2000 keluarga yang tersebar di 31 kecamatan


dan 50 kelurahan di Kota Surabaya.
yang

digunakan

adalah

analisa

kualitatif

dengan

membandingkan data dan informasi yang ada dikaitkan dengan kondisi


ideal untuk mengetahui seberapa jauh kesenjangan yang ada. Untuk
penentuan area dengan resiko tinggi digunakan analisa kualitatif yang

BAB 1 -

Analisa

didukung dengan kunjungan lapangan guna memperoleh verifikasi


terkait dengan data yang ada.

1.5. KEDUDUKAN BUKU PUTIH SANITASI


Keberadaan dokumen Buku Putih Sanitasi Kota Surabaya, diharapkan
merupakan suatu bagian dari manajemen kerja Pemerintah Kota
Surabaya

di

pembangunan

bidang
sesuai

sanitasi
dengan

kota,

untuk

Rencana

menjalankan

agenda

Pembangunan

Jangka

Menengah (RPJM) serta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota


Surabaya.
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

RPJM Kota Surabaya 2011


kesepakatan

bersama

- 2015 disusun untuk mewujudkan

dari

segenap

pemangku

kepentingan

pembangunan kota menyangkut strategi, kebijakan, dan prioritas


program serta kegiatan pembangunan kota dalam 5 (lima) tahun ke
depan yaitu tahun 2011 2015, sehingga penyusunan

dokumen

Buku Putih Sanitasi harus berpedoman kepada RPJM Kota Surabaya


2011 2015. Selain berpedoman pada RPJM Kota Surabaya tersebut,
dokumen Buku Putih Sanitasi juga merujuk pada dokumen-dokumen
Rencana Strategis dari instansi yang terkait dengan masalah sanitasi di
Kota Surabaya.
Dokumen Buku Putih Sanitasi diharapkan dapat menjadi acuan dalam
penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Surabaya
setiap tahunnya, khususnya yang terkait dengan bidang sanitasi.
Rencana program pengembangan sanitasi yang ada di dokumen Buku
Putih Sanitasi Kota Surabaya diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (RAPBD) Kota Surabaya, dan dapat digunakan oleh Pemerintah
Kota dalam mencari alternatif pendanaan dari sumber lain.

1.6. DASAR HUKUM PEYUSUNAN


Surabaya Tahun 2010 ini adalah sebagai berikut :
1.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pembangunan
3.
4.
5.

Nasional (Propenas ) Tahun 2000 2004


Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

6.

Perencanaan Pembangunan Nasional.


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

7.

Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

8.

Keuangan antara Pusat dan Pemerintah Daerah.


Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007 tentang

BAB 1 -

Dasar hukum yang mendasari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota

Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional


9.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Persampahan.
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

12. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana
Kerja Pemerintah.
15. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib menyusun Rencana Pembangunan
Jangka

Panjang

(RPJP/RPJD).

Rencana

Pembangunan

Jangka

Menengah (RPJM/RKPD) sebagai rencana tahunan.


16. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional.
17. Peraturan
Presiden
Nomor
13
Tahun
2009

tentang

Penanggulangan Kemiskinan.
18. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Kemasyarakatan.
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang
Pemberdayaan Masyarakat.
21. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 050 / 2020 / SJ Tahun
RPJM Daerah.
22. Peraturan Gubernur Nomor 41 Tahun 2008 tentang Sistem
Manajemen Pambangunan Parsitipatif.
23. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun

2000

tentang

Retribusi

Pelayanan Kebersihan/Persampahan.
24. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 02 Tahun 2004 tentang

BAB 1 -

2005 tentang Petunjuk Penyusunan Dokuman RPJP Daerah dan

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.


25. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2006 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Surabaya Tahun 2006-2010.
26. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya.

1.7. SISTEMATIKA DOKUMEN


Buku Putih Sanitasi Kota Surabaya Tahun 2010 ini disusun dengan
sistematika sebagai berikut :
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Bab I Pendahuluan
Menguraikan tentang Latar Belakang, Pengertian Dasar Sanitasi,
Maksud dan Tujuan Penyusunan Buku Putih Sanitasi, Metode
Penyusunan, Kedudukan Buku Putih Sanitasi, Dasar Hukum
Penyusunan serta Sistematika Dokumen.

Bab II Gambaran Umum dan Kondisi Wilayah Kota Surabaya


Menguraikan tentang

Pembagian Wilayah Administrasi, Profil

Demografi

(Jumlah dan

Penduduk,

Kepadatan

Persebaran
Penduduk),

Penduduk, Pertumbuhan
Profil

Geografis,

Kondisi

Topografi, Kondisi Geologi, Morfologi, Kemampuan Tanah dan Jenis


Tanah,

Hidrooceanografi,

Hidrologi,

Klimatologi,

Kawasan

Budidaya, Kawasan Lindung, Profil Ekonomi (Struktur Ekonomi,


Investasi dan Inflasi), serta Profil Sosial Budaya tentang Tingkat
Kesejahteraan,

Indeks

Pembangunan

Manusia

(IPM),

Kondisi

Kesehatan Lingkungan, Visi dan Misi Kota Surabaya, Institusi dan


Organisasi Pemerintah Kota Surabaya, Tinjauan Tata Ruang Kota
dan Kebijakan RTRW.

Bab III Profil Sanitasi Kota Surabaya


Menguraikan tentang Kondisi Umum Sanitasi (Kondisi Umum
Sanitasi Berdasar Permukiman Kumuh, Kondisi Umum Sanitasi
Permukiman

Sepanjang

Perairan),

Pengelolaan

Limbah

Cair

(Sistem Penanganan Limbah Domestik, Instalasi dan Distribusinya,


Area Pelayanan dan Perkembangannya, Pilot Project Sistem
Pembuangan

Air

Transportasi),

Pengelolaan

Sumber

Sampah,

Limbah
Kondisi

Domestik,
Persampahan
Sumber

Pengelolaan
(Daerah

Sampah,

BAB 1 -

Berdasar Permukiman Tertata, Kondisi Umum Sanitasi Berdasar

Sarana

Pelayanan

Timbulan

dan

Komposisi Sampah, Sistem Penanganan Persampahan, Instalasi


dan Distribusi Spasialnya, Penanganan Persampahan dengan
Sistem Komposting, Sarana dan Prasarana Persampahan Kota
Surabaya, Peran Serta Masyarakat dalam Bidang Persampahan),
Pengelolaan Drainase (Sistem Pematusan Perkotaan, Penyediaan
Air Bersih (Kondisi Air Tanah, Potensi Air Tanah, Kondisi Sumur
Gali, PDAM Surabaya, Sumber Air Baku, Sistem Produksi, Transmisi
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

dan

Distribusi,

Sistem

Penyediaan

Air

Minum

Perumahan

Citraland, Landasan Hukum/Legal Operasional dalam Penyediaan


Air Bersih, Aspek Kelembagaan dalam Pengelolaan Air Bersih,
Kualitas dan Kontinuitas Air PDAM, Peran Serta Masyarakat dan
Jender dalam Penyediaan Air Bersih), Komponen Sanitasi Lainnya
(Limbah B3 Domestik, Limbah Rumah Tangga, Limbah Medis),
Pembiayaan
Sanitasi,

Pengelolaan
Pembiayaan,

Sanitasi

(Belanja

Rencana

Daerah

Alokasi

Bidang

Pembiayaan

Proyek/Kegiatan Sektor Sanitasi, Analisa Kemampuan Meminjam


Daerah, Strategi Pendanaan Program/Kegiatan Sanitasi).

Bab IV Rencana Program Pengembangan Sanitasi


Menguraikan tentang
Kota

Surabaya,

Visi Sanitasi Kota Surabaya, Misi Sanitasi

Strategi

Penanganan

Sanitasi

(Rencana

Pembangunan Jangka Menengah 2011 2015 Kota Surabaya,


Skenario Pengembangan Wilayah Kota Surabaya Berdasarkan
RTRW Kota Surabaya, Persampahan, Drainase, Air Limbah, Air
Bersih, Rencana Pengelolaan Limbah Cair, Rencana Peningkatan
Pengelolaan Sampah, Rencana Pengelolaan Saluran Drainase
Lingkungan, Potensi Pengelelolaan Saluran Drainase Lingkungan,
Permasalahan

Pengelolaan

Drainage

Lingkungan,

Rencana

Bab V Indikasi Permasalahan dan Opsi Pengembangan Sanitasi


Menguraikan tentang Area Berisiko Tinggi dan Permasalahan
Utama

(Kepadatan

Penduduk,

Bantuan

Langsung

Tunai,

BAB 1 -

Pembangunan Pengelolaan Air Minum).

Sambungan Rumah PDAM dan Hidran Umum, Pemilikan Jamban


Pribadi), Opsi Pengembangan Sanitasi Skala Kota, Strategi Sanitasi
Kota Surabaya, Strategi Penguatan Kelembagaan di BIdang
Sanitasi, Media dan Peningkatan Kepedulian Sosial dalam Rangka
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Surabaya Green and Clean,
Surabaya Green School, Kampung Wisata, Peningkatan Sekolah
Peduli Lingkungan), serta Keterlibatan Sektor Swasta dalam
Layanan Sanitasi (Penanganan

Sampah Terpadu Kota Surabaya

pada Aspek Peran Serta Masyarakat dan Lembaga Swadaya


Masyarakat, Pemulung).
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi


Menguraikan

tentang

Kesimpulan

dan

Rekomendasi

terkait

dengan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Surabaya Tahun


2010 (Rekomendasi Berkaitan dengan Air Limbah, Rekomendasi
Berkaitan dengan Persampahan, Rekomendasi Berkaitan dengan
Drainase, Rekomendasi Berkaitan dengan Pengembangan Air
Minum).

GAMBARAN UMUM
DAN KONDISI WILAYAH
KOTA SURABAYA
Dalam

lingkup

Gerbangkertosusilo,

pengembangan

Surabaya

merupakan bagian dari Surabaya Metropolitan Area, yang arah

Sebagai pusat kegiatan ekonomi untuk wilayah Jawa Timur, Bali


hingga Kalimantan Timur yang ditunjang dengan keberadaan
Pelabuhan Tanjung Perak.

BAB 1 -

pengembangannya adalah sebagai berikut :

Sebagai pusat urban yang menunjang kegiatan sosial-ekonomi


wilayah Gerbangkertosusilo, fungsi dominan Kota Surabaya adalah
sebagai

pusat

kegiatan

komersial,

finansial,

perdagangan,

administrasi, sosial dan kesehatan.


Kondisi fisik dasar yang mempunyai kaitan erat dengan sistem
pengelolaan

sanitasi

adalah

kondisi

administrasi,

demografis,

geografis, topografi, geohidrologi, sosial masyarakat akan memberikan


gambaran tentang kependudukan dan kondisi umum masyarakat Kota
Surabaya.

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

2.1. PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI


Kota Surabaya merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur yang
dalam struktur perwilayahannya ditetapkan sebagai Pusat Utama dan
menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Timur. Kota Surabaya berdasarkan
peraturan perundangan tentang pembagian administrasi wilayah
pemerintahan mengalami perkembangan atau pemekaran wilayah
sebanyak 5 kali, dan pada tahun ini Kota Surabaya terbagi dalam 31
Kecamatan, 163 Kelurahan, 1.378 RW, dan 9.160 RT (lihat Tabel 2.1

Gambar 2.1.
Batas Wilayah Kota Surabaya

BAB 1 -

dan Gambar 2.1).

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

10

BAB 1 -

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

11

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Tabel 2.1.
Pembagian Wilayah Administratif Pemerintahan Kota Surabaya Tahun 2009
KECAMATAN
Kode

Nama

ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN

LUAS
(Km2)

(Ha)

(%)

Kelurahan

RW

RT

SURABAYA PUSAT
01. Tegalsari

4.29

429

1.30

52

333

02. Genteng

4.04

404

1.22

62

318

03. Bubutan

3.86

386

1.17

53

405

04. Simokerto

2.59

259

0.78

61

367

05. Pabean Cantikan

6.80

680

2.06

52

322

06. Semampir

8.76

876

2.65

69

552

07. Krembangan

8.34

834

2.52

47

401

08. Kenjeran

7.64

764

2.31

35

363

09. B u l a k

6.78

678

2.05

22

111

8.99

899

2.72

74

642

SURABAYA UTARA

SURABAYA TIMUR
10. Tambaksari
11. G u b e n g

7.99

799

2.42

63

518

21.08

2,108

6.38

68

370

13. Tenggilis Mejoyo

5.52

552

1.67

25

153

14. Gunung Anyar

9.71

971

2.94

29

162

15. S u k o l i l o

23.69

2,369

7.17

64

352

16. Mulyorejo

14.21

1,421

4.30

54

278

17. S a w a h a n

6.93

693

2.10

71

554

18. Wonokromo

8.47

847

2.56

58

512

19. Karangpilang

9.23

923

2.79

29

183

10. Dukuh Pakis

9.94

994

3.01

31

154

21. W i y u n g

12.46

1,246

3.77

30

149

22. Wonocolo

6.78

678

2.05

43

225

23. Gayungan

6.07

607

1.84

33

166

24. Jambangan

4.19

419

1.27

24

113

11.07

1,107

3.35

12

51

306

12. R u n g k u t

BAB 1 -

SURABAYA SELATAN

SURABAYA BARAT
25. T a n d e s
26. Sukomanunggal

9.23

923

2.79

34

362

27. Asemrowo

15.44

1,544

4.67

18

117

28. B e n o w o

26.78

2,678

8.10

25

140

29. Lakarsantri

20.43

2,043

6.18

30

152

30. P a k a l

19.01

1,901

5.75

33

168

31. Sambikerep

16.05

1,605

4.86

38

212

330.48 33,048 100.00

163

1,378

9,160

JUMLAH

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

12

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

2.2. PROFIL DAN PERSEBARAN PENDUDUK


2.2.1.Jumlah Dan Persebaran Penduduk
Berdasarkan data statistik (BPS) jumlah penduduk Kota Surabaya dari
hasil registrasi penduduk pada tahun 2008 sebesar 2.902.507 jiwa
yang terdiri dari 1.453.135 jiwa laki-laki dan 1.449.372 perempuan.
Penduduk tersebut tersebar di seluruh wilayah Kecamatan yang ada di
Kota Surabaya. Persebaran penduduk yang terbanyak terdapat di
Kecamatan Sawahan yaitu sebanyak 223.257 jiwa (7,69%), dan terkecil
terdapat di Kecamatan Bulak yaitu sebanyak 35.115 jiwa atau 1,21%
dari keseluruhan jumlah penduduk (lihat Tabel 2.2) dan Gambar 2.2.
Grafik Persebaran Penduduk dan Gambar 2.3. Grafik Jumlah Penduduk
di Kota Surabaya Tahun 2008.
2.2.2.Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk berdasarkan konsepsi statistik adalah angka
rata-rata yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk per tahun
dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai prosentase
dari penduduk tahun dasar perhitungan. Berdasarkan hasil sensus
penduduk

dari

tahun

1980-1990,

pertumbuhan

penduduk

Kota

Surabaya mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu 2,06%,


sedangkan dari tahun 1990-2000 mengalami pertumbuhan sebesar
Sedangkan peningkatan

jumlah

penduduk Kota

Surabaya

berdasarkan hasil registrasi penduduk dari tahun 2002 sampai dengan


tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 2.3. dan Gambar 2.4.
2.2.3.

BAB 1 -

0,5%.

Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk dapat dilihat dari jumlah penduduk yang tersebar
dalam suatu kawasan tertentu, sehingga apabila jumlah penduduk
tersebut tersebar dalam suatu kawasan yang sempit tentunya akan
membuat terjadi kepadatan penduduk yang tinggi, dibanding apabila
tersebar di suatu kawasan yang luas. Angka kepadatan penduduk
tersebut kemudian dikategorikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu :
1.
2.
3.

Kepadatan Tinggi
Kepadatan Sedang
Kepadatan Rendah

: kepadatan penduduk > 250 jiwa/Ha


: kepadatan penduduk 150 s/d 250 jiwa/Ha
: kepadatan penduduk < 150 jiwa/Ha

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

13

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Tabel 2.2.
Jumlah dan Persebaran Penduduk Kota Surabaya Tahun 2008
KECAMATAN
Kode

Nama

JENIS KELAMIN
PENDUDUK

LUAS
(Km2)

(Ha)

(%)

JUMLAH PENDUDUK

Laki-Laki Perempuan

(jiwa)

(%)

SURABAYA PUSAT
01. Tegalsari

4.29

429

1.30

59,422

60,049

119,471

4.12

02. Genteng

4.04

404

1.22

34,308

03. Bubutan

3.86

386

1.17

57,960

35,383

69,691

2.40

57,918

115,878

3.99

04. Simokerto

2.59

259

0.78

52,896

53,634

106,530

3.67

05. Pabean Cantikan

6.80

680

2.06

47,552

46,303

93,855

3.23

06. Semampir

8.76

876

2.65

97,330

95,856

193,186

6.66

SURABAYA UTARA

07. Krembangan

8.34

834

2.52

63,138

62,021

125,159

4.31

08. Kenjeran

7.64

764

2.31

59,088

57,659

116,747

4.02

09. B u l a k

6.78

678

2.05

17,614

17,501

35,115

1.21

10. Tambaksari

8.99

899

2.72

110,930

112,219

223,149

7.69

11. G u b e n g

7.99

799

2.42

77,827

79,427

157,254

5.42

SURABAYA TIMUR

12. R u n g k u t

21.08

2,108

6.38

45,786

45,716

91,502

3.15

13. Tenggilis Mejoyo

5.52

552

1.67

27,754

27,726

55,480

1.91

14. Gunung Anyar

9.71

971

2.94

23,312

23,315

46,627

1.61

15. S u k o l i l o

23.69

2,369

7.17

49,779

49,583

99,362

3.42

16. Mulyorejo

14.21

1,421

4.30

39,608

39,771

79,379

2.73

17. S a w a h a n

6.93

693

2.10

111,140

112,117

223,257

7.69

18. Wonokromo

8.47

847

2.56

93,637

93,176

186,813

6.44

19. Karangpilang

9.23

923

2.79

34,939

34,470

69,409

2.39

10. Dukuh Pakis

9.94

994

3.01

30,104

29,826

59,930

2.06

21. W i y u n g

12.46

1,246

3.77

29,944

29,846

59,790

2.06

22. Wonocolo

6.78

678

2.05

40,359

40,268

80,627

2.78

23. Gayungan

6.07

607

1.84

22,665

22,484

45,149

1.56

24. Jambangan

4.19

419

1.27

21,689

21,272

42,961

1.48

11.07

1,107

3.35

47,232

47,015

94,247

3.25

BAB 1 -

SURABAYA SELATAN

SURABAYA BARAT
25. T a n d e s
26. Sukomanunggal

9.23

923

2.79

48,923

48,440

97,363

3.35

27. Asemrowo

15.44

1,544

4.67

19,579

18,908

38,487

1.33

28. B e n o w o

26.78

2,678

8.10

21,363

21,220

42,583

1.47

29. Lakarsantri

20.43

2,043

6.18

23,333

22,956

46,289

1.59

30. P a k a l

19.01

1,901

5.75

18,537

18,180

36,717

1.27

31. Sambikerep

16.05

1,605

4.86

25,387

25,113

50,500

1.74

JUMLAH

330.48 33,048 100.00 1,453,135 1,449,372 2,902,507 100.00

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2008.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

14

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

BAB 1 -

Gambar 2.2.
Grafik Persebaran Penduduk Di Kota Surabaya Tahun 2008

Gambar 2.3.
Grafik Jumlah Penduduk Di Wilayah Kota Surabaya Tahun 2008
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

15

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Sumber : Surabaya Dalam Angka Tahun 2008, BPS Kota


Surabaya ( diolah).

BAB 1 -

Tabel 2.3.
Peningkatan Jumlah Penduduk di Kota Surabaya Tahun 2002 - 2008

Gambar 2.4.
Grafik Pertambahan Penduduk di Kota Surabaya Tahun 2002 - 2008

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

16

BAB 1 -

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Tabel 1.10.
Kepadatan Penduduk di Kota Surabaya Tahun 2008

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

17

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Berdasarkan data kependudukan yang telah disebutkan pada


Tabel 2.4,

maka kepadatan penduduk di Kota Surabaya secara

keseluruhan

yaitu

8.783

jiwa/Km

atau

88

jiwa/Ha.

Sedangkan

kepadatan penduduk pada masing-masing Kecamatan yang masuk


dalam kategori tersebut diatas adalah sebagai berikut (Gambar 2.5) :
1.

Kepadatan Tinggi

: Kecamatan Simokerto, Sawahan, Bubutan,

2.

dan Tegalsari.
Kepadatan Sedang : Kecamatan

3.

Semampir, Gubeng, dan Genteng


Kepadatan Rendah : Kecamatan Krembangan, Pabean Cantikan,
Wonocolo,
Tenggilis

Tambaksari,

Wonokromo,

Sukomanunggal,
Mejoyo,

Karangpilang,

Jambangan,

Tandes,

Gayungan,

Kenjeran,

Dukuh

Pakis,

Mulyorejo, Wiyung, Gunung Anyar, Rungkut,


Sukolilo,

Asemrowo,

Lakarsantri,

dan

Benowo.

BAB 1 -

Gambar 2.5.
Grafik Kepadatan Penduduk di Wilayah Kota Surabaya Tahun 2008

Sumber : Surabaya Dalam Angka Tahun 2008, BPS Kota


Surabaya (diolah).

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

18

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

2.3. PROFIL GEOGRAFIS


Kota Surabaya secara geografis terletak antara 7 9 7 21 garis
Lintang Selatan, dan 112 36 112 57 Bujur Timur, dengan luas
wilayah daratan sekitar 33.048 Ha (330,048 Km) dan luas wilayah laut
sekitar 19.039 Ha. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai
berikut :

Sebelah
Sebelah
Sebelah
Sebelah

Utara :
Timur :
Selatan
Barat :

Laut Jawa dan Selat Madura


Selat Madura
: Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Gresik

2.4. KONDISI TOPOGRAFI


Sebagian besar Kota Surabaya secara topografis memiliki ketinggian
tanah antara 0 - 10 meter (80,72%) yang menyebar di bagian timur,
utara, selatan, dan pusat kota. Pada daerah pantai ketinggiannya
berkisar antara 1 - 3 meter di atas permukaan air laut. Pada wilayah
lain memiliki ketinggian 10-20 meter dan 20 meter di atas permukaan
laut yang umumnya terdapat pada bagian barat kota yaitu di
Kecamatan Pakal, Lakarsantri, Sambikerep dan Tandes.

2.5. KONDISI GEOLOGI


Kondisi geologi Kota Surabaya terdiri dari Daratan Alluvium, Formasi
Sonde, yang secara detail dapat dilihat pada Tabel 2.5.
wilayah

perairan

Surabaya

berdasarkan

kondisi

Adapun
fisik

dan

lingkungannya, tidak berada pada jalur sesar aktif ataupun berhadapan

BAB 1 -

Kabuh, Formasi Pucangan, Formasi Lidah, Formasi Madura, dan Formasi

langsung dengan samudera sehingga relatif aman dari bencana


alam.
Tabel 2.5.
Kondisi Geologi Kota Surabaya
JENIS

1. Daratan
Alluvium
2. Formasi
Kabuh

KARAKTERISTIK

LOKASI

Memiliki kandungan kerakal, kerikil,


lempung, dan pecahan cangkangan
fosil.

Meliputi bagian utara,


selatan, timur, menyusur
kearah pesisir pantai.

Kandungan batu pasir dan kerikil,


berwarna kelabu tua, berbutir kasar,
berstruktur perairan dan silang siur,
konglomerat, terpilah buruk, kemas

Kec. Rungkut, Wonocolo,


Tenggilis Mejoyo,
Wiyung, Karangpilang,
Lakarsantri, Tandes,

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

19

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

3. Formasi
Pucangan

4. Formasi
Lidah

5. Formasi
Madura

6. Formasi
Sonde

terbuka dan struktur lapisan


bersusun

Sukomanunggal, Benowo
dan Dukuh Pakis.

Kandungan batu pasir dan tufan


berlapis baik, berstruktur perairan
dan silang siur, kaya akan fosil dan
plankton.

Kec. Dukuh Pakis, Tandes


Sawahan, Lakarsantri,
Sukomanunggal,
Benowo, Wiyung,
Karangpilang, Gubeng.

Kandungan batu lempung biru dan


lempung pasiran, kenyal, pejal,
keras bila kering, lensa tipis, dan
miskin fosil.

Kec. Wonokromo, Dukuh


Pakis, Sawahan,
Lakarsantri,
Karangpilang, dan
Wiyung.

Lapisan permukaan atas :


Kandungan gamping terumbu,
putih, pejal berongga halus,
berlapis buruk, mengandung
foram dan pecahan ganggang,
warna tanah kecoklatan atau
kehitaman.
Lapisan permukaan bawah;
kandungan gamping kapuran,
sangat ringan, agak keras, pejal,
mengandung molusca, foram an
pecahan ganggang, berwarna
putih kekuningan.
Terdiri dari napal tufan, diatome dan
setempat bintal, gampingan serta
berwarna kekuningan.

Terletak di Kecamatan
Benowo yang berbatasan
dengan Kabupaten
Gresik.

Terletak di perbatasan
Kecamatan Lakarsantri
dengan Kabupaten
Gresik

Sumber : RTRW Kota Surabaya Tahun 2007

Kondisi morfologi Kota Surabaya pada umumnya didominasi oleh


dataran rendah 80,72% dengan luas 25.919,04 Ha dengan ketinggian
3-8 m LWS dan sisanya merupakan perbukitan yang terletak di Wilayah

BAB 1 -

2.6. Morfologi

Surabaya Barat (12,77%) dan Surabaya Selatan (6,52%), yang dapat


dijelaskan sebagai berikut ini :

Dataran rendah meliputi wilayah Surabaya Timur, Utara dan


Selatan memiliki kemiringan < 3% dan terletak pada ketinggian <
10m dari permukaan laut. Dataran rendah ini terbentuk dari

endapan alluvial sungai dan endapan pantai;


Bagian tengah Kota Surabaya terbentuk oleh endapan Sungai
Brantas beserta cabangcabang sungainya dan endapan Sungai
Rowo. Endapan Sungai Brantas berasal dari letusan gununggunung berapi yang berada di hulu dan beberapa rombakan

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

20

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

sebelumnya. Endapan ini biasanya berupa pasir (0,075 mm -0.2

mm) dan kerikil (2 mm 75 mm);


Bagian timur dan utara sampai sepanjang Selat Madura dibentuk
oleh endapan pantai yang masuk ke daratan sampai 5 km.
Endapan pantainya terdiri dari lempung lanau dan lempung
kelanauan, sisipan tipis tipis yang pada umumnya mengandung
banyak kepingan kerang di beberapa tempat.

2.7. Kemampuan Tanah dan Jenis Tanah


Kemampuan tanah adalah identifikasi unsur-unsur tanah yang sangat
berpengaruh

untuk

menentukan

jenis-jenis

penggunaan

lahan.

Kemampuan tanah di Kota Surabaya adalah kedalaman efektif tanah


yaitu lebih dari 90 cm, berstruktur halus dan tidak ada erosi.
Sedangkan, jenis tanah di Kota Surabaya berupa alluvial (hidromoof
kelabu dan kelabu tua) merupakan endapan tanah liat bercampur pasir
halus berwarna hitam kelabu, yang baik untuk pertanian.

2.8. Hidrooceanografi
Kondisi hidrooceanografi Kota Surabaya, dapat digambarkan sebagai
berikut :
1.

Perairan Kawasan Teluk Lamong


Pengukuran kecepatan arus di sebelah kiri muara Sungai Lamong
berkisar antara 0,2 m sampai 2 m, sedangkan di alur pelayaran
kedalamannya mencapai 12 in. Hasil pengukuran menunjukan
bahwa kecepatan arus antara 0,05 m/det sampai 0,52 m/det, arah

BAB 1 -

sampai ke alur pelayaran menunjukkan bahwa kedalaman laut

arus Iebih dominan ke Utara, antara 3550 sampai 600 terhadap


Utara.
2.

Kedalaman Dasar Laut


Kedalaman dasar laut dipengaruhi pasang surut dan kondisi
lingkungan sekitar, seperti sedimen yang terbawa aliran air
(angkutan sedimen) yang biasa berupa bed load, suspended
maupun wash load. Besarnya angkutan sedimen yang terbawa
arus

banyak

dipengaruhi

oleh

kondisi

sekitarnya,

seperti

banyaknya sungai-sungai yang mengalir ke teluk Lamong yang


berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Lamong dan DAS
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

21

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

sungai-sungai kecil yang bermuara di Teluk Lamong seperti Sungai


Kalianak, Sungai Greges, Sungai Manukan, Sungai Branjangan dan
Sungai Sememi. Sungai-sungai kecil tersebut berfungsi utarna
sebagai drainase

wilayah. Aliran yang terjadi berasal

dari

limpasan

sekitamya

cair

daerah

ditambah

dengan

limbah

penduduk. Aliran pada sungaisungai kecil seperti halnya Sungai


Lamong dipengaruhi oleh pasang surut air taut. Lahan di sisi kiri
dan kanan Sungai Lamong dan sungai kecil digunakan sebagai
persawahan, dan tegalan di bagian hulu sedangkan di bagian
tengah dan hilir digunakan sebagai permukiman dan tambak.
3.

Perairan Kawasan Pelabuhan Tanjung Perak


Arus yang terjadi di perairan Pelabuhan Tanjung Perak disebabkan
oleh pengaruh pasang surut, sedangkan pengaruh gelombang
relatif lebih kecil. Besar kecepatan dan arah arus di perairan
Pelabuhan Tanjung Perak berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Besar kecepatan arus berubah-ubah dari 0 m/det sampai 0,6
m/det, demikian pula arah arus berubah-ubah berkisar setiap 6
jam, sehingga berbalik arah.
Gelombang yang terjadi di laut disebabkan oleh angin yang
berhembus dengan variabel besar kecepatan, lama berhembus
Intemasional Ocean Going maupun lnter Island, gelombang yang
terjadi disebabkan oleh angin yang datang dari Barat Laut. Karena
mempunyai fetch yang lebih panjang dibanding fetch yang lain,
tinggi gelombang bisa mencapai 1,5 meter. Pada umumnya

BAB 1 -

dan panjang fech (lintasan angin). Dilihat dari posisi Dermaga

gelombang yang terjadi relatif kecil.


4.

Perairan Kawasan Jembatan Suramadu


Jenis tanah yang terdapat disekitar pantai, Tambak Wadi adalah
pasir

yang

banyak

mengandung/tercampur

Iumpur.

Kondisi

hidrografi di selat Madura didominasi oleh arus pasang-surut yang


mempunyai arah bolak-balik Tenggara dan Barat Laut, sedangkan
gelombang laut setinggi 1 m terjadi pada bulan Juni-Juli
Agustus. Pada bulan-bulan tersebut, arah angin berasal dari Timur
Tenggara.

Dasar

laut

terdalam

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

di

sekitar

bentang

tengah

22

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

jembatan adalah 19 meter dari LWS yang tepatnya terletak pada


alur pelayaran sebelah timur Pelabuhan Tanjung Perak, ke arah
timur (depan pantai Kenjeran) merupakan daerah yang dangkal.
Pada saat surut terendah, muka air bisa mencapai 1,2 km dari
garis pantai sehingga perahu nelayan tidak dapat merapat di
pantai. Kondisi pasang surut ini berpengaruh terhadap ruang
bebas kapal yang lewat di bawah jembatan Suramadu. Arus laut
yang terjadi di sekitar Jembatan Suramadu jauh lebih besar bila
dibandingkan dengan arus yang terjadi di pantai Laut Jawa. Hal
tersebut disebabkan oleh lokasi yang berupa selat. Arus yang
terjadi disebabkan oleh pasang surut yang mempunyai arah
dominan Tenggara dan Barat Laut. Berdasarkan pengukuran
besarnya arus pada saat spring dan neap tide selama kurang lebih
25 jam berturut-turut diketahui bahwa kecepatan maksimum
sebesar 3,53 knot terjadi di bentang tengah Jembatan Suramadu.
Tinggi gelombang yang ada umumnya tidak besar, kurang dari 1
meter. Tetapi bila angin berembus cepat dan waktu berembus
lama, gelombang yang timbul dapat mencapai tinggi 1 meter.
Gelombang besar hanya akan terjadi bila angin datang dari arah
Timur atau Tenggara.

Kondisi hidrologi Kota Surabaya tidak berbeda dengan daerah di


sekitarnya. Selain didukung oleh air tanah, Kota Surabaya didukung
dengan beberapa sungai yang mengalirinya, serta dukungan dari

BAB 1 -

2.9. Hidrologi

sumber-sumber mata air. Satu hal yang mungkin membedakan yaitu


keberadaan bozem/waduk yang banyak terdapat di beberapa wilayah
di Kota Surabaya. Gambaran kondisi hodrologi Kota Surabaya dapat
digambarkan sebagai berikut :
1.

Kalimas
Kalimas ini merupakan sungai utama yang berada di Kota
Surabaya yang berasal dari Sungai Brantas dan mengalir melalui
Kota Mojokerto. Di kota ini, Sungai Brantas terbagi menjadi dua
yakni Sungai Porong dan Sungai Surabaya yang dimensinya lebih
kecil. Di Wonokromo Sungai Surabaya terpecah menjadi dua anak

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

23

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

sungai yaitu Sungai Kalimas dan Sungai Wonokromo. Sungai


Kalimas mengalir ke arah pantai utara melewati tengah kota,
sedangkan Sungai Wonokromo ke arah pantai timur dan bermuara
di selat Madura. Secara administratif, terdapat 8 kecamatan yang
dilalui oleh Sungai Kalimas, yang meliputi Kecamatan Wonokromo,
Kecamatan Tegalsari, Kecamatan Gubeng, Kecamatan Genteng,
Kecamatan Bubutan, Kecamatan Pabean Cantikan, Kecamatan
Krembangan, dan Kecamatan Semampir. Wilayah Kelurahan yang
dilalui oleh Kalimas sebanyak 15 Kelurahan, yang meliputi
Kelurahan

Ngagel,

Kelurahan

Darmo,

Kelurahan

Keputran,

Kelurahan Gubeng, Kelurahan Pacarkeling, Kelurahan Genteng,


Kelurahan Embong Kaliasin, Kelurahan Ketabang, Kelurahan Alonalon Contong, Kelurahan Bongkaran, Kelurahan Krembangan
Utara, Kelurahan Nyamplungan, Kelurahan Perak Utara, Kelurahan
Krembangan Selatan dan Kelurahan Ujung.
Sungai Kalimas mengalir ke arah utara Kota Surabaya dari Pintu
Air Ngagel sampai kawasan Tanjung Perak memiliki bentuk sungai
yang meliuk dan sebagian melurus, khususnya di bagian utara.
Lebar penampang permukaan sungai bervariasi antara 20 - 35
meter. Bagian terlebar terdapat di Kelurahan Ngagel dengan lebar
sungai sekitar 35 meter yaitu di dekat pintu air. Di daerah ini
banyak dimanfaatkan oleh warga sekitar sungai untuk mandi dan
cuci (aktivitas MCK). Untuk lebar sungai tersempit terdapat di
Kelurahan Bongkaran yaitu di dekat Jalan Karet dan Jalan Coklat

BAB 1 -

kondisi air termasuk paling bersih sehingga di sini air sungai

dengan lebar sekitar 20 meter.


Kedalaman Sungai Kalimas menurut data di Perum Jasa Tirta
adalah antara 1 sampai 3 meter. Sedangkan kedalaman air antara
1 sampai 2 meter pada saat air laut pasang. Kedalaman sungai
yang paling dalam berada pada kawasan Monkasel sampai
kawasan Genteng.
Secara relatif, ketersediaan ruang terbuka hijau di sekitar Sungai
Kalimas tidak Iuas. Lokasi yang efektif berupa Ruang Terbuka
Hijau adalah di Kawasan Ngagel (Taman Wisata dan sebagian
sempadan Sungai) dan di Taman Prestasi di Kawasan Genteng.
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

24

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Beberapa

keadaan

lingkungan

yang

dapat

menggambarkan

kondisi (kualitas) lingkungan di kawasan Sungai Kalimas, adalah


sebagai berikut :
a.
Kualitas Air Sungai
Menurut hasil penetitian Laboratorium Perum Jasa Tirta,
Kualitas air Sungai Kalimas tidak mencapai tingkat C.
Dibandingkan dengan kualitas air sungai yang berada di alur
Sungai Brantas lainnya (di luar kota Surabaya), kualitas air di
Sungai Kalimas termasuk yang paling buruk. Kondisi tersebut
tidak terlepas dari kontribusi sampah dan Iimbah yang
dibuang ke Sungai Kalimas. Beberapa sumber buangan
tersebut adalah, kegiatan rumah tangga, pasar, saluran
drainase (buangan dari rumah sakit, hotel, dli) dan kegiatan
b.

non rumah tangga disekitar Sungai Kalimas.


Keberadaan Air Asin
Pertemuan antara air sungai (tawar) dengan air taut (asin) di
Sungai Kalimas, sebenarnya berada di Kawasan Kayoon
(terdapat pintu air). Namun karena daya dorong air tawar
terhadap

air

taut

di

kawasan

tersebut

menyebabkan

terjadinya kondisi seperti berikut : air Sungai Kalimas yang


tawar dapat dirasakan mulai Ujung selatan (kawasan Ngagel)
sampai kawasan Monkasel. Air Sungai yang mulai terasa asin
berada di alur antara Monkasel sampai Peneleh. Air Payau
Merah atau Jembatan Petekan. Sedangkan air sungai yang
benar-benar berupa air laut (asin) berada di kawasan mulai
c.

Jembatan Petekan hingga ke laut.


Endapan atau Lumpur di Sungai
Secara umum pada semua area atau alur Sungai Kalimas

BAB 1 -

terdapat mulai kawasan Peneleh sampai kawasan Jembatan

terdapat lumpur. Endapan atau Iumpur yang berada di


Sungai Kalimas rata-rata memiliki kedalaman sekitar 1 meter.
Sumber lumpur tersebut selain karena karakter fisik Sungai
Kalimas, juga berasal dari Sungai Surabaya dan Saluran
d.

Drainase kota ( Iewat saluran Darmo dan Saluran Dinoyo).


Lingkungan kumuh
Beberapa kawasan di sekitar atau di tepian Sungai Kalimas,
yang

kondisinya

kumuh

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

adalah

di

kawasan

Dinoyo,

25

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Gemblongan, sekitar Akhmad Jais, dan di kawasan utara.


Kekumuhan tersebut di samping berupa fisik bangunan
rumah yang tidak permanen (seadanya), ukuran bangunan
yang kecil, kepadatan bangunan yang tinggi, juga bangunan
tersebut dibangun di atas badan air dengan buangan rumah
tangga yang langsung ke badan air.
Fungsi utama Sungai Kalimas pada saat ini adalah sebagai
tempat pembuangan air dari saluran drainase yang ada di
wilayah kota Surabaya, terutama yang berada di bagian
tengah. Penggunaan air sungai sebagai sumber air baku
relatif tidak besar, yaitu oleh kegiatan industri di kawasan
Ngagel (IGLAS) dan untuk kegiatan di Kawasan Perak
(Pelindo).
2.

Sungai Surabaya
Sungai Surabaya sebagai salah satu dari tiga sungai yang
mengalir di Kota Surabaya merupakan sumber daya alam dengan
potensi air tawar cukup besar. Saat ini, Sungai Surabaya mulai
memperlihatkan

indikasi

adanya

tekanan

yang

berlebihan

terhadap ekosistemnya. Tentu saja akibat pemanfaatan yang tidak


mengedepankan konsep keberlanjutan. Bantaran Sungai Surabaya
juga

telah

beralih

ke

sejumlah

fungsi

lahan.

Mulai

dari

besar.
Sungai Surabaya yang mengalir dari DAM Mlirip Mojokerto sampai
DAM Jagir Surabaya, sepanjang 41 km, berperan panting bagi

BAB 1 -

permukiman padat, sampai ratusan industri berskala kecil sampai

kehidupan masyarakat, khususnya yang tinggal di Kota Surabaya.


Ini disebabkan air Sungai Surabaya merupakan pasokan utama
sumber air baku PDAM yang melayani Iebih dari tiga juta
penduduk Surabaya. Tidak hanya itu, Sungai Surabaya juga
memberikan peranan panting bagi masyarakat yang tinggal di
bantarannya, termasuk masyarakat industri yang memanfaatkan
air

sungai

produksinya.

sebagai

salah

satu

komponen

Saat tekanan terhadap

Sungai

dalam

proses

Surabaya

oleh

keberadaan berbagai Iimbah kegiatan yang ada di bantaran dan


hulunya makin meningkat, maka dapat dipastikan kesehatan
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

26

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

masyarakat

Surabaya

sebagai

pengkonsumsinya

pun

akan

terancam.
Disinyalir saat ini, terdapat Iebih dari 250 industri pada DAS
Brantas, yang salah satu subnya adalah Sungai Surabaya.
Besarnya jumlah industri ini, mengilustrasikan betapa besar
tekanan terhadap Sungai Surabaya. Sementara itu, tidak banyak
industri yang dilengkapi fasilitas pengolah Iimbah memadai,
sehingga

memanfaatkan

Sungai

Surabaya

sebagai

tempat

membuang Iimbahnya.
3.

Sungai Wonokromo
Sungai Wonokromo merupakan salah satu anak Sungai Brantas
yang mengalir di Kota Surabaya, terletak di sepanjang JI. Jagir
Wonokromo. Jaman dahulu, konon Sungai Wonokromo berair
jernih, sehingga banyak juga dimanfaatkan masyarakat untuk
MCK, atau sekedar berenang. Namun sayang, akibat pencemaran
air Sungai Wonokromo berwarna keruh, dan saat ini Pemerintah
Kota Surabaya telah memulai membersihkan Sungai Wonokromo.
Di sungai ini juga terdapat Pintu Air peninggalan Penjajah Belanda
yang saat ini masih dipergunakan untuk pengaturan debit air
Sungai Wonokromo. Letak pintu air tersebut tepat di sebelah
Stasiun Kereta Api Wonokromo dan PDAM Surabaya. Air dari
Wonokromo

juga

diolah

menjadi

Air

PDAM

dan

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga


Surabaya.

BAB 1 -

Sungai

2.10. Klimatologi
Kondisi klimatologi Kota Surabaya secara makro memiliki kesamaan
dengan beberapa wilayah lain di Indonesia yang berada di bagian
selatan garis katulistiwa. Iklim di wilayah ini dipengaruhi oleh
perbedaan yang signifikan antara musim hujan dan kemarau. Musim
hujan berlangsung antara bulan November sampai April dan musim
kemarau berlangsung antara bulan Mei dan Oktober. Bulan November
sampai Februari, musim angin dari utara menjadi sebab naiknya curah
hujan tinggi selama musim hujan. Angin pasat dari arah tenggara

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

27

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

membawa udara yang lebih dingin dari Australia selama musim


kemarau.
Data klimatologi di Kota Surabaya diperoleh dari 3 sumber Stasiun
Meteorologi dan Geofisika, dengan kepentingan yang berbeda yaitu
(lihat Tabel 2.6) :
1.

Stasiun Perak I di Jl. Tanjung Sadari difungsikan untuk mengetahui

2.

pengaruh cuaca di daratan Surabaya Utara;


Stasiun Perak II di Jl. Kalimas Baru difungsikan untuk mengetahui

3.

cuaca laut untuk kepentingan dunia pelayaran;


Stasiun Juanda yang memberikan informasi keadaan cuaca di
daratan Surabaya Tenggara, khususnya untuk kepentingan dunia
penerbangan.
Tabel 2.6.
Kondisi Klimatologi Kota Surabaya
STASIUN
Perak I

Perak II

1. Kelembaban
(%)

Rata-rata : 44% 96%.


Maks. : 99%
(Januari)
Min. : 31%
(Oktober)

Rata-rata : 54% 86%.


Maks. : 90%
(Pebruari-April,
dan Desember)
Min. : 43%
(September)

2. Tekanan
Udara (Mbs)

Rata-rata : 930,4
1014,1
Maks. : 1015,2
(September)
Min. : 1002,5
(Desember)

Rata-rata : 1007,9
1011,7
Maks. : 1013,2
(Agusuts)
Min. : 1006,1
(Desember)

3. Temperatur
(C)

Rata-rata : 22,7
34,9.
Maks. : 36,8
(Nopember)
Min. : 20,2 (Juli)

Rata-rata : 25,3
33,6.
Maks. : 35,1
(Nopember)
Min. : 23,8
(Agustus)

4. Penyinaran
Matahari (%)

Rata-rata : 76%
Maks. : 95%
(September)
Min. : 46% (Maret)

Rata-rata : 74%
Maks. : 95%
(Agustus)
Min. : 41%
(Desember)

Rata-rata : 114
Maks. : 341
(Desember)

Rata-rata : 152
Maks. : 315,1
(Pebruari)

5. Curah Hujan
(mm)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

Juanda
Rata-rata :
44% - 97%.
Maks. : 97%
(PebruariApril, Juli, dan
Desember)
Min. : 23%
(Nopember)
Rata-rata :
1007,9
1012,6
Maks. :
1032,2
(Agusuts)
Min. : 1005
(Desember)
Rata-rata :
22,2 34.
Maks. : 35,3
(Oktober Nopember)
Min. : 19,8
(Agustus)
Rata-rata :
69,5%
Maks. :
96,8%
(Agustus)
Min. : 4,3%
(April)
Rata-rata :
126,3
Maks. : 517,4

BAB 1 -

JENIS

28

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

(Pebruari)
Min. : 0
(Agustus September)
Rata-rata :
9,2
Maks. : 25
(Maret)
Min. : 0
(Agustus September)

Min. : 0
(September)

Min. : 0
(September)

Rata-rata : 12
Maks. : 26
(Desember)
Min. : 0
(September)

Rata-rata : 13
Maks. : 27
(Desember)
Min. : 0
(September)

Arah

Barat daya (JanuariMaret) ke Timur (AprilDesember)

Timur laut kecuali


pada bulan April
arahnya ke Utara

Timur kecuali
pada bulan
Pebruari dan
desember ke
arah Barat.

Kecepata
n RataRata
(Knot)

Rata-rata : 6
Maks. : 7 (Juli Agustus)
Min. : 4 (April &
Desember)

Rata-rata : 3
Maks. : 4 (Juli Oktober)
Min. : 2 (Pebruari,
April, Nopember
& Desember)

Rata-rata : 6
Maks. : 7 (Juli
- Agustus)
Min. : 4 (April
& Desember)

6. Hari Hujan
(hari)

7. Angin :

Rata-rata : 148,1
Maks. : 201,6
(Oktober)
Min. : 110,9
(Pebruari)

8. Penguapan
Panci
Terbuka

Sumber : Surabaya Dalam Angka Tahun 2008, BPS.

2.11. Kawasan Budidaya


Kawasan Budidaya berdasarkan konsepsi Undang-Undang Nomor 26
tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu wilayah yang ditetapkan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan, Yang termasuk dalam kawasan budi daya adalah kawasan
peruntukan
kawasan
kawasan

hutan

produksi,

peruntukan

pertanian,

peruntukan

permukiman,

kawasan

kawasan

peruntukan

kawasan

pertambangan,
peruntukan

industri,

hutan

peruntukan
kawasan
kawasan

rakyat,

BAB 1 -

dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan

perikanan,
peruntukan
peruntukan

pariwisata, kawasan tempat beribadah, kawasan pendidikan, dan


kawasan pertahanan keamanan. Pola ruang eksisting pada Kawasan
Budidaya yang ada di Kota Surabaya dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.

Kawasan Pertanian
Kawasan Pertanian yang terdiri dari bidang pertanian tanaman
pangan, dan tersebar di wilayah Surabaya Barat, seperti di
Kecamatan Lakarsantri, Pakal, Sambikerep, dan beberapa wilayah

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

29

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

di

Surabaya

Timur,

seperti

di

Kecamatan

Gununganyar,

Tambaksari, Rungkut, serta di beberapa wilayah lainnya, kecuali di


wilayah

Surabaya

Pusat

yang

sudah

tidak

ada

kawasan

pertaniannya.

2.

Kawasan Perikanan
Kawasan Perikanan di wilayah Kota Surabaya terbagi dalam 2
kategori

yaitu

Perikanan

Darat

(perikanan

budidaya)

dan

Perikanan Tangkap (laut). Wilayah yang menjadi basis kawasan


perikanan di Kota Surabaya ini sebagian besar berada di wilayah
Surabaya Utara, Timur dan Barat, meliputi Kecamatan Mulyorejo,
Sukolilo, Bulak, Kenjeran, Krembangan dan Asemrowo.
3.

Kawasan Penggaraman
Kebijaksanaan yang ditetapkan untuk kawasan penggaraman
adalah mengalihfungsikan ke penggunaan lahan fungsi yang
lainnya terutama untuk kawasan Pelabuhan. Kawasan tersebut
berada di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Benowo, Asemrowo, dan
Tandes. Perkembangan fisiknya makin lama makin menyusut.
Perkembangan kawasan industri yang pesat di sekitar wilayah
fungsi menjadi kawasan industri.

4.

Kawasan Perindustrian
Kawasan Perindustrian untuk Kota Surabaya terdiri dari 2 (dua)
kategori yaitu :
1.

BAB 1 -

tersebut menjadikan kawasan penggaraman banyak yang beralih

Kawasan Industri, yang terdiri dari Industrial Estate dan


Komplek Industri. Kawasan ini tersebar di beberapa wilayah
yaitu :
a. Surabaya Utara yaitu kawasan industri strategis berupa
industri perkapalan (PT. PAL) yang terletak di Kawasan
Pelabuhan;
b. Surabaya Timur, di PT. SIER (Kecamatan Rungkut,
c.

Tenggilis Mejoyo, dan Gununganyar);


Surabaya Selatan, di kompleks industri Warugunung
Kecamatan Karangpilang;

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

30

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

d. Surabaya
2.

Barat,

seperti

di

kompleks

industri

Margomulyo (Kecamatan Tandes);


Industri Non Kawasan, kawasan ini merupakan kegiatan
Industri Individu dan Sentra-sentra Industri, berupa industri
kecil yang dapat dikembangkan di wilayah permukiman dan
sentra-sentra industri pinggiran kota yang meliputi industri
pangan dan sandang, mebel kayu, rotan, barang-barang
elektronika serta barang yang mempunyai nilai seni;
Kawasan industri ini terhampar di sekitar 1.915,90 Ha di Kota
Surabaya, dan terkonsentrasi di wilayah Surabaya Barat

5.

(68,47%), khususnya di Kecamatan Asemrowo dan Benowo.


Kawasan Perumahan
Kawasan Perumahan adalah kawasan yang pemanfaatannya
untuk perumahan dan berfungsi
dilengkapi

dengan

sarana

sebagai

dan

tempat tinggal yang

prasarana

lingkungan.

Jenis

perumahan yang terdapat di Kota Surabaya dapat diklasifikasikan


menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :
1.

Perumahan Formal yaitu jenis perumahan yang didirikan oleh

2.

pengembang dan/atau pemerintah;


Perumahan Informal adalah perumahan yang dibangun
dengan swadaya masyarakat seperti rumah perkampungan;

Kawasan perumahan ini terhampar di sekitar 13.185,14 Ha di


seluruh

wilayah

Kota

Surabaya

(lihat

Tabel

2.7),

dengan

khususnya di Kecamatan Mulyorejo (806,01 Ha).


6.

Kawasan Perdagangan
Kawasan Perdagangan di Kota Surabaya memiliki karakteristik

BAB 1 -

konsentrasi utamanya terdapat di wilayah Surabaya Timur,

antara lain :
1.

Perdagangan dengan skala pelayanan regional dan kota yang


lebih dikenal dengan Central Bussiness District (CBD), antara
lain berada di Kembang Jepun, Pabean Cantikan, Kapasan,
Slompretan, Bubutan, Tegalsari dan Genteng. Pusat kegiatan
perdagangan

grosir

dengan

tingkat

pelayanan

regional

terletak di Kembang Jepun, Pabean Cantikan, Kapasan dan


Slompretan yang dapat disebut sebagai Old CBD karena
kawasan

tersebut

secara

historis

memiliki

fungsi

dan

kegiatan yang sama. Sedangkan kegiatan perdagangan di


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

31

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Bubutan, Genteng, Tegalsari yang merupakan perluasan Old


CBD yang akan diarahkan untuk pengembangan skala
pelayanan kota dan kegiatan campuran (Mixed Use). Jenis
perdagangan yang akan dikembangkan pada kawasan ini
adalah kegiatan perdagangan yang sifatnya campuran antara
2.

perdagangan grosir dan campuran;


Kawasan perdagangan baru yang juga termasuk sebagai
Central Bussiness District (CBD) dengan skala kota, seperti di
kawasan Mayjen Sungkono, kawasan segi delapan Darmo,
kawasan Kaliasin, kawasan Kertajaya, kawasan Wonokromo,

3.

kawasan Kutisari, dan kawasan Mulyorejo;


Pusat-pusat perdagangan yang spesifik

dan

bersifat

tradisional yang menjadi ciri khas Kota Surabaya, di


antaranya

pasar

Pabean,

pasar

Blauran

dan

kawasan

perdagangan onderdil kendaraan bermotor di Kedungdoro.


Kawasan
7.

diharapkan

agar

tetap

dipertahankan

karena

memiliki karakteristik khusus tersebut;


Kawasan Jasa
Kawasan Jasa pada prinsipnya merupakan pendukung kegiatankegiatan fungsi yang lainnya, terutama dengan kegiatan fungsi
perdagangan sehingga sangat sulit membedakan kegiatan jasa
dengan kegiatan perdagangan. Kawasan jasa utama, seperti
wilayah Barat maupun Timur. Kawasan jasa utama perkantoran
tersebut juga terdapat di jalan-jalan utama kota seperti misalnya
di sepanjang Jl. Diponegoro, Jl. Darmo, Jl. Urip Sumoharjo, Jl.

BAB 1 -

perkantoran, di CBD, di Sub City Center (SCC) baik yang ada di

Basuki Rahmat, Jl. Pemuda, Jl.Panglima Sudirman. Sedangkan


untuk kegiatan jasa lainnya menyebar di pusat-pusat unit
pelayanan kota (pusat unit distrik dan pusat unit lingkungan).
8.

Kawasan Fasilitas Umum (Fasum)


Kawasan Fasilitas Umum merupakan kawasan yang berfungsi
untuk menunjang aktivitas masyarakat dalam kegiatan seharihari, seperti beribadah, sekolah, pelayanan kesehatan, olah raga,
dan sebagainya. Beberapa fasilitas yang termasuk dalam kategori
fasilitas umum (fasum) di Kota Surabaya ini terdiri dari :

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

32

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

1.

Fasilitas Kesehatan, untuk skala lingkungan antara lain


berupa rumah bersalin, apotek, tempat praktek dokter, klinik
dan bidan. Selain itu, juga terdapat fasilitas kesehatan yang
memiliki tingkat pelayanan regional sampai nasional, seperti
Rumah Sakit Haji, Rumah Sakit Husada Utama, Rumah Sakit

2.

Dr.Sutomo dan lain-lain.


Fasilitas Pendidikan,

merupakan

pemanfaatan

ruang

untuk kebutuhan pelayanan pendidikan masyarakat disegala


usia, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai
dengan Perguruan Tinggi dan Akademi. Kondisi fasilitas
pendidikan di Kota Surabaya ini memungkinkan untuk tingkat
pelayanan skala lingkungan sampai dengan nasional, seperti
keberadaan Perguruan Tinggi Negeri Univeristas Airlangga,
Institut

Teknologi

Sepuluh

Nopember

(ITS)

Surabaya,

Universitas Negeri Surabaya dan beberapa Perguruan Tinggi

BAB 1 -

Swasta terkemuka lainnya (Tabel 2.8).

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

33

BAB 1 -

Tabel 2.7.
Pola Ruang Daratan Kota Surabaya Tahun 2009

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

3.

Fasilitas Perkantoran, yang pada umumnya diutamakan


untuk pelayanan administrasi pemerintahan. Kota Surabaya

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

34

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

yang

juga

penyediaan

berfungsi
fasilitas

sebagai

ibukota

perkantoran

provinsi

maka

hanya

untuk

bukan

kebutuhan skala kota saja melainkan untuk kebutuhan skala


regional, yang konsentrasinya sebagai berikut :
a. Skala Kota, terkonsentrasi di Kawasan Pemerintah Kota
Surabaya di Jl. Jimerto;
b. Skala Regional, terpusat di dua kawasan yaitu di
kompleks Kantor Gubernur Jawa Timur di Jl. Pahlawan
dan

Kantor

Dinas

Provinsi

dan

Kantor

Wilayah

(Perwakilan Pusat) di Jl. Gayung Kebonsari dan Jl. Ahmad


4.

Yani;
Fasilitas Peribadatan, berupa masjid, mushola/langgar,
gereja, vihara, klenteng, dengan skala pelayanan tingkat kota
sampai dengan lingkungan yang penyebarannya tersebar di
sekitar kawasan permukiman;

Tabel 2.8.
Perkembangan Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Surabaya

STATUS

1
.
2
.

3
.

4
.

5
.

Nege
ri

Swas
ta

Taman Kanak - Kanak (TK)


Sekolah Dasar (SD) :

JUMLA
H
1.250

687

512

1.250

685

379

1.064

133

135

43

381

424

39

354

393

27

31

31

185

216

30

182

212

Perguruan Tinggi :

29

34

a
.

25

28

a
Sekolah Dasar (SD)
.
b
Madarasah Ibtidaiyah (MI)
.
Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) :
a
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
.
b
Madarasah Tsanawiyah (MTs)
.
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) :
a
Sekolah Menengah Atas (SMA)
.
b
Madarasah Aliyah (MA)
.

Universitas

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

BAB 1 -

JENIS / TINGKAT PENDIDIKAN

35

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

b
.
c
.
d
.
e
.

Institut

Sekolah Tinggi

31

31

Akademi

11

11

Politeknik

Sumber : Surabaya Dalam Angka Tahun 2008, BPS.

5.

Fasilitas Peribadatan, berupa masjid, mushola/langgar,


gereja, vihara, klenteng, dengan skala pelayanan tingkat kota
sampai dengan lingkungan yang penyebarannya tersebar di

6.

sekitar kawasan permukiman;


Bangunan Umum, berupa gedung pertemuan, gedung
serba guna, gedung kesenian, gedung pertunjukan, pos
keamanan, pos pemadam kebakaran dan lainnya, dengan
skala pelayanan tingkat kota sampai dengan lingkungan yang

7.

penyebarannya tersebar di sekitar kawasan permukiman;


Fasilitas Olah Raga, meliputi fasilitas olah raga ruang
tertutup

(berupa

GOR)

dan

ruang

terbuka/out

door

(lapangan) yang di antaranya digunakan untuk jenis olah


raga bola volley, tenis lapangan, bulu tangkis, renang,
basket, sepak bola dan lainnya. Skala pelayanannya dari
tingkat kota sampai dengan lingkungan yang penyebarannya

9.

Kawasan Khusus
Kawasan Khusus kawasan ini memiliki fungsinya yang khusus dan

BAB 1 -

tersebar di sekitar kawasan permukiman.

mempunyai arti penting pada suatu wilayah tertentu. Keberadaan


kawasan ini di Kota Surabaya antara lain berupa :
1.

Kawasan

Militer,

yang

keberadaan

dikaitkan

dengan

kepentingan militer (TNI), seperti di Pangkalan Armatim TNI


AL di Ujung - Tanjung Perak Surabaya, berikut pengembangan
kawasan pelabuhan Tanjung Perak dan Industri PT. PAL.
Disamping
2.

itu

juga

terdapat

kawasan

di

Kecamatan

Karangpilang;
Kawasan Pelabuhan, yaitu di pelabuhan Tanjung Perak.
Kawasan ini termasuk sebagai kawasan khusus karena

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

36

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

besarnya peran dan fungsi Pelabuhan Tanjung Perak sebagai


pintu gerbang arus keluar masuknya barang dan orang dari
dan ke Surabaya dengan daerah lain dalam skala Regional,
3.

Nasional dan Internasional;


Kawasan Industri Strategis, yaitu di sekitar PT.PAL (Ujung
- Tanjung Perak) yang merupakan industri galangan kapal di
Surabaya. Keberadaannya dianggap penting karena sangat
berperan dalam mendukung fungsi kegiatan Maritim.

2.12. Kawasan Lindung


Konsepsi Kawasan Lindung, sebagaimana tertuang dalam UndangUndang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu :
1.

Kawasan yang memberikan pelindungan kawasan bawahannya,


antara lain, kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan

2.

kawasan resapan air;


Kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai,
sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan

3.

sekitar mata air;


Kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain, kawasan
suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya,
kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan
raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka margasatwa, serta
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
Kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan
letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan
rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan

5.

kawasan rawan banjir; dan


Kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer,

BAB 1 -

4.

kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian


satwa, dan terumbu karang.
Kawasan lindung di Kota Surabaya meliputi Ruang Terbuka Hijau (RTH)
sesuai dengan ketentuan dan arahan dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan (RTHKP), antara lain berupa : Ruang terbuka hijau
yang berupa taman kota diantaranya adalah taman Tugu Pahlawan,
Taman Surya, Taman Bungkul, Taman Mayangkara, taman di bunderan
jalan tol dan lain-lain, sedangkan yang berupa taman lingkungan
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

37

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

diantaranya adalah Taman Barunawati, taman/kebun bibit Bratang,


taman-taman di lingkungan perumahan real estate, dilingkungan
perkampungan dan lain-lain;
1.

Ruang terbuka hijau yang berupa lapangan olahraga diantaranya


adalah lapangan Hayam Wuruk, lapangan Brawijaya, lapangan
Bogowonto, lapangan hoki Darmawangsa, lapangan Tambaksari,

2.

Lapangan Flores, Lapangan Golf dan lain-lain.


Ruang terbuka hijau dalam wujud kawasan pemakaman, terdiri
dari pemakaman umum dan Taman Makam Pahlawan. Taman
Makam Pahlawan (TMP) di Surabaya luas totalnya sekitar 21,80 Ha
dan tersebar pada 3 lokasi (Jl. Mayjen Sungkono, Kusuma Bangsa
dan Ngagel).

Agar lebih jelasnya pada ruang daratan Kota Surabaya dapat dilihat

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

BAB 1 -

Tabel 2.10.
Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya Tahun 2008

pada Tabel 2.9 dan Gambar 2.6.

38

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

BAB 1 -

Gambar 2.6.
Pola Ruang Wilayah Kota Surabaya Tahun 2009

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

39

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

2.13. PROFIL EKONOMI


2.13.1.

Struktur Ekonomi

Salah satu indikator perkembangan kondisi struktur perekonomian


suatu wilayah, yaitu PDRB, APBD, PAD, dan Pertumbuhan Ekonomi
wilayah tersebut. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
A.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
cerminan dari tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah.
Semakin besar PDRB suatu wilayah maka semakin tinggi tingkat
kemajuan pembangunan di wilayah tersebut. Dengan kata lain,
indikator PDRB ini merupakan refleksi dari daya beli penduduk
suatu kota.
Indikator PDRB tersebut merupakan penilaian semua produk
barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan harga-harga pada
suatu acuan waktu tertentu, misalnya harga tahun tertentu dan
harga pasar pada saat itu. Jika berdasarkan harga pasar, maka
disebut

PDRB

atas

dasar

harga

berlaku,

sedangkan

jika

berdasarkan harga tahun tertentu maka disebut PDRB atas dasar


harga konstan.
PDRB atas harga berlaku penilaiannya dilakukan terhadap biaya
antara yang digunakan. Pada umumnya, PDRB atas harga berlaku
perubahan struktur ekonomi suatu wilayah. Sedangkan, PDRB
atas dasar harga konstan mencerminkan perubahan riil tanpa
dipengaruhi perubahan harga. Hal ini digunakan untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Gambaran tentang kondisi

BAB 1 -

digunakan untuk mengukur besaran pendapatan per kapita dan

dan laju perkembangan PDRB di Kota Surabaya dapat dilihat pada


Tabel 2.10. dan Gambar 2.7.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa PDRB atas dasar harga belaku
(ADHB) Kota Surabaya Tahun 2007 mengalami peningkatan
sebesar 11,91% dari tahun 2006, sedangkan untuk PDRB atas
dasar harga konstan 2000 (ADHK) mengalami peningkatan
sebesar 5,93%. Pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran memberikan kontribusi
yang dominan dibanding sektor lainnya. Di samping itu, sektor
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

40

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Industri dan Pengolahan, serta Pengangkutan dan Komunikasi juga


ikut memberi kontribusi yang cukup besar bagi PDRB kota
Surabaya.

Tabel 2.11.
Perkembangan PDRB Kota Surabaya Tahun 2006 - 2008

BAB 1 -

Gambar 2.7.
Grafik Perkembangan PDRB Kota Surabaya Tahun 2006 - 2008

Sumber : Surabaya Dalam Angka Tahun 2009,


BPS.
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

41

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Selain daripada itu, pendapatan perkapita

suatu daerah

dapat

ditunjukkan dari besarnya PDRB setelah dibagi dengan jumlah


penduduk suatu wilayah pada tahun tertentu. Besar kecilnya nilai
pendapatan perkapita

akan menunjukan kemakmuran suatu

daerah. Artinya semakin besar pendapatan perkapita menunjukan


semakin makmur atau sejahtera masyarakatnya.
Pada umumnya indikator pendapatan regional per kapita dapat
disajikan atas dasar harga berlaku, dengan konsekuensi bahwa
data tersebut masih mengandung faktor inflasi atau PDRB atas
dasar harga Konstan dengan menentukan tahun dasar/indeks
perhitungan yang dalam kondisi yang paling dianggap normal.
Pendapatan regional per kapita penduduk Kota Surabaya dapat
dilihat pada Tabel 2.11. berikut ini :

BAB 1 -

Tabel 2.11.
Agregat PDRB Kota Surabaya Tahun 2006 - 2008

B.

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)


Perkembangan APBD suatu daerah mencerminkan
sejauhmana
mengalokasikan

kemampuan
biaya

Pemerintah
pembangunan

Daerah
wilayah

sampai
dalam
tersebut

berdasarkan pendapatan yang diterima. Alokasi pembiayaan


program pembangunan Kota Surabaya selama tahun 2007 dan
2008 mengalami peningkatan sebesar 34,40%, dari 5,6 trilyun
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

42

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

pada tahun 2007 menjadi 7,5 trilyun di tahun 2008. Namun, tidak
semua anggaran tersebut dapat terealisasi secara sempurna.
Pada tahun 2007, realisasinya hanya sekitar 27,75%, sedangkan
tahun 2008 sekitar 26,78% (lihat Tabel 2.12, Tabel 2.13 dan
Gambar 2.8).

BAB 1 -

Tabel 2.12.
Rekapitulasi Realisasi APBD Program Pembangunan Kota Surabaya
Tahun 2007 - 2008

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

43

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

BAB 1 -

Tabel 2.13.
Detail Realisasi APBD Program Pembangunan kota Surabaya Tahun 20072008

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

44

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Gambar 2.8.
Grafik Rekapitulasi Realisasi APBD Program Pembangunan Kota Surabaya
Tahun 2007 - 2008

Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan


Keuangan, 2008.

C.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi


yang menentukan terhadap perkembangan masing-masing sektor
produksi di masa depan. Perkembangan level dan pertumbuhan
Kota

Surabaya

dapat

dilihat

pada

kinerja

laju

pertumbuhan PDRB Kota Surabaya, dalam hal ini dapat dilihat


pada Tabel 2.13. diatas.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa Laju Pertumbuhan ekonomi

BAB 1 -

ekonomi

Kota Surabaya tahun 2006-2007 sebesar 6,33%, yang di dominasi


oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang memberi
kontribusi sebesar 41,75 milyar (36,97%) pada tahun 2006 dan
48,75 milyar (38,03%) pada tahun 2007. Disamping itu sektor
Industri dan Pengolahan yang memberi kontribusi sebesar 34,54
milyar (30,59%) pada tahun 2006 dan 38,70 milyar (30,19%) pada
tahun 2007.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya tersebut masih lebih
tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yaitu sebesar
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

45

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

6,10%, bahkan lebih tinggi dari angka pertumbuhan Nasional


(lihat Tabel 2.14).
Tabel 2.14.
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur
dan Nasional
Tahun 2002 - 2008

TAHUN
WILAYAH
1
.
2
.
3
.

2002

2003

2004

2005

2006

2007

SURABAYA

3,99

4,29

6,00

6,33

6,35

6,31

JAWA TIMUR

3,80

4,78

5,83

5,84

5,80

6,11

NASIONAL

4,50

4,78

5,05

5,60

5,48

6,28

200
8
6,2
6
5,9
0
6,1
0

Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan, 2008 .

Kontribusi PDRB Kota Surabaya terhadap PDRB Provinsi Jawa


Timur sebesar 23,48% pada tahun 2006 dan 23,52% pada tahun
2007 (lihat Tabel 2.15). Kontribusi terbesar berasal dari sektor
Bangunan/Kontstruksi (50%), Pengangkutan dan

Komunikasi

(40%), Listrik, Gas & Air Bersih (40%), dan Keuangan,Persewaan


dan Jasa Perusahaan (30%).

BAB 1 -

Tabel 2.15.
Kontribusi PDRB Kota Surabaya Terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur
Tahun 2006 - 2007

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

46

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

2.12.2.

INVESTASI

Peranan penanaman modal atau investasi dalam suatu wilayah sangat


vital, seperti halnya Kota Surabaya ini. Oleh sebab itu, investasi dapat
dikatakan sebagai alat pemicu sekaligus pemacu pertumbuhan ekonomi di
suatu wilayah yang terus membangun. Investasi tersebut ditandai dengan
masuknya perorangan atau lembaga usaha, yang sering disebut sebagai
investor, yang bersedia untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan
di Kota Surabaya ini.
Investasi tersebut dapat berasal dari pihak asing yang disebut dengan
penanaman Modal Asing (PMA) ataupun dari dalam negeri yang disebut
dengan Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN). Perkembangan investasi

yang ada di Kota Surabaya cenderung mengalami peningkatan, khususnya


pada tahun 2008, baik pada sisi jumlah perusahaan yang ada dan khususnya
nilai investasinya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.16.
Tabel 2.16.
Perkembangan Investasi di Kota Surabaya Tahun 2006 - 2008

1
.
2
.

Jumlah
Perusahaan
Nilai Investasi
:
a
.

(Rp. 000)

b
.

($)

PMDN

2006

2007

2008

2006

2007

2008

68

62

92

13

13

15

275.075.5
40

682.144.17
2

234.164.02
4

2.427.822.4
79

2.868.490.1
47

133.543.198

247.034.775

941.386.0
00

Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan, 2008.

2.12.3.

BAB 1 -

PMA

URAIAN

INFLASI

Salah satu faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan


masyarakat dilihat dari laju inflasi yang terjadi pada suatu wilayah
Kabupaten/Kota. Laju inflasi di Kota Surabaya mengalami fluktuasi yang
mengikuti kondisi inflasi nasional. Inflasi di Kota Surabaya yang tertinggi
terjadi pada kelompok Bahan Makanan, dan terkecil terdapat pada kelompok
Pendidikan (lihat Tabel 2.17).
Tabel 2.17.
Laju Inflasi di Kota Surabaya Tahun 2004 - 2008

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

47

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

2.14. PROFIL SOSIAL BUDAYA


2.14.1.

Tingkat Kesejahteraan

Meskipun laju pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya mengalami


pertumbuhan secara signifikan dari tahun ke tahun, namun tidak seiring
dengan tingkat kesejahteraan penduduknya. Hal ini tampak dari fluktuatifnya
jumlah penduduk miskin di kota Surabaya ini. Angka tertinggi terjadi pada
tahun 2008 yaitu sebesar 550.783 jiwa, dan terendah terjadi pada tahun
2006 sebesar 377.832 jiwa (Tabel 2.18.

dan Gambar

2.20). Sedangkan

jumlah keluarga miskin yang menerima BLT di Kota Surabaya pada tahun
2007 sebesar 125.871 KK, dan terbanyak terdapat di Kecamatan Semampir
sedangkan secara kewilayahan terdapat di wilayah Surabaya Utara sebanyak
36.676 KK (29%). Persebaran keluarga miskin yang menerima BLT di Kota
Surabaya pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 2.19. dan Gambar 2.9.,
Gambar 2.10 serta Gambar 2.11.

2005

424.464

2006

377.832

-10,99

-5,81

2007

431.331

14,16

6,61

2008

550.783

27,69

12,16

2009 *)

440.601

-20,00

-11,11

2010 *)

356.710

-19,04

-10,52

Sumber : Bappemas dan KB, 2009.

BAB 1 -

Tabel 2.18.
Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Kota Surabaya Tahun 2005 2008
JUMLAH
PENINGKATAN
TAHUN
(jiwa)
(%)
Laju (%)

Keterangan : * Angka Perkiraan


Gambar 2.9.
Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Kota Surabaya Tahun 2005
- 2008

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

48

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Sumber : Bappemas & KB,


2009.

BAB 1 -

Tabel 2.19.
Jumlah Keluarga Miskin Penerima BLT di Kota Surabaya Tahun 2008

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

49

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

BAB 1 -

Gambar 2.10.
Grafik Persebaran Keluarga Miskin Penerima BLT di Kota Surabaya
Tahun 2008

Gambar 2.11.
Persebaran Keluarga Miskin Penerima BLT di Wilayah Kota Surabaya
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

50

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Tahun 2008

Sumber : Surabaya Dalam Angka Tahun


2008, BPS.

2.14.2.INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)


Gambaran perkembangan kondisi sosial daerah merupakan salah satu
tolok ukur untuk melihat sejauhmana keberhasilan program pembangunan
kesejahteraan sosial yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Salah satu indikator yang dapat menggambarkan kondisi tersebut adalah
Indeks

Pembangunan

Manusia.

Menurut

United

Nations

Development

Program (UNDP), pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses

Dari definisi tersebut, ditegaskan bahwa fokus pembangunan yang


sesungguhnya adalah penduduk atau manusia itu sendiri. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa konsep pembangunan manusia sebagai suatu upaya

BAB 1 -

memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk.

pembangunan kemampuan diri manusia yang mengandung empat unsur,


yaitu produktivitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan.

2.15. KONDISI KESEHATAN LINGKUNGAN


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

51

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Kondisi sanitasi yang tidak baik juga ditandai dengan angka kejadian
penyakit yang terjadi akibat buruknya kondisi sanitasi. Air yang telah
tercemar akan berbahaya bagi kesehatan, utamanya akibat penyakitpenyakit yang bisa ditularkan oleh air tersebut. Secara tradisional terdapat 4
(empat) penggolongan penyakit yang berkaitan dengan air, yaitu sebagai
berikut :
1.

Water Borne Diseases


Adalah penykit yang ditularkan langsung melalui air minum, di
mana air yang diminum mengandung kuman pathogen sehingga
menyebabkan yang bersangkutan menjadi sakit, contohnya olera,

2.

thypus dan disentri


Water Washed Diseases
Merupakan penyakit yang berkaitan dengan kekurangan air
hygiene perorangan, contohnya scabies, infeksi kulit dan selaput

3.

lender, trakoma, lepra.


Water Based Diseases
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit yang
sebagian siklus kehidupannya berhubungan dengan air. Penyakit
yang tergolong disini dan ada di Indonesia

4.

adalah

Schistosomiasis.
Water Related Diseases
Adalah penyakit yang ditularkan oleh vektor penyakit yang
sebagian atau seluruhnya perindukannya berada di air. Penyakit

filariasis dan sebagainya.


Untuk menggambarkan keadaan lingkungan di Kota Surabaya disajikan
indikator-indikator yang merupakan hasil dari upaya sektor kesehatan
terutama kesehatan lingkungan.
1. Rumah Sehat
Jumlah rumah yang ada di Kota Surabaya pada tahun 2007 adalah
sebanyak 582.735 rumah

dan

BAB 1 -

yang tergolong di sini adalah malaria, demam berdarah dengue,

yang diperiksa sanitasinya oleh

petugas kesehatan adalah sejumlah 151.141 rumah (25,94%).


Dari rumah yang diperiksa tersebut yang dinyatakan memenuhi
syarat kesehatan /rumah sehat ada

126.759 (83.87%). Apabila

dibandingkan dengan tahun 2006, jumlah rumah sehat pada


tahun

2007

juga

mengalami

peningkatan

sebesar

3%.

Peningkatan cakupan rumah sehat ini menunjukkan bahwa


kesadaran masyarakat Kota Surabaya untuk menciptakan rumah
sehat sudah cukup tinggi.
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

52

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

2.

Penyediaan Air Minum


Jumlah keluarga Kota Surabaya yang memiliki akses air minum
yang diperiksa pada tahun 2007 sebesar 21.68 % dari 799.336
keluarga yang ada. Akses air minum ini meliputi air ledeng 83.21
%,

sumur

pompa

tangan

1,32

%,

sumur

gali

15,46

%,

penampungan air hujan 0,01 %, kemasan 0 % dan lainnya 0 %.


Jumlah keluarga yang memiliki akses air minum lebih banyak
daripada jumlah keluarga yang diperiksa, hal ini disebabkan
karena banyak keluarga yang memiliki lebih dari satu sumber air
minum.
3.

Misalnya selain memiliki air ledeng, keluarga tersebut

juga memiliki sumur gali atau sumur pompa tangan.


Kepemilikan Sanitasi Dasar
Sarana sanitasi dasar yang dimaksud adalah meliputi persediaan
air bersih, jamban, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah.
Jumlah kepala keluarga yang ada di Kota Surabaya tahun 2007
adalah 799.336 KK dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar
sebagai berikut : dari 177.049 KK yang diperiksa, jumlah keluarga
yang memiliki jamban adalah 128.505 KK (72.58 %), ada
penurunan sebesar 7 % disbanding tahun 2006. Sedangkan KK
yang mempunyai jamban sehat sebesar 99,86 %.
Keluarga yang memiliki tempat sampah adalah 139.591 KK (79,70
Sedangkan KK yang

mempunyai tempat sampah sehat sebesar 99,78 %.

Keluarga

yang memiliki pengelolaan air limbah adalah 123,184 KK (70,34


%) dari 175,135 KK yang diperiksa.

Sedangkan KK yang

mempunyai pengelolaan air limbah sebesar adalah 123.184 KK

BAB 1 -

%) dari 175,135 KK yang diperiksa.

(70,34 %) dari 175,135 KK yang diperiksa. Sedangkan KK yang


mempunyai pengelolaan air limbah sehat sebesar 69,50 %.
Penurunan jumlah keluarga yang memiliki sanitasi dasar pada
tahun 2007 dibanding tahun 2006, akibat makin derasnya arus
urbanisasi di Kota Surabaya sehingga makin banyaknya sarana
sanitasi dasar keluarga yang berfungsi sebagai sarana sanitasi
dasar untuk umum.
4.

Misalnya pada daerah industri, sarana

sanitasi dasar untuk umum atau untuk banyak keluarga (KK).


Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TUPM)
Tempat umum dan tempat pengelolaan makanan yang ada di
Kota Surabaya pada tahun 2007 diketahui sebanyak 5.616

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

53

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

tempat. Jumlah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan


yang dinyatakan sehat sebesar 52,22 % dari 1.140 tempat yang
diperiksa.
Persebaran TUPM yang sehat meliputi hotel sehat sebesar 95,56
%. Jumlah restoran atau rumah makan sehat sebesar 78,30 %,
jumlah pasar sehat di Kota Surabaya sebesar 88,89 %, sedangkan
pada tempat pengelolaan makanan lain yang sehat sebesar 48,65
5.

%.
Institusi Dibina
Beberapa institusi di Kota Surabaya yang mendapat pembinaan
kesehatan lingkungan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota
Surabaya tahun 2007 antara lain : sarana kesehatan sebesar
28,72 % dari 1.048 sarana kesehatan yang ada, sarana kesehatan
sebesar 48,60 % dari 1.526 sarana pendidikan yang ada, sarana
ibadah sebesar sebesar 40,60 % dari 1.601 jumlah sarana ibadah

6.

dan sarana lain sebsar 11,93 % dari sarana yang terdata.


Pemeriksaan Jentik Nyamuk
Jumlah rumah atau bangunan yang ada di Kota Surabaya tahun
2007 sebanyak 582.735 bangunan. Rumah atau bangunan yang
diperiksa sejumlah 170.226 rumah atau bangunan
atau

penurunan

Penurunan

sebesar

jumlah

rumah

3,95

atau

disbanding
bangunan

(29,21 %),

tahun

yang

2006.

diperiksa

disebabkan karena jumlah atau bangunan yang ada di Kota


kesehatan

yang

memeriksa

terbatas.

Sedangkan

hasil

pemeriksaan menunjukkan rumah atau bangunan yang bebas


jentik nyamuk Aedes sebesar 81.20 %.

BAB 1 -

Surabaya makin meningkat jumlahnya sedangkan jumlah tenaga

2.16. VISI DAN MISI KOTA SURABAYA


Visi pembangunan kota Surabaya sampai dengan tahun 2010, adalah
Surabaya Smart and care (Surabaya Cerdas dan Peduli) :
Terwujudnya Kota Surabaya sebagai pusat perdagangan dan jasa yang
cerdas dalam merespon semua peluang dan tuntutan global, didukung
oleh kepedulian tinggi dalam mewujudkan struktur pemerintahan dan
kemasyarakatan

yang

demokratis,

bermartabat

dalam

tatanan

lingkungan yang sehat dan manusiawi.


Untuk mewujudkan visi yang menjadi tujuan akhir bagi segala bentuk
penyelenggaraan pembangunan di Kota Surabaya, maka misi yang
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

54

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

akan dijalankan dan menjadi sasaran bagi segala bentuk kegitan yang
akan dilaksanakan oleh seluruh pelaku pembangunan baik oleh
penyelenggara pemerintahan maupun masyarakat selama lima tahun
ke depan adalah :
1.
Mewujudkan

pemerintahan

yang

demokratis,

berkeadilan,

transparan dan akuntabel didukung dengan struktur birokrasi


yang berintegritas, berkompeten, efisien dan professional.
Adapun tujuan yang akan diwujudkan dari misi ke-1 ini, adalah :

Terwujudnya kepercayaan masyarakat melalui mekanisme

2.

pertanggungjawaban yang konstruktif dan proposional ;


Terwujudnya pelayanan prima serta birokrasi yang bersih dan

berwibawa;
Terwujudnya kenyamanan, ketertiban dan kepatuhan warga

kota (stakeholders);

Terwujudnya kemandirian keuangan daerah


Meningkatkan akselerasi pertumbuhan arus Perdagangan barang
dan jasa dalam skala regional maupun internasional serta
memadukan wilayah Greater Surabaya dalam suatu system tata
ruang

yang

terintegritas

didukung

infrastruktur,

system

transportasi dan system Teknologi informasi yang memadai.


Adapun tujuan yang akan diwujudkan dari misi ke-2 ini, adalah :

Terwujudnya penataan ruang dan pengembangan wilayah


perkotaan Surabaya ( Greater Surabaya ) secara terpadu;
Meningkatkan prasarana dan sarana transportasi yang

mendukung mobilitas barang dan jasa;


Terwujudnya pengembangan system

yang berorientasi global.


Fasilitasi pengembangan koperasi,
menengah

(UMKM),

serta

teknologi

usaha

menciptakan

mikro,

informasi
kecil

keterpaduan

dan

antara

BAB 1 -

3.

pengusaha kecil, menengah dengan pengusaha besar yang di


dukung oleh iklim usaha yang kondusif
Adapun tujuan yang akan diwujudkan dari misi ke 3 ini, adalah :

Meningkatkan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Menengah

4.

( UMKM ) dan Investasi


Meningkatnya perluasan kesempatan kerja dan perlindungan

tenaga kerja
Meningkatnya

ketahanan

pangan

dan

pendapatan

masyarakat
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat
miskin

melalui

fasilitasi

kebutuhan

dasar,

penataan

dan

pembinaan PKL serta usaha informal lainnya;


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

55

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

Adapun tujuan yang akan diwujudkan dari misi ke 4 ini, adalah;

Meningkatnya kualitas kehidupan keluarga miskin

Meningkatnya
pelayanan
penyandang
masalah

5.

kesejahteraan sosial
Terwujudnya penataan dan pembinaan usaha sector informal

secara proporsional dan modern


Mewujudkan penataan lingkungan kota yang bersih sehat, hijau
dan nyaman.
Adapun tujuan yang akan diwujudkan dari misi ke 5 ini, adalah :

Mewujudkan ekosistem kota yang bersih, sehat, hijau,

6.

nyaman dan berkelanjutan bagi warga kota


Meningkatkan kualitas pendidikan berwawasan kebangsaan dan
berkualitas

global

yang

terjangkau

bagi

warga

kota

serta

menyiapkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan


kemajuan zaman.
Adapun tujuan yang akan diwujudkan dari misi ke 6 ini, adalah :

Meningkatnya
kualitas
pendidikan
sesuai
dengan

7.

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


Terwujudnya pemerataan dan perluasan pendidikan bagi

warga kota
Meningkatnya

kualitas

ketrampilan

generasi

muda

dan

prestasi olahraga
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi
tentang lingkungan sehat dan perilaku sehat.
Adapun tujuan yang akan diwujudkan dari misi ke 7 ini, adalah :

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat

Meningkatnya akses pelayanan kesehatan yang terjangkau

8.

masyarakat

Terbangunnya lingkungan sehat dan perilaku sehat


Menggali dan meningkatkan khasanah budaya lokal, kegiatan

BAB 1 -

masyarakat kota serta meningkatkan pemahaman masyarakat

keagamaan, mengembangkan kehidupan kemasyarakatan yang


harmonis, bertoleransi dan berakhlakul karimah.
Adapun tujuan yang akan diwujudkan dari misi ke 8 ini, adalah :

Terwujudnya kelestarian budaya local yang menunjang


kepariwisataanTerwujudnya

kerukunan

antar

masyarakat dan antar umat beragama


Terwujudnya kualitas hidup dan perlindungan

kelompok
terhadap

perempuan dan anak

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

56

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

INSTITUSI DAN ORGANISASI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB 1 -

2.16.1.

Gambar . Bagan Susunan Organisasi Pemerintah Kota


Surabaya Tahun 2010

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

57

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010

2.17. TINJAUAN TATA RUANG KOTA DAN KEBIJAKAN RTRW


Tinjauan tentang tata ruang kota dan kebijakan RTRW mencakup
tinjauan tentang penggunaan lahan, daerah terbangun, distribusi kepadatan
penduduk

dan

kemungkinan

pengembangan

daerah

permukiman.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, maka telah terjadi
perubahan morfologis bentuk pesisir pantai timur akibat sedimentasi. Kondisi
ini secara fisik mengakibatkan penambahan luasan wilayah Kota Surabaya.
Fasilitas komersil seperti perkantoran, perdagangan dan jasa masih
cukup banyak terkonsentrasi di pusat kota meskipun saat ini mulai
berkembang di kawasan pinggiran kota. Daerah industri berpusat di wilayah
timur

kota.

Penyebaran

pusat-pusat

kegiatan

baik

permukiman,

perdagangan, perkantoran dan industri serta rencana pengembangan tata


ruang sangat menentukan adanya perencanaan prasarana dan sarana dalam
pengelolaan

sanitasi

Kota

Surabaya.

Termasuk

dalam

rencana

pengembangan tata ruang adalah pembagian-pembagian wilayah dalam


bentuk Unit-Unit Pengembangan (UP) yang secara jelas telah membagi
arahan pengembangan fungsi ruang, tanah dan lahan di seluruh wilayah
Kecamatan di Kota Surabaya. Hal ini akan menjadi tolok ukur terhadap
persiapan perencanaan pengelolaan sanitasi Kota Surabaya terutama yang
terkait dengan aspek teknis operasional.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya telah ditetapkan pada
tahun 2007.

Sesuai dengan RTRW Surabaya, pertumbuhan penduduk kota

Surabaya dikendalikan sekitar 1% per tahun. Pengendalian pertumbuhan


penduduk diupayakan melalui :
1.
Pengendalian jumlah kelahiran dan arus urbanisasi.
2.
Pemerataan penyebaran penduduk, sesuai daya tampung dan

BAB 1 -

tanggal 12 Januari 2007 sebagai Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3

daya dukung ruang.

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)


Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010

I 58

Anda mungkin juga menyukai