Disusun oleh:
KELOMPOK 3A
Indah Laraswati
G1G009002
G1G00900
G1G009034
G1G009040
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul
2. Ruang Lingkup
3. Anggota
Kelompok
Metode Perendaman
Ilmu Kedokteran Gigi
Indah Laraswati
G1G009002
Devia Annisa Handoko
G1G00900
Pascalis Adhi Kurniawan
G1G009034
Oshada Dewi Herdifa
G1G009040
4. Lokasi Kegiatan
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Laboratorium Oral Biology Kedokteran
Gigi Universitas Jenderal Soedirman
5. Waktu
Purwokerto,
Mei 2012
Dosen Pembimbing
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
ii
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Rumus Bangun Struktur Alginat.......................................................
Gambar 2.2. Persea americana Mill............................................................
Gambar 2.3. Kerangka Teori ...................................................................................
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pekerjaan di bidang Kedokteran Gigi rentan terhadap terjadinya infeksi silang
yang ditularkan melalui darah dan saliva. Darah dan saliva dapat berperan dalam
penyebaran infeksi mikroorganisme baik secara kontak langsung maupun tidak
langsung. Menurut Wibowo (2009) kontak langsung dapat terjadi melalui luka
infeksi atau saliva dan darah yang terinfeksi, sedangkan kontak tidak langsung
terjadi melalui kontak dengan benda terkontaminasi seperti alat maupun bahan
yang digunakan pada bidang kedokteran gigi yang telah terkena cairan darah atau
saliva. Infeksi silang tidak hanya dapat mengenai dokter gigi, pasien, maupun
operator dalam ruang praktek, namun dapat pula terjadi saat melakukan
pengiriman bahan dental yang terinfeksi mikroorganisme patogen dari ruang
praktek ke laboratorium gigi.
Darah dapat menjadi vektor dalam penularan berbagai penyakit. Saat ini
berbagai mikroorganisme seperti virus atau bakteri yang dibawa dalam darah
dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau disebut blood born pathogen.
Saliva juga sama halnya seperti darah yang dapat menjadi tempat berkembangbiak
berbagai jenis mikroorganisme baik kelompok patogen maupun non patogen yang
ada dalam rongga mulut (Noort, 2007).
Menurut Miller dan Cottone dalam Ghahramanloo (2009), setetes saliva
mengandung 50.000 bakteri berpotensi patogen yang sering menyebabkan bicod
born disease, yaitu penyakit yang dapat ditularkan melalui darah dan saliva,
seperti herpes, sifilis, TBC hepatitis B, dan AIDS. Jenis mikroorganisme yang
sering ditemukan dalam darah dan saliva, antara lain spesies Streptococcus,
Staphylococcus, Bacillus, Enterobacter, virus hepatitis, herpes simpleks dan HIV.
Risiko penyebaran mikroorganisme melalui darah dan saliva sering ditemui
pada praktek dokter gigi. Kegiatan mencetak rahang yang dilakukan sebagai tahap
awal perawatan dental, menyebabkan darah dan saliva pasien menempel pada
Streptococcus
mutans,
menunjukan
konsentrasi
25%
dapat
pencetakan, dari latar belakang yang telah dijelaskan dapat diambil rumusan
permasalahan mengenai bagaimana efektivitas ekstrak daun alpukat sebagai
desinfektan terhadap bahan cetak alginat dengan konsentrasi 25%, 50%, dan
100%.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas ekstrak daun alpukat
sebagai desinfektan pada bahan cetak alginat paska pencetakan.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus, antara lain :
a)
b)
c)
d)
e)
D. Manfaat
1.
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis dan
pembaca serta menambah referensi institusi mengenai pembuatan larutan
desinfektan bahan cetak hidrokoloid ireversibel dari ekstrak daun alpukat.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat dalam mencegah
infeksi silang, dan menyebarluaskan inovasi baru larutan desinfektan alami
yang terbuat dari ekstrak daun alpukat sebagai bahan perendaman cetakan
alginat.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan dalam rangka meniliti bahan
alami untuk metode desinfektan bahan cetak alginat serta penelitian mengenai
kandungan antibakterial dari daun alpukat, penyajian ringkasan penelitian
penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.1 Penelitian Desinfektan Alginat dan Daun Alpukat
No
.
1.
Judul Penelitian
Pengaruh
Perendaman
Cetakan Alginat
di dalam Larutan
Disinfektan
Sodium
Hipoklorit 1%
Terhadap
Pengarang,
Tahun
Mira
Khairunnisa,
2012
Persamaan
Melakukan
desinfeksi
alginat dengan
metode
perendaman
Perbedaan
Larutan
desinfektan dari
Sodium Hipoklorit
1%
Melihat pengaruh
waktu perendaman
desinfektan
terhadap jumlah
Stabilitas
Dimensi
2.
Pengaruh
Seduhan Daun
Sirih dengan
Metode Semprot
Desinfektan pada
Cetakan Alginat
Rani Yuniarti,
2012
Melihat % kadar
larutan yang
efektif dalam
menurunkan
jumlah bakteri
3.
Pengaruh
Perendaman
Cetakan Alginat
dalam Perasan
Bawang Putih
sebagai
Desinfektan
Terhadap
Pertumbuhan
Mikroorganisme
Rongga Mulut
Sarah
Nurunnisa,
2007
Melakukan
desinfeksi
alginat dengan
metode
perendaman
4.
Efektifitas
Perendaman
Cetakan Alginat
Dalam Larutan
Tea Tree Oil 2,5%
Sebagai
Desinfektan
Terhadap
R. E.
- Melakukan
Wahyuningsih,
desinfeksi
2008
alginat dengan
metode
perendaman
bakteri
Melihat perubahan
stabilitas dimensi
pada cetakan
alginat
Waktu yang
digunakan 5, 10
dan 15 menit
Larutan
desinfektan dari
seduhan daun sirih
Melakukan
desinfeksi alginat
dengan metode
semprot
Larutan
desinfektan
menggunakan
perasan bawang
putih
Melihat pengaruh
waktu perendaman
desinfektan
terhadap jumlah
bakteri
Waktu yang
digunakan yaitu 3,
5 dan 7 menit.
Perasan bawang
putih dengan
kadar 20 % dalam
waktu 5 menit
yang paling
berpengaruh
Larutan
desinfektan
menggunakan Tea
Tree Oil 2,5%
Melihat pengaruh
waktu perendaman
desinfektan
terhadap jumlah
Mikroorganisme
Rongga Mulut
5.
Pengaruh
Perendaman
Cetakan Alginat
dalam Infusa
Rimpang Jahe
Terhadap
Pertumbuhan
Mikroorganisme
Rongga Mulut
Sinta
Kurniawati,
2009
Melakukan
desinfeksi
alginat dengan
metode
perendaman
6.
Fauzia dan
Astari, 2008
Membuat
ekstrak daun
alpukat sebagai
antibakteri
bakteri
Waktu 3, 5 dan 7
menit
Teknik
perendaman
dengan tee tree oil
2,5 % dalam
waktu 3 menit
yang paling
berpengaruh
menghilangkan
mikroorganisme
Larutan
desinfektan
menggunakan
infusa rimpang
jahe 15%
Melihat pengaruh
waktu perendaman
desinfektan
terhadap jumlah
bakteri
Waktu yang
digunakan 3, 5
dan 7 menit.
Perendaman
dengan infusa jahe
15% selama 7
menit dapat
menghilangkan
mikroorganisme
dalam jumlah
banyak.
Pemanfaatan
ekstrak daun
alpukat sebagai
antibakteri
terhadap
streptococcus
mutans dari saliva
7.
Lapisan Tipis
(TLC) dan
Konsentrasi
Hambat Minimum
(MIC)
Potensi Daun
D. G. Katja,
Avokad (Persea
2009
Americana Mill)
Sebagai Sumber
Antioksidan
Alami
- - Membuat
ekstrak daun
alpukat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemanfaatan
ekstrak daun
alpukat sebagai
antioksidan
A. Tinjauan Pustaka
1. Alpukat
Buah alpukat pertama kali ditemukan oleh Martin Fernandes de Encisco
pada tahun 1519 seorang berkewarganegaraan Spanyol. Alpukat masuk ke
Indonesia pada tahun 1750, pada awalnya alpukat tumbuh liar di hutan namun
saat ini alpukat sudah banyak ditanam di kebun dan pekarangan yang lapisan
tanahnya gembur dan subur serta tidak tergenang air. Tanaman ini sering
disebut sebagai avokat, advokat, apokat, adpokat, alpokat (Sumatera); apuket,
alpuket (Sunda); apokat, avokat (Jawa); apokad, apuket, plokat (Hutapea et
al., 2001).
Alpukat tumbuh di daerah tropik dan subtropik dengan curah hujan
antara 1.800 mm sampai 4.500 mm tiap tahun. Umumnya tumbuhan ini cocok
dengan iklim sejuk dan basah. Tumbuhan ini tidak tahan terhadap suhu
rendah maupun tinggi. Pertumbuhan alpukat di Indonesia berada pada
ketinggian tempat antara 1 m sampai 1000 m di atas permukaan laut (Depkes
RI, 1978/ USU).
a. Klasifikasi Tanaman
Tanaman alpukat memiliki taksonomi yang disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 2.1 Taksonomi Tanaman Alpukat
a. Divisi
: Spermathophyta
b. Anak divisi
: Angiospermae
c. Kelas
: Dicotylodenae
d. Bangsa
e. Suku
: Lauraceae
f. Marga
: Persae
g. Spesies
b. Morfologi Daun
farmakologi
bahwa
beberapa
terhadap
senyawa
flavonoid
senyawa
golongan
flavonoid
tumbuhan
yang
terbesar,
yaitu
angiospermae
(Markham,1988).
Tumbuhan tinggi memiliki flavonoid yang terdapat baik dalam
bagian vegetatif maupun dalam bunga. Beberapa fungsi flavonoid
yang terdapat
seperti
sabun
serta
dapat
dideteksi
berdasarkan
sel darah
4)Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik
yang mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa, karena
itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya, dan
umumnya mempunyai aktifitas fisiologis baik terhadap manusia
ataupun hewan. Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam
mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun
tetapi adapula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloida
dapat ditemukan dalam berbagai tumbuhan seperti biji, daun,ranting
dan kulit batang (Harborne, 1996).
Alkaloida merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan
aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa,
umumnya
mengandung
nitrogen
dalam
cincin
heterosiklik,
kompoun
(Anusavice, 2004).
Cara lain dalam mengelompokkan bahan cetak adalah menurut sifat
mekanisnya. Terdapat 2 jenis bahan cetak, yaitu bahan cetak elastis dan bahan
cetak non-elastis. Bahan cetak non elastis dibagi lagi menjadi bahan cetak
non elastis yang irreversibel dan bahan cetak non elastis yang reversibel.
Penggunaan bahan cetak nonelastik digunakan untuk semua cetakan sebelum
ditemukannya agar, meskipun saat ini hanya digunakan untuk mencetak
pasien yang tidak bergigi. Bahan cetak elastis, dapat dibagi lagi menjadi
bahan cetak hidrokoloid dan bahan cetak elastomer tanpa air. Hasil
pencetakan dengan bahan cetak elastis secara akurat memproduksi baik
struktur keras maupun lunak dari rongga mulut, termasuk undercut dan celah
interproksimal. Bahan cetak elastik meski dapat dipakai untuk mencetak
pasien tanpa gigi, namun biasanya lebih digunakan untuk model cor untuk
gigi tiruan sebagian cekat atau lepasan serta untuk unit restorasi tunggal.
Bahan cetak elastik dapat diklasifikasikan menjadi bahan cetak hidrokoloid
dan elastomer (Anusavice, 2004 ; William, 2004).
Klasifikasi mengenai berbagai bahan cetak menurut mekanisme setting
dan sifat elastisitasnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.2 Klasifikasi Bahan Cetak
Mekanisme Setting
Reaksi Kimia
Non Elastis
Plaster of Paris
Elastis
Alginat hidrokoloid
(irreversible
or thermoset)
(Polysulfide polymer
Perubahan
Compound
Temperatur
Malam
polyether, Silicon)
Agar hidrokoloid
(reversible/
thermoplastic)
Sumber : Anusavice, 2004
a. Definisi Alginat
Alginat merupakan suatu substansi alami, yang kemudian diidentifikasi
menjadi suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan
dinamakan asam anhydro--d mannuronic (asam alginik) (Anusavice, 2004).
Rumus bangun asam anhydro--d mannuronic dapat dilihat pada gambaran
berikut :
Komponen
Fungsi
Persentase
(%) Berat
Reaktan
12-15
Reaktan
8-12
Sodium fosfat
Retarder
70
~10
Estetik
Sedikit
c. Karakteristik Alginat
Bahan cetak alginat memiliki beberapa sifat yang menjadi kekhasan dan
menjadi karakteristik dari bahan tersebut, antara lain sebagai berikut :
1) Plastis
Sifat bahan cetak yang dapat diterima mulut adalah yang bersifat plastis saat
dimasukkan ke dalam rongga mulut, sehingga dapat mencetak detail yang
halus (Joseph, 2002).
2) Fleksibel
Bahan cetak juga harus bersifat fleksibel pada saat dilepas dari mulut
sehingga dapat mencetak daerah undercut tanpa mengubah dimensi bentuk
hasil cetakan semula (Joseph, 2002).
3) Sineresis
Apabila hasil cetakan alginat dibiarkan di udara terbuka, air dalam alginat
akan menguap. Keadaan ini dapat menyebabkan hasil cetakan mengkerut
sehingga disebut sebagai peristiwa sineresis (Anusavice, 2004).
4) Imbibisi
Apabila hasil cetakan direndam dalam air menyebabkan terjadinya
penyerapan air dan peristiwa ini disebut imbibisi (Anusavice, 2004).
5) Kestabilan pada penyimpanan
Bubuk alginat tidak stabil bila disimpan pada ruangan lembab atau kondisi
yang lebih hangat daripada suhu kamar (Anusavice, 2004).
6) Kompatibilitas
Alginat dapat kompatibel dengan model plaster dan stone (Ghahramanloo,
2009).
7) Toksisitas dan Irritabilitas
Alginat tidak toksis dan tidak mengiritasi, rasa dan baunya biasanya dapat
ditoleransi (Ghahramanloo, 2009).
kimia atau fisik, sedangkan desinfektan adalah bahan-bahan kimia yang dapat
membunuh organisme patogen bila diaplikasikan pada obyek mati. Banyak
dokter gigi yang mengirimkan hasil cetakannya ke laboratorium untuk
dilakukan pengisian, namun sebelumnya dokter gigi harus memastikan bahwa
cetakan tersebut benar benar steril agar tidak terjadi infeksi silang.
a. Jenis Desinfektan
Menurut kandungan utamanya, desinfektan bahan cetak alginat dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Alami
Indonesia kaya akan beragam tumbuhan alami yang dapat digunakan
dalam bidang kesehatan. Tumbuhan alami tersebut dapat digunakan
sebagai obat maupun desinfektan, khususnya di kedokteran gigi. Banyak
penelitian dan pengujian yang telah dilakukan terhadap tumbuhan alami
tersebut, diantaranya yaitu:
a) Bawang putih
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nurunnisa (2007) (Allium
Sativum Linn) dapat menurunkan jumlah mikroorganisme dalam mulut.
Bawang putih mengandung sejenis minyak asitri yang dikenal sebagai
allicin. Allicin bekerja sebagai agen antibakterial, yaitu dengan merusak
gugus sulfidril yang penting proliferasi kuman, sehingga kuman
dihambat pertumbuhannya.
b) Jahe
Jahe memiliki kandungan utama minyak atsiri yang memiliki sifat
antioksidan, dan memiliki aktifitas antibakteri dan antijamur. Gingerol
merupakan golongan fenol yang desinfektanyang umum digunakan di
laboratorium (Kurniawati, 2009).
c) Tea Tree Oil
Tea tree oil memiliki kandungan terpenoid yaitu terpinen-4-ol 30 % - 50
%,cineole 2,5 - 15 %. Pemanfaatan kandungan tersebut digunakan
sebagai antimicroba, antiviral serta antimycotik (anti jamur/fungus)
(Wahyuningsih, 2008).
d) Daun Sirih
bahwa
daun
alpukat
memiliki
kandungan
b. Metode Desinfeksi
Pemakaian disinfektan pada bahan cetak dapat dilakukan dengan cara
perendaman ataupun penyemprotan dengan menggunakan sprayer. Jenis
desinfektan yang digunakan dapat mempengaruhi lamanya perendaman atau
penyemprotan terhadap bahan cetak (Noort, 2007).
Survei tentang teknik disinfeksi bahan cetak menunjukkan bahwa
sebagian sebagian besar dokter gigi swasta di Hong Kong merendam
cetakannya ke dalam disinfektan (69%). Sementara itu, teknik lain yang juga
dipakai yakni dengan menggunakan sprayer (23%) (Hiraguchi,2010).
Pertimbangan pertimbangan yang harus tetap diperhatikan dalam
memilih teknik desinfeksi bahan cetak yang akan dilakukan, adalah pengaruh
larutan desinfektan terhadap stabilitas dimensi dan detail permukaan bahan
cetak, serta efek mematikan bakteri dan mengurangi jumlah pertumbuhan
bakteri (Bhat dkk, 2010) .
Teknik perendaman lebih sering digunakan oleh dokter gigi
dibandingkan dengan teknik penyemprotan, karena dengan melakukan
perendaman seluruh permukaan bahan cetak dapat terendam larutan
desinfeksi sehingga efektivitas desinfektan terhadap penurunan bakteri akan
lebih tinggi (Hiraguchi, 2010).
Menurut Noort (2007) teknik desinfeksi dengan cara perendaman
dilakukan selama kurang lebih 30 menit untuk menghilangkan seluruh
mikroorganisme, namun kecenderungan perubahan stabilitas dimensi dan
detail permukaan bahan cetak akibat pengaruh imbibisi pada cetakan juga
Alpukat
Desinfektan Bahan Cetak
menjadi lebih besar. Teknik penyemprotan Alginat
dianggap sebagai metode yang
efektif untuk mengurangi terjadinya risiko imbibisi pada cetakan, namun
Mengandung sifat
antibakteri
efekstivitas
desinfeksi bakteri pada cetakan tidak sebaik bila menggunakan
Alkaloid
teknik perendaman, karena tidak seluruh permukaan cetakan terkena
Flavonoid
Saponin
Jenis desinfektan
Bahan Desinfektan
semprotan larutan
tersebut. Teknik penyemprotan
sering
Tehnik Desinfektan
Penol
digunakan bila jarak ruang praktek dengan laboratorium dental cukup jauh
(Hiraguchi, 2010 ; Noort, 2007).
B. Kerangka Teori
Alami
Kimia
Spray
Perendaman
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Variabel Terkendali
1.Lamanya perendaman ( 5 menit)
2. Jumlah subjek penelitian (1orang)
B. Hipotesis
Hipotesis yang dapat dirumuskan dari tinjauan pustaka yang telah disusun
berupa adanya pengaruh konsentrasi ekstrak daun alpukat terhadap penurunan
jumlah bakteri pada bahan cetak alginat.
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah true experiment laboratory. Menurut
Sastroasmoro,dkk. (2008) penelitian experimental laboratory dilakukan dengan
adanya campur tangan peneliti atau intervensi dalam memberikan perlakukan
kepada obyek penelitian, dimana true experimental laboratory berarti peneliti
dapat mengendalikan keseluruhan variabel luar yang mempengaruhi penelitian ini.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan berupa post test only control group
design. Randomisasi
eksperimental maupun kelompok kontrol. Post test only control group design
menitikberatkan pengamatan setelah perlakuan baik pada kelompok eksperimental
maupun kelompok kontrol (Sastroasmoro,dkk., 2008).
E. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada laboratorium Biologi Jurusan MIPA
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
F. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Konsentrasi kadar ekstrak daun alpukat
2. Variabel terikat
Jumlah bakteri
3. Variabel terkendali
a) Lama waktu perendaman alginat
b) Oral Hygiene dari mulut satu orang subyek
G. Definisi Operasional
1. Daun alpukat
Daun alpukat yang digunakan diambil dari pohon alpukat dari
jenis
H. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah hasil cetakan alginat dari rahang atas satu
orang probandus yang akan direndam pada 4 kelompok larutan, yaitu larutan
aquades sebagai kontrol negatif dan larutan ekstrak daun alpukat dengan kadar
25%, 50% dan 100%. Masing-masing kelompok dilakukan pengambilan sampel
sebanyak 5 kali, sehingga jumlah sampel keseluruhan 20 buah.
Besar sampel untuk pengujian hipotesis ditentukan dengan replikasi dari
Sastroasmoro,dkk. (2008) dapat dihitung dalam rumusan sebagai berikut :
n=
2
( (1,960)1
)
1
10-2 . Proses
1
fp
x metode penanaman
data
hasil
penelitian,
dilakukan
uji
distribusi
normal
M. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian akan dilaksanakan pada bulan awal bulan Januari 2013, dan
akan belangsung selama 3 minggu. Tabel mengenai jadwal penelitian
disajikan sebagai berikut.
Minggu KeNO
KEGIATAN
I
Persiapan
Pengumpulan data
Analisis data
II
III
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2007. Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung.
Anusavice , K.J., 2004, Phillips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi, edisi ke10, Penerjemah Budiman, J.A., Purwoko, S., EGC, Jakarta, h. 94; 109.
Basker, R.M., 1994, Perawatan prostodontik bagi pasien tak bergigi edisi ke-3,
Penerjemah Soebekti, T.S, dan Arsil, H, EGC, Jakarta: EGC
Bhat, V.S, Shetty, M.S,dan Shenoy, K.K., 2001, Infection control in the
prosthodontic laboratory, J Indian Prosthodont Soc [serial online] [cited
2010 Dec 22], vol 7, no 2, h. 62-5, diakses pada 12 mei 2012,
http://www.adldental.com/resources/Infection%20Control.pdf?
phpMyAdmin=qk%2Cl9c-CLBG-A3l-ODiEAfRI2I1.
Budiarto, Eko, 2002, Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat
dalam Wahyuni, A.S., 2007, Statistika Kedokteran.
Depkes RI, 2000, Parameter Standart Umum Tumbuhan Obat, Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawas Obat Tradisional,
Jakarta.
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi Keempat,
Kesehatan RI, Jakarta.
Departemen
Fauzia dan Astari, 2008, Uji Efek Ekstrak Air Daun Avokad (Persea gratissima)
terhadap Streptococcus Mutans dari Saliva dengan Kromatografi Lapisan
Tipis (TLC) dan Konsentrasi Hambat Minimum (MIC), Majalah
Kedokteran Nusantara,vol. 41, no. 3, h.173-178.
Febriani, M., Herda, E., 2009, Pemakaian desinfektan pada bahan cetak
elastomer, JITEKGI, vol. 6, no. 2, h. 41-4.
Geissman, T. A., 1962, The Chemistry of Flavonoid Counpound, Pergamon Press,
Oxford, h. 51
Gasperz, V., 1994, Metode Perancangan Percobaan Ed. 2, CV. ARMIKO,
Bandung.
Ghahramanlo, A., Sadeghian, A., Sohrabi,
K., dan Bidi, A.,2009 A
microbiologic investigation following the disinfection of irreversible
hydrocolloid materials using the spray method, CDA journal [serial
online] volume .37,
h. 471-7., diakses tanggal 12 mei 2012,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19653403.
Gowri, S., 2004, Synopsis Of Dental Materials. First Edition, Paras Medical
Publisher
Harborne, J.B., 1996, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan Terbitan kedua. Penerbit ITB, Bandung
Haryanto, G., 1991, Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan jilid II,
Hipokrates, Jakarta, h. 52; 63; 67; 70; 72-3; 75; 77.
Hiraguchi, H., 2010, The influence of storing alginate impressions sprayed with
disinfectant on dimensional accuracy and deformation of maxillary
edentulous stone models, Dent Mater J [serial online], volume 29, no. 3,
h.
309-15,
diakses
tanggal
12
mei
2012,
http://www.scribd.com/doc/45323525/Storing-Alginate.
Hutapea,et al., 2001, Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia (I), jilid 2,
Departemen Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan,Jakarta, hal. 265-266.
http://www.iptek.net.id/ind/tanaman-obat-indoneisa/alpokat.htm., 2005, Tanaman
Obat Indonesia, diakses
tanggal 12 mei 2012
Jeddy, 2001. Pengaruh empat macam perlakuan pada bahan cetak alginat
terhadap perubahan dimensi, dentika Dental Journal
Joseph, W.O., 2002, Dental materials and their selection 3rd ed, Quintessence
Publishing Co, Inc, Chicago, h. 90, 96.
Katja, D.G., 2009, Potensi Daun Avokad (Persea Americana Mill) Sebagai
Sumber Antioksidan Alami, Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Sumatra
Utara.
Khairunnisa, M., 2012, Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat di dalam Larutan
Disinfektan Sodium Hipoklorit 1% Terhadap Stabilitas Dimensi, Skripsi,
Universitas Hasanudin, Makasar.
Kurniawati, S., 2009, Pengaruh Perendaman Cteakan Alginat dalam Infusa
Rimpang Jahe Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Rongga Mulut,
Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Markham,K.R, 1988.Cara Mengidentifikasi Flavonoida, Penerjemah Kosasih
Padmawinata, ITB, Bandung
Mitchell, D.A., dan Mitchell, L., 2005.Oxford handbook of clinical dentistry
(ebook), Oxford, New York
Nurunnisa, S., 2007, Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat dalam Perasan
Bawang
Putih
sebagai
Desinfektan
Terhadap
Pertumbuhan
Mikroorganisme Rongga Mulut, Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Pelczar, J.M., dan Chan, E. C. S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Penerbit UI
Press, Jakarta.
William J,O., Brien. 2002, Dental Materials and Their Selection. Third Edition,
Quintessence Pubhlishing
Disusun oleh:
KELOMPOK 3A
Indah Laraswati
G1G009002
G1G009013
G1G009034
G1G009040