Anda di halaman 1dari 2

Diagnosis

Diagnosis dini difteri sangat penting karena keterlambatan pemberian


antitoksin sangat mempengaruhi prognosa penderita. Diagnosis harus ditegakkan
berdasarkan gejala-gejala klinik tanpa menunggu hasil mikrobiologi. Selain itu,
penegakan diagnosa dengan preparat apusan kurang dapat dipercaya, sedangkan
untuk biakan membutuhkan waktu beberapa hari. Adanya membran di tenggorokan
sebenarnya tidak terlalu spesifik untuk difteri karena pada beberapa penyakit lain
juga dapat ditemui adanya membran. Membran pada difteri lebih gelap dan lebih
keabu-abuan disertai lebih banyak fibrin dan melekat pada mukosa di bawahnya
dibandingkan membran pada penyakit lain, bila di angkat terjadi perdarahan.
Biasanya membran dimulai dari tonsil dan menyebar ke uvula. Untuk pemeriksaan
bakteriologis, bahan yang diambil adalah membran atau bahan di bawah membran.
Bahan dibiak dalam media loeffler, tellurite dan blood agar. Pada pemeriksaan
laboratorium darah dan urine, tidak ditemukan arti yang spesifik. Leukosit dapat
meningkat atau normal, kadang terjadi anemia (Rampengan, 2008).
Pengobatan Dan Penatalaksanaan.
-

Isolasi penderita di rumah sakit


Serum anti difteri, setelah dilakukan tes kepekaan kulit
Dosis empirik SAD : (sebaiknya diberikan dosis tunggal im/iv)
o Ringan : 10.000-20.000 U
o Sedang : 20.000-40.000 U
o Berat : 50.000-100.000 U
Penisilin prokain G 600.000 U im/ 12 jam selama 10 hari; eritromycin

4x250mg/ hari selama 7 hari; clindamycin 4x150mg/ hari selama 7 hari


Trakeostomi bila ada obstruksi laring, alat pacu jantung apabila ada block

hantaran total, neurotropik bila ada kelainan saraf


Imunisasi sebagai tindakan pencegahan (Soewando et all, 2008).

Pencegahan
1. Isolasi penderita
Penderita harus diisolasi dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan
kuman difteri 2x berturut-turut negatif (Rampengan, 2008).
2. Pencegahan terhadap kontak

Anak yang kontak dengan penderita difteri harus diisolasi selama 7 hari. Bila
dalam penanganan terdapat gejala-gejala klinis, penderita tersebut harus
diobati. Bila tidak ada gejala klinis, beri imunisasi terhadap difteri
(Rampengan, 2008).
3. Imunisasi
Penurunan drastis morbiditas difteri terjadi sejak dilakukan pemberian
imunisasi. Imunisasi DPT dapat diberikan pada usia 2,4,6 bulan sedangkan
imunisasi ulangan dapat diberikam pada usia 1 tahun dan 4-6 tahun. Di
Indonesia, imunisasi sesuai PPI dapat diberikan usian 2,3,4 bulan dan
imunisasi ulangan pada usia 1-2 tahun dan menjelang 5 tahun. Setelah
vaksinasi pertama pada usia 2 bulan harus dilakukan vaksinasi ulang pada
bulan berikutnya karena imunitas yang didapat dengan satu kali vaksin tidak
memiliki kekebalan yang cukup protektif. Dosis yang diberikan setiap kali
pemberian adalah 0,5 ml. Imunisasi diberikan setelah 1 bulan pemberian
(Rampengan, 2008).

Daftar pustaka
Dr. T.H.Rampengan, Spa (k) dan Dr. I.R. Laurentz, Spa. 2008. Penyakit Infeksi
Tropik Pada Anak, Difteri, 1-18
Soewandojo Eddy, et all. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi, 383-384.

Anda mungkin juga menyukai