Anda di halaman 1dari 2

WAHYUDI (31)

Pengukuran dalam akuntansi (Measurement in accounting)


Taken from: Belkouli dengan tambahan penulis seperlunya.
Secara umum, akuntansi merupakan suatu pengukuran sebagaimana dalam disiplin ilmu
komunikasi. Maksud pengukuran di sini adalah:
Penetapan suatu nilai atas objek/kejadian didasarkan atas aturan-aturan tertentu (rules).
Dengan kata lain, accounting berawal dari proses identifikasi (identify) dan memilih (select)
objek, aktivitas, dan kejadian dan segala atributnya sebelum kemudian proses pengukuran
terjadi. (Belkouli: 42).
Batasan-batasan dalam pengukuran ini adalah adanya keterbatasan data sebagai akibat dari
karakteristik lingkungan objek, seperti: ketidakpastian, kurang objektif, kurang teruji. Ketika
hal ini terjadi, bahwa pengukuran tidak cukup data atau tidak mungkin dilakukan maka
informasi nonkuantitatif atau nonmoneter akan disajikan dalam catatan kaki (footnotes).
(Belkouli: 42)
Jenis-jenis pengukuran:
1. Pengukuran langsung (direct) dan tidak langsung (indirect)
Pengukuran langsung Pengukuran primer atas ukuran sebenarnya dari suatu objek dan
atributnya.
Contoh: Jumlah karyawan, Jumlah produk yang dihasilkan.
Pengukuran tidak langsung Pengukuran sekunder/turunan yang secara tidak langsung
berasal dari pengukuran primer.
Contoh:
Unit cost of production
Unit cost of production =

Total production cost


Total product

Total production cost sendiri merupakan hasil pengukuran tidak langsung, yang berasal
dari Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dsb. Biaya bahan baku ini juga merupakan
hasil pengukuran tidak langsung juga yaitu dari harga perolehan per unit, yang kalau
dilihat dari sudut pandang supplier merupakan harga jual per-unit.
Oleh karena itu, sebagian besar pengukuran dalam akuntansi adalah indirect
measurement.
Pengukuran tidak langsung ini memiliki kemungkinan error, yaitu:
a. Adanya kesalahan (error) dalam pengukuran original object, atau
b. Adanya kesalahan dalam proses transformasi.
2. Berdasarkan dimensi waktu
a. A past measure
Contoh: nilai historis aktiva tetap yang tersaji dalam neraca, dsb.
b. A present measure
Contoh: Harga perolehan yang dibebankan pada pembelian inventory, aktiva lain,
dsb
c. A future measure
Contoh: Uncollectible accounts receivable, antisipasi nilai cost of litigation, dsb.
3. Dalam konteks dimensi waktu yang relatif atas saat kapan pengukuran dilakukan,
pengukuran terbagi menjadi 3:
a. A retrospective measure
b. A contemporary measure
c. A prospective measure
Dengan demikian poin nomor (2) di atas, dapat dibagi lagi menjadi:
a. A past measure
1) Retrospective past measure
2) Contemporary past measure
3) Prospective past measure
Contoh: Nilai pengukuran dalam LIFO Layers, jika perusahaan menerapkan metode
LIFO dalam persediaannya.
b. A present measure
1) Contemporary present measure contoh: Nilai perolehan/harga mesin yang dibeli.

2) Prospective present measure Pengukuran dalam menghitung obligasi di mana


menggunakan nilai Bond yang di-present value-kan.
c. A future measure All to be prospective

Anda mungkin juga menyukai