4. Stadium :
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
Stadium III : T3 N0 M0
T1, T2, T3, N1, M0
Stadium IV : T4, N0, M0
Setiap T, N2, M0,
setiap T, setiap N , M1
GEJALA DAN TANDA
Gejala dan tanda yang sering dijumpai adalah :1-3,15
Suara serak
Sesak nafas dan stridor
Rasa nyeri di tenggorok
Disfagia
Batuk dan haemoptisis
Pembengkakan pada leher
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :1-3,15
1. Anamnese
2. Pemeriksaan THT rutin
3. Laringoskopi direk
4. Radiologi foto polos leher dan dada
5. Pemeriksaan radiologi khusus : politomografi, CT-Scan, MRI
6. Pemeriksaan hispatologi dari biopsi laring sebagai diagnosa pasti
DIAGNOSA BANDING
Tumor ganas faring dapat dibanding dengan :
1. TBC laring
2. Sifilis laring
3. Tumor jinak laring.2,7
4. Penyakit kronis laring
PENGOBATAN
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu
pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi daripadanya.
1-3,8,10,11,13-16
I. PEMBEDAHAN
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :8,9,15,16
A. LARINGEKTOMI
1. Laringektomi parsial
Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang tidak
memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.
2. Laringektomi total
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas
(epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea.
B. DISEKSI LEHER RADIKAL
Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 T2) karena
kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor
supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan
metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher.
Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh.2,10
II. RADIOTERAPI
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1 dan
T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara
ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang
dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 7000 rad.2,10
Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura, Som,
Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk memperoleh
kerusakan maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat disembuhkan
pada jaringan yang melapisinya. Wang dan Schulz memberikan 45005000 rad
selama 46 minggu diikuti dengan laringektomi total.2
III. KEMOTERAPI
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun
paliativ. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80120 mg/m2
dan 5 FU 8001000 mg/m2.3
REHABILITASI
Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa
tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik.
rehabilitasi mencakup : Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Social
Rehabilitation.3
PROGNOSA
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan
kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma
laring stadium I 90 98% stadium II 75 85%, stadium III 60 70% dan stadium
Ampicilin 1 gr / 6 jam
Gentamycin 80 mg / 8 jam
Dexamethason 1 amp / 8 jam hanya 1 hari saja
11-10-2003
Hasil Laringoskopi Optik :
- Tampak massa memenuhi supraglotik. Massa merah dan berbenjol-benjol
- Pita suara tidak dapat dinilai
- Epiglotis : normal
Rencana : - CT Scan
- Mikrolaring biopsi persiapan darah lengkap, EKG & Foto thorax
13-10-2003
Hasil Pemeriksaan Laboratorium : dalam batas normal
14-10-2003
6Hasil pemeriksaan :
- Foto thorax : kesan : tidak dijumpai metastasis paru
- EKG : Kesan : Old myocard infark inferior
- CT- Scan : tidak dilakukan karena pasien t.a.u
16-10-2003
Hasil konsul interna : tidak ada kontra indikasi untuk dilakukan anestesi umum.
Konsul anastesi : ACC dengan anestesi umum
27-10-2003
Dilakukan operasi mikrolaring + biopsi
Tampak epiglotis oedem dan hyperemis. Lalu epiglotis diangkat ke atas tampak
massa merah berulkus memenuhi daerah supraglotis
Hasil Pemeriksaan Histopatologi No. PA/B/1462/03, Lokasi : Supra glotik
Makroskopik : diterima 2 potong jaringan ukuran seujung beras, konsistensi kenyal
warna abu-abu.
Mikroskopik : sediaan tampak jaringan dilapisi epitel dengan inti disorganisasi
pleomorfik, kromatin kasar, sitoplasma sedikit, stroma jaringan ikat.
Kesimpulan : karsinoma sel skuamous non keratinizing.
30-10-2003
Pasien dikonsulkan ke Sub. Bagian Onkologi THT untuk ambil alih untuk penanganan
selanjutnya.
Oleh Sub. Bagian Onkologi, pasien dianjurkan untuk dilakukan Radiotherapy.
DISKUSI
Tumor ganas laring merupakan keganasan yang sering dijumpai di bidang
THT. Hal-hal yang saling mempengaruhi kesembuhan penyakit ini antara lain
kecepatan dan ketepatan diagnosa, penentuan stadium tumor, fasilitas dan sarana
yang ada, kondisi pasien serta pilihan pengobatan yang diberikan.
Pada pasien ini, keluhan yang pertama kali muncul adalah suara serak sejak
dua tahun lalu, sehingga tumor primer diduga berasal dari daerah glotis. Karena
secara klinis tidak dijumpai pembesaran kelenjar, maka pasien ini diduga berada
pada stadium II (T2, N0, M0).
Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah pembedahan,
radiasi, sitostatika maupun kombinasi daripadanya. Pilihan terbaik untuk pasien ini
adalah radiasi, karena hasil biopsi dari tumor menunjukkan karsinoma sel skuamous
non keratinizing yang bersifat radio sensitif. Keuntungan lain dari radiasi adalah
laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Rehabilitasi setelah
operasi dengan terapi yang seksama memiliki prognosis yang baik. Kerjasama yang
baik dari ahli onkologi, ahli patologi, ahli radiasi onkologi sangatlah diperlukan untuk
memberikan kesembuhan yang optimal.
KESIMPULAN
Telah dilaporkan satu kasus tumor ganas laring yang sudah dilakukan
mikrolaringoskopi optik + biopsi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hermani B. Abdurrahman H. Tumor laring. Dalam Soepardi EA, Iskandar N Ed.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher. Edisi
ke-5. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2001. h. 156-62.
2. Spector, Ogura JH. Tumor Laring dan Laringofaring. Dalam. Ballenger JJ, Ed.
Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid I. Edisi ke-13. Jakarta
: Binarupa Aksara. 1997. h. 621-77.
3. Ramalingam KK, Sreeramamoorthy B. A. Short Practice of Otolaryngylogy India :
All Publisher & Disatributor, 1993. h. 335-43.
4. Basyiruddin H. Penanggulangan Karsinoma Laring di Bagian THT RSAPD Gatot
Subroto. Disampaikan pada Kongres Nasional Perhati. Ujung Pandang, 1986. h.
185-93.
5. Mulyarjo. Hasil Pembedahan pada Karsinoma Laring di UPF THT RSUD DR.
Sutomo Surabaya. Disampaikan pada Kongres Nasional Perhati, Batu Malang, 2729 Oktober 1996. h. 1075-9.
6. Adam GL., IR, Paparella MW. Fundamental of Otolaryngology. Edisi ke-5 ed.
Philadelphia WB. Saunders, 1978. h. 446-7.
7. Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR. Ear Nose and Throat diseases, A. Pocket
Reference. Edisi ke-2. New York. Thieme Med. 1994. h. 423-32.
8. Bailey BJ. Early Glottic Carcinoma. Dalam : Bailey BJ. Ed. Head and Neck Surgery
Otolaringology. Vol. 2. ed Philadelphia. JB Lippincot. h. 1313-60.
9. Lawson W, Biller HFM, Suen JY. Cancer of the Larynx. Dalam Myers EN, Suem JY.
Ed. Cancer of the Head and Neck. Churchill Livingstone.
h. 533-60.
10. Hanna E, Suen JY. Larynx. Dalam : Closel G, Larson DL, Shah JP, Essential of
Head and Neck Oncology. New York Thieme, 1998. h. 223-39.
11. Robin PE, Oloffosn J. Tumors of the Laring. Dalam : Hibbert J. Ed. Scott-Browns.
Otolaryngology. Laryngology and Head and Neck Surgery. Vol. 3. Edisi ke-6.