Anda di halaman 1dari 10

A.2.

Deskripsi hasil pengamatan untuk membangun kompetensi

dasar pedagogik,

kepribadian, dan sosial.


1. Kompetensi dasar pedagogik
Komepetensi dasar pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta
didik yang meliputi:
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
Pemahaman terhadap peserta didik
Pengembangan kurikulum/silabus
Perancangan pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan logis
Evaluasi hasil belajar
Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.

Kompetensi dasar pedagogik guru di SD Negeri 16/24 Bulu Tellue


1) Kegiatan pembelajaran yang mendidik di kelas dan di lapangan.
Kelas
Guru menjelaskan materi pelajaran secara terpadu, terperinci, jelas dan cepat,
sehingga peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Dengan adanya
pembelajaran yang terpadu tersebut siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan
-

secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.


Lapangan
Dari hasil pengamatan, kegiatan pembelajaran di lapangan di SD Negeri 16/24 Bulu
Tellue yaitu guru menjelaskan, mengarahkan dan membimbing siswa, cara berbaris
yang benar dan rapi serta menjelaskan materi yang berkaitan dengan kegiatan
olahraga dengan menggunakan alat peraga, seperti cara bermain bola kaki, bermain
bola voli, dan lain sebagainya sehingga siswa dapat memahami mudah kegiatankegiatan yang dilakukan.

2) Kegiatan Pembelajaran yang Mendorong Peserta didik mencapai prestasi belajar


secara optimal.
Dari hasil pengamatan, kegiatan pembelajaran yang mendorong peserta didik
mencapai prestasi belajar secara optimal yaitu guru memberikan bimbingan khusus
bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dalam hal ini, diperlukan interaksi

antara guru dan siswa, dimana siswa bertanya kepada guru mengenai kesulitan apa
yang dialaminya atau guru juga langsung menanyakan kesulitan apa yang dialami
siswa sehingga siswa tidak putus asa.
Guru juga memberikan penguatan kepada peserta didik agar dapat aktif dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga mampu mencapai kriteria yang baik.
3) Mengamati Berbagai Kegiatan Pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta
didik, termasuk kreativitasnya, yang dilakukan guru.
Kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk
kreativitasnya yang dilakukan guru adalah pada saat kegiatan pembelajaran di kelas
guru sudah menerapkan pembelajaran berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Misalnya guru mengajar dengan metode yang lebih
inovatif seperti metode diskusi, eksperimen, demonstrasi, ceramah, main peran serta
penugasan. Contohnya dalam menyajikan materi pelajaran Matematika yang dilakukan
guru untuk menyajikan materi adalah: menjelaskan secara terperinci dan berusaha
menemukan jawaban atas masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
sehingga siswa dapat mudah memahami dan dimengerti dan ada juga guru menyajikan
pelajaran matematika dengan cara metode hitung jari anak sehingga anak-anak mudah
mengerti. Agar siswa tetap semangat dan konsentrasi dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dikelas. Guru dapat menyajikan materi pembelajaran dengan cara
bermain

semacam

game

yang

berkaitan

dengan

materi

sehingga

dapat

mengaktualisasikan potensi peserta didik. Kreativitas itu yang dapat mendorong peserta
didik untuk semangat dalam belajar.
4) Mengamati Kegiatan guru melakukan Refleksi terhadap Pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Kegiatan guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan
adalah memberikan pertanyaan kepada siswa menyangkut materi yang telah diajarkan
sebelumnya dengan tujuan apakah siswa telah memahami dan mengikuti serius
kegiatan pembelajaran.
Guru menyimpulkan materi pelajaran dengan cara dituliskan dipapan tulis secara
singkat dan menjelaskannya secara terperinci supaya siswa lebih mengerti. Kegiatan
lain yang dilakukan guru adalah memberikan latihan soal yang berkaitan dengan materi
yang telah diajarkan dengan cara mengoreksinya secara satu persatu.
2. Kompetensi kepribadian.

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang meliputi :


Mantap
Dewasa
Stabil
Arif dan bijaksana
Berwibawa
Berakhlak mulia
Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
Evaluasi kinerja sendiri
Mengembangkan diri secara berkelanjutan
Kompetensi kepribadian guru di SD Negeri 16/24 Bulu Tellue.
1) Mengamati perilaku saling menghargai antar warga sekolah tanpa membedakan
keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal dan gender.
Dari hasil pengamatan, perilaku warga sekolah SD Negeri 16/24 Bulu Tellue dilihat
dari segi keyakinan yang dianut saling menghargai sesama umat islam berhubung
100% warga sekolah menganut agama yang sama yaitu islam. Sedangkan dilihat dari
segi suku, adat istiadat, daerah asal dan gender, warga sekolah selalu menunjukkan
sikap yang baik, cara berkomunikasinya santun dengan menggunakan bahasa
Indonesia sehingga orang luar yang datang tidak tersinggung, meskipun masih ada
sebagian kecil warga sekolah yang menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi.
2) Mengamati sikap dan perilaku warga sekolah, terhadap norma-norma yang dianut
(agama, hukum, dan sosial) yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan
nasional indonesia yang beragam.
Dari hasil pengamatan, warga SD Negeri 16/24 Bulu Tellue
Menunjukan sikap yang wajar dan santun
Taat terhadap aturan yang dianut (Agama, Hukum, dan sosial) yang berlaku dalam
masyarakat.
Selalu menunjukan sikap yang ramah dan cara berinteraksinya pun baik.
3) Mengamati berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun, baik
secara lisan maupun tulisan di Lingkungan Sekolah.
Dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan warga sekolah lebih sering
menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa daerah terutama dalam proses
belajar mengajar baik di dalam maupun di luar kelas. Dalam berkomunikasi lisan
maupun tulisan warga sekolah selalu memakai bahasa yang santun dan mudah
dipahami.

4) Mengamati komunikasi para guru, staf, dan kepala sekolah dari sudut komunikasi yang
efektif, empatik dan santun pada peserta didik dengan bahasa yang khas dalam
interaksi pembelajaran yang terbangun secara klasikal mulai dari:
Penyiapan kondisi psikologi peserta didik
Sebelum memulai pelajaran terlebih dahulu, guru selalu mengingatkan dan
mengajarkan siswa untuk berdoa.
Memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk
merespon
dalam memberikan pertanyaan atau tugas, guru mengajukan pertanyaan kemudian
segera menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab.
Respon peserta didik
Saat siswa menerima pertanyaan yang diberikan guru, sebagian besar siswa
aktif dalam menjawab pertanyaan.
Reaksi guru terhadap respon peserta didik
Ketika ada siswa yang berani untuk menjawab pertanyaan, guru selalu
memberikan pujian agar siswa termotivasi untuk selalu aktif dalam pembelajaran.
3. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk :
Berkomunikasi secara lisan maupun tulisan
Menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik.
Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial guru di SD Negeri 16/24 Bulu Tellue.
1) Mengamati sikap inklusif dan obyektif guru terhadap peserta didik, teman sejawat dan
lingkungan sekitar dalam melakukan pembelajaran.
Guru terhadap peserta didik
Jika ada siswa mengalami kesulitan atau masalah, guru memanggil orangtuanya
untuk mencari solusi dan menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh siswa
tersebut.
Guru terhadap teman sejawat dan lingkungan sekitar.
Jika seorang guru mempunyai kesulitan maka guru yang lainnya selalu memberikan
masukan atau memberikan pikiran untuk mencari solusi dari masalah tersebut. Guru

sama-sama saling mengisi kekurangan yang ada pada diri mereka masing-masing.
Misalnya seorang guru mempunyai kesulitan dalam pembelajaran dikelas, maka guru
yang lain saling mengisi dan memberikan masukan agar guru tersebut dapat menjalani
pembelajaran yang lebih baik pada siswanya.
2) Mengamati komunikasi para guru dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya
apakah dilakukan secara santun, empatik, dan efektif.
Dalam berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah tentunya guru
menggunakan bahasa yang santun dan bahasa yang mudah di mengerti.
3) Mengamati komunikasi warga sekolah dengan orang tua peserta didik dan masyarakat
dalam menginformasikan program pembelajaran dan dalam mengatasi kemajuan dan
masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik apakah dilakukan secara santun,
empatik, dan efektif.
Untuk memajukan pendidikan, guru mengadakan rapat yang dihadiri oleh
orangtua murid. Bagaimana partisipasi dan peran orangtua murid terhadap pendidikan
anaknya. Jika ada siswa yang mengalami masalah, guru memanggil orangtuanya untuk
bisa mencari solusi terhadap masalah atau kesulitan siswa.
4) Mengamati keikutsertaan orangtua peserta didik dan masyarakat dalam mendukung
program sekolah, pelaksanaan program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan
belajar peserta didik.
Orangtua tentunya sangat mendukung anaknya menjadi orang yang sukses. Jika
seoarang siswa ada yang sakit dan tidak bisa masuk sekolah maka orangtuanya
memberitahukan atau mengirim surat buat wali kelasnya.

A.3. Deskripsi hasil pengamatan untukmemperkuat pemahaman peserta didik


1) Mengamati karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual,
sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya.
Dalam aspek fisik siswa dalam suatu kelas bervariasi ada yang gemuk, ada yang
kurus, ada yang tinggi, ada yang pendek.
Dalam aspek intelektual juga berbeda-beda ada yang daya serapnya cepat, ada
yang sedang dan ada juga yang daya serapnya lambat. Sosial-emosional, dalam

hubungan dengan teman-teman yang lain ada siswa yang cepat marah, egonya masih
ada, ada yang sabar, rasa ingin memiliki sesuatu sangat tinggi.
Moral, tingkah laku peserta didik ada yang disiplin tepat waktu, disiplin dalam
berpakaian, disiplin dalam kebersihan lingkungan dan ada juga yang tidak. Sikap saling
menghargai dan saling tolong menolong antar sesama. Spritual, dalam keagamaan
siswa sering melakukan doa bersama sebelum dan sesudah pelajaran. Untuk lebih
mengembangkan rasa spritual siswa, maka setiap hari jumat bukan hanya siswa saja
semua warga sekolah ikut melaksanakan Tafakur dan sholat Dhuha bersama-sama.
Latar belakang Sosial-budaya siswa berbeda-beda ada yang orang tuanya Petani,
PNS, Polri, Buruh, dan ada juga Pedagang. Tetapi hubungan pergaulan mereka tidak
ada rasa perbedaan dengan latar belakang sosial-budaya.
2) Mengindentifikasi potensi peserta didik dalam lima mata pelajaran
Siswa mempunyai kemampuan dan potensi yang berbeda-beda. Ada siswa yang
pandai dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ada juga dalam pelajaran Matematika,
Bahasa Inggris, IPA dan IPS. Tetapi itu tidak untuk semua siswa ada juga beberapa
siswa mengalami kesulitan dalam lima mata pelajaran tesebut.
3) Mengindentifikasi kemampuan awal peserta didik dalam lima mata pelajaran
Dalam lima pelajaran ada siswa yang mengetahui lebih dulu materi yang
diberikan ada juga belum mengetahui.
4) Mengindentifikasi kesulitan peserta didik dalam lima mata pelajaran
Kesulitan yang terjadi pada siswa dalam lima mata pelajaran adalah dimana saat
mata pelajaran Matematika diajarkan, kesulitan siswa terlihat disaat perhitungan dan
pembagian. Dan ada juga siswa yang mengalami kesulitan tapi tidak ingin bertanya
hanya diam saja. Dengan cara melihat atau mengecek secara individu akhirnya siswa
baru mengatakan bahwa dia belum mengerti dengan materi yang telah dijelaskan. Guru
memberikan tugas atau ulangan, maka dari ulangan yang telah diberikan, Guru
mengetahui siswa mana yang memiliki kesulitan dalam materi yang diberikan.
A.4. Deskripsi hasil pengamatan langsung proses pembelajaran di kelas.
1. Kegiatan awal proses pembelajaran
Guru selalu membuka pelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa terlebih
dahulu. Kemudian guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang pembelajaran
yang akan dipelajari, hal ini dilakukan guru agar guru dapat mengukur pemahaman
peserta didik sebelum proses pembelajaran berlangsung.

2. Proses pembelajaran
Dari hasil pengamatan proses pembelajaran di kelas di SD Negeri 16/24
Bulu Tellue, semua kelas memiliki program semester pembelajaran, dimana program
semester tersebut sebagian besar digunakan. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru
menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan semua pembelajaran
sesuai dengan RPP yang dibuat.
Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yaitu metode
pembelajaran yang bervariasi atau terpadu. Keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran yaitu sebagian besar siswa aktif dalam bertanya, menjawab atau
menyatakan pendapat dengan tertib, meskipun masih ada siswa yang baru berani
bertanya, menjawab atau mengajukan pendapat bila ditunjuk oleh guru.
Pemanfaatan sumber belajar yang dilakukan guru yaitu guru terampil
menggunakan berbagai sumber belajar (termasuk lingkungan sekitar) yang sesuai
dengan kompetensi yang dikembangkan.
Guru menggunakan media untuk memberikan contoh konkrit yang
menghubungkan antara teori dan praktik dan merangsang anak berpikir kritis, dimana
sebagian besar siswa dapat melihat dengan jelas demonstrasi penggunaan alat peraga,
dapat mendengar penjelasan demonstrasi alat peraga, dan memahami cara
penggunaannya.
Dalam proses pembelajaran guru membuat LKS dan memberikan kepada
siswa.
3. Refleksi hasil pembelajaran
Sebelum kegiatan proses belajar mengajar ditutup atau diakhiri, guru
mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang pembelajaran yang telah dipelajari, hal
ini untuk mengetahui apakah siswa paham dan memperhatikan pelajaran yang baru
saja dipelajari, kemudian guru memberi tugas kepada siswa. Setelah itu guru menutup
pelajaran dengan berdoa.
A.5. Refleksi hasil pengamatan proses pembelajaran.
Dari hasil pengamatan proses belajar mengajar di SD Negeri 16/24 Bulu Tellue
sudah baik, dimana disemua mata pelajaran / tema menggunakan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan semua pembelajaran sesuai dengan RPP yang
dibuat, guru juga selalu memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan sehingga

siswa mampu mengeluarkan ide mereka sendiri. Dari segi penilaian juga sudah baik,
dimana guru menggunakan penilaian proses dan hasil, serta memanfaatkannya untuk
kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar siswa dijadikan referensi evaluasi mengajar guru
dan pelaksanaan remedial atau pengayaan pembelajaran siswa secara keseluruhan.
Meskipun proses belajar mengajar di kelas sudah baik, namun masih ada beberapa
siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang telah ditetapkan,
hal ini diperlukanpendekatan dan perhatian khusus serta peran serta orangtua dalam
membimbing siswa tersebut.
B. Pembahasan
a. Pengertian Budaya Sekolah / Kultur Sekolah
Kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok
masyarakat, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik
dalam wujud fisik maupun abstrak. Kultur ini juga dapat dilihat sebagai suatu perilaku,
nilai-nilai, sikap hidup, dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan
lingkungan, dan sekaligus cara untuk memandang persoalan dan memecahkannya.
Oleh karena itu, suatu kultur secara alami akan diwariskan oleh satu generasi kepada
generasi berikutnya. Sekolah merupakan lembaga utama yang yang didesain untuk
memperlancar proses transmisi kultural antar generasi tersebut. Konsep kultur di dunia
pendidikan berasal dari kultur tempat kerja di dunia industri, yakni merupakan situasi
yang akan memberikan landasan dan arah untuk berlangsungnya suatu proses
pembelajaran secara efisien dan efektif.
Faktor pembentuk kultur sekolah misalnya adalah nilai, moral, sikap dan perilaku siswa
tumbuh berkembang selama waktu di sekolah, dan perkembangan mereka tidak dapat
dihindarkan yang dipengaruhi oleh struktur dan kultur sekolah, serta oleh interaksi
mereka dengan aspek-aspek dan komponen yang ada di sekolah, seperti kepala
sekolah, guru, materi pelajaran dan antar siswa sendiri. Aturan sekolah yang ketat
berlebihan dan ritual sekolah yang membosankan tidak jarang menimbulkan konflik baik
antar siswa maupun antara sekolah dan siswa. Sebab aturan dan ritual sekolah
tersebut tidak selamanya dapat diterima oleh siswa. Aturan dan ritual yang oleh siswa
diyakini tidak mendatangkan kebaikan bagi mereka, tetapi tetap dipaksakan akan
menjadikan sekolah tidak memberikan tempat bagi siswa untuk menjadi dirinya.

Kultur sekolah biasanya berkaitan erat dengan visi yang dimiliki oleh kepala
sekolah tentang masa depan sekolah. Kepala sekolah yang memiliki visi untuk
menghadapi tantangan sekolah di masa depan akan lebih sukses dalam membangun
kultur sekolah. Untuk membangun visi sekolah ini, perlu kolaborasi antara kepala
sekolah, guru, orang tua, staf administrasi dan tenaga profesional. Kultur sekolah akan
baik apabila:
a) kepala dapat berperan sebagai model,
b) mampu membangun tim kerjasama,
c) belajar dari guru, staf, dan siswa, dan,
d) harus memahami kebiasaan yang baik untuk terus dikembangkan.
Kepala sekolah dan guru harus mampu memahami lingkungan sekolah yang
spesifik tersebut. Karena, akan memberikan perspektif dan kerangka dasar untuk
melihat, memahami dan memecahkan berbagai problem yang terjadi di sekolah.
Dengan dapat memahami permasalahan yang kompleks sebagai suatu kesatuan
secara mendalam, kepala sekolah dan guru akan memiliki nilai-nilai dan sikap yang
amat diperlukan dalam menjaga dan memberikan lingkungan yang kondusif bagi
berlangsungnya proses pendidikan.
Jadi yang dimaksud dengan kultur sekolah adalah seperangkat kumpulan nilai
kepercayaan, nilai tradisi, dan pola pikir untuk bagaimana bertindak dalam suatu
lingkungan sekolah sebagai suatu identitas sekolah yang menentukan proses
perkembangan anak didiknya.
b. Pengertian Manajaemen Berbasis Sekolah (MBS)
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari school-based
management. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi
luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional.
1) Tujuan MBS
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
megelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia;
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;

c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah
tentang mutu sekolahnya; dan
d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan
dicapai.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang
dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan
berikut:
a. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada
peserta didik, orang tua, dan guru.
b. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.
c. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar,
tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.
d. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru,
manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.

2) Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


MBS memberikan beberapa manfaat diantaranya :
a. Dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga
dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya;
b. Keleluasaan dalam mengelola sumberdaya dan dalam menyertakan masyarakat untuk
berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai
manajer maupun pemimpin sekolah;
c. Guru didorong untuk berinovasi;
d. Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan
pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai