Anda di halaman 1dari 4

Prinsip kerja glukometer

Pengaruh olahraga kaitannya dengan regulasi hormon insulin dan glukagon


Peredaran zat-zat gizi dari karbohidrat, lemak, dan protein dalam proses metabolisme
dipengaruhi oleh berbagai hormon, termasuk hormon insulin, glukagon. Insulin
merupakan hormon peptida yang dilepaskan oeh sel beta pada pankreas ketika
konsentrasi glukosa melebihi batas normal (70-110 mg/dL dgn mngurangi kadarnya pada
aliran darah (Martini, 2012) seng sedangkan hormon glukahon disekresikan oleh sel alfa
oleh pulauplau anghrhans pada pankreas dan fungsinya kterbalikan dari kinerja insulin,
glukagon mnstimulasi pelepasan glukosa dan asama lemak dalaam darah. (Hill, ). Dalam
praktikum ini, disiapkan 3 probandus , Probandus pertama melakukan puasa minimal

8 jam sebelum pengambilan darah, sedangkan probandus kedua dan ketiga


makan dalam jumlah yang cukup selama 2 jam sebelum pengukuran kadar
glukosa hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya asupan karbohidrat pada
tubuh probandus. Setelah itu disiapkan glukometer untuk mengukur kadar
glukosa sedangkan strip glukotest dignakan sebagai tempat sampel darah yang
telah diambil untuk kemudian di tes kadar glukosa darah dengan glukometer.
Ujung jari dibersihkan dengan kapas beralkohol dan dibiarkan mengering. Tujuan
penggunaan alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran dan mensterilkan area
penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan. Digunakan jari tengah atau jari manis
pada tangan kiri, hal ini dikarenakan tangan kiri memiliki letak yang sejajar
dengan jantung dan jari tengah atau jari manis lebih mudah untk diambil
darahnya karena memiliki kulit yang tidak terlalu tebal . Dengan menggunakan
glukometer didapatkan haisl tes sebagai berikut:
Ve :67-7
Erlyta : 120-105
Afra : 85-81
pada ve tergolong dalam kondisi glukosa dalam darah normal, hal ini karena menurut
Misnadiarly (2006) kondsi normal orang yang berpuasa memiliki guladara berkisar 60120 m/dl. Begitu pula dengan afra dan erlyta yang masih berada pada ambang normal
yakni kurang dari 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan. (misniadarly, 2006). Ve
memiliki glukosa terendah karena selama puasa kadar glukosa dalam darah menurun
karena tidak ada asupan makanan yang dibutuhkan untuk melakukan suatu energi.
produksi insulin oleh sel beta pankress mengalami penurunan namun pada glukogen
meningkat. (Guyton, 2006). Perubahan hormon2 ini menyebabakan hati menguraikan
glikogen dan membentuk gluksa melalui proses glukoneogenesis ataupun glikogenolisis
sehingga kadar glukosa darah dapt dipertahankan. (Guyton, 200). Sedangkan pada erlyta
dan afra karena asupan masih ddapat pada 2 jam sebelumnya, kandungan gula darah
memiliki nilai yang relatif lebih tinggi dibandingkan ve, hal ini didukung oleh pernyataan
bahwa pada manusia rata-rata absorbsi makanan terjadi setelah 4 jam, sehingga glukosa
dalam darah akan cenderung lebih tinggi karena masih dilakukan tahap pencernaan dan
absorbsi didalamnya (sherwood, ). Dalam kondisi ini, insulin lebih memberikan andil yang
besar dibanding glukagon karena kadar gula yang relatif tinggi, yani dengan melepas
hasil produksi sel beta berupa insulin ke sel beta dan menstimulasi akselerasi

pengambilan glukosa dalam aliran darah (Martini, 2012).

dalam hal ini terjdi pada erlyta dan afra, insulin dilepaskan dan bekerja menurunkan
konsentrasi aliran darah untuk mencapai homeostasis (campbell,) penurunan konsentrasi
glukosa dalam darah terjadi dalam berbagai cra, antara lain sintesis glikogen atau yang
biasa disebut glikogenolisis. Glikogenesis adalah kondisi perubahan glukosa menjadi
glikogen yang umum disimpan di hati dan otot, glikolisis berupa perubahan glukosa
menjadi energi ATP. (sherwood).

pada kondisi setelah beraktivitas gula darah ve justru mengalami kenaikan menjadii
sedangkan terjadi penurunan pada erlyta dan afra masing-masing . hal ini berkaitan
dengan kondsi melimpah tidaknya glukosa dalam darah, ve yang sebelumnya melakukan
puasa, dikatakan sebelumnya kandungan glukosa dalam darah rendah sehingga dlam hal
ini glucagon mengambil alih ketika aktivitas berat dilakukan, glucagon yang di sekresi
oleh alfa sel pada pankreas melepaskan glukosa dan asam lemak kedalam aliran darah
untk kemudian diedarkan keseluruh tubuh sebagai energi sel-sel dalam melakukan
aktivitas (hill) sehingga meskipun telah berpuasa selama 8 jam, glukosa sebagai bahan
bakar sel untuk melakuan aktivitas masih bisa didapatkan akibat stimulasi oleh glukagon
untuk melepas glukosa ke aliran darah sehingga kandungan glukosa dalam aliran darah
jstru meningkat disamping ketidak eksisannya dalam beberapa waktu lebih lama
keberadaan glukosa dapat digantikan oleh bahan lain semisal lemak. Pelepasan glukosa
dalam aliran darah oleh glukagon dapat berjalan dalam berbagai cara, ketika glukaogon
binding ke resepton pada sel target plasma membran, hormon mengaktifkan adenilate
cyclase, menyebabkan kadar cAMP yang bertindak sebagai second messenger
meningkat dan mengaktifkan enzim sitoplasma juga protein kinase A dan menyebabkan
stimulasi pemecahan glikogen menjadi glukosa pada sel otot dan sel hati, molekul
glukosa dilepaskan untuk kemudian di metabolisme menjadi energi pada sel serat otot
atau dilepaskan kepembuluh darah oleh sel hati yang biasa disebut glikogenolisis,
menstimulasi pemecahan trigliserid pada jaringan adiposa menjadi asam lemak untuk
dialirkan ke pembuluh daah yang kemudian dapat dimanfaatkn oleh jaringan lain.
(martini, ) pada saat yang sama, menstimulasi produksi dan pelepasan glukosa oleh hati
dalam proses yg disebut glukonegenesis, sel hati mengabsorbsi asam amino dari aliran
darah, mengubahnya menjadi glukosa, dan melepaskan glukosa ke sirkulasi darah.

(martini). Lebih lengkapnya,

(Guyton, mark)
jika dilanjutkan hingga 30 jam,

faktor utama yang mengatur sekresi glukagon adalah efek langsung


konsentrasi glukosa darah pada pankreas endokrin (17). Ketika glukosa darah

mengalami penurunan maka sel pankreas meningkatkan sekresi glukagon.


Efek hiperglikemik hormon ini cenderung memulihkan konsentrasi glukosa
darah ke tingkat normal. Sebaliknya peningkatan glukosa darah seperti yang
terjadi setelah makan akan menghambat sekresi glukagon yang juga
cenderung memulihkan kadar glukosa ke kadar normal,

sedangkan pada erlyta dan afra, penurunan terjadi lebih banyak pada erlyta
dibandingkan afra karena erlyta melakukan kegiatan dan aktivitas berat pada saat itu
sehingga penggunaan glukosa menjadi energi untuk memnuhi kebutuhan sel (bell, 2001)
lebih banyak dibandingkan dengn afra yang beristirahat dan tidak beraktivitas, sehingga
kandungan glukosa afra mengalami penurunan yang lebih sedikit dibandingkan erlyta.
Dalam hal ini, keduanya selteha makan menstimulasi sekresi insulin dan supresi
glukagon. Hormon insulin mempengaruhi metabolisme seluler secara bertahap yang
dimulai ketika insulin berikatan pada reseptor protein pada plasma membran dari sel
target. Ikatan mengaktivasi reseptor yang berfungsi sebagai kinase, penempelan grup
fosfat ke enzim intraselular, enzim tersebut kemudian memproduksi efek primer dan
sekunder pada sel. Namun, se pada ginjal dan otak, sel sel dilapisan saluran pencernaan,
dan sel darah kekurangan reseptor insulin, sel tersebut dinamakan insulin independent,
karena mereka dapat mengabsorbsi dan memanfaatkan glukosa tanpa rangsangan
insulin. (martini) yang terjadi pada erlyta dengan penurunan yang drastis tersebut
karena glukosa dalam darah yang menurun akibat stimulasi dari insulin dengan
menyalurkan glukosa ke sel sel yang membutuhkan untuk kemudian diubah menjadi
energi. Efek insulin pada sel target meliputi akselerasi pengambilan glukosa, yakni
setelah berbagai proses cascade dan fosorilasi, proten membaa glukosa pada aliran
darah kesel dengan menggunakan difusi terfasilitasi, yang diikuti dengan konsentrasi
gradien glukosa dan tidak membutuhkan ATP, second messenger mengaktifkan enzim
yang diikuti dengan inisiasi melakukan glikolisis, menstimulasi pembentukan glikogen
oleh sel oto dan sel hati yang biasa disebut glikogenesis, menstimulasi absorbsi asam
amino dan sintesis protein, juga pembentukan trigliserid pada jaringan lemak, (martini).
Stimulasi oleh hormon insulin memberikan homeostasi pada kadar gula darah untuk
kembali pada level normal kembali dengna tidak mengurangi kinerja dari sel berkaitan.
(kai, 1998)

Anda mungkin juga menyukai