Anda di halaman 1dari 17

PENGELOLAAN LINGKUNGAN KERJA PABRIK MAKANAN

TUGASKELOMPOK
MATAKULIAHHYGIENELINGKUNGANKERJA

PENGELOLAANLINGKUNGANKERJAPABRIKMAKANAN

NamaKelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

ArianHandoko
BagusHartanto
DoniArdiyanto
DwiEnggarWidiSaptana
Harjanti
HerdianaWidyastuti

YAYASANPENDIDIKANHAKLISEMARANG
SEKOLAHTINGGIILMUKESEHATAN
STIKESHAKLISEMARANG
JURUSANKESEHATANMASYARAKAT
SEMARANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap hari manusia terlibat pada suatu kondisi lingkungan kerja yang berbeda-beda
dimana perbedaan kondisi tersebut sangat mempengaruhi terhadap kemampuan manusia.
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil yang
optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung. Manusia akan mampu melaksanakan
pekerjaannya dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan kerja yang baik. Suatu kondisi
lingkungan kerja dikatakan sebagai lingkungan kerja yang baik apabila manusia bisa
melaksanakan kegiatannya dengan optimal dengan sehat, aman dan selamat. Ketidak
beresan lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam waktu yang lama. Lebih jauh lagi
keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak
yang tentunya tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien dan
produktif.
Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja
secara optimal dan produktif, oleh karena itu lingkungan kerja harus ditangani dan atau di
desain sedemikian sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan
kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman. Evaluasi lingkungan dilakukan dengan
cara pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan
lingkungan kerja.

Di dalam perencanaan dan perancangan sistem kerja perlu diperhatikan factor-faktor


yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan kerja seperti, kebisingan, pencahayaan, suhu
dan lain-lain. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu
manusia dapat melaksanakan kegiatannya dengan optimal. Ketidaksesuaian lingkungan
kerja dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat dampaknya
dalam jangka waktu tertentu.
Kualitas lingkungan kerja yang baik dan sesuai dengan kondisi manusia sebagai
pekerja akan mendukung kinerja dan produktivitas kerja yang dihasilkan. Pengendalian dan
penanganan faktor-faktor lingkungan kerja seperti kebisingan, temperatur, getaran dan
pencahayaan merupakan suatu masalah yang harus ditangani secara serius dan
berkesinambungan. Suara yang bising, temperatur yang panas getaran dan pencahayaan
yang kurang di dalam tempat kerja merupakan salah satu sumber yang mengakibatkan
tekanan kerja dan penurunan produktivitas kerja.(www.mercubuana.ac.id)
Kesehatan adalah factor sangat penting bagi produktifitas dan peningkatan
produktifitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik
merupakan potensi untuk meraih produktifitas kerja yang baik pula. Pekerjaan yang
menuntut produktifitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi
kesehatan prima. Sebaliknya keadaan sakit atau gangguan kesehatan menyebabkan tenaga
kerja tidak atau kurang produktif dalam melakukan pekerjaannya. Bahaya ditempat kerja
yang dapat menimbulkan kecelakaan dan ;penyakit akibat kerja cendrung lebih sering
terjadi pada populasi pekerja yang kurang memahami proses industry ditempat kerja, atau
tidak cukup dilatih dan dilindungi untuk mengatasi kemungkinan bahaya yang dapat terjadi.
Seorang dokter perusahaan bertanggung jawab untuk mendidik dan melatih pekerja untuk
menjadi pekerja yang terampil, efisien dan produktif.(Harrianto, 2010)
1.2 Batasan Masalah
a. Mengetahui pengertian dari Hygiene industri makanan
b. Mengetahui tentang konsep dasar dari Hygiene Industri makanan
c. Mengetahui tentang program - program Hygiene Industri makanan
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui tentang pengelolaan lingkungan kerja di PT.Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk Divisi Noodle cabang Semarang
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja
di PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang Semarang
3.
Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pekerja, lingkungan kerja, dan
penyakit akibat kerja. di PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang
Semarang
4.
Untuk mengetahui bagaimana upaya pengendalian yang dilakukan pada kesehatan
lingkungan kerja.
di PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang Semarang
BAB II
ISI
2.1. Pengertian
Hygiene perusahaan atau industri adalah spesialisasi ilmu hygiene beserta
prakteknya yang lingkup dedikasinya adalah mengenali, mengukur dan melakukan penilaian
(evaluasi) terhadap faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan
kerja dan perusahaan. Hasil pengukuran dan evaluasi demikian dipergunakan sebagai dasar
tindakan korektif serta guna pengembangan pengendalian yang lebih bersifat preventif
terhadap lingkungan kerja/ perusahaan. Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/ kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarkat pekerja
memperoleh derajat kesehatan sebaik-baiknya (dalam hal dimungkinkan; bila tidak cukup
derajat kesehatan yang optimal), fisik, mental, emosional, maupun penyakit atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan dan /atau lingkungan kerja, serta terhadap
penyakit pada umumnya.
(Sumamur, 2009)
Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai suatu kesatuan upaya dengan
tujuan mewujudakan sumber daya manusia yang sehat dan produktif dapat diterjemahkan
dalam bahasa asing sebagai Industrial Hygiene and Occupational Health, yang cendrung
diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi problematika kesehatan kerja secara
menyeluruh.
Dalam rangka upaya menjadikan tenaga sumber daya manusia yang sehat dan
produktif, kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang

bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam
keseimbangan yang mantap antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan
kerja, serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.
Maksud dan tujuan hygiene perusahaan adalah melindungi pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan atau industry dari resiko bahaya khususnya factor fisik, kimiawi
dan biologis yang mungkin timbul oleh karena beroperasinya suatu proses produksi. Sasaran
suatu kegiatan hygiene perusahaan adalah factor lingkungan dengan jalan identifikasi
bahaya dan pengukuran agar tahu secara kualitatif dan kuantitatif bahaya yang sedang di
hadapi atau yang mungkin timbul, dan dengan pengetahuan yang tepat tentang resiko
faktor bahaya tersebut diselenggarakan tindakan korektif yang merupakan prioritas utama
waktu itu serta selanjutnya upaya pencegahan yang bersifat menyeluruh.
Wewenang dan tanggung jawab dalam bidang hygiene industri perusahaan dibagi
anatara berbagai sektor yaitu pada sektor ketenagakerjaan atas dasar hygiene industri
merupakan spesialisasi dalam keselamatan dan kesehatan kerja, pada sektor kesehatan
oleh alasan hygiene perusahaan tidak berdiri sendiri melainkan banyak kaitannya dengan
hygiene usaha umum serta pada lingkungan hidup karena lingkungan kerja adalah satu
aspek dalam lingkungan pemukiman.
Masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum harus dilindungi Dari
pengaruh buruk yang mungkin ditimbulkan oleh beroperasinya suatu perusahaan. Semua
sektor penyebab gangguan kesehatan dan penyakit serta gangguan umum lainnya yang
mungkin mengenai pekerja dapat pula menyebabkan hal serupa kepada masyarakat sekitar
suatu perusahaan dan masyarakat umum. Seperti hawa panas yang keluar dari pabrik atau
asap yang mengandung aneka zat kimia melalui cerobong asap. Hygiene industri dengan
kompetensinya dalam hal identifikasi, pengukuran, evaluasi dan pengendalian faktor yang
bersifat fisik, kimiawi dan biologis dapat sangat berperan dalam upaya menyelenggarakan
perlindungan kepada penduduk yang berada di luar perusahaan.
2.2. Konsep dari Hygiene Industri
Konsep dasar dari hygiene industri adalah agar seorang tenaga kerja berada dalam
keserasian sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan
kesehatan dan produktifitas kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan yang
positif-konstruktif, antara unsur unsur ;
1. Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban dimaksud mungkin fisik,
mental, dan atau social. Seorang tenaga kerja yang secara fisik bekerja berat seperti halnya
buruh bongkar muat barang dipelabuhan, memikul lebih banyak beban fisik dari pada beban
mental maupun sosial. Berlainan dari itu adalah beban kerja seorang pengusaha atau
manjemen, tanggung jawabnya merupakan beban mental yang relati jauh lebih besar dari
beban fisik yang dituntut oleh pekerjaannya. Adapun petugas sosial misalnya penggerak
lembaga swadaya masyarakat atau gerakan mengentaskan kemiskinan, mereka lebih
menghadapi dan memikul beban kerja sosial kemasyarakatan. setiap tenaga kerja memiliki
kemampuan tersendiri dalam hal kapasitas dalam menanggung beban kerjanya.
2. Beban tambahan akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja Ada lima fatkor
penyebab beban tambahan dimaksud ;
a) Faktor fisik yang meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara,
atau luas lantai kerja maupun hal-hal yang bersiat fisik seperti penerangan, suhu udara,
kelembabab udara, tekanan udara, kecepatan aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis,
radiasi gelombang elektromagnetik.
b) Faktor kimiawi yaitu semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin wujud fisiknya
merupakan salah satu atau lebih dalam bentuk gas, uap, debu, kabut, fume (uap
logam), asap. Awan, cairan, dan atau zat padat.
c) Faktor biologis, yaitu semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun
hewan
d) Faktor fisiologis/ergonomis, yaitu interaksi antar faal kerja manusia dengan pekerjaan
dan lingkungan kerjanya seperti kontruksi mesin yang disesuaikan dengan fungsi indra
manusia, postur dan cara kerja yang mempertimbangkan aspek antropometris dan
fisiologis manusia.
e) Faktor mental dan psikologis, yaitu reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja,
hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan prosedur organisasi
pelaksanaan kerja dan lain-lain.
3. Kapasitas kerja

Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu dengan yang lainnya dan
sangat bergantung kepada motivasi kerja, pengalaman, latar belakang pendidikan, keahlian,
ketrampilan, kesesuaian terhadap pekerjaan, kondisi kesehatan, keadaan gizi, jenis kelamin,
usia dan ukuran antropometri tubuh serta reaksi kejiwaan.
Semakin tinggi mutu ketrampilan kerja yang dimiliki, kian efisien tenaga kerja bekerja
sehingga beban menjadi relative jauh lebih ringan. Tidak mengherankan angka kesakitan
sangat kurang bagi mereka yang memiliki ketrampilan tinggi, lebih lagi bila mereka cukup
termotivasi untuk mendedikasikan hidupnya kepada pekerjaannya.

2.3. Program Hygiene Industri


Program dan implementasinya yang meliputi ruang lingkup berikut ini;
a) Pemeliharaan tempat dan lingkungan kerja yang mendukung efisiensi dan produktifitas
serta kenyamanan kerja atau memungkinkan kondisi kerja berada dalam koridor yang
aman menurut standar hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomic.
b) Penyerasian pekerjaan dan lingkungan kerja kepada karakteristika faktor manusia serta
penerapan cara bekerja yang memenuhi syarat keselamatan, kesehatan, hygiene
industri dan ergonomic.
c) Pelaksanaan program kedokteran-kesehatan kerja promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative sebagai perwujudan upaya kedokteran-kesehatan yang komprehensif
antara lain pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sebelum bekerja, pra
penempatan, alih tugas, pasca pelaksanaan suatu tugas, berkala, dan saat memasuki
masa pensiun.
d) Penerangan, penyuluhan dan pendidikan tentang hubungan kesehatan dengan eisiensi
dan produktifitas kerja, serta upaya agar terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.
e) Upaya kuratif (P3K, pengobatan dan perawatan, rehabilitasi medis) yang mengurangi
secara kuantitatif dan kualitatif absenteisme dan kecacatan akibat kerja.
f) Pengumpulan dan analisis data hubungan tingkat kesehatan dan produktifitas tenaga
kerja dan juga produktifitas perusahaan atas dasar angka sakit, absenteisme, tingkat
keparahan penyakit dan kecelakaan serta hasil pelaksanaan kerja.
g) Pembinaan fisik, mental dan social terhadap tenaga kerja secara luas yang menunjang
kualitas kesehatan dan efisiensi serta produktifitas kerja.
h) Penelitian dan upaya pengembangan dalam peningkatan program hygiene perusahaan
dan kesehatan kerja.
i) Pencegahan terhadap pencemaran lingkungan sebagai akibat beroperasinya industri
atau juga kegiatan lainnya.
2.4. Pelayanan kesehatan di perusahaan
Tujuan pelayanan kesehatan kerja didasarkan pada rekomendasi ILO No. 112 (1959)
yang didukung oleh Masyarakat ekonomi eropa (1962) dan Majelis eropa (1972). Tujuan itu
didukung pula oleh konvensi ILO 161 dan rekomendasi No. 171 (1985).
Tujuan itu adalah sebagai berikut ;
a. Melindungi pekerja dari bahaya kesehatan ditempat kerja
b. Menyesuaikan pekerjaan agar serasi dengan status kesehatan pekerja c. Menyumbang
pembangunan dan pemeliharaan kesejahteraan fisik dan mental yang setinggi-tingginya
ditempat kerja.
(Harrington, 2005)
2.4.1 Dokter perusahaan
Dokter perusahaan adalah setiap dokter yang ditunjuk atau bekerja di perusahaan,
memimpin dan menjalankan pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja diperusahaan yang
bersangkutan. Antara kesejateraan pekerja dan keuntungan yang menjadi tujuan dunia
usaha terdapat peluang untuk timbul konflik berkepanjangan yang tidak mudah
diselesaikan. Dokter yang praktek melayani kesehatan pekerja berada dilingkungan seperti
itu dan tidak ada alternative lain baginya untuk menghadapi kenyataan seperti itu. Seorang
dokter tidak boleh memihak dan dokter perusahaan harus bekerja sebagai dokter yang
mematuhi sumpah dokternya dan menjalankan prakteknya dengan objektif sejujur-jujurnya.

Dalam rangka menuju sasaran yaitu kesehatan dan produktifitas kerja yang optimal, misi
dari dokter perusahaan adalah sesuai dengan tujuan dari pelayanan kesehatan seperti yang
dijelaskan diatas. Dan dokter perusahaan harus mempunyai hubungan baik dan kerja sama
erat dengan dokter luar, ia harus mengatur konsultasi ke dokter ahli, bilamana diperlukan. Ia
kadang-kadang perlu pula mengatur penggunaan fasilitas kesehatan yang terdapat di
wilayah tempat perusahaan berada atau didaerah lain untuk kepentingan pemeliharaan
kesehatan atau pengobatan penyakit pada pekerja atau unsur pimpinan perusahaan,
misalnya rujukan ke rumah sakit.

2.4.2 Perawat Perusahaan


Tenaga paramedis perusahaan adalah setiap tenaga paramedic yang ditunjuk atau
ditugaskan untuk melaksanakan atau membantu penyelenggaraan tugas-tugas pelayanan
kesehatan kerja diperusahaan atas petunjuk dan bimbingan dokter perusahaan. Perawat
adalah salah satu dari tenaga paramedic perusahaan tersebut. Seorang perawat dalam
pelayanan kesehatan kerja diperusahaan merupakan pembantu utama bagi dan mewakili
dokter perusahaan, apabila dokter tidak berada ditempat.
Seorang perawat hyperkes adalah seorang yang berijazah perawat dan memiliki
pengalaman/training keperawatan dalam hyperkes dan bekerja melayani kesehatan tenaga
kerja di perusahaan atau komunitas tenaga kerja lainnya. Suatu syarat yang sangat penting
adalah pengetahuan dan ketrampilan dalam dasar-dasar dan teknik keperawatan, serta juga
dalam soal pertolongan pertama pada kecelakaan dan keadaan darurat khususnya yang
ringan. Seorang perawat hiperkes dalam pekerjaannya harus mempunyai hubungan dengan
unsur-unsur; dokter perusahaan, pengusaha, tenaga kerja, dokter umum/spesialis, fasilitas
kesehatan diluar perusahaan, dan ikatan perawat yang ada.
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja di tempat kerja, yaitu;
1. Pewarnaan
Warna ruang atau kantor yang serasi dapat meningkatkan produksi, meningkatkan
moral kerja, dan menurunkan terjadinya kesalahan kerja, misalnya sebagai contoh, warna
dinding yang putih dapat merefleksikan ruang kerja yang lebih terang dan cocok untuk
ruangan yang sempit, sehingga ruangan tersebut dirasakan seolah-olah menjadi lebih luas.
Menurut Sedarmayanti, menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan
sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan
dekorasi. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan
lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasan amnusia.
Di bawah ini terdapat daftar beberapa warna yang dapat mempengaruhi perasaan manusia.
Warna Sifat Pengaruh Untuk Ruang/Kerja
1.
Merah Dinamis, Merangsang dan Panas Menimbulkan semangat kerja Pekerjaan
sepintas (singkat)
2.
Kuning Keanggunan, bebas dan hangat Menimbulkan rasa gembira dan merangsang
urat syaraf mata Gang-gang jalan, Lorong.
3.
Biru Tenang, tentram dan Sejuk Mengurangi tekanan atau Ketegangan Berfikir,
Konsentrasi
Selain warna merangsang emosi atau perasaan, warna dapat memantulkan sinar yang
diterimanya. Banyak atau sedikitnya pantulan dari cahaya tergantung dari macam warna itu
sendiri. Sebenarnya masalah pewarnaan tidak hanya pada pewarnaan dindingnya saja
melainkan lebih luas lagi misalnya pewarnaan mesin-mesin, pewarnaan peralatan, bahkan
pewarnaan seragam kerja juga perlu diperhatikan. Warna juga mempunyai efek pada
keadaan psikologis seorang pekerja, yakni dapat memotivasi karyawan dalam bekerja, itulah
sebabnya pemakaian warna perlu disesuaikan dengan jenis pekerjaannya.
2. Penerangan
Penerangan memiliki manfaat yang sangat besar bagi karyawan yaitu untuk proses

kelancaran kerja, karena penerangan (cahaya) yang kurang cukup terang dapat
mengganggu penglihatan karyawan manjadi tidak jelas pada saat bekerja. Sehingga
pekerjaan mereka akan menjadi terhambat, banyak mengalami kesalahan, serta menjadi
kurang efisien di dalam melaksanakan dan menjalankan pekerjaan-pekerjaan tersebut dan
pada akhirnya tujuan perusahaan yang diharapkan akan sulit untuk dicapai. Oleh sebab itu
perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang cukup terang dan tidak menyilaukan
mata.
Pada dasarnya, penerangan (cahaya) dapat diperoleh berdasarkan ;
a. Cahaya alam yang berasal dari sinar matahari,
b. Cahaya buatan berupa lampu.

3. Kebisingan
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Maksud tidak dikehendaki
di sini yaitu karena dengan adanya kebisingan maka konsentrasi dalam bekerja akan
terganggu, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan mengalami banyak kesalahan atau
rusak.
Dengan demikian dalam jangka waktu yang panjang bunyi tersebut dapat
mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dapat terjadi kesalahan dalam
berkomunikasi dan akan berpengaruh pada emosi karyawan yang bila tidak diantisipasi
maka akan timbul stres kerja. Dalam melakukan pekerjaan sangat dibutuhkan konsentrasi,
maka sebaiknya ruang kerja dihindarkan dari segala sesuatu yang dapat menimbulkan
kebisingan. Sumber kebisngan dapa berasal dari dalam kantor/industri maupun dari luar
kantor.
4. Kebersihan
Kebersihan lingkungan kerja sangat perlu diperhatikan, karena lingkungan kerja yang
bersih akan menimbulkan rasa nyaman dan semangat kerja yang tinggi bagi karyawan.
Suatu perusahaan yang baik akan memperhatikan hal ini, karena ketika karyawan sedang
bekerja dan membutuhkan konsentrasi tinggi, akan sangat sulit jika keadaan ruangan kerja
kotor atau berantakan. Oleh karena itu perlu diperhatikan kebersihan dalam lingkungan
kerja,
5. Pertukaran Udara
Pertukaran udara yang baik akan menyehatkan badan dan menimbulkan kesegaran,
sehingga dapat menimbulkan semangat kerja seseorang.
Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja.
Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan cukupnya
oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya
tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran
pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat
pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
6. Bau-Bauan
Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, dan
bau-bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman.
Pemakaian air condition yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan
untuk menghilangkan bau-bauan yang menggannggu di sekitar tempat kerja.
7. Temperatur
Menurut hasil penelitian,untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh
yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap pegawai karena
kemampuan
beradaptasi
tiap
pegawai
berbeda.
Temperatur dan kelembaban dapat mempengaruhi semangat kerja, kondisi fisik dan emosi.
Temperatur antara 730F- 770F cocok untuk ruang kerja dengan kelembaban antara 25%
hingga 50%. Temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mempengaruhi kondisi
fisik dan emosi karyawan.
8. Musik

Penggunaan musik pada jam kerja ternyata berpengaruh positif terhadap semangat
kerja dan peningkatan produksi. Bahkan penggunaan musik pun dapat menurunkan tingkat
absensi dan mengurangi kelelahan dalam bekerja. Keefektifan musik yang digunakan dalam
jam kerja, bergantung pada jenis musik yang dimainkan. Oleh karena itu, penggunaan musik
kerja perlu disesuaikan dengan kesukaan karyawan dan kondisi ruang kerja.

2.6 Lingkungan Kerja di Tempat kerja


Lingkungan kerja yang sering ditemukan ditempat kerja adalah;
a) Lingkungan Fisik ; suhu,ekosistem tekanan udara, noise, penerangan, getaran, dan
radiasi
b) Lingkungan Kimia ; Debu, uap, gas, larutan kimia, fume, mist/kabut, awan, dsb.
c) Lingkungan Biologi ; virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, serangga, dll.
d) Lingkungan Fisiologis ; Kesalahan kontruksi, tataletak mesin, sikap badan yang kurang
baik sehingga menyebabkan kelelahan atau kecelakaan kerja.
e) Lingkungan Mental psikologis : kondisi yang membosankan, hubungan kerja yang tidak
baik sehingga menimbulkan gangguan psikis (gangguan emosional, batin, atau
neorosis), faktor kepemimpinan yang tidak baik, kondisi materil dan psikologis kerja
yang kurang baik, lingkungan sosial yang tidak baik, (kurang baiknya hubungan antara
atasan dengan bawahan, atau kurang baiknya hubungan sesama tenaga kerja).
Lingkungan tersebut di atas dapat menjadi Hazardous atau sumber bahaya yang
mengakibatkan penyakit akibat kerja serta kecelakaan di tempat kerja. Pekerjaan atau
lingkungan kerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja, hal ini baru dapat dicegah dan ditingkatkan bila upaya kesehatan
lingkungan kerja / higiene perusahaan dapat diintensifkan di dalam tempat kerja.

PENGELOLAAN LINGKUNGAN KERJA


PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang
PT Indofood adalah perusahan memproduksi mie instan terbesar di dunia, dengan
pabrik dibeberapa negara selain Indonesia sendiri. Perusahaan yang juga beroperasi di
Cina , Nigeria , Australia, Amerika, Sudan , Malaysia dan beberapa Negara lainnya,
perusahaan ini menjual lebih dari 10 miliar paket mie instan tiap tahunnya yang sudah
dikonsumsi 35 Negara. Disamping mie instan, PT Indofood juga mengembangkan variasi
produk ke ranah snack, kecap, bumbu penyedap, makanan bayi, maupun soft drink.
Cakupan
bisnis
perusahaan
Indofood
dan
peningkatan
pasar
ke
depannya
menyebabkan
banyak sistem manajemen yang harus dilakukan.
PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk divisi Noodle Semarang merupakan indusri
makanan mie instan yang mencakup area Jawa Tengah dan daerah istimewa Yogyakarta
yang terletak di Jl Tambak Aji II/8 Kelurahan. Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan Semarang
Jawa tengah Telp. (024) 8664555 Fax. (024) 8662455 dengan jumlah Karyawan 827 Orang.
Mempunyai
Visi
( TO BECOME A TOTAL FOOD SOLUTIONS COMPANY )

Yaitu Menjadi perusahaan penyedia makanan bermerek dan bermutu bagi jutaan konsumen
di Indonesia dan juga di berbagai penjuru dunia.
Dan
Misi
1. Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan kami, proses produksi kami, dan teknologi
kami
2. Menyediakan produk yang berkualitas tinggi, inovatif dengan harga terjangkau, yang
merupakan pilihan pelanggan
3. Memastikan ketersediaan produk bagi pelanggan domestik maupun internasional
4. Memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup bangsa Indonesia, khususnya
dalam bidang nutrisi
5. Meningkatkan stakeholders value secara berkesinambungan

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk mempunyai komitmen dan kebijakan serta maklumat
demi tercapainya Keselamatan dan kesehatan kerja.
KOMITMEN DAN KEBIJAKAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 )
PT Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Semarang Jawa Tengah mempunyai
komitmen untuk menyediakan tempat kerja yang selamat, sehat, dan aman bagi semua
karyawannya. Pihak Perusahaan memandang Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 )
setingkat dengan persoalan Kualitas, Produksi dan Biaya Pihak Perusahaan akan selalu
berusaha untuk menghilangkan bahaya yang dapat mengakibatkan sakit, luka, kerusakan
harta benda, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan, dan kehilangan proses serta hal
hal yang dapat merusak lingkungan. Kecelakaan mengakibatkan kehilangan yang tidak
disengaja dan dapat dibatasi melalui pihak pimpinan, melalui pengurus Panitia Pembina
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ( P2K3 ), dengan bantuan aktif, dari semua lapisan
karyawan ( karyawan yang
paling bawah hingga top manajemen ) Tanggung jawabtanggung jawab berikut sangat penting demi keberhasilan komitmen dan kebijakan ini,
Pimpinan Perusahaan melalui pengurus P2K3 bertanggung jawab dalam : Mingintegrasikan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam semua bidang tempat kerja, melalui proses
Peningkatan secara terus menerus , Meningkatkan komunikasi mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sebagai bagian yang normal dari segala aspek bidang kerja, Merencanakan,
mengembangkan, melaksanakan dan mengawasi Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Mengambil langkah-langkah yang effektif untuk menyediakan dan mempertahankan
tempat kerja yang selamat, sehat, dan aman terbebas dari pencemaran lingkungan dan
penyakit akibat kerja.
Karyawan ( paling bawah hingga top manajemen ) mempunyai tanggung jawab dalam :
Bekerja dengan cara yang selamat, sehat dan aman dan menganjurkan orang lain untuk
melakukan hal yang sama, Mencegah / melarang orang lain yang bekerja dengan cara yang
tidak aman, Bekerjasama, mendukung dan meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di tempat kerja, Melaporkan atau mengoreksi praktek atau kondisi yang mereka
( karyawan ) ketahui tidak sesuai dengan standart yang berlaku, Melakukan pekerjaan
masing-masing sesuai dengan prosedur yang berlaku
Manajemen dan Pengurus P2K3 percaya bahwa semua karyawan PT Indofood CBP Sukses
Makmur Divisi Noodle Semarang Jawa Tengah ini akan bekerjasama dengan Pengurus
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( P2K3 ) dalam menjaga komitmen
pribadi untuk mensukseskan Proses Peningkatan Secara Terus Menerus
Safety and Health First,
Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sekian dan terima kasih
Semarang, 8 Desember 2010
Dibuat oleh,
Udin Chen
General Manager

MAKLUMAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 )


Kami bertekad untuk
hanya melaksanakan semua proses kerja
dengan cara yang aman dan sehat
di lingkungan kerja kami
dan untuk semua pelanggan kami
kami semua memahami
semua persyaratan proses kerja
yang aman, sehat dan akan memenuhi
semua persyaratan setiap saat
Jakarta, 3 Juni 2007
Anthoni Salim
Presiden Direktur

PROSES SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN PT.INDOFOOD CBP SUKSESMAKMUR


Tbk DIVISI NOODLE SEMARANG.
Perusahaan PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk berupaya menyediakan sumber
daya untuk pembentukan, pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan kerja yang diperlukan
untuk mengimplentasikan persyaratan dan system manajemen keamanan pangan ( SMKP )
yang dijamin dan didukung dengan pelaksanaan prosedur untuk pengelolaan sistem
manajemen lingkungan dan identifikasi bahaya yang meliputi
(1) GMP ( Good manufacturing Practice )
(2) SSOP ( Standart Sanitation Operation procedure )
(3) Heath & Safety Envirionment
(4) Pelatihan ( Training )
(5) GLP ( Good Laboratory practice )
(6) 5S ( Seiri,Seiton,Seiso,Seiketsu,Shitsuke )
(7) PHC ( Product Handling Control )
Manual system manajemen ini disusun sebagai panduan bagi seluruh tingkatan
organisasi PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk divisi Noodle Semarang untuk dapat
menerapkan, memelihara dan menjamin keamanan produk dengan system acuan
manajemen keamanan pangan yang berstandarisasi dan bersertifikasi
1.
2.
3.
4.
5.

Standart ISO 22000 : 2005 ( Food Safety manajemen System )


SNI ( Standar Nasioal Indonesia )
Halal ( Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia )
Peraturan perundang Undangan
Codex

1) GMP ( Good manufacturing Practice )

Good Manufacturing Practices (GMP) adalah sistem yang memuat persyaratan


minimum yang harus dipenuhi oleh industri makanan dan kemasan, terkait dengan
keamanan pangan, kualitas dan persyaratan hukum.
Standar umum yang dipergunakan adalah Title 21 Code of Federal Regulation (CFR) part 110
Good Manufacturing Practices in Manufacturing, Packing, or Holding Human Food and
General Principles Food Hygiene, WHO/FAO International Code Practice. Standar ini adalah
yang standar yang umum diterapkan dalam industri yang makanan dan kemasan.
Implementasi yang efektif dari System Management dengan menerapkan konsep
Hygiene & Sanitation pada system Good Manufacturing Practices / GMP akan memberikan
keyakinan dan manfaat dalam usaha industri makanan dan industri kemasan terkait Yang
bermanfaat
(1) Meningkatkan kepercayaan pelanggan;
(2) Meningkatkan image dan kompetensi perusahaan/organisasi;
(3) Meningkatkan kesempatan perusahaan/organisasi untuk memasuki pasar global melalui
produk/kemasan yang bebas bahan beracun (kimia, fisika dan biologi);
(4) Meningkatkan wawasan dan pengetahuan terhadap produk;
(5) Berpartisipasi dalam program keamanan pangan;
(6) Menjadi pendukung dari penerapan sistem manajemen mutu.
Dalam GMP di PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dilakukan 6 (enam) prinsip Sanitasi
Makanan, yaitu :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Upaya
Upaya
Upaya
Upaya
Upaya
Upaya

pengamanan bahan makanan


pengumpulan/penyimpanan bahan makanan
pengolahan bahan makanan
pengangkutan makanan
penyimpanan makanan
penyajian makanan

Dimana setiap bangunan , karyawan dan proses produksi sesuai ketentuan untuk
menjamin produk yang dihasilkan agar mempunyai mutu yang baik , hygienis dan bebas
dari cemaran mikrobia atau cemaran lainnya. Hal-hal tersebut juga diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 712/MENKES/PER/IX/1986 Perundangan : UU Nomor 23/1992
tentang Kesehatan & Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan
hygiene sanitasi Jasaboga. Perlengkapan/peralatan dalam pengolahan makanan, prinsip
dasar persyaratan/peralatan dalam pengolahan makanan adalah aman sebagai
alat/perlengkapan pemroses makanan. Aman ditinjau dari bahan yang digunakan dan juga
dari desain perlengkapan tersebut.
Good Manufacturing Practices lebih berperan dalam proses produksi karena elemenelemen dalam GMP merupakan elemen-elemen dalam sistem produksi. Jika digambarkan
dalam fishbone diagram :

Gamabar : Elemen-elemen dalam GMP


A. Faktor Manusia (MAN)
GMP mengatur prosedur kerja dan kondisi kerja orang yang terlibat langsung dalam
proses produksi. Setiap orang yang bekerja dalam ruang produksi harus sehat dan bersih
secara jasmani. Pekerja diwajibkan memakai seragam yang bersih, memakai topi (hairnet),
sarung tangan, sandal, penutup mulut atau jenggot, dimana perlengkapan ini tidak boleh
dipakai di luar ruang produksi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi
produk oleh rambut, debu, bakteri dan kotoran-kotoran lain.
Pekerja juga dilarang makan selama berada dalam area produksi. Pekerja juga tidak
diperkenankan memakai perhiasan (cincin, gelang, anting-anting) dan arloji, hal ini
bertujuan untuk menghindari terjatuhnya barang tersebut dalam produk.
Untuk mencapai standar ini perlu diadakan training secara teratur. Training bertujuan
untuk menumbuhkan kesadarn dan kedisiplinan para pekerja sehingga mereka tidak merasa
terbeban dengan standar sanitasi yang diterapkan.
B. Faktor Bahan Baku (MATERIAL)
Bahan baku yang akan dipakai harus dapat memenuhi standar kualitas sesuai dengan
jenis produknya dan higienis. Kondisi penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahannya,
beberapa hal yang perlu diperhatikan :
(1) Suhu penyimpanan
(2) Kelembaban udara (humiditas)
(3) Kontainer tertutup rapat dan berlabel
(4) Bahan diletakkan di atas pallet (tidak langsung berhubungan dengan tanah) dan berjarak
30cm dari dinding (untuk menghindari hewan pengerat)
Sedapat mungkin digunakan prinsip just in time dan FIFO (First In First Out) untuk menjamin
"kesegaran" bahan dan menghindari kerusakan karena penyimpanan yang terlalu lama.
C. Faktor Metode (METHODS)
Dari beberapa alternatif proses akhirnya dipilih satu proses yang paling ekonomis,
mudah dikerjakan dan menjamin higiene produk. Setiap langkah dalam proses produksi
harus dibuatkan prosedur yang benar secara tertulis dalam SOP (Standar Operation
Procedure). Prosedur quality control terhadap bahan baku, work in process (WIP) dan produk
jadi perlu distandardisasi. Biasanya pada bagian pengemasan dilengkapi dengan metal
check untuk menjamin tidak adanya kontaminasi logam dalam produk.
D. Faktor Mesin (MACHINE)
Mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi harus selalu terjaga
kebersihannya terutama bagian yang berkontak langsung dengan produk. Jenis pelumas dan
treatment yang digunakan harus bersifat food grade.

Alat bantu yang digunakan dalam proses produksi terbuat dari plastik atau stainless
steel, material kayu tidak diperkenankan. Hal ini disebabkan kotoran-kotoran yang masuk
dalam serat kayu sulit untuk dibersihkan sehingga menimbulkan resiko tinggi terhadap
kontaminasi produk. Alat pemotong yang diperbolehkan adalah pisau bukan cutter,
tujuannya untuk mengurangi resiko masuknya potongan cutter ke dalam produk.
E. Faktor Bangungan (BUILDING)
Bangunan ruang produksi harus selalu dalam keadaan bersih dengan penerangan
yang cukup dan sirkulasi udara yang baik. Jalur input bahan baku dan output produk harus
terpisah untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang (cross contamination).
Di dekat pintu dipasang insect killer untuk menghindari masuknya serangga dalam
ruang produksi, selain itu juga dipasang pest control equipment untuk mencegah binatang
pengerat. Setiap bulan dilakukan fumigasi untuk mengendalikan hama. Biasanya fumigasi
ini diserahkan kepada konsultan dan bahan yang digunakan harus bersifat food grade.

2) SSOP ( Standart Sanitation Operation procedure )


SSOP adalah prosedur pelaksanaan sanitasi standar yang harus dipenuhi oleh suatu
industri pangan untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap produk yang diolah. Hal
ini dilakukan untuk mengembangkan budaya kerja yang efektif di unit pengolahan pangan
yang berkaitan dengan semua sarana pengolahan, Standard Operating Procedures(SSOP)
yaitu :
a) sanitasi bahan baku,
b) sanitasi peralatan,
c) penggunaan bahan sanitaiser,
d) sanitasi karyawan,
e) sanitasi lingkungan,
f) pengendalian hama ( pest rodent control ) , dan
g) kontaminasi silang.
Jadi program sanitasi dan higiene pekerja adalah hal yang mutlak. Sanitasi pekerja meliputi
kebersihan tubuh pekerja sampai kebersihan semua perlengkapan yang digunakan oleh
pekerja.Sanitasi lingkungan kerja dilakukan setiap hari sebelum dan sesudah kegiatan.
Fungsi kondisi sanitasi yang ditetapkan :
A. Pasokan air danes Monitoring kualitas air yang digunakan minimal 6 bulan 1 kali.
B. Peralatandan pakaian kerja
Permukaan peralatan yang kontak langsung dengan produk terbuat dari bahan yang
tahan korosi dan tidak bereaksi dengan produk, tidak merusak produk dan mudah
dibersihkan.
Pakaian kerja termasuk pelaratan pengolahan yang lain harus dijamin kebersihannya.
Pakaian kerja dicuci setiap hari
Sepatu dicuci dengan larutan klorin (150 ppm)
Semua pelaratan disimpan di tempat bersih.
C. Pencegahan kontaminasi silang/Lay out pabrik
Kontruksi, desain dan lay out unit pengolaha
Higiene karyawan, termasuk pakaian kerja
Aktivitas dan perilaku dari karyawan
Pisahkan produk masak dan produk mentah
Kondisi sanitasi unit pengolahan dan peralatannya
d. Penyimpanan dan perawatan bahan pengemas
1.Toilet
jumlah; 10-15 orang tiap toilet
Gayung, sabun
Ada ventilasi
Pintu tidak menyerap air dan tahan karat
2.Tempat cuci tangan
Air hangat
Bahan sanititer dan pengering
Tempat strategis mudah dijangkau, dekat toilet dan pintu masuk, jumlahcukup
Kadar klor : cuci tangan 50 ppm,
Kadar klor : cuci kaki 100-200 ppm
E. Kesehatan karyawan
Kondisi kesehatan karyawan dimonitor oleh perusahaan
Bagi karyawan yang menderita sakit dan diduga dapat mencemari produkdilarang bekerja
di unit proses

3) Healthy & Safety Enverionment


Pada Kesehatan kerja PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk melakukan pelayanan dan
penaganan kesehatan kerja dengan mengacu pada prosedur pelayanan dan penanganan
kesehatan kerja karyawan.
a) Pemeriksaan Kesehatan awal.
Pemeriksaan kesehatan calon karyawan sebelum bekerja yaitu medical chek up yang
dilakukan sebagai syarat untuk diterima.
b) Pemeriksaan berkala.
Pemeriksaan medical chek up terhadap karyawan yang dilakukan 1 tahun sekali
c) Pemeriksaan Khusus.
Yaitu pemeriksaan karyawan yang mengalami kecelakaan kerja dan terhadap karyawan
yang menurut rekomendasi dokter menderita penyakit akibat kerja serta terhadap karyawan
yang menurut hasil pemeriksaan berkala terdapat hasil penyimpangan batas toleransi dan
berpotensi menimbulkan penyakit menular, pemeriksaan ini juga dilakukan pada karyawan
baru sesuai dengan penempatan pekerjaan.
d) Penaganan khusus.
Dilakukan terhadap karyawan dari hasil pemeriksaan mengidap penyakit tertentu yang
membahayakan terhadap kesehatan diri dan berpotensi menimbulkan penularan dan
pelanggaran GMP yaitu dengan cara merotasi atau mutasi karyawan dari pekerjaan
sebelumnya ke pekerjaan lain.
e) Fasilitas kesehatan kerja
Disediakan perusahaan sehubungan dengan pelayanan kesehatan kerja.

Untuk menjaga kesehatan kerja karyawan yang bekerja lebih dari 4 jam diberikan
fasilitas makan dikantin perusahaan yang telah diambil sampel dan diukur jumlah kalori
dan proteinnya serta telah diperiksa hygiene makanan dikantin perusahaan, untuk
karyawan pada shift malam selain makan juga diberikan fasilitas ektra fooding serta
suplemen vitamin.

Untuk menjaga kesehatan dan asupan gizi karyawan yang hamil dan menyusui
diberikan fasilitas extra fooding dan suplemen vitamin, difasilitasi juga tempat laktasi
ibu menyusui , tempat penyimpanan ASI dan peralatan laktasi.

Untuk pertolongan pertama terjadinya kecelakaan kerja disiapkan kotak P3K dan
petugas P3K yang terlatih dan bersertifikasi P3K industri.

Tersedianya sarana poliklinik dengan pelayanan paramedis 24 jam dan praktek dokter
setiap hari untuk menjaga kesehatan karyawan dan keluarga, perusahaan juga
memberikan bantuan rawat jalan dan rawat inap sesuai dengan ketentuan dan
mekanisme yang telah ditetapkan.
Untuk menjaga dan memonitor keselamatan kesehatan kerja karyawan maka di
PT.Indofood CBP Sukses mamur Tbk dilakukan program penyuluhan keselamatan kerja
bagi karyawan baik karyawan yang baru masuk kerja atau karyawan yang sudah lama,
dengan melakukan pengenalan lingkungan kerja , bahaya dilingkungan kerja, pemakaian
alat pelindung diri yang sesuai dengan standar demi keselamatan dan kesehatan
karyawan, dan dalam penegendalian keselamatan lingkungan kerja PT.Indofood CBP
Sukses mamur Tbk ada beberapa tahap yang dilakukan disetiap area

a. Menganalisa bahaya dan tindakan pengendalian


Tahapan analisa bahaya dan pengendalian didasarkan pada identifikasi yang mengacu
pada informasi dan data yang dikumpulkan, pengalaman dan informasi eksternal.
b. Menentukan tingkat keparahan
Tingkat keseriusan ditetapkan jika dampak potensial akibat kecelakaan kerja beresiko
sesuai frekuensi dan kejadian kecelakaan kerja. Untuk resiko tinggi dilakukan sumber
daya tambahan meliputi pelatihan khusus, peralatan, pengawasan dan metode
pengontrol bahaya yang efektif.
c. Menilai tingkat resiko bahaya
Disetiap area kerja di nilai tingkat resiko dan diberi table untuk mengetahui potensi
bahaya dan kendali yang ada untuk meminimalisir resiko bahaya.
d. Pengendalian potensi / Resiko bahaya
Pengendalian resiko
potensial/resiko

bahaya

dilakukan

berdasarkan

1) Eliminasi ( Menghilangkan resiko dengan memindahkan bahaya.)

point

pengendalian

2) Subtitusi ( Mengganti resiko dengan sesuatau yang tidak beresiko )


3) Enggineering ( Memodifikasi ulang mesin atau alat kerja termasuk reduksi )
4) Administratif ( Mengatur waktu atau proses kerja agar tidak terlalu lama terpapar sumber
bahaya )
5) Penggunaan APD ( Alat pelindung diri )
e. Penyusunan rancangan pengendalian bahaya
Penegendalian bahaya disusun berdasarkan hasil risk assessment yang telah dinilai
melalui
Pengendalian kontrol secara teknis meliputi penyempurnaan sistem isolasi
Pengendalian administrative meliputi pergantian petugas, mengurangi waktu kerja,
pelatihan, perbaikan cara kerja, peningkatan pengawasan
Rekayasa design misal mengganti mesin dan merubah lay out.
Dengan dilakukanmonitoring memakai 4 W dan 1 H.

What

: Memonitor faktor penyebab bahaya

Where

: Dimana monitoring tersebut dilakukan

When

: Kapan monitoring tersebut dilakukan

Who

ow

: Siapa yang melakukan monitoring.


: Bagaimana Cara memonitor faktor penyebab bahaya
Dalam perencanaan sistem manajemen lingkungan dilakukan identifikasi aspek dan
evaluasi dampak dengan persyaratan persyaratan legal
UU No.23/ 1997 Tentang pengelolaan lingkungan hidup
UU No.4/1962 Tentang Ketentuan-2 pokok pengelolaan lingkung hidup
PP No.20/1990 Tentang pengendalian pencemaran air
PP No.51/1993 dan PP No.27/199 Tentang analisis dampak lingkungan (AMDAL)
PP No.19/ 1994 Tentang Pengelolaan limbah B3.
PENGELOLAAN LIMBAH
Guna memastikan agar limbah yang dihasilkan memenuhi baku mutu yang telah
dipersyaratkan, maka seluruh pabrik Indofood dilengkapi dengan dengan fasilitas
pengolahan limbah. Atas kontribusinya dalam pengelolaan limbah yang ramah
lingkungan, Perseroan telah mendapatkan penghargaan dari Badan Pengelola
Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) maupun pusat sebagai perusahaan dengan predikat
baik.
Pengendalian limbah sudah dilakukan dengan memisahkan dan memproses
limbah cair dan padat. Limbah cair sendiri didapat dari sisa hasil proses produksi untuk
pembersihan IPA (instalasi perairan air limbah). "Mesin-mesin produksi dengan nilai
residu 5 tahun harus diganti dengan yang baru, untuk menjaga rasa, kandungan gizi,
dan kualitas dari makanan tersebut," .
Dalam proses produksi mie, Indofood menghasilkan beberapa jenis limbah yang dikelola
dengan proses yang bermanfaat.
a) Lembah cair diolah dikolam-kolam didepan pabrik, dan limbah tersebut disuling,
dinetralkan kemudian di salurkan ke toilet area pabrik sebagian dibuang dan di gunakan
untuk perikanan.
b) Limbah mie yang rusak digunakan sebagai makanan ternak, dan terbukti ternak juga
berkualitas karena diberi pakan limbah tersebut.
c) Limbah B3 ( padat & cair ) dan B3 Medis yang dikelola bekerja sama dengan pihak ke
tiga yaitu melalui PT Teknotama Lingkungan Internusa ( PPLI Bogor ), Umbul Mulyo
Semarang dan RS Telogorejo Semarang, dalam pengelolaan limbah di awasi dan
dilaporkan ke Kementerian Lingkungn Hidup (KLH) Jakarta dan Badan Lingkungan Hidup
(BLH) Kota Semarang, karena dalam pengelolaannya berstandarisasi / bersertifikasi
Proper

1.
2.
3.
4.
5.

4)

Penerapan sistem 5R dijadikan cara terbaik dalam pengelolaan sampah yaitu


Reduce (Mengurangi),
Reuse (Menggunakan kembali),
Recycle(Mendaur Ulang),
Replace (Menggunakan kembali) dan
Replant (Menanam Kembali).

Pelatihan ( Training )

Untuk meningkatkan sumber daya manusia dan menjamin persamaan persepsi dan
awareness seluruh karyawan mengenai pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
maka di PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk melakukan pelatihan - pelatihan antara lain
:Training K3 bagi petugas K3 , Hiperkes bagi dokter dan paramedis, Pelatihan P3K industri
bagi setiap pekerja disetiap area , Pelatihan pemadam kebakaran , Pelatihan tanggap
darurat dan penaggulangan bencana serta bahaya, Food Safety ,Konselor HIV / AIDS,
Konselor ASI dan Pelatihan lain, Serta dilakukan penyuluhan tiga (3) bulan sekali tentang
Keamanan pangan , manajemen mutu , infeksi penyakit menular seksual, bahaya narkoba ,
keselamatan dan kesehatan kerja, manajemen resiko , pola hidup sehat dan lain-lain.
Pelatihan dan penyuluhan ini dilakukan bekerja sama dengan dinas terkait baik swasta
maupun pemerintah

5)

GLP ( Good Laboratory practice )

GLP adalah sebagai penuntun bagi personal laboratorium untuk merencanakan suatu
pengujian secara berhati-hati dan bekerja sedemikian rupa sehingga seluruh proses dapat
terdokumentasi secara tepat dan lengkap serta dapat direkonstruksi secara rinci Untuk
menjamin penanganan bahan bahan kimia berbahaya dilaboratorium , tidak mencemari
lingkungan kerja dan tidak menimbulkan bahaya terhadap karyawan
Pada PT Indofood Laboratorium harus mempunyai program pelatihan dan personel
harus diberi pelatihan secara periodik untuk meningkatkan kemampuan pengujian.
Kualifikasi, pengalaman, serta pelatihan tiap personel harus di dokumentasikan. Kesehatan
personel dimonitor sesuai dengan peraturan yang ada dan bila ada personel yang kondisi
kesehatannya tidak baik tidak boleh bekerja dalam lingkungan yang dapat menambah
buruknya kesehatan.
Fasilitas Umum Laboratorium harus dilengkapi dengan jenis peralatan yang
dibutuhkan sesuai dengan ruang lingkup aktifitas pengujian. Untuk menjamin keabsahan
pada waktu digunakan, peralatan harus dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Peralatan
ditempatkan pada tempat yang sesuai untuk masing-masing peralatan. Setiap peralatan
dengan petunjuk penggunaan alat dan buku catatan pemakaian. Setiap peralatan harus
mempunyai tanggung jawab. Semua peralatan harus dipelihara dengan baik dan prosedur
pemeliharaan harus didokumentasikan. Semua jenis alat harus dilengkapi dengan rekaman
yang mencakup:
1. Nama peralatan
Nama pabrik,
identitas jenis dan nomor seri
Tanggal penerimaan dan tanggal mulai digunakan
Letaknya pada saat ini
Kondisi saat diterima
Buku instruksi data perusahaan pembuat alat
Tanggal hasil kalibrasi
Pemeliharaan secara rinci tanggal dan rencana pemeliharaan yang akan datang
Sejarah tentang kerusakan/reparasi
Media/Reagensia
Bahan media/reagen yang diperlukan dalam suatu laboratorium kebutuhan sperti
pada metode yang digunakan dan sebaiknya berasal dari pabrik yang telah dikenal
reputasinya dengan ukuran kemasan yang sesuai untuk penggunaan di laboratorium.
Catatan pengadaan bahan-bahan tersebut sebaiknya ada dan cara pengadaaanya
diusahakan sedemikian rupa agar dapat memperlancar dan tidak sampai kehabisan bahan.
Pada waktu diterima harus diperiksa seutuhnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan dan penyimpanan bahan kimia
dan reagensia antara lain:
1.Tempat penyimpanan
Label/tanda yang tertempel pada tombol reagensia/media
Etiket
Media dan reagensia ditempatkan di gudang atau lemari yang sesuai untuk menjaga
agar bahan media tersebut tidak rusak dan mudah dicari serta tidak mudah tercemar. Pada
penyimpanan juga diberikan tanda peringatan, tanda bahaya, termasuk toksisitasnya, sifat
mudah terbakat stabilitasnya terhadap panas, udara, cahaya, serta reaktifitasnya terhadap
zat kimia lain. Pereaksi/media yang sudah dibuat di laboratorium diberi etiket dengan jelas
berisi informasi antara lain: nama pereaksi, kadar, tanggal pembuatan, serta tanda bahaya
bila ada. Prosedur penanganan, penyimpanan media/reagensia pereaksi dan pembuangan
limbah, ditulis dan didokumentasi.

6)

5S ( Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke )

Perbaikan Lingkungan Kerja dan Produktivitas Karyawan di

PT Indofood CBP Sukses Makmur Menggunakan Teori ( 5R/5S Kaizen):


Kaizen berasal dari bahasa Jepang "kai" yang artinya "perubahan" atau"perbaikan" dan
"zen" yang artinya : "baik".Kaizen merupakan sistem pengambangan produktivitas, kualitas,
teknologi, proses produksi, budaya kerja, keamanan kerja, dan kepemimpinan yang
dilakukan terus menerus. Salah satu metode perubahan dan perbaikan yang dilakukan
banyak perusahaan adalah menerapkan 5S / 5R.
5S / 5R adalah cara untuk meningkatkan produktivitasdengan melakukan kegiatan
menata tempat kerja. Karena lingkungan kerja yang nyaman,dan teratur, dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang tinggi di perusahaan. 5S / 5R diatas
merupakan urutan dalam menata tempat kerja, yang merupakan tanggung jawab semua
pekerja, mulai dari CEO sampai Cleaning Service. Setiap pekerja bertanggung jawab
melakukan penataan tempat kerja kearah yang lebih baik dan harus menjadi budaya
perusahaan. Di Jepang, cara ini sudah menjadi budaya kerja dandikenal dengan 5S,
sedangkan di Indonesia disebut 5R, yaitu :

Seiri. = Ringkas
Membuang barang barang yang tidak diperlukan, dan menyimpang barang yang
diperlukan dengan cara tertentu agar mudah diakses ketika dibutuhkan.
Langkah langkah Ringkas :
1.
Cek barang di area kerja masing masing.
2.
Tentukan kategori barang yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan.
3.
Beri label merah untuk barang yang tidak dibutuhkan.
4.
Siapkan tempat untuk membuang barang barang yang tidak dibutuhkan.
5.
Secara berkala, buanglah barang barang berlabel merah ke tempat yang telah
disiapkan.

Seiton. = Rapi
Adalah menyimpan barang sesuai dengan tempatnya. Kerapian adalahseberapa cepat
kita menyimpan barang, dan seberapa cepat kita mengambilnyakembali ketika dibutuhkan.
Langkah-langkah Rapi :
1.
Rancang metode penempatan barang yang diperlukan, sehingga mudahdidapatkan
kembali saat dibutuhkan.
2.
Tempatkan barang-barang yang diperlukan ke tempat yang telah dirancangdan
disediakan.
3.
Beri label/identifikasi untuk mempermudah penggunaan maupun pengembalian ke
tempat semula.
Seiso. = Resik
Adalah membersihkan tempat kerja/lingkungan kerja, mesin / peralatan, dan barangbarang agar tidak terdapat debu dan kotoran. Kebersihan harus dilaksanakan dan
dibiasakan oleh tiap karyawan.
Langkah-langkah Resik :
1.
Sediakan sarana kebersihan
2.
Pembersihan tempat kerja secara berkala
3.
Peremajaan tempat kerja
4.
PelestarianResik
Seiketsu = Rawat
Adalah mempertahankan hasil yang telah dicapai pada 3R sebelumnya dengan
menstandarisasikannya.
Langkah Rawat :
1.
Tetapkan standar kebersihan, penempatan, dan penataan
2.
Komunikasikan ke setiap karyawan yang sedang bekerja di tempat kerja.

Shitsuke = Rajin
Adalah terciptanya kebiasaan pribadi karyawan untuk menjaga dan meningkatkan
apa yang sudah dicapai. Rajin di tempat kerja berarti pengembangan kebiasaan positif di
tempat kerja.
LangkahlangkahmelakukanRajin :
1.
Tentukan Target bersama
2.
Teladan atasan

3.

Komunikasi di lingkungan kerja

Kesempatan belajar Manfaat 5S / 5R :


(a) Lingkungan kerja lebih nyaman, aman, dan bekerja lebih cepat.
(b) Peningkatan produksi, tanpa menambah area kerja.
(c) Produktivitas SDM meningkat
(d) Penghematan yang diperoleh dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
pekerja.

7) PHC ( Product Handling Control )


Pengawasan untuk menjamin penanganan keamanan produk mulai dari bagian
produksi, pergudangan, tranportasi dan distributor, Quality assurance mutlak diperlukan
dalam setiap industri termasuk industri makanan Untuk memenuhi standar kualitas yang
baik dan dapat diterima di pasar internasional maka digunakanlah GMP (Good
Manufacturing Practices) dan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) yang
diterapkan sebagai bentuk sistem quality assurance.
Guna menjamin keamanan produk PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle
Semarang Menggunakan Prinsip HASCCP, HACCP merupakan suatu sistem yang dirancang
untuk mencegah terjadinya masalah kualitas produk makanan baik yang disebabkan oleh
faktor biologi, kima maupun fisis (food safety problem). Identifikasi sumber masalah
dilakukan sejak datangnya bahan baku, proses produksi dilakukan sampai dengan produk
jadi yang siap didistribusikan. HACCP akan dapat mengidentifikasi critical control points
(CCPs) dalam sistem produksi yang potensial dapat menurunkan mutu produk. Titik-titik
kritis ini harus dikontrol secara ketat untuk menjamin mutu produk dan menjaga kadar
kontaminan tidak melebihi critical limit. Dalam memilih proses yang dipakai identifikasi
critical control points (CCPs) dalam setiap langkah proses.
Titik kontrol dalam penerimaan bahan baku (raw material):
(a) Kualitas bahan baku yang diterima dari suplier
(b) Cara penanganan bahan (material handling), kondisi penyimpanan yang sesuai (suhu,
humiditas, dll). Semua material yang disimpan harus berada di atas pallet dan berjarak
30 cm dari dinding, hal ini bertujuan untuk mempermudah pengontrolan terhadap
hewan perusak.
(c) Kode penerimaan, diperlukan untuk menjamin FIFO (First In First Out)
(d) Sistem pemindahan bahan dari area penyimpanan ke area produksi
Titik kontrol dalam proses produksi:
(a) Aliran proses memisahkan jalur yang jelas antara input dan output
(b) Kebersihan alat-alat proses
(c) Personal hygiene, kebersihan perorangan harus diperhatikan
(d) Pest and rodent control, area produksi harus bebas dari serangga dan tikus
(e) Pemberian kode produksi yang tepat
Titik kontrol pada bagian penyimpanan dan distribusi produk:
(a) Kondisi penyimpanan produk
(b) Sistem distribusi produk yang harus menutamakan FIFO
Beberapa istilah penting yang digunakan dalam HACCP adalah:
(a) Acceptable level, artinya nilai batas dimana adanya kontaminan dalam produk tidak
akan menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
(b) Control point, artinya suatu titik dalam proses produksi yang apabila terjadi lepas
kontrol (out of control) tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan yang berarti.
(c) Critical control point, artinya suatu titik dalam proses produksi yang harus dikontrol
karena jika terjadi out of control akan menyebabkan terjadi gangguan kesehatan.
(d) Critical limit, artinya nilai minimum atau maksimum tertentu untuk parameter biologi,
kimia dan fisika yang harus dikontrol untuk meminimasi resiko terjadinya kontaminasi
produk.
(e) Deviation, artinya kegagalan dalam mengontrol critical limit pada critical control point.
(f) Hazard, parameter biologi, fisika dan kimia yang dapat menyebabkan resiko gangguan
kesehatan konsumen.
(g) Verification, artinya metode, prosedur dan pengetesan yang digunakan untuk
menentukan apakah pelaksanaan sistem HACCP sudah sesuai dengan yang
direncanakan.

3.1. Kesimpulan.

BAB III
PENUTUP

Konsep dasar dari hygiene industri adalah agar seorang tenaga kerja berada dalam
keserasian sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan
kesehatan dan produktifitas kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan yang
positif-konstruktif, antara unsur beban kerja, beban tambahan akibat dari pekerjaan dan
lingkungan kerja dan kapasitas kerja.
Gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam pekerjaan dan
lingkungan kerja biasa dihindarkan, asal saja perusahaan, pimpinan atau manajemen
perusahaan dan pekerja serta serikat pekerja ada kemauan yang kuat untuk mencegahnya.
Peraturan perundang-undangan tidak akan ada faedahnya, apabila perusahaan tidak
melaksanakan ketetapan yang berlaku sebagaimana diatur oleh perundang-undangan, juga
sama halnya apabila pengurus perusahaan dan pekerja tidak mengambil peranan proaktif
dalam menghindarkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan, daya kerja dan produktiitas
tenaga kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Bannet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan Audit SMK3, Edisi I. Jakarta : Direktorat
Pengawasan Keselamatan Kerja
Silalahi, Bennet N.B dan Rumondang B. Silalahi. 1991. Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PPM.
Siswowardojo, Widodo. 2003. Norma
Karyawan. Edisi 1, Yogyakarta.

Kesehatan

dan

Keselamatan

Kerja

Sumamur,1998. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Toko


Gunung Agung.
Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Jakarta : PT. Bina Sumber Daya Manusia.

Anda mungkin juga menyukai