Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KIMIA FARMASI
Disusun oleh :
Kelompok 2
Bimo Rizky Nanda Hermanto
(P17434113043)
(P17434113044)
(P17434113045)
Diana Haryani
(P17434113046)
(P17434113075)
SEMESTER 2 / REGULER B
IV. PRINSIP
A. Larutan sampel + pereaksi
V. DASAR TEORI
Natrium Tetraborat (Na2B4O7.10H2O) adalah campuran garam mineral dengan
konsentrasi yang cukup tinggi, yang merupakan bentuk tidak murni dari boraks. Boraks
berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Merupakan kristal lunak yang mengandung unsur
boron, berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks berbentuk serbuk kristal putih, tidak
berbau, tidak larut dalam alkohol, PH : 9,5.
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso, kerupuk bahkan mie basah yang berada
di pasaran. Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan
empuk, teksturnya bagus dan renyah. Asal tahu saja, gelas pyrex yang terkenal kuat bisa
memiliki performa seperti itu karena dibuat dengan campuran boraks. Kemungkinan
besar daya pengawet boraks disebabkan oleh senyawa aktif asam borat.
Borat-borat
diturunkan
dari
ketiga
asam
borat
yaitu asam
ortoborat
(H3BO3), asam piroborat (H2B4O7), dan asam metaborat (HBO2). Asam ortoborat adalah
zat padat kristalin putih, yang sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air
panas. Garam-garam dari asam ini sangat sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam
ortoborat yang dipanaskan pada 1000C, akan diubah menjadi asam metaborat. Pada
1400C dihasilkan asam piroborat. Kebanyakan garam ini diturunkan dari asam meta dan
piro. Disebabkan oleh lemahnya asam borat, garam-garam yang larut terhidrolisis dalam
larutan, dan karenanya bereaksi basa.
B + 3 H2O
H3BO3 + 3 OH-
B4 + 7 H2O
4 H3BO3 + 2 OH-
B + 2 H2O
H3BO3 + OH-
Kelarutan Borat dari logam-logam alkali mudah larut dalam air. Borat dari logamlogam lainnya umumnya sangat sedikit larut dalam air, tetapi cukup larut dalam asamasam dan dalam larutan ammonium klorida. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, kita
memakai larutan natrium tetraborat (natrium piroroborat/boraks) Na2B4O7.10H2O.
1. Asam Sulfat Pekat
Tak terjadi sesuatu kerja yang dapat dilihat dalam keadaan dingin,
meskipun asam ortoborat (H3BO3) dibebaskan. Namun, ketika dipanaskan, asap
putih asam borat dilepaskan. Jika asam klorida pekat ditambahkan kepada
larutan boraks yang pekat, asam borat mengendap.
2.
4 H3BO3 + 2 Na+ + S
3.
B(OCH3)3 + 3 H2O
atau hitam-kehijauan. Kromat, klorat, nitrit, iodide, dan zat pengoksid lain
mengganggu, karena aksinya yang memutihkan kunyit itu.
4.
+ 4Ag+ + H2O
2AgBO2 + 3H2O
4AgBO2 + 2H+
Ag2O + 2 H3BO3
Asam borat yang terbentuk dalam reksi ini, praktis tak terdisosiasi.
5.
6.
+ 2Ba2+ H2O
2Ba(BO2)2 + 2H+
VI. ALAT
No Identifikasi Natrium Tetraborat
1.
Cawan porselen
Buret
2.
Tabung Reaksi
Statif
3.
Erlenmeyer
4.
Korek Api
Gelas Ukur
5.
Bunsen
Pipet Tetes
6.
Pipet Tetes
7.
Mortar
8.
Lumpang Alu
VII. BAHAN
No Identifikasi Natrium Tetraborat
1.
Na2B4O7
2.
AgNO3
3.
H2SO4 Pekat
Aquades
4.
Etanol
5.
BaCl2
dipanaskan
coklat
putih
=
=
x 100 %
x 100 %
= 24,14 %
b. Titrasi Kedua
Kadar Natrium Tetraborat
x 100 %
=
=
x 100 %
= 22,11 %
c. Titrasi Ketiga
Kadar Natrium Tetraborat
=
=
= 24,57 %
Rata-Rata =
= 23,60 %
x 100 %
x 100 %
IX. PEMBAHASAN :
A. Identifikasi Natrium Tetraborak
Dalam praktikum identifikasi natrium tetraborat ini menggunakan tiga percobaan
atau tiga metode untuk menentukan kandungan boraks dalam sampel. Hasil dari
praktikum yang kami lakukan, Pada percobaan pertama, penambahan perak nitrat
(AgNO3) pada sampel yang kemudian dipanaskan, sampel membentuk endapan putih,
hal ini menunjukkan terbentuknya perak metaborat (AgBO2).
B4
+ 4 Ag+ + H2O
4 AgBO2 + 2H+
Pada percobaan kedua, sampel yang diteteskan pada cawan poselen dan
dikeringkan, kemudian ditambah H2SO4 pekat dan etanol lalu dibakar menghasilkan
warna nyala hijau (hal ini terlihat di pinggiran/sisi dari api yang menyala). Hal ini
disebabkan karena terbentuknya metilborat B(OCH3)3. Perhatikan reaksi berikut :
H3BO3 + 3 CH3OH
B(OCH3)3 + 3 H2O
Tetapi ini belum bisa membuktikan kandungan boraks, karena menurut vogel
larutan akan terbentuk endapan jika ada larutan boraks yang cukup pekat. Sedangkan
kami tidak mengetahui kadar boraks dalam sampel tersebut. Ditakutkan adanya faktor
lain terbentuknya endapan, seperti human error dimana kami kurang teliti dalam
menyaring larutan sampel ketika telah dihaluskan dalam lumping alu.
Untuk melihat ketepatannya dilakukan Pemanasan
ditambahkan AgNO3. Jika sampel positif mengandung boraks, maka endapan akan
berubah menjadi coklat yang merupakan indikasi terbentuknya perak oksida (Ag2O).
Setelah sampel yang telah ditambahkan AgNO3 dipanaskan, larutan sampel berubah
menjadi berwarna coklat, dan endapannya pun menjadi coklat tua.
2 AgBO2 + 3H2O
Ag2O + 2 H3BO3
Dari reaksi diatas kita bisa melihat bahwa asam borat telah terbentuk
menandakan sampel positif mengandung boraks.
Kemudian pada percobaan ketiga, dimana sampel ditambahkan dengan larutan
barium klorida (BaCl2) menghasilkan endapan putih. Perhatikanlah reaksi berikut ini :
B4
+ 2 Ba2+ H2O
2 Ba(BO2)2 + 2H+
Dari reaksi diatas kita bisa melihat bahwa asam borat telah terbentuk
menandakan sampel positif mengandung boraks.
XI. KESIMPULAN
Dari praktikum identifikasi natrium tetraborat (boraks) pada sampel yang di uji,
kesimpulannya bahwa sampel positif mengandung borak. Dan dapat diketahui kadar
rata-rata natrium borak adalah 23,60 % dari tiga kali titrasi.
TUJUAN
1. Mengidentifikasi tablet asetosal
2. Menentukan kadar tablet asetosal dengan metode alkalimetri
II.
METODE
1. Analisa Kualitatif
2. Alkalimetri
III.
PRINSIP
1. -
IV.
DASAR TEORI
Aspirin atau asetosal adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan
sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit), antipiretik, dan anti-inflamasi. Aspirin
juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo
lama untuk mencegah serangan jantung. Aspirin bekerja mengasetilasi enzim
siklooksigenase dan menghambat pembentukan enzim cyclic endoperoxides. Aspirin juga
menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) didalarn trombosit, sehingga akhirnya
menghambat agregasi trombosit. Aspirin menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit
tersebut secara permanen. Penghambatan inilah yang merupakan cara kerja aspirin dalam
pencegahan stroke dan TIA(Transient Ischemic Attack). Pada endotel pembuluh darah,
aspirin juga menghambat pembentukan prostasiklin. Hal ini membantu mengurangi
agregasi trombosit pada pembuluh darah yang rusak. Penelitian akhir-akhir ini
menunjukkan bahwa aspirin dapat menurunkan resiko terjadinya stroke, infark jantung
non fatal dan kematian akibat penyakit vaskular pada priadan wanita yang telah pernah
mengalami TIA atau stroke sebelumnya.
V.
1. Tabung reaksi
1. Buret
2. Pipet tetes
2. Statif
3. Erlenmeyer
4. Bunsen
4. Gelas ukur
5. Korek api
5. Pipet tetes
6. Penjepit
6. Beker glass
7. Corong
8. Spatula
b. Bahan
Identifikasi Tablet Asetosal
1. Larutan FeCl3
1. Aquades
2. Larutan etanol
2. Serbuk asetosal
3. H2SO4 pekat
3. Etanol netral
4. Aquades
4. Indikator PP 1%
5. Larutan NaOH
VI.
LANGKAH KERJA
1. Identifikasi Tablet Asetosal
1. Menambahkan asetosal dengan FeCl3 kemudian dipanaskan, didinginkan lalu
berubah warna menjadi warna ungu
2. Menambahkan asetosal dengan etanol dan H2SO4 pekat lalu dipanaskan dan
didinginkan kemudian ditambahkan dengan aquades dan menghasilkan bau
gandapura
VII.
= 25, 6527 %
VIII.
PEMBAHASAN
1. Identifikasi Tablet Asetosal
Pada praktikum kali ini adalah untuk mengidentifikasi tablet asetosal. Aspirin
atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang
sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit), antipiretik, dan
anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam
dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Secara
organoleptis asetosal berupa tablet berwarna putih, berasa pahit dan memiliki bau
yang khas. Untuk mengidentifikasi tablet asetosal digunakan metode organoleptis.
Ketika larutan asetosal ditambah FeCl3 maka larutan akan berubah warna menjadi
kuning, kemudian dipanaskan dan warnanya akan berubah menjadi ungu. Asetosal
akan berbau gandapura bila larutan asetosal ditambah etanol, H2SO4 dan dipanaskan,
setelah dingin maka akan tercium bau seperti bau gandapura. Bau ini disebabkan
karena reaksi antara asetosal dengan etanol.
IX.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar asetosal yang
sebenarnya sebesar 26,5618% dengan mg zat aktif sebesar 26,614 mg dan mg/tablet zat
aktif sebesar 159,344 mg.
TUJUAN
1. Mengidentifikasi MgSO4.7H2O dengan melihat pengamatan pada yang terbentuk,
apakah terjadi atau tidak.
2. Menentukan kadar MgSO4.7H2O dengan menggunakan metode kompleksometri.
II.
METODE
1. Analisa Kualitatif
2. Kompleksometri
III.
PRINSIP
1. Larutan MgSO4.7H2O direksikan dengan larutan NaOH menyebabkan endapan
putih
2. Pembentukan Senyawa Kompleks
IV.
DASAR TEORI
Salah satu cara penetapan kadar suatu ion logam berdasarkanterbentuknya suatu
senyawa kompleks antar ion logam dengan senyawa pembentuk kompleks ialah
dengan kompleksometri. Senyawa pembentuk kompleks sebagai donor elektron
sedangkan ion logam yang bertindak sebagai akseptor elektron. Dalam larutan alkali,
pembentukan kompleks lebih stabil. Namun, jika terlalu alkali, perlu diwaspadai akan
terbentuknya endapan logam teroksidasi.
Liganda unidentat adalah liganda (molekul donor elektron) yang ikatannya pada
ion logam hanya pada satu tempat saja, jika terdapat pada banyak tempat disebut
liganda poli/ multiudentat seperti Dinatrium EDTA (senyawa yang dengan banyak
kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1: 1). Umumnya, indikator yang
digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah indikator logam yang mempunyai
stabilitas yang lebih kecil dari dinatrium EDTA- logam dan bersifat sebagai liganda
yang membentuk kompleks- logam yang warnanya berbeda dengan warnanya sendiri.
Persyaratan mendasar dalam titrasi kompleksometri ialah terbentuknya
kompleks molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan adalah kelarutan tingkat
tinggi, seperti kompleks logam dengan EDTA. Demikian juga titrasi dengan merkuro
nitrat dan perak sianida juga dikenal sebagai titrasi kompleksometri (Khopkar, 1990).
Daerah di sekitar ion logam pusat dimana ligand- ligand (valensi tambahan
bertanggung jawab dalam ikatan dengan gugus koordinasi ditemukan dinamakan
lengkung koordinasi (Petrucci, 1985).
Terbentuknya ikatan kovalen parsial dengan ligand diakibatkan oleh adanya
interaksi antara ion logam pusat dengan ligand yang melibatkan pembagian pasangan
elektron bebas ion logam pada tiap molekul ligand. Ion kompleks seperti ini
mempunyai warna gelap namun mencolok (Oxtoby, 2001).
V.
1. Tabung reaksi
1. Buret
2. Pipet tetes
2. Stative
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Pipet tetes
6. Beker glass
7. Corong
8. Spatula
b. Bahan
Identifikasi MgSO4.7H2O
1. Larutan MgSO4.7H2O
1. Aquades
2. Larutan NaOH
2. Serbuk MgSO4
3. Buffer amonia pH 10
4. Indikator EBT
5. Larutan Na2EDTA 0,05 M
VII.
LANGKAH KERJA
1. Identifikasi MgSO4.7H2O
lar. MgSO4
lar. NaOH
Perhitungan:
Kadar MgSO4.7H2O
VIII.
HASIL
a. Identifikasi MgSO4.7H2O
No
1
Perlakuan
Uji Organoleptis
Endapan putih
1,247 %
IX.
PEMBAHASAN
a. Identifikasi MgSO4.7H2O
Praktikum kali ini bertujuan untuk melakukan identifikasi senyawa
MgSO4.7H2O dalam sampel menggunakan metode analisis kualitatif atau
identifikasi digunakan uji organolepti dan reaksi warna. Uji organoleptis
merupakan suatu uji pendahuluan yang sering sekali dilakukan karena prosedurnya
sederhana. Uji organoleptis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu zat
terutama senyawa yang memiliki ciri khas dalam bentuk, warna, bau, dan rasa. Uji
organoleptis ini dilakukan dengan cara mengamatai bentuk dan warna sampel
secara visual, mencium baunya dan megecap rasanya. Berdasarkan uji
organoleptis, MgSO4.7H2O memiliki bentuk serbuk halus, berwarna putih, tidak
berbau, dan memiiki rasa pahit. Hal itu sesuai dengan ketentuan parasetamol
dalam Farmakope Indonesia.
Uji kualitatif selanjutnya yaitu reaksi warna. Sampel ditambahkan NaOH
menghasilkan endapan putih.
Larutan
X.
KESIMPULAN
a. Identifikasi MgSO4.7H2O
Dari praktikum yang dilakukan MgSO4.7H2O dapat diidentifikasi dengan
memperhatikan ciri-ciri khas yang terbentuk akibat penambahan zat tertentu.
II. TUJUAN
A. Untuk Mengidentifikasi Tablet Calsium Laktat
B. Untuk Menetapan Kadar Calcium Laktat
III. METODE
A. Analisa Kualitatif dan Organoleptis
B. Iodimetri
IV. PRINSIP
A. Sampel + Pereaksi
: Kalsium laktat
Nama kimia
Sifat fisikokimia
Kelas terapi
Farmakologi
Bentuk sediaan
: Tablet 500mg.
Ag(CN)2
HgCl2
Pengaruh pH :
1. Suasan terlalu asam
Proton yang dibebaskan pada reaksi yang terjadi dapat mempengaruhi pH,
dimana jika H+ yang dilepaskan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat
terdisosiasi sehingga kesetimbangan pembentukkan kompleks dapat bergeser
ke kiri, karena terganggu oleh suasana system titrasi yang terlalu asam.
Pencegahan : sistem titrasi perlu didapar untuk mempertahankan pH yang
diinginkan.
2. Suasana terlalu basa
Bila pH system titrasi terlalu basa, maka kemungkinan akan terbentuk endapan
hidroksida dari logam yang bereaksi. Jika pH terlalu basa, maka reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke kanan, sehingga pada suasana basa yang
banyak akan terbentuk endapan.
Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator ion logam atau metal
indikator atau metal ion indikator, yaitu zat warna yang bersifat sebagai
komplekson, sehingga dapat membentuk kompleks dengan ion logam yang
mempunyai warna yang berbeda dengan warna indicator itu sendiri.
VI. ALAT
No Identifikasi Tablet Calsium laktat
1.
Cawan porselen
Buret
2.
Tabung Reaksi
Statif
3.
Erlenmeyer
4.
Korek Api
Pipet Tetes
5.
Bunsen
Corong
6.
Pipet Tetes
Gelas Ukur
7.
Mortar
8.
Lumpang Alu
VII. BAHAN
No Identifikasi Tablet Calsium Laktat
1.
Buffer Amoniak
2.
Larutan Na2EDTA
3.
Indikator EBT
4.
5.
Aquades
6.
putih + aquaregia
larut
tetep
permukaan
d. Larutan sampel + NH4Cl + K4[Fe(CN)6] berlebih
e. Larutan sampel kemudian dibakar
putih
merah bata
x 100 %
=
=
x 100 %
kuning diatas
= 77,98 %
C mg
Mg/Tablet
x 100 %
=
=
x 635,5
= 495,59 mg/tablet
Presentase Kadar
x 100 %
=
=
x 100 %
= 99,1 %
X.
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Tablet Calsium Laktat
Dalam praktikum identifikasi antalgin ini menggunakan lima percobaan untuk
menentukan kandungan calcium laktat dalam sampel. Hasil dari praktikum yang
kami lakukan, Pada percobaan pertama, penambahan Asam sulfat encer pada sampel
membentuk endapan putih kemudian ditambahkan aquaregia menjadi larut.
Pada percobaan kedua, larutan sampel yang ditambah larutan asam oksalat
menghasilkan terjadi endapan kemudian ditambahkan asam asetat encer tetap tidak
ada perubahan.
Kemudian pada percobaan ketiga, dimana larutan sampel ditambahkan dengan
larutan kalium kromat tidak terjadi endapan. Kemudian ditambahkan alcohol akan
terbentuk endapan kuning diatas permukaan larutan.
Kemudian larutan sampel ditambahkan larutan ammonium chlorida dan larutan
kalium ferrocyanida berlebih akan terjadi endapan putih. Percobaan diperkuat
dengan reaksi nyala dengan mengeringkan larutan sampel kemudian dibakar
sehingga menimbulkan nyala merah bata. Dari reaksi diatas kita bisa melihat bahwa
sampel positif mengandung calcium laktat.
sebesar 5,1 ml warna larutan pada erlenmeyer berubah menjadi biru tua yang
konstan yang menandakan TAT. Warna biru tua ini berasal dari reaksi berikut :
CaEBT + EDTA CaEDTA (biru) + EBT
penimbangan
dan
mengantri
menggunakan
buret.
Terutama
saat
XI. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini sampel dinyatakan positif mengandung calcium laktat.
Dengan kadar 77,98 % dan 495,59 mg/Tablet. Kadar tidak memenuhi normal.
TUJUAN
II. PRINSIP
di panaskan
di bakar
di panaskan
bau amoniak
2. Pengendapan bertingkat
III. METODE
AgX(p)
Tabung reaksi
Cawan porselin
Kertas pH
Bunsen
Korek api
Buret + statif
erlenmeyer
BAHAN
1.
NaCl fisiologi
2.
Etanol
3.
H2SO4 (p)
4.
Indikator K2Cr04 5%
5.
Aquades
6.
AgNO3 0,131 N
di bakar
di panaskan
bau amoniak
( V x N ) AgNO3 x kesetaraan
X 100%
N Kesetaraan x V sampel x 1000
X 100 %
0,1 x 3 x 1000
= 1,226 %
Persyaratan Kadar =
1,226 %
x 100 % = 136,22 %
0,9
VIII.
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Infus NaCl
Pada praktikum ini sampel yang digunakan adalah infus NaCl. Ada dua tahap
identifikasi yaitu identifikasi kation Na+ dan Anion Cl-.
a. Kation Na+
Pada praktikum ini yang dilihat adalah Na. Jika kandungan logam Na dan
sampel banyak, nyala api akan berwarna hijau, tapi pada praktikum ini akan
berwarna coklat.
b. Anion ClLarutan sampel ditambahkan H2SO4 (p) lalu dipanaskan di atas bunsen tercium
bau seperti amoniak.
B. Penetepan Kadar Infus NaCl
Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas reaksi
pengendapan dengan menggunakan larutan standar argentum. Atau dapat juga
diartikan sebagai cara pengendapan atau pengendapan kadar ion halida atau kadar
Ag+ itu sendiri dari reaksi terbentuknya endapan dan zat uji dengan titran AgNO3.
Tujuan dari percobaan kita kali ini adalah dapat melakukan standarisasi AgNO3
dengan NaCl.
Standarisasi AgNO3 dengan NaCl (dengan indikator K2CrO4 ) Metode yang
digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode Mohr dengan
indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan
menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik
ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan
munculnya endapan putih secara permanen. Pada praktikum ini, infus NaCl
dilarutkan dengan aquades ditambahkan indikator K2CrO4 sebanyak 2 tetes lalu
dititrasi dengan AgNO3 sampai TAT warna orange dengan endapan merah bata.
Volume titrasi yang di dapat adalah 1,226 % sedangkan kadar normal untuk infus
NaCl adalah 0,85%-0,95%. Hal ini dikarenakan larutan infus tidak boleh
tercampur dengan udara, karena banyak garam di udara sehingga akan
menambahka konsentrasi.
IX. KESIMPULAN
A. Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa infus NaCl berhasil
teridentifikasi.
B. Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar infus NaCl sebesar
1,226%, % persyaratan kadar sebesar 136,22 % dan TAT nya adalah endapan merah
bata.
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengidentifikasi dan menetapkan kadar tablet papaverin HCl
II.
III.
METODE PRAKTIKUM
Identifikasi
: analisa kualitatif
Penetapan kadar
: alkalimetri
PRINSIP
Identifikasi
Penetapan kadar
IV.
DASAR TEORI
Papaverin Hidroklorida mempunyai sedikit aksi analgesik. Digunakan
sebagai relaksasi otot polos pada penyakit peripheral vascular, thrombo angittis
obliterans
dan
terapi
spasme
koroner,
usus,
ureter,
dan biliary
colic,
refraksi,
Indikasi
terapi
disfungsi
ereksi
dengan
penggunaan
melalui
intracavernosa.
Kontraindikasi : Penderita gagal jantung (complete atrioventricular heart block) dan
waspada bila konduksi menurun karena obat dapat menyebabkan
ritme ektopik memendek pada ventrikel, dan juga detak jantung
prematur atau takikardi paroksimal.
Efek samping : Penggunaan dosis tinggi secara parenteral dapat menyebabkan
aritmia jantung, penggunaan secara intravena atau intramuskular
harus diinjeksikan perlahan. Trombosis dapat terjadi di daerah
penginjeksian. Injeksi Intrakavernosal dapat menyebabkan priapisme
yang tergantung dosis dan fibrosis lokal pada penggunaan jangka
panjang.
Perhatian
Dengan Levodopa
Intoksikasi
V.
VI.
Bahan :
1.
Erlenmayer
1.
2.
Buret + statif
2.
Aquadest
3.
Gelas ukur
3.
4.
Gelas beker
4.
H2SO4 pekat
5.
Pipet gondok
5.
HNO3 pekat
6.
Pipet tetes
6.
Larutan K3Fe(CN)6
7.
Ball pipet
7.
Larutan FeCl3
8.
8.
9.
Spatula
9.
10. Corong
10. Indikator PP 1%
CARA KERJA
Identifikasi
Penetapan Kadar
1. Mengukur sampel Papaverin HCl sebanyak 200,7 mg menggunakan neraca
analitik
2. Memasukkan sampel Papaverin HCl ke dalam erlenmayer
3. Menambahkan aquadest yang telah dididihkan sebanyak 20 ml
4. Menambahkan 10 ml etanol netral
5. Menambahkan indikator PP 1% sebanyak 2 tetes
6. Melakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai TAT warna merah muda
yang konstan
VII.
Serbuk Papaverin HCl + H2SO4 pekat warna larutan merah anggur lama
Serbuk Papaverin HCl + HNO3 pekat warna larutan oranye kekuningan
Serbuk Papaverin HCl + K3Fe(CN)6 + FeCl3 warna larutan hijau
Penetapan Kadar
Standarisasi NaOH : 0,057 N
Volume titrasi : 1,8 ml
1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 37,59 Papaverin HCl
Persyaratan persen kadar bahan baku : 85% - 90%
Etiket : 40 mg
(N x V) Na2EDTA x kesetaraan
N kesetaraan x berat timbang
Cmg
x 100%
19,216 %
kadar x etiket
19,216
x 200
=
100
= 38,432 mg
x 100%
mg/tab
Cmg
x Bobot rata2
Berat timbang
38,432
x 178,3
=
200,7
= 34,14267 mg
mg/tab
etiket
34,14267
40
= 85,367%
VIII.
x 100%
x 100%
PEMBAHASAN
Pada identifikasi tablet Papaverin HCl ini terdapat 4 analisa kualitatif, yaitu :
Papaverin HCl
kekuningan
Ada analisa kualitatif yang dilakukan tidak sesuai dengan teori, karena Papaverin
HCl memiliki sifat yang mudah terurai.
Kemudian pada penetapan kadar Papaverin HCl dilakukan secara
alkalimetri dengan prinsip netralisasi asam basa. Sebelum titrasi dilakukan, 200,7
gram serbuk Papaverin HCl dilarutkan dengan 20 ml aquadest yang telah dipanaskan
dan 10 ml etanol netral. Hal ini bertujuan untuk melarutkan sampel yang bersifat non
polar. Kemudian larutan ditambahkan 2 tetes indikator PP 1%, warna tetap bening.
Lalu dilakukan titrasi dengan NaOH 0,057 N hingga titik akhir titrasi berwarna
merah muda konstan. Volume titrasi yang dicapai sebesar 1,8 ml.
X.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, sampel teridentifikasi sebagai
Papaverin HCl dengan kadar mg/tab ditemukan sebesar 34,14267 mg dengan volume
titrasi sebesar 1,8 dan titik akhir titrasi warna merah muda konstan.
TUJUAN
1. Untuk mengidentifikasi tablet vitamin B1
2. Untuk menetapkan kadar vitamin B1 secara alkalimetri
II. METODE
Organoleptis dan Alkalimetri
III. PRINSIP
1. Reaksi dan organoleptis
2. Penetralan asam basa
BAHAN
Pipet tetes
Serbuk sampel
Ose
Cuprifil
Korek api
NaOH
Bunsen
KMnO4
Aquades
Hotplate
Indikator BTB
Buret
Statif
Erlenmeyer
Gelas ukur
Gelas beaker
Corong
Pipet gondok
Ball pipet
V. CARA KERJA
1. Identifikasi Vitamin B1 :
a. Satu tablet Vitamin B1 dihaluskan
b. Serbuk Vitamin B1 dipijarkan pada kawat ose
c. Serbuk Vitamin B1 dilarutkan dengan sedikit aquades
d. Larutan Vitamin B1 dipanaskan + Cuprifil (2 tetes NaOH + 2 tetes HCl + 1
tetes CuSO4)
e. Larutan Vitamin B1 + NaOH
kuning + KmnO4
VI. HASIL
Identifikasi : a) Pemijaran pada kawat ose
bau kacang
hijau
kuning + KMnO4
endapan coklat
Penetapan Kadar
Kadar
x 100 %
x 100 %
= 22,046 %
C mg = a% x B. penimbangan =
Mg/tab =
%
x b. p =
x 200,4 = 44,2 mg
x 145,5 = 32,09 mg
VII. PEMBAHASAN
1. Pada praktikum identifikasi vitamin B1
Serbuk B1 dipijarkan pada api Bunsen muncul aroma bau kacang, reaksi ini
yang khas.
VIII.
KESIMPULAN
1. Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa vitamin B1 dapat
teridentifikasi dan yang paling khas adalah saat pemijaran pada kawat ose.
2. Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar vitamin B 1 sebesar
22,046 % dan TAT yang dihasilkan adalah warna biru terang.
MATERI PRAKTIKUM
A. Identifikasi Tablet Antalgin
B. Penetapan kadar Antalgin
II. TUJUAN
A. Untuk Mengidentifikasi Tablet Antalgin
B. Untuk Menetapan Kadar Antalgin
III. METODE
A. Analisa Kualitatif dan Organoleptis
B. Iodimetri
IV. PRINSIP
A. Sampel + Pereaksi
4. Zat pelican
Agar tablet tidak lekat pada cetakan digunakan zat seperti: Talkum, Magnesium
Stearat dan Asam Stearat.
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan
tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dibuat dalam berbagai
ukuran. Bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet
berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet (Ditjen POM, 1995).
Titrasi iodimetri adalah metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan
metode titrasi yaitu suatu penambahan indicator warna pada larutan yang di uji, kemudian
ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan sifat larutan yang diuji (Pratama,
2004).
Titrasi iodimetri harus dilakukan dengan lambat agar I2 sempurna bereaksi dengan
antalgin, jika titrasi cepat maka I2 tidak bereaksi sempurna dengan antalgin sehingga titik
akhir lebih cepat tercapai dan hasilnya kurang akurat. Deteksi titik akhir pada iodimetri
ini dilakukan dengan menggunakan indikator kanji atau amilum yang memberikan warna
biru pada saat terjadinya titik akhir (Sudjadi, 2007).
Dalam titrasi dikenal dua cara yaitu cara langsung (iodimetri) dan cara tidak
lanngsung (iodometri). Cara langsung atau iodimetri, larutan iodium digunakan untuk
mengoksidasi reduktor secara kuantitatif pada titik ekuivalennya. Namun cara pertama ini
jarang digunakan atau diterapkan karena iodium merupakan oksidator lemeh. Dan adanya
oksidator kuat akan memberi reaksi samping dengan reduktor tadi. Adanya
reaksi samping ini mengakibatkan penyimpangan hasil penetapan (Mulyono, 2006).
VI. ALAT
No Identifikasi Antalgin Penetapan Kadar Antalgin
1.
Cawan porselen
Buret
2.
Tabung Reaksi
Statif
3.
Erlenmeyer
4.
Korek Api
Pipet Tetes
5.
Bunsen
Corong
6.
Pipet Tetes
Gelas Ukur
7.
Mortar
8.
Lumpang Alu
VII. BAHAN
No Identifikasi Antalgin Penetapan Kadar Antalgin
1.
Na2B4O7
2.
AgNO3
3.
H2SO4 Pekat
Indikator Amylum 1%
4.
Etanol
5.
BaCl2
ungu
hijau
kuning
biru
hijau
hilang
kuning.
kuning.
x 100 %
=
=
= 77,98 %
x 100 %
C mg
Mg/Tablet
x 100 %
x 635,5
= 495,59 mg/tablet
x 100 %
Presentase Kadar =
=
x 100 %
= 99,1 %
X.
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Antalgin
Dalam praktikum identifikasi antalgin ini menggunakan tiga percobaan atau tiga
metode untuk menentukan kandungan antalgin dalam sampel. Hasil dari praktikum
yang kami lakukan, Pada percobaan pertama, penambahan FeCl3 pada sampel
membentuk warna biru kemudian dengan cepat berubah menjadi hijau dan kuning.
Dan lama kelamaan hilang.
Pada percobaan kedua, sampel yang ditambah AgNO3 menghasilkan warna
ungu gemerlap dan setelah didiamkan berubah menjadi kuning.
Kemudian pada percobaan ketiga, dimana sampel ditambahkan dengan larutan
HNO3 pekat menjadi warna biru dan berubah cepat menjadi hijau kemudian kuning.
Dari reaksi diatas kita bisa melihat bahwa asam borat telah terbentuk
menandakan sampel positif mengandung antalgin.
XI. KESIMPULAN
Dapat didiumpulkan bahwa sampel yang digunakan positif mengandung antalgin
dan mempunyai kadar 77,98 %
TUJUAN
Untuk mengidentifikasi dan menentukan kadar vitamin C
II.
PRINSIP
1. Mengidentifikasi tablet vitamin C dengan mereaksikannya dengan berbagai
pereaksi tertentu yang nantinya akan memberikan tanda spesifik yang berupa
terbentuknya endapan, rasa, dan perubahan warna
2. Oksidasi reduksi
III.
METODE
1. Organoleptis dan analisa kualitatif
2. Iodimetri
IV.
DASAR TEORI
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki
peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan
nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan
vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular.
Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya,
dan logam. Meskipun jeruk dikenal sebagai buah penghasil vitamin C terbanyak,
sebenarnya salah besar, karena lemon memiliki kandungan vitamin C lebih banyak
47% daripada jeruk.
Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein
yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan
lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang,
memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Buah jeruk, salah satu sumber vitamin C
terbesar.
Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan
mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin c mampu menetralkan radikal
bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamini ini juga dapat
meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal
V.
1. Tabung reaksi
1. Buret
2. Pipet tetes
2. Statif
3. Erlenmeyer
4. Bunsen
4. Gelas ukur
5. Korek api
5. Pipet tetes
6. Penjepit
6. Beker glass
7. Corong
8. Spatula
b. Bahan
Identifikasi Vitamin C
1. Tablet vitanin C
1. Aquades
2. Aquades
2. Serbuk vitamin C
3. FeCl3
4. Cuprifil
4. Indikator amylum 1%
5. Iod
6. KMnO4
VI.
PROSEDUR KERJA
1. Identifikasi Tablet vitamin C
Larutan sampel
warna hilang
Larutan sampel
warna hilang
2. Identifikasi Vitamin C
1. Melakukan keragaman bobot 10 tablet ,catat kemudian diserbukkan dalam
erlenmeyer
2. Menimbang seksama 200 mg serbuk tablet vitamin C, masukkan ke dalam
erlenmeyer
3. Menambahkan 25 ml aquadest bebas CO2
4. Menambahkan 6,5 ml larutan H2SO4 0,1 N
5. Menambahkan 1 ml indikator amylum 1%
6. Mentitrasi dengan larutan iodium sampai warna biru
VII.
HASIL
1. Identifikasi Tablet vitamin C
No
Perlakuan
Uji Organoleptis
Warna hilang
Warna hilang
x 100 %
= b% x b. penimbangan
= 18.559/100 x 200.8
x 100%
= 37,26647 mg
VIII.
PEMBAHASAN
1. Identifikasi Tablet vitamin C
Organoleptis tablet vitamin C : berwarna kuning, rasa asam manis
Pada praktikum ini dapat diketahui bahwa Larutan tersebut teridentifikasi
larutan vitamin c karena sample yang ditambahkan FeCl3 warna ungu segera
hilang.lalu sampel ditambah larytan cuprifil endapan kuning coklat ada hijuanya.
Sampel ditambah larutan iod warna menjadi hilang. Sampel ditambah KMnO4
Sampel tersebut teridentifikasi sebagai golongan vitamin C dengan menunjukkan
organoleptisnya.
IX.
KESIMPULAN
1. Identifikasi Tablet Vitamin C
Sampel teridentifikasi sebagai vitamin C
TUJUAN
1. Untuk mengidentifikasi INH
2. Untuk Mengidentifikasi ampisilin
II.
METODE
1. Organoleptis dan Mikroskopis
2. Analisa Kualitatif
III.
PRINSIP
1. Mengidentifikasi tablet INH dengan mereaksikannya dengan berbagai pereaksi
tertentu yang nantinya akan memberikan tanda spesifik yang berupa terbentuknya
endapan,rasa, perubahan warna, dan bau khas
2. Mengidentifikasi ampisilin dengan mereaksikannya dengan berbagai pereaksi
tertentu yang nantinya akan memberikan tanda spesifik yang berupa terbentuknya
endapan, perubahan warna, dan bau khas.
IV.
DASAR TEORI
1. Ampisilin
Ampisilin berbentuk anhidrat atau trihidrat mengandung tidak kurang dari
900 g tiap milligram C16H19N3O4S dihitung terhadap zat anhidrat. Secara
komersial, sediaan ampisilin tersedia dalam bentuk trihidrat untuk sediaan oral
dan garam natrium untuk sediaan injeksi. Potensi ampisilin trihidrat dan natrium
penisilin dihitung berdasarkan basis anhidrous. Ampisilin trihidrat berwarna putih,
praktis tidak berbau, serbuk kristal, dan larut dalam air. Ampisilin trihidrat
mempunyai kelarutan dalam air sekitar 6 mg/mL pada suhu 20C dan 10 mg/mL
pada suhu 40C. Ampisilin sodium berwarna hampir putih, praktis tidak berbau,
serbuk kristal, serbuk hidroskopis, sangat larut dalam air, mengandung 0.9%
natrium klorida. Pelarutan natrium ampicilin dengan larutan yang sesuai, maka 10
mg ampicilin per mL memiliki pH 8-10. Jika dilarutkan secara langsung
ampisillin trihidrat oral suspensi memiliki pH antara 5-7.5.
2. INH
Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid
secara in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan
tuberkulosid (membunuh bakteri).
Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis asam
nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat
(mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium.
Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang
terekstrasi oleh metanol dari mikobakterium.
Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral.
Kadar puncak diperoleh dalam waktu 12 jam setelah pemberian oral. Di hati,
isoniazid mengalami asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini
dipengaruhi oleh faktor genetik yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat
dalam plasma. Namun, perbedaan ini tidak berpengaruh pada efektivitas dan atau
toksisitas isoniazid bila obat ini diberikan setiap hari.
V.
Identifikasi Ampisilin
1. Tabung reaksi
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
2. Pipet tetes
3. Spatula
3. Spatula
4. Mortal
4. Mortal
5. Bekker glass
5. Bekker glass
6. Bunsen
6. Bunsen
7. korek
7. Korek
b. Bahan
Identifikasi Tablet INH
Identifikasi Ampisilin
1. Tablet INH
1. Tablet ampisilin
2. Aquades
2. H2SO4 pekat
3. NaOH
3. Fehling A dan B
4. FeCl3
5. Larutan iodium
6. KMnO4
VI.
LANGKAH KERJA
1. Identifikasi INH
Tablet INH di tumbuk hingga halus
Larutan sampel INH
NaOH
Warna luntur
Larutan sampel INH
Larutan iodium
Warna hilang
2. Identifikasi ampisilin
Organoleptis : serbuk hablur putih, bau khas, rasa pahit
VII.
violet
HASIL
a. Identifikasi Tablet CTM
No
1
Perlakuan
Uji Organoleptis
agak
perlahanoleh
pahit
udara
terurai
dan
cahaya
2
Warna luntur
Warna hilang
b. Identifikasi Ampisilin
No
1
Perlakuan
Uji Organoleptis
violet.
dan 6 ml air
VIII.
PEMBAHASAN
a. Identifikasi Tablet INH
Organoleptis tablet INH : serbuk putih, bau khas, rasa pahit
Pada identifikasi kali ini didapati bahwa sampel adalah tablet INH. Hal ini
dibuktikan dengan kecocokan organoleptis dan dari reaksi-reaksi berikut
menunjukkan hasil yang sesuai : larutan sampel + NaOH lalu dipanaskan maka
akan timbul gas amoniak, lalu larutan sampel + FeCl3 akan menjadi coklat merah,
larutan kuning jingga. Larutan sampel ditambah KMnO4 maka warna akan luntur.
Kemudian larutan sampel ditambah larutan iodium maka warna akan hilang.
b. Identifikasi ampisilin
Organoleptis : serbuk hablur putih, bau khas dan rasa pahit
Pada identifikasi kali ini didapati bahwa sampel adalah tablet ampisilin. Hal ini
dibuktikan dengan kecocokan organoleptis dan dari reaksi-reaksi berikut
menunjukkan hasil yang sesuai : larutan sampel + H2SO4 pekat lalu dipanaskan
maka akan timbul warna orange,coklat atau kuning. lalu 10 % zat disuspensikan
dalam air + 2 ml fehling A dan B + 6 ml air maka akan terbentuk warna violet.
IX.
KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa Larutan tersebut teridentifikasi
sebagai :
1. Tablet INH
2. Tablet ampisilin
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengidentifikasi tablet CTM dan alkohol
II.
METODE PRAKTIKUM
Analisa kualitatif dan organoleptis
III.
PRINSIP
1. Identifikasi tablet CTM
Organoleptis
IV.
DASAR TEORI
1. Identifikasi tablet CTM
CTM mengandung chlorpheniramine maleate. Chlorpheniramine maleate
termasuk dalam kategori agen antialergi, yaitu histamin (H1-receptor
antagonist).
Chlorpheniramine
Pyridinepropanamine,
maleate
memiliki
b-(4-chlorophenyl)-N,N-dimethyl.
nama
Obat
kimia
ini
2biasa
digunakan untuk meredakan bersin, gatal, mata berair, hidung atau tenggorokan
gatal, dan pilek yang disebabkan oleh hay fever (rinitis alergi), atau alergi
pernapasan lainnya.
Penelitian pada hewan pada obat ini tidak menunjukkan risiko pada janin
tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil. Penelitian pada hewan telah
menunjukkan efek samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak dikonfirmasi
dalam studi terkontrol pada wanita dalam 1 trimester, serta tidak ada bukti risiko
pada trimester berikutnya. Obat golongan ini memiliki efek penenang yang
relatif
lemah
dibandingkan
dengan
antihistamin
generasi
pertama.
suatu
obat
alergi
dengan
antihistamin
dan
Kondisi alergi Bersin, gatal, mata berair, hidung atau tenggorokan gatal, dan
pilek yang disebabkan oleh hay fever (rinitis alergi), atau alergi pernapasan
lainnya.
Syok anafilaktik
Kontraindikasi :
2. Identifikasi alkohol
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya
mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon.
Alcohol adalah senyawa organic dengan gugus OH yang terikat pada
atom C pada rantai alifatis atau siklik. Alcohol juga dianggap sebagai derivate
hidrokarbon, dimana satu atom hydrogen (H) atau lebih diganti dengan gugus
hidroksi (OH). Alcohol memiliki rumus umum R OH dan strukturnya mirip
dengan air tetapi dengan air tetapi dengan satu atom hydrogen digantikan oleh
gugus alkali.
Alkohol merupakan salah satu zat yang penting dalam kimia organik
karena dapat diubah dari dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan
alkohol akan menghasilkan 2 macam senyawa. Reaksi bisa menghasilkan
senyawa yang mengandung ikatan R-O atau dapat juga menghasilkan senyawa
mengandung ikatan O-H.
Salah satu senyawa alkohol, etanol (etil alkohol, atau alkohol seharihari), adalah salah satu senyawa yang dapat ditemukan pada minuman
beralkohol. Rumus kimianya CH3CH2OH.
Alkohol banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya etanol
digunakan sebagai pelarut sterilisasi alat kedokteran, campuran minyak harum
dan lainnya.
Alkohol adalah asam lemah, karena perbedaan keelektronegatifan antara
Oksigen dan Hidrogen pada gugus hidroksil, yang memampukan Hidrogen lepas
dengan mudah. Bila di dekat Karbon Hidroksi terdapat gugus penarik
elektron seperti fenil atau halogen, maka keasaman meningkat. Sebaliknya,
semakin banyak gugus pendorong elektron seperti rantai alkana, keasaman
menurun.
V.
Bahan :
1.
1.
Serbuk CTM
2.
Pipet tetes
2.
Alkohol
3.
Objeck glass
3.
VI.
4.
Deck glass
4.
H2SO4 pekat
5.
Mikroskop
5.
Larutan iodium
6.
Mortar
6.
7.
8.
Larutan CuSO4
9.
Aquades
CARA KERJA
1. Identifikasi tablet CTM
2. Identifikasi alcohol
VII.
2. Identifikasi alcohol
dan terbakar
balon
VIII.
PEMBAHASAN
a. Identifikas CTM
1. Organoleptis merupakan cara penguji menggunakan alat indera manusia.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, organoleptis CTM adalah
warna kuning, rasa pahit, berbau khas (khas obat).
2. Dengan menambahkan cuprifil (HCl + NaOH + CuSO4) ke dalam
larutan CTM akan menghasilkan warnah hijau (seperti jus alpukat)
b. Identifikasi Alkohol
1. Organoleptis merupakan cara penguji menggunakan alat indera manusia.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, organoleptis alhohol adalah
cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan terbakar, bau harum.
2. Dengan menambahkan asam asetat dan asam sulfat ke dalam alkohol
menghasilkan bau harum etil asetat (seperti balon)
3. Alkohol yang ditambahkan dengan larutan I2 akan menghasilkan endapan
kuning kecoklatan dengan kadar I2 yang digunakan minimal 2N / 2M.
IX.
KESIMPULAN
a. Identifikasi tablet CTM
Dari praktikum yang dilakukan, tablet CTM dapat diidentifikasi dengan
memperhatikan ciri-ciri khas yang terbetuk akibat penambahan zat-zat tertentu.
b. Identifikasi Alkohol
Dari praktikum yang dilakukan, alcohol dapat diidentifikasi dengan
memperhatikan ciri-ciri khas yang terbentuk akibat penambahan zat-zat
tertentu.
I.
TUJUAN
1.
2.
II. METODE
Organoleptis dan Analisis Kimia Kualitatif
III. PRINSIP
1. - Sampel + Na2CO3
putih
biru
biru
hijau kecoklatan
jingga
BAHAN
Pipet tetes
Spatula
Mortar + penumbuk
Aquades
Tabung reaksi
Na2CO3
Deck glass
V. CARA KERJA
1. Identifikasi tablet asam mefenamat :
a. Organoleptis : pengamatan menggunakan panca indera.
b. Analisa kimia kualitatif
-
hijau kecoklatan
timbul gas
biru
jingga tua
VII. PEMBAHASAN
1. Dalam praktikum kali ini, sampel yang diidentifikasi adalah tablet asam mefenamat.
Sampel tersebut diidentifikasi dengan NaCO3 timbul gas, dengan reagen Liberman
menghasilkan warna biru, dengan H2SO4 dan asam kromat menghasilkan warna hijau
tosca / kebiruan.
2. Dalam praktikum kali ini, sampel yang diidentifikasi adalah tablet paracetamol.
Sampel tersebut diidentifikasi dengan FeCl3 menghasilkan warna hijau kotor seperti
alpukat busuk, dengan HNO3 pekat menghasilkan warna jingga tua. Diidentifikasi
juga dengan reaksi kristal yaitu sampel + aseton + air akan tampak seperti kristal
pecahan kaca dibawah mikroskop.
VIII. KESIMPULAN
1. Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa asam mefenamat dapat
teridentifikasi dan muncul ciri khasnya.
2. Dari
praktikum
diidentifikasi.
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
parasetamol
berhasil
TUJUAN
1. Mengidentifikasi kapsul Kloramfenikol
2. Mengidentifikasi kapsul Tetrasiklin HCL
II.
METODE
Analisa Kualitatif
III.
PRINSIP
DASAR TEORI
Kloramfenikol (INN) adalah obat yang bersifat bakteriostatik antimikroba. Hal ini
dianggap sebagai prototipikal antibiotik spektrum luas, di samping tetrasiklin.
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomyces venezuelae
diisolasi oleh David Gottlieb, dan diperkenalkan ke dalam praktik klinis pada tahun 1949,
di bawah nama dagang Chloromycetin. Ini adalah antibiotik pertama yang diproduksi
secara sintetis dalam skala besar. Karena ternyata Kloramfenikol mempunyai daya
antimikroba yang kuat maka penggunaan kloramfenikol meluas dengan cepat sampai
pada tahun 1950 diketahui bahwa kloramfenikol dapat menimbulkan anemia aplastik
yang fatal. Karena fungsi dalam menghambat sintesis protein bakteri, kloramfenikol
memiliki spektrum yang sangat luas yang aktif terhadap bakteri gram positif (termasuk
strain sebagian besar MRSA), gram negatif dan bakteri anaerob. Hal ini tidak aktif
terhadap Pseudomonas aeruginosa, Klamidia, atau Enterobacter. Ini memiliki beberapa
aktivitas terhadap Pseudomonas burkholderia, namun tidak lagi secara rutin digunakan
untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh organisme ini (obat ini telah digantikan
oleh seftazidim dan meropenem). Di Barat, kloramfenikol sebagian besar dibatasi untuk
penggunaan topikal karena kekhawatiran tentang risiko anemia aplastik.
Tetrasiklin adalah salah satu antibiotik spektrum luas pertama yang dikembangkan
dan pernah menjadi antibiotik pilihan untuk berbagai infeksi bakteri. Selain itu, tetrasiklin
topikal merupakan salah satu obat pertama yang secara khusus disetujui untuk
pengobatan acne vulgaris. Tetracycline adalah antibiotik poliketida, yang merupakan
keluarga obat (tetrasiklin keluarga) yang juga mencakup anti-jerawat yang populer
antibiotik doksisiklin dan minosiklin. Antibiotik poliketida bekerja dengan mencegah
bakteri yang rentan dari sintesis protein baru (yang mencegah mereka dari tumbuh).
Mereka melakukan ini dengan mengikat unit sub-30S ribosom dan kemampuan
menghambat untuk menerjemahkan RNA menjadi protein. Interaksi Obat:
sefalosporin.
V.
VI.
Alat
Bahan
Tabung Reaksi
Pipet Tetes
H2SO4 pekat
Bunsen
HNO3 pekat
NaOH
Kapsul kloramfenikol
Cuprifil
CARA KERJA
Kloramfenikol
1. Menambahkan kloramfenikol dengan NaOH menjadi warna orange merah
VII.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi kapsul kloramfenikol. Secara
organoleptis kloramfenikol berupa serbuk hablur halus berbentuk jarum atau lempeng
memanjang, berwarna putih sampai kelabu, berasa pahit, dan memiliki bau yang khas.
Dalam mengidentifikasi kloramfenikol digunakan metode organoleptis yang akan
menunjukkan ciri khas dari kloramfenikol berdasarkan perubahan warna, dan timbul
endapan. Perubahan warna terjadi apabila kloramfenikol ditambahkan NaOH yang
berlebih maka larutan akan berubah warna menjadi orange merah. Apabila NaOH yang
digunakan tidak berlebih maka agar dapat berubah warna dapat dilakukan dengan cara
memanaskannya diatas bunsen. Endapan merah akan timbul apabila kloramfenikol
ditambah cuprifil dan dipanaskan. Apabila tidak dipanaskan maka hanya akan berubah
warna menjadi biru tua.
IX.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel teridentifikasi
sebagai kloramfenikol.