Anda di halaman 1dari 3

Lingkungan Pemukiman Nelayan

Pola dan Tata Letak


Pola

tata

letak

lingkungan

perumahan

nelayan

selama

ini

biasanya

terjadi/terbentuk dengan sendirinya sesuai kondisi alam yang ada, selain itu faktor
manusia ikut pegang perananpenting dalam pembentukan pola tersebut.
Jenis Pola dan Tata Letak
Masyarakat nelayan membangun rumahnya
Biasanya kurang/tidak memperhatikan kondisi alam sekitarnya, yang disadari secara
berangsur akan merusak kelestarian alam. Secara garis besar jenis pola dan tata letak
lingkungan perumahan nelayan daerah pantai, muara sungai dan danau dapat
dibedakan menjadi:
a. Pola mengelompok
b. Di pantai/danau :
Daerah perumahannya tumbuh cenderung mengelompok/memusat pada suatu
area yang relatif strategis (pusat kegiatan). Jika pertumbuhannya tidak terkendali daerah
dekat

pusat

kegiatan

tersebut

menjadi

padat,

maka

akan

terdapat

daerah

slum/kumuh.
Kadang-kadang pemukiman yang tumbuh secara tidak terencana tersebut,
menyebabkan keseimbangan alam terganggu dan terancam kritis.
Pola Pemukiman
Pola pemukiman nelayan umumnya tersebar secara mengelompok sepanjang
tepi sungai/danau. Dekatnya pemukiman mereka dengan sungai/danau karena
pentingnya sungai/danau sebagai tempat mata pencaharian mereka.
Sesuai dengan mata pencahariannya sebagai nelayan dalam hal orientasi
bangunan, dahulunya semua pemukiman nelayan berorientasi ke sungai/danau. Namun
akibat adanya aktivitas baru dimana para nelayan menjual hasil berupa ikan kering dan
telur ikan kepada para pembeli/pengusaha dari Makassar yang melalui jalur transportasi
(jalan), maka beberapa nelayan, terutama penggawa/penadah mulai berganti haluan,
berorientasi ke jalan. Begitupun dengan open space yang mereka butuhkan untuk
mengeringkan ikan pada siang hari dan pada sore hari digunakan sebagai lapangan
bermain. Sehingga tampak kini pola pemikiman dengan kelompok-kelompok rumah
yang berorientasi ke sungai/danau, ke jalan dan ke open space.
Kondisi Pemukiman Nelayan
Pada umumnya rumah nelyan di daerah ini adalah rumah panggung yang
merupakan ciri khas Bugis Makassar dan juga merupakan bentuk asal rumah bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu, baik yang didirikan di darat maupun di atas air. Dalam
konsep tradisional falsafah tata ruang suku Bugis Makassar secara vertikal, kosmos
sebagai dasar pandangan tentang tata ruang makro yang terbagi atas :

a. Bagian atas
b. Bagian tengah
c. Bagian bawah
Sebab itulah sehingga suku Bugis Makassar membangun
rumah mereka dalam bentuk rumah panggung. Begitupula dengan masyarakat nelayan
di daerah ini yang merupakan Suku Bugis. Dalam hal ini yang juga mempengaruhi yaitu
sesuai dengan daerah pemukiman mereka (dekat sungai/danau), maka rumah type
panggung sanagt cocok untuk keamanan mereka bila terjadi banjir dan lain-lain.
a. Bentuk rumah secara umum:
Pada bagian atas rumah berfungsi sebagai pelindung, atap.

Pada bagian tengah digunakan untuk aktivitas sehari-hari seperti makan, tidur, istirahat

dan lain-lain.
Pada bagian bawah rumah digunakan sebagai tempat memelihara ternak, menampung
kotoran, namun sebahagian penduduk telah menggunakan sebagai tempat memperbaiki
perahu, jala, mengolah hasil tangkapan dan tempat istirahat pada siang hari.

b. Secara umum, pola ruang rumah mereka :


Ruang depan adalah ruang tamu dan biasanya disatukan dengan ruang tidur anak laki

laki.
Ruang tengah difungsikan untuk tempat tidur orang tua, ruang tidur anak perempuan,

ruang makan dan ruang istirahat.


Ruang belakang digunakan sebagai ruang untuk masak, mencuci dan WC (hanya
difungsikan untuk membuang air kecil) dan pada umumnya tidak memiliki partisi.
Untuk materialnya, pada umumnya menggunakan unsur-unsur alami dari yang paling
sederhana misalnya : atap rumpia, tiang dari kayu dan dinding gamacca. Kebanyakan
rumah-rumah yang demikian letaknya dekat sungai/danau. Dan rumah yang
menggunakan material : atap seng,tiangnya menggunakan papan, kebanyakan
menempati area yang dekat dengan jalan (berorientasi ke jalan).

a. Ditinjau dari segi organisasi ruang, pada umumnya rumnelayan di daerah ini belum
terlihat fungsi yang jelas antara ruang tidur dan ruang service. Malah ada beberapa
rumah yang tidak memiliki partisi sehingga fungsi rumah dalam memberi suasana privat
terasa kurang.
b. Dari segi kesehatan keadaan rumah mereka juga belum memenuhi Syarat. Pada
umumnya mereka belum mempunyai KM/WC. Yang mereka miliki hanya berupa dapur
dan tempat cuci dan air kotorakibat aktivitas ini dibuang langsung ke bawah rumah,
karena

tidak adanya

saluran

pembuangan

mereka,

mengakibatkan

bawah

rumahmereka terjadi genangan air kotor yang sangat berbahaya bagikesehatan,


terutama penyebaran penyakit menular. Demikian jugahalnya dengan pembuangan

sampah, mereka yang tinggal di tepidanau/sungai membuang sampah langsung ke


danau/sungai,sehingga dapat menyebabkan polusi di sekitar danau/sunagitersebut.
http://anditriplea.blogspot.com/2011/06/pemukiman-nelayan.html

Anda mungkin juga menyukai