Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Diare adalah kondisi dimana frekuensi buang air besar yang abnormal
(lebih dari 3kali/hari) dengan jumlah (lebih dari 200gr/hari) dan konsistensi cair
yang berlangsung dalam waktu kurang dari dua minggu. Diare menurut WHO
adalah keluarnya tinja yang lunak/cair dengan frekuensi 3x/hari atau lebih dengan
atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Penyakit diare masih menjadi masalah di
negara berkembang seperti indonesia, karena angka morbiditas dan mortalitasnya
yang masih tinggi terutama pada usia balita. Di negara berkembang rata-rata anak
balita mengalami 3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat
terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup
anak dihabiskan untuk diare. (Soebagyo, 2008) Di Indonesia, hasil riset kesehatan
dasar (Riskesdas,2007) menunjukan bahwa diare merupakan penyebab kematian
no 4 (13,2%) pada semua umur sedangkan diare penyebab kematian no 1 pada
bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%). Jumlah kasus diare pada
tahun 2011 di Indonesia, yakni 2.301.242 kasus(Data Profil Kesehatan Indonesia
dari Kementrian Kesehatan, 2011).
Kejadian diare terutama pada balita berhubungan dengan lingkungan,
penjamu, perilaku dan status gizi. Penyakit diare merupakan penyakit yang
berbasis lingkungan yang diantaranya ada beberapa faktor yang memegang
peranan penting yaitu ketidaktersediaanya air bersih, air tercemar tinja,
kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan
lingkungan dan perorangan yang jelek, serta penyimpanan dan penyiapan
makanan yang tidak semestinya (Sander,2005). Apabila faktor lingkungan tidak
sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula, maka penularan diare akan sangat mudah terjadi. (Depkes,
2005). Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap
diare diantaranya ibu tidak memberikan asi selama 2 tahun, ,kurangnya perhatian
ibu, kurang gizi, dan penyakit campak.
Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan dan faktor
sosiodemografi terhadap kejadian diare pada balita usia 14 tahun di
Puskesmas Makrayu Palembang?
1.3
Tujuan Penelitian
1.1.1. Tujuan Umum
Diketahui ada atau tidaknya hubungan antara faktor lingkungan
dan faktor sosiodemografi terhadap kejadian diare pada balita usia 14
tahun di Puskesmas Makrayu Palembang
1.1.1.3.2.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui angka kejadian diare balita usia 14 tahun di
Puskesmas Makrayu Palembang.
2. Mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara pekerjaan ibu
dengan diare balita usia 14 tahun di Puskesmas Makrayu.
3. Mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan
4.
tidaknya
hubungan
antara
tempat
Hipotesis
Adanya
hubungan
antara
faktor
lingkungan
dan
faktor
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1) Masyarakat
Memberikan Informasi mengenai hubungan antara kejadian diare
dengan faktor lingkungan dan faktor sosiodemografi sehingga
masyarakat
bisa
lebih
memperhatikan
pentingnya
menjaga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Faktor Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku,
aturan
memudahkan
terjadinya
penyebaran
yang
menurun
untuk
masuk
ke
tempat
penampungannya.
4) Jamban bor (Bored hole latrine)
Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya
ukurannya lebih kecil karena untuk pemakaian yang tidak
lama,
misalnya
untuk
perkampungan
sementara.
Penggunaan
jamban
parit
sering
Faktor Sosiodemografi
Demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan
10
a. Tingkat pendidikan
Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam
kesehatan
masyarakat.
Pendidikan
masyarakat
yang
rendah
11
Faktor Perilaku
Menurut Depkes RI (2005), faktor perilaku yang dapat menyebabkan
kebersihan
12
Diare
2.4.1. Definisi
Diare menurut WHO adalah buang air besar (defekasi) dalam
bentuk cair dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam sehari dengan/tanpa
lendir dan darah dalam tinja (WHO, 2009). Diare diartikan sebagai buang
air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi
lebih banyak dari biasanya (IKA FKUI, 1985).
.4.2. Klasifikasi Diare
13
14
ii.
iii.
Poliomyelitis),
Rotavirus,
seperti
otits
media
akut,
Tonsilofaringitis,
maltosa
dan
sukrosa),
monosakarida
15
16
sekretorik
terjadi
akibat
menurunya
absorpsi
dan
meningkatya sekresi air dan elektrolit dari usus. Salah satu penyebab diare
tipe sekretorik adalah karena rangsangan tertentu misalnya enterotoksin
pada infeksi vibrio chloreae. Enterotoksin merupakan protein yang dapat
menempel pada epitel usus halus. Enterotoksin dapat menyebabkan sekresi
elektrolit dan air dengan merangsang akumulasi cyclic adenosine
monophosphate (c-AMP) di dalam sel mukosa usus halus. Akumulasi cAMP akan menghambat absorpsi villus dan memacu sekresi sel kripta
usus.
Diare sitotoksik terjadi akibat kerusakan sel mukosa villus usus
halus karena proses inflamasi, umumnya disebabkan oleh infeksi virus.
Villus akan mengalami atrofi atau memendek sehingga luas permukaan
usus halus berkurang. Hal ini menyebabkan fungsi absorpsi cairan dan
elektrolit oleh permukaan usus menurun. (Simardibta dan Daldiyono,
2000)
.4.7. Patogenesis
Penyebab terserirng diare pada anak adalah disebabkan oleh
rotavirus. Virus akan masuk kedalam tubuh, kemudian virus akan
menginfeksi sel-sel epitel usus halus dan villus di usus halus. Sel-sel epitel
yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid
atau epitel gepeng yang belum matanag sehingga fungsinya belum baik.
Villus mengalami atrofi dan tidak bisa menyerap makanan dan cairan
dengan baik. Cairan dan makanan yang tidak tercerna akan terkumpul di
17
Hal ini
18
19
20
empedu.
Anusnya lecet.
Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
Muntah sebelum atau sesudah diare.
Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).
Dehidrasi
Penilaian derajat dehidrasi bisa dengan menggunakan
No
1
3
4
TABEL 2.
Penilaian Derajat Dehidrasi dan Rencana Pengobatanmya menurut
P2 Diare
Penilaian
A
B
C
LIHAT
1. Keadaan
Baik, sadar
Gelisah, rewel Lesu atau
Umum
tidak sadar.
Normal
Cekung
Sangat
2. Mata
cekung dan
kering
3. Rasa haus
Minum biasa, Haus,
ingin Malas
tidak haus
minum banyak minum/
tidak bisa
minum.
PERIKSA
Kembali
Kembali
Kembali
Cepat
lambat(1sangat
Turgor Kulit
2detik)
lambat
DERAJAT
Tanpa
Dehidrasi
DEHIDRASI
dehidrasi
ringan/sedang
RENCANA TERAPI
A
B
Sumber: Kemenkes RI 2011
Dehidrasi
berat
C
21
TABEL 3.
Maurice King Score
Bagian tubuh
yang diperiksa
Keadaan umum
Sehat
Gelisah,
Mengigau,
cengeng,
apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
besar
Mulut
Normal
Kering
Kering
Denyut
Sedang
sianosis
(120- Lemah > 140
dan
nadi/menit
140)
Catatan :
- Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara
ibu jari dan telunjuk selama 30-60 detik, kemudian di lepas. Jika
22
susu.
Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah
mendapat makanan padat :
o Berikan
bubur
bila
mungkin
23
makanan tambahan
setiap hari
selama 2 minggu.
c. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak
tidak membaik. Dalam 3 hari atau menderita
sebagai berikut :
Buang air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyatak
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
2) Rencana Pengobatan B
Rencana pengobatan ini digunakan sebagai pilihan
terapi pada diare dengan dehidrasi ringan-sedang. Tugas utama
rencana pengobatan B adalah :
a. Memperkirakan jumlah larutan oralit yang diberikan
dalam 3-4jam dehidrasi.
b. Memperlihatkan kepada
ibu
bagaimana
larutan
elektrolit.
c. Meneruskan pemberian ASI dan memberikan cairan lain
yang dibutuhkan.
d. Memantau pengobtan dan menilai kembali anak secara
periodik sampai rehidrasi sempurna.
e. Memberi instruksi untuk meneruskan pengobatan di
rumah sesudah mengikuti rencana pengobatan A.
Umur
Jumlah oralit
300 ml
600 ml
1200 m
2400ml
24
hentikan
Umur
Bayi
(< 1 tahun)
Anak
TABEL 5.
Pembagian Pemberian Cairan IV.
Pemberian Pertama
Pemberian Berikut
30ml/kg selama :
70ml/kg selama :
1 jam
5 jam
jam 1 jam
2 jam 3 jam
25
(1 5 tahun)
Sumber : Depkes RI (2008)
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika pengobatan :
a) Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak
teraba.
b) Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi
belum.
c) Tercapai pencepat tatasan Intravena.
d) Juga berikan oralit (5ml/kg/jam),bila penderita bisa
minum, biasanya setelah 3-4 jam ( bayi)atau 1-2(anak).
e) Setelah 6jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi
penderita mengunakan Tabel Pernilaian.
f) Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau
C ) untuk melanjutkan terapi.
.4.11. Pencegahan Diare
Pencegahan diare bisa dengan menggunakan berbagai upaya,
kebanyakan penularana diare terjadi melalui fecal-oral maka pencegahan
harus difokuskan pada cara penyebaran ini. Berbagai upaya tersebut antara
lain :
1. Pemberian ASI eksklusif (berikan ASI sampai usia bayi 6
bulan, bahkan lebih baik lagi 2 tahun
2. Menghindari penggunaan susu botol
3. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanana
pendampin ASI
4. Penggunaan air bersih
5. Mencuci tangan dengan sabun baik sesudah buang air besar
dan membuang feces bayi sebelum menyiapkan makanan
atau saat makan.
6. Membuang Feces dengan benar(termasuk feces bayi).
7. Menjaga kebershian lingkungan, terutama lingkungan
rumah.
.4.12. Komplikasi
26
hipertonik)
Renjatan Hipovolemik
Hipokalemia
Hipoglikemia
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi
.3
Kerangka Teori
a. Tingkat
pendidikan ibu
b. Jenis pekerjaan
ibu
c. Umur ibu
Faktor
lingkungan
Faktor
sosiodemograf
DIARE
a. Pemberian ASI
eksklusif
b. Penggunaan botol
susu
c. Kebiasaan cuci
tangan
d. Kebiasaan
membuang tinja
e. Menggunakan air
yang tercemar
f. Menggunakan
jamban
Faktor prilaku
27
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan desain case
control.
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september tahun 2013 sampai
desember 2013 di puskesmas makrayu, kecamtan ilir barat II palembang
Populasi dan sampel
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang memiliki
balita usia 1-4 tahun yang mendapatkan pelayanan di puskesmas
makrayu dan bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas
makrayu.
Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu-ibu yang memiliki
balita usia 1-4 tahun yang mendapatkan pelayanan di puskesmas
makrayu dan bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas
makrayu.
29
Besar sampel :
z
n
1 / 2
2 P (1 P ) z1 P1 (1 P1 ) P2 (1 P2 )
( P1 P2 ) 2
Besa
rnya sampel yang diambil dalam penelitian ini ditentukan
dengan rumus :
1 2P (1 P ) z
n
P1 (1 P1 ) P2 (1 P2 )
( P1 P2 ) 2
30
Definisi oprasional
1. Kejadian diare
Definisi : Kondisi dimana frekuensi buang air besar yang lebih dari
3kali/hari dengan jumlah lebih dari 200gr/hari dan konsistensi cair yang
berlangsung selama kurang dari dua minggu dengan atau tidak disertai
darah yang terjadi dua minggu terakhir
Cara ukur : wawancara
Alat ukur ; kuesioner
Hasil ukur ;
1. Diare
2. Tidak Diare
31
32
33